Anda di halaman 1dari 26

TEKNOLOGI SEDIAAN SOLID

TABLET ACETAMINOPHEN DENGAN METODE


GRANULASI BASAH

Disusun oleh :

1. Riandina Syafitri ( PO.71.39.0.15.022)


2. Riandini Syafitri ( PO.71.39.0.15.023)
3. Riska Reza Juliani ( PO.71.39.0.15.027)
4. Samirah Qatrunnada P ( PO.71.39.0.15.028)
5. Saquina Rahmadiniasela ( PO.71.39.0.15.029)

Kelas :
Reguler 2A

Dosen Pembimbing :
Drs. Sadakata Sinulingga, Apt, M. Kes

POLTEKKES KEMENKES PALEMBANG

JURUSAN FARMASI

TAHUN AKADEMIK 2016/2017


NILAI PARAF

PEMBUATAN TABLET PARASETAMOL DENGAN METODE


GRANULASI BASAH
I. Tujuan
Mahasiswa mampu membuat sediaan tablet dengan Acetaminofen sebagai zat
berkhasiat secara granulasi basah.
II. Teori
1. Pengertian tablet
Tablet merupakan bahan obat dalam bentuk sediaan padat yang biasanya
dibuat dengan penambahan bahan tambahan farmasetika yang sesuai. Tablet dapat
berbeda dalam ukuran, bentuk, berat, kekerasan, ketebalan, daya hancur, dan
dalam aspek lainnya tergantung pada cara pemakaian tablet dan metode
pembuatannya. Kebanyakan tablet digunakan pada pemberian obat secara oral
atau melalui mulut (Ansel, 1989).
2. Jenis sediaan tablet
A. Berdasarkan prinsip pembuatan
1. Tablet Kempa atau Tablet Kempa Standar , dibuat dengan cara pengempaan
dengan memberikan tekanan tinggi pada serbuk/granul menggunakan
pans/cetakan biasa.
2. Tablet Kempa Ganda
Tablet dalam kategori ini biasanya dibuat untuk salah satu dari kedua
alasan, yaitu untuk memisahkan secara fisika atau kimia bahan-bahan yang
tidak dapat bercampur, atau untuk menghasilkan produk dengan kerja ulang
atau produk dengan kerja yang diperpanjang.
B. Berdasarkan tujuan penggunaan
1. Tablet Aksi Diperlama dan Tablet Salut Enterik
Bentuk sediaan tablet aksi diperlama dimaksudkan untuk melepas obat
sesudah penundaan beberapa lama, atau setelah tablet melalui satu bagian
saluran cerna ke bagian lainnya.
2. Tablet Salut Gula dan Tablet Salut Cokelat
Peranan utama kedua tablet salut ini untuk mendapatkan bentuk obat yang
menarik, mengkilap, serta mudah untuk menelannya, memberi rasa atau
untuk menghindarkan gangguan dalam pemakaiannya akibat rasa atau
bahan obat.
3. Tablet Kunyah
Tablet kunyah dimaksudkan untuk dikunyah di mulut sebelum ditelan dan
bukan untuk ditelan utuh. Tujuan dari tablet kunyah adalah untuk
memberikan suatu bentuk pengobatan yang dapat diberikan dengan mudah
kepada anak-anak atau orang tua, yang mungkin sukar menelan obat utuh.
4. Tablet Buccal dan Sublingual
Kedua jenis tablet ini dimaksudkan untuk diletakkan di dalam mulut, agar
dapat melepaskan obatnya sehingga diserap langsung oleh selaput lendir
mulut. Kedua jenis tablet ini biasanya kecil dan rata, diletakkan di antara
pipi dalam dengan gigi (tablet buccal), atau dibawah lidah (tablet
sublingual). Obat-obat yang diberikan dengan cara ini dimaksudkan agar
memberikan efek sistemik
5. Troches dan Lozenges (Tablet Isap)
Penggunaan kedua jenis tablet ini dimaksudkan untuk memberi efek lokal
pada mulut atau kerongkongan. Bentuk tablet ini umumnya digunakan
untuk mengobati sakit tenggorokan atau untuk mengurangi batuk pada
influenza.
6. Dental Cones
Dental cones merupakan suatu bentuk tablet yang cukup kecil, dirancang
untuk ditempatkan di dalam akar gigi yang kosong setelah pencabutan gigi.
C. Tablet yang Diberikan dengan Cara Lain
Tablet Implantasi (Tablet Depo)
Tablet ini dimaksudkan untuk ditanam di bawah kulit manusia atau hewan.
Tujuannya adalah untuk mendapatkan efek obat dalam jangka waktu yang
lama, berkisar dari satu bulan sampai satu tahun.
Tablet Vaginal
Tablet ini dimaksudkan agar dapat larut secara perlahan-lahan, dan
melepaskan obat yang terkandung di dalamnya ke rongga vagina.

D. Tablet yang Digunakan untuk Membuat Larutan


Tablet Effervescent
Tablet effervescent dimaksudkan untuk menghasilkan larutan secara cepat
dengan menghasilkan CO2 secara serentak
Tablet Dispensing
Tablet ini dimaksudkan untuk ditambahkan ke dalam air dengan volume
tertentu, oleh ahli farmasi atau konsumen, untuk mendapatkan suatu larutan
obat dengan konsentrasi tertentu.
Tablet Hipodermik
Tablet hipodermik dilarutkan dalam air steril untuk injeksi untuk
disuntikkan di bawah kulit.
Tablet Triturasi
Tablet ini bentuknya kecil dan biasanya silinder, dibuat dengan cetakan atau
dibuat dengan kompresi, dan biasanya mengandung sejumlah kecil obat
keras. Tablet triturat ini digunakan untuk memberikan jumlah terukur yang
tepat untuk peracikan obat.

3. Kriteria tablet
Kriteria umum dalam sediaan tablet sebagai berikut : (Agoes, 2008)
a. Disolusi obat optimal sesuai dengan ketentuan spesifikasi / farmakope.
b. Ketersediaan hayati sesuai dengan tujuan penggunaan (pelepasan segera atau
modifikasi).
c. Ketelitian dan keseragaman kandungan obat dalam setiap takaran.
d. Stabilitas ; termasuk stabilitas bahan aktif ; formulasi tablet secara menyeluruh,
waktu hancur, kecepatan dan jumlah bahan aktif terdisolusi dari tablet untuk
jangka tunda.
e. Penerimaan pasien, sedapat mungkin produk jadi harus berpenampilan
menarik, termasuk warna, ukuran, rasa, dan lain sebagainya sehingga secara
maksimal dapat diterima pasien dan mendorong pasien untuk mengikuti
ketentuan penggunaan obat.
f. Manufakrutabilitas
Rancangan formulasi memungkinkan untuk memproduksi bet obat secara
efisien, ekonomis, praktis selama produksi dan reproduksibel.

4. Keuntungan dan kerugian tablet


a. Keuntungan
Sediaan tablet banyak digunakan karena memiliki beberapa keuntungan,
yaitu :
1. Volume sediaan cukup kecil dan wujudnya padat sehingga memudahkan
pengemasan, penyimpanan danpengangkutan).
2. Mengandung zat aktif yang tepat.
3. Sediaan tablet adalah kering sehingga zat aktif lebih stabil.
4. Dapat mengandung zat aktif dalam jumlah yang besar dengan volume
yang kecil.
5. Tablet sangat cocot untuk zat aktif yang sulit larut air.
6. Pelepasan zat aktif dapat diatur.
7. Tablet dapat disalut untuk melindungi zat aktif, menutup rasa dan bau yang
tidak enak.
8. Dapat diproduksi besar-besaran, sederhana dan cepat sehingga biaya
produksinya lebih rendah.
9. Pemakaian oleh penderita lebih mudah (Lachman et al, 1994).
b. Kerugian
Di samping keuntungan di atas, sediaan tablet juga mempunyai beberapa
kerugian, antara lain :
1. Ada orang tertentu yang tidak dapat menelan tablet (dalam keadaan tidak
sadar/pingsan).
2. Formulasi tablet cukup rumit, antara lain :
Beberapa zat aktif sulit dikempa menjadi kompak padat, karena sifat
amorfnya, flokulasi, atau rendahnya berat jenis.
Zat aktif yang sulit terbasahi (hidrofob), lambat melarut, dosisnya cukup
besar atau tinggi, absorbsi optimumnya tinggi melalui saluran cerna, atau
kombinasi dari sifat tersebut, akan sulit untuk diformulasi (harus
diformulasi sedemikian rupa).
Zat aktif yang rasanya pahit, tidak enak, atau bau yang tidak disenangi,
atau zat aktif yang peka terhadap oksigen, atmosfer, dan kelembaban
udara, memerlukan enkapsulasi sebelum dikempa. Dalam hal ini sediaan
kapsul menjadi lebih baik daripada tablet.
Tetapi jika dibandingkan dengan keuntungannya, kerugian sediaan tablet
jauh lebih sedikit sehingga sediaan tablet merupakan sediaan yang paling
banyak dijumpai di perdagangan.

5. Metode pembuatan tablet


Sediaan tablet ini dapat dibuat melalui tiga macam metode, yaitu granulasi basah,
granulasi kering, dan kempa langsung. Pemilihan metode pembuatan sediaan
tablet ini biasanya disesuaikan dengan karakteristik zat aktif yang akan dibuat
tablet.
Berikut merupakan penjelasan singkat dari ketiga macam metode tersebut :
A. Granulasi Basah
Yaitu memproses campuran partikel zat aktif dan eksipien menjadi partikel
yang lebih besar dengan menambahkan cairan pengikat dalam jumlah yang
tepat sehingga terjadi massa lembab yang dapat digranulasi.Metode ini
biasanya digunakan apabila zat aktif tahan terhadap lembab dan panas
(Lachman et al, 1994).
Keuntungan metode granulasi basah :
1. Memperoleh aliran yang baik.
2. Meningkatkan kompresibilitas.
3. Untuk mendapatkan berat jenis yang sesuai.
4. Mengontrol pelepasan.
5. Mencegah pemisahan komponen campuran selama proses.
6. Distribusi keseragaman kandungan.
7. Meningkatkan kecepatan disolusi.
Kekurangan metode granulasi basah :
1. Banyak tahap dalam proses produksi yang harus divalidasi.
2. Biaya cukup tinggi.
3. Zat aktif yang sensitif terhadap lembab dan panas tidak dapat dikerjakan
dengan cara ini. Untuk zat termolabil dilakukan dengan pelarut non air.

Langkah-langkah dalam metode granulasi basah :


1. Menimbang dan mencampur bahan-bahan
Bahan aktif, pengisi, penghancur ditimbang sesuai yang dibutuhkan,
bahan pengisi biasanya laktosa, kaolin, manitol, amylum, gula bubuk.
2. Pembuatan granulasi biasa
Agar campuran serbuk mengalir bebas dan merata dari hopper ke dalam
cetakan mengisinya dengan tepat dan merata, biasanya perlu mengubah
campuran serbuk menjadi granula yang bebas mengalir ke dalam cetakan
disebut granulasi.
3. Pengayakan adonan lembab menjadi pellet atau granul
Umumnya granulasi basah ditekan melalui ayakan no 6 atau 8, lalu
disalurkan kedalam fludbeddriers dibuat granul dengan menekankan pada
alat yang dibuat berlubang-lubang.
4. Pengeringan
Kebanyakan granul dikeringkan dalam area pengering dengan system
sirkulasi udara dan pengendalian temperatur, pada metode ini granul
dikeringkan pada keadaan tertutup dan diputar-putar sambil dialirkan
udara yang hangat, pada proses ini campuran serbuk yang akan dibuat
granul diubah menjadi larutan atau suspensis dan disemprotkan,
dikeringkan dalam fluidizedbed untuk menghasilkan granul yang seragam
dan mudah mengalir.
5. Pengayakan kering
Setelah dikeringkan granul dilewatkan melalui ayakan dengan lubang
lebih kecil dari yang biasa dipakai untuk pengayakan granulasi asli.
6. Pencampuran bahan pelicin
Setelah pengayakan kering, biasanya bahan pelicir kering ditambahkan ke
dalam granul.
7. Pembuatan tablet dengan kompresi
Cara kerjanya memasukkan granul ke dalam ruang cetakan dan dikempa
oleh kedua gerakan punch atas dan die bawah (Ansel, 1989).
B. Granulasi Kering
Disebut juga slugging, yaitu memproses partikel zat aktif dan eksipien dengan
mengempa campuran bahan kering menjadi massa padat yang selanjutnya dipecah
lagi untuk menghasilkan partikel yang berukuran lebih besar dari serbuk semula
(granul). Prinsip dari metode ini adalah membuat granul secara mekanis, tanpa
bantuan bahan pengikat dan pelarut, ikatannya didapat melalui gaya. Teknik ini
yang cukup baik, digunakan untuk zat aktif yang memiliki dosis efektif yang
terlalu tinggi untuk dikempa langsung atau zat aktif yang sensitif terhadap
pemanasan dan kelembaban (Lachman et al, 1994).
Metode ini digunakan dalam kondisi-kondisi sebagai berikut :
1. Kandungan zat aktif dalam tablet tinggi.
2. Zat aktif susah mengalir.
3. Zat aktif sensitif terhadap panas dan lembab.
Keuntungan cara granulasi kering adalah:
1. Peralatan lebih sedikit karena tidak menggunakan larutan pengikat, mesin
pengaduk berat dan pengeringan yang memakan waktu.
2. Baik untuk zat aktif yang sensitif terhadap panas dan lembab.
3. Mempercepat waktu hancur karena tidak terikat oleh pengikat.
Kekurangan cara granulasi kering adalah:
1. Memerlukan mesin tablet khusus untuk membuat slug.
2. Tidak dapat mendistribusikan zat warna seragam.
3. Proses banyak menghasilkan debu sehingga memungkinkan terjadinya
kontaminasi silang.

C. Metode Kempa Langsung


Yaitu pembuatan tablet dengan mengempa langsung campuran zat aktif dan
eksipien kering.tanpa melalui perlakuan awal terlebih dahulu. Metode ini
merupakan metode yang paling mudah, praktis, dan cepat pengerjaannya, namun
hanya dapat digunakan pada kondisi zat aktif yang kecil dosisnya, serta zat aktif
tersebut tidak tahan terhadap panas dan lembab.

Keuntungan metode kempa langsung yaitu :


1. Lebih ekonomis karena validasi proses lebih sedikit.
2. Lebih singkat prosesnya, karena proses yang dilakukan lebih sedikit maka
waktu yang diperlukan untuk menggunakan metode ini lebih singkat,
tenaga dan mesin yang dipergunakan juga lebih sedikit.
3. Dapat digunakan untuk zat aktif yang tidak tahan panas dan tidak tahan
lembab
4. Waktu hancur dan disolusinya lebih baik karena tidak melewati proses
granul, tetapi langsung menjadi partikel. tablet kempa langsung berisi
partikel halus, sehingga tidak melalui proses dari granul ke partikel halus
terlebih dahulu.
Kerugian metode kempa langsung :
1. Perbedaan ukuran partikel dan kerapatan bulk antara zat aktif dengan
pengisi dapat menimbulkan stratifikasi di antara granul yang selanjutnya
dapat menyebabkan kurang seragamnya kandungan zat aktif di dalam
tablet.
2. Zat aktif dengan dosis yang besar tidak mudah untuk dikempa langsung
karena itu biasanya digunakan 30% dari formula agar memudahkan
proses pengempaan sehingga pengisi yang dibutuhkanpun makin banyak
dan mahal. Dalam beberapa kondisi pengisi dapat berinteraksi dengan
obat seperti senyawa amin dan laktosa spray dried dan menghasilkan
warna kuning. Pada kempa langsung mungkin terjadi aliran statik yang
terjadi selama pencampuran dan pemeriksaan rutin sehingga keseragaman
zat aktif dalam granul terganggu.
3. Sulit dalam pemilihan eksipien karena eksipien yang digunakan harus
bersifat; mudah mengalir; kompresibilitas yang baik; kohesifitas dan
adhesifitas yang baik.

6. Formula Tablet
R/ Zat berkhasiat
Pengisi
Pengikat
Penghancur
Pelincir
Zat tambahan
Pewarna
Penambah rasa
Penyalut
Pembasah

7. Bahan Tambahan Tablet


a. Bahan Pengisi
Adalah zat inert yang ditambahkan dalam formula tablet yang ditujukan untuk
membuat bobot tablet sesuai dengan yang diharapkan. Biasanya tablet yang
mengandung zat aktif dengan dosis kecil memerlukan zat pengisi yang banyak.
Jika dosis besar maka pengisi sedikit atau tidak sama sekali.
Contoh zat pengisi :
1. Avicel (mikrokristalin selulosa)
2. Kalsium sulfat trihidrat
3. Kalsium fosfat dibasic
4. Laktosa
5. Sukrosa
6. Dekstrosa
7. Manitol
8. Emdex dan Celutab (Lachman Industri)

b. Adsorben
Manfaat adsorben: mencegah tablet basah oleh lelehan zat aktif, jika tablet basah
maka tablet akan lengket dalam cetakan. Bekerja menyerap lelehan zat aktif.
Adsorben harus memiliki titik leleh yang tinggi. Dengan titik leleh tinggi setelah
terjadi lelehan pertama akan terbentuk massa yang bertitik leleh lebih tinggi.
Contoh: Avicel, Bolus alba, Kaolin, bentonit, Mg silikat, MgO, trikalsium fosfat,
Aerosil.

c. Pengikat
Pengikat bisa berupa gula dan polimer.
Pengikat yang berupa polimer alam: starch, gum (acacia, tragacanth, gelatin).
Pengikat yang berupa polimer sintetik: PVP, metilselulosa, etilselulosa,
hidroksipropilselulosa.
Bisa dengan cara kering/basah. Cara basah lebih sedikit membutuhkan bahan.
1. Amilum pragelatinasi
2. Gelatin
3. Larutan akasia
4. PVP
5. Selulosa
a. Metil selulosa
b. CMC Na
c. Etil selulosa
d. Polivinil alkohol

d. Flavour (Lachman Industri)


Digunakan untuk tablet kunyah.
Penambahan pewangi dapat dilakukan dalam keadaan kering, biasanya sebagai
fasa luar, sedangkan yang cair ditambahkan dengan menyemprotkan ke dalam
massa cetak.
Flavour yang digunakan adalah bentuk flavour oil yang diabsorbsikan ke
adsorben.
Jumlah yang digunakan maksimal 0,5-0,75%.

e. Disintegran (Penghancur)
Fungsi : untuk memecah tablet
Cara pakai : saat granulasi dan sebelum dicetak (paling baik).
1. Starch (amylum)
2. Starch 1500
3. Sodium starch glycolate (primogel, explotab)
4. Selulosa (selulosa, metilselulosa, CMC, CMC-Na, Avicel, Acdisol)
5. Gums (agar, pectin, tragacant, guar gum)
6. Clays.
7. Alginat (asam alginat dan Na-alginat)
f. Lubrikan
Konsentrasi optimum : 1%
Fungsi : sebagai eksipien untuk menghilangkan gesekan/friksi saat
pengempaan dan penarikan tablet ke luar cetakan.
Jenis:
Water soluble: banyak digunakan untuk tablet larut air seperti
tablet/serbukeffervescent.
Water insoluble: paling banyak dan digunakan konsentrasi rendah.
Mekanisme:
Fluid type lubricant
Membentuk lapisan cair antara massa cetak dengan logam cetakan. Dapat
meninggalkan noda pada tablet.
Dengan berinteraksi antara gugus polar lubrikan dengan molekul pada
permukaan logam. Tipe ini memiliki adheren terhadap cetakan lebih baik.
Lubrikan dapat menyebarkan tekanan saat pengempaan dan meningkatkan
bobot jenis partikel secara keseluruhan.
Semakin kecil ukuran granul, dibutuhkan lubrikan yang semakin banyak.
Secara umum lubrikan dapat memperlama waktu hancur tablet dan
menurunkan kecepatan disolusi karena sifatnya yang hidrofob.
Perhatian: aspirin tidak stabil dengan adanya senyawa alkaline, misalnya
lubrikan alkalin stearat. Penggantinya dapat digunakan talk..
Lubrikan carbowax seringkali diberikan dalam bentuk larutan alkohol.
Ketika lubrikan ditambahkan saat granulasi, mereka akan membentuk
lapisan di sekitar granul sehingga dapat mengurangi kerusakan tablet
setelah dikempa. Pembentukan lapisan ini juga akan menyebabkan tablet
menjadi labih berpori, elastik, mudah melar, dan memberikan hasil tablet
yang lebih besar sehingga tablet mudah pecah.
Lubrikan seringkali ditambahkan secara kering ketika semuanya telah
homogen, dan dicampur pada 2-5 menit akhir dari total waktu
pencampuran 10-30 menit.
Metode penambahan lubrikan di akhir (sebagai fasa luar-setelah granul
dibentuk) memberikan hasil yang lebih baik terhadap kekerasan tablet dan
kemudahannya untuk dikeluarkan dibandingkan dengan metode
penambahan lubrikan saat dilakukan granulasi.
Sebagai lubrikan tunggal, Mg-lauril sulfiat pada konsentrasi yang lebih
rendah dapat dikombinasi dengan Mg-stearat.
Water soluble lubricant Water insoluble lubricant
Asam borat : 1%
Logam (Mg, Ca, Na) stearat : -2%
Sodium chlorid : 5% Asam stearat : -2%
DL-Leusine :1-5% Sterofex : -2%
Carbowax 4000/6000 : 1-5% Talk : 1-5%
Sodium oleat : 5% Waxes: 1-5%
Sodium benzoat : 5%
Stearowet :1-5%
Sodium asetat : 5%
Sodium lauril sulfat : 1-5% dapat pula sebagai pengikat,
Mg-lauril sulfat : 1-2% dikombinasi dengan Mg-stearat
Sodium benzoat + sodium asetat: 1-5%

g. Glidan
Secara umum, fine silica > Mg stearat > talk murni.
Talk mengandung sejumlah kecil Al silikat dan Fe. Harus hati-hati untuk zat
aktif yang penguraiannya dikatalisis oleh Fe.
1. Cab-O-Sil : 5-10%
2. Corn starch : 5-10%
3. Aerosil : 1-3%
4. Talk : 1-5%
5. Syloid : 0,1-0,5%

h. Anti Adheren
Yang paling baik adalah yang larut air, dan yang paling efisien adalah DL-
Leusine.
Biasa digunakan pada produk yang mengandung vitamin E dosis tinggi
karena cenderung terjadi picking.
1. Talk : 1-5%
2. Logam stearat : <1%
3. Cab-O-Sil : 0,1-0,5%
4. Syloid : 0,1-0,5%
5. Corn starch : 3-10%
6. DL-Leusine : 3-10%
7. Na-lauril sulfat : <1%

8. Kontrol Kualitas

a. Pemeriksaan Sebelum tabletting


Merupakan pemeriksaan pada masa granul basah dan kering.
b. Pemeriksaan Selama dan setelah Tabletting
1. Penampilan Umum (organoleptis)
2. Keseragaman kadar zat aktif
3. Keragaman Bobot
4. Kekerasan tablet (Hardness)
5. Kerapuhan Tablet (friability)
6. Waktu Hancur (disintegration time)
7. Kecepatan Kelarutan (dissolution)
III. Tinjauan Zat Berkhasiat

1. Penggunaan Acetaminophen
Paracetamol adalah jenis obat yang termasuk kelompok analgesik atau pereda
rasa sakit. Obat ini dipakai untuk meredakan rasa sakit ringan hingga menengah.
Obat ini juga bisa dipakai untuk menurunkan demam. Dianjurkan untuk
mengonsumsi paracetamol sebanyak 500 mg hingga 1 gram tiap 4-6 jam sekali.
Paracetamol mengurangi rasa sakit dengan cara mengurangi produksi zat
dalam tubuh yang disebut prostaglandin. Prostaglandin adalah unsur yang dilepaskan
tubuh sebagai reaksi terhadap rasa sakit. Paracetamol menghalangi produksi
prostaglandin, sehingga tubuh menjadi tidak terlalu fokus pada rasa sakit.
Paracetamol juga bekerja dengan memengaruhi bagian otak yang berfungsi
mengendalikan suhu tubuh. (Obat-Obat Penting Khasiat,Penggunaan,Dan Efek-
Efek Sampingnya)

2. Efek Samping
Tak jarang terjadi, antara lain reaksi hipersensitivitas dan kelainan darah. Pada
penggunaan kronis dari 3-4 gram sehari dapat terjadi kerusakan hati dan pada dosis
diatas 6 gram mengakibatkan necrosis hati yang tidak reversible. Pada dosis diatas
10 gram persediaan peptida tersebut habis dan metabolit-metabolit mengikat diri
pada protein dengan gugusan SH di sel sel hati dan terjadilah kerusakan
irreversible. Dosis diatas 20 gram berefek fatal (Obat-Obat Penting
Khasiat,Penggunaan,Dan Efek-Efek Sampingnya)
3. Kelebihan Dosis

Dapat menimbulkan a.l. mual, muntah dan anoreksia. Penanggulangannya


dengan cuci lambung, disamping perlu pemberian zat penawaran (asam-amino N-
asetilsistein atau metionin) sedini mungkin, sebaiknya dalam 8-10 jam setelah
intoksikasi. (Obat-Obat Penting Khasiat,Penggunaan,Dan Efek-Efek Sampingnya)

4. Mekanisme Aksi

Mekanisme aksi utama dari parasetamol adalah hambatan terhadap enzim


siklooksigenase (COX: cyclooxigenase), dan penelitian terbaru menunjukkan bahwa
obat ini lebih selektif menghambat COX-2. Meskipun mempunyai aktivitas
antipiretik dan analgesik, tetapi aktivitas antiinflamasinya sangat lemah karena
dibatasi beberapa faktor, salah satunya adalah tingginya kadar peroksida dapat lokasi
inflamasi. Hal lain, karena selektivitas hambatannya pada COX-2, sehingga obat ini
tidak menghambat aktivitas tromboksan yang merupakan zat pembekuan darah.

5. Farmakologi Zat Berkhasiat


Derivat-asetanilida ini adalah metabolit dari fenasetin yang dahulu banyak
digunakan sebagai analgeticum, tetapi pada tahun 1978 telah ditarik dari peredaran
karena efek sampingnya (nefrotoksisitas dan karsinogen). Khasiatnya analgetis dan
antipiretis, tetapi tidak anti radang. Resorpsinya dari usus cepat dan praktis tuntas,
secara rektal lebih lambat. PP-nya ca 25%, Plasma t-nya 1-4 jam. Antara kadar
plasma dan efeknya tidak ada hubungan. Dalam hati zat ini diuraikan menjadi
metabolit-metabolit toksis yang dieksresi dengan kemih sebagai konjugat-
glukuronida dan sulfat (Obat-Obat Penting Khasiat,Penggunaan,Dan Efek-Efek
Sampingnya)

6. Farmakodinamika
Efek Kejang dan Parkinson
Disebut juga analgesik perifer karena tidak mempengaruhi susunan syaraf
pusat. Semua analgesik perifer memiliki khasiat sebagai antipiretik yaitu
menurunkan suhu badan pada saat demam. Khasiatnya berdasarkan rangsangan
terhadap pusat pengatur kalor di hipotalamus, mengakibatkan vasodilatasi perifer di
kulit dengan bertambahnya pengeluaran kalor disertai keluarnya banyak keringat.
Misalnya parasetamol, asetosal, dll. Dan berkhasiat pula sebagai antiinflamasi , anti
radang atau antiflogistik. Anti radang sama kuat dengan analgesik, digunakan
sebagai anti nyeri atau rematik contohnya asetosal, asam mefenamat, ibuprofen. Anti
radang yang lebih kuat contohnya fenilbutazon. Sedangkan yang bekerja serentak
sebagai anti radang dan analgesik contohnya indometazin.
Efek Analgetik
Sebagai Antitusivum (Obat-Obat Penting Khasiat,Penggunaan,Dan Efek-Efek
Sampingnya)
IV. Preformulasi Zat Berkhasiat dan Tambahan
1. Acetaminophen
Acetaminophen adalah zat aktif atau zat berkhasiat yang digunakan dalam formula
farmasi dimana khasiat dari acetaminophen adalah analgetik dan antipiretikum.
Acetaminophen berbentuk serbuk atau hablur yang berwarna putih, memiliki rasa
pahit tetapi tidak memiliki bau. Acetaminophen memiliki kelarutan yang agak sukar
larut dalam air sehingga dibutuhkannya pelarut seperti alcohol atau pensuspensi
lainnya, acetaminophen memiliki pH dalam larutan 5-7.
2. Magnesium Stearat (Handbook of pharmaceutical excipients 6th edition hal
404-407)
Magnesium stearate sangat baik, putih bercahaya, endapan atau gilingan, serbuk
ringan dari bobot jenis besar yang rendah, dan rasa yang ciri khas. Serbuk
berminyak untuk disentuh dan mudah menempel pada kulit.
Kelarutan : Praktis tidak larut dalam etanol, etanol (95%), eter dan air; sedikit larut
dalam benzene panas dan etanol panas (95%).
Suhu lebur : 1171500C.Berat Jenis : 0.159g/cm3. OTT dengan asam kuat, basa, dan
garam iron. Hindari campuran dengan bahan oksidator kuat. Magnesium stearate
tidak bisa digunkan pada produk yang mengandung aspirin, beberapa vitamin, dan
kebanyakan garam alkaloidal.Stabilitas dan Kondisi Penyimpanan :Magnesium
stearate stabil dan harus disimpan dalam wadah tertutup baik pada tempat yang
sejuk, tempat kering.Kegunaan : Lubrikan -2%

3. Kolidon (FI Ed III Hal 698)


Cairan tidak berwarna sampai kuning pucat,bau khas.Jarak didih tidak kurang dari
95 % tersuling pada suhu antara 167 - 172 . indeks bias 1,498 1,561.memiliki
bobot 0,915 g 0,918 g per ml.

4. Lactosa (FI Ed III Hal 338)


Serbuk hablur,putih,tidak berbau,rasa agak manis.Kelarutan : Larut dalam 6 bagian
air,larut dalam 1 bagian air mendidih,Sukar larut dalam etanol (95%) P,Praktis tidak
larut dalam kloroform P dan dalam eter P.
Keasaman-kebasahan pH larutan 10 % b/v 4,0 sampai 6,5.Penyimpanan dalam
wadah tertutup baik.Khasiat dan penggunaan : Zat tambahan.
5. Aquadest (FI III Hal 96)
Cairan jernih,tidak berwarna,tidak berbau,tidak mempunyai rasa.BM 18,02
.Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik.

V. FORMULASI
Formula Acuan
Sumber : Pharmaceutical Technology of BASF Excipient

Usulan formula
Acetaminophen 100 mg
Lactosa Monohidrat 8,33 %
Polivinil Pirolidon (PVP) 7,33 %
Magnesium Stearat 1%
Pewarna Strawberry q.s
Aquadest q.s

Perhitungan Bahan

Direncanakan Bobot 1 tablet = 200mg

Dibuat sebanyak = 100 tablet + 20 tab

= 120 tablet

1. Acetaminofen = 100 x 120 Tablet = 12.000 mg


50
2. Lactosa Monohidrat = 600 x 120 x 200 = 2000 mg

24
3. Kolidon I = 600 x 120 x 200 = 960 mg
20
4. Kolidon II = 600 x 120 x 200 = 800 mg
6
5. Magnesium Stearat = 600 x 120 x 200 = 240 mg

6. Pewarna Strawberry = q.s


7. Aquadest = q.s

Penimbangan Bahan
1. Acetaminofen = 12.000 mg
2. Lactosa Monohidrat = 2000 mg
3. Kolidon I & II = 1760 mg
4. Magnesium Stearat = 240 mg
5. Pewarna Strawberry = q.s
6. Aquadest = q.s
Alat dan Bahan

Alat Bahan
Stamper Mortir Acetaminofen
Ayakan Beaker gelas Lactosa Monohidrat
Batang pengaduk Sudip Kolidon
Gelas Ukur Erlenmeyer Magnesium Stearat
Botol tablet Neraca gram Pewarna Strawbery
Anak timbangan Sendok plastik Aquadest
Kertas perkamen Penutup botol

Pembuatan
1. Keringkan Granul
2. Campurkanlah Massa I (kolidon 1 dan air)
3. Campurkan Acetaminophen dan lactosa (Massa II)
4. Campurkan Massa I , Massa II , pewarna strawberry
5. Keringkan, dan ayak dengan ayakan no 12
6. Campurkan dengan Massa III (Kolidon 2 dan Magnesium Stearat)
7. kempa tablet dengan kekuatan tekanan yang tinggi (20 KN) dengan mesin
pemutar.
8. Masukkan kedalam botol dan beri penandaan

Evaluasi

1. Evaluasi Granul
Granulometri
Granulometri adalah analis ukuran dan repartisi granul (penyebaran ukuran-
ukuran granul). Dalam melalukan analisis granulometri disunakan susunan
pengayak dengan berbagai ukuran mesh terbesar dileetakan paling atas dan di
bawahnya disusun pengayak dengan mesh yang makin kecil
Caranya:
1. Timbang 100 gr granul
2. Letakan granul pada pengayak paling atas
3. Geratkan mesin 5-30 ment, tergantung dari ketahan granul pada getaran
4. Timbang granul yang tertahan pada tiap-tiap pengayak
5. Hitung persentase granul pada tiap-tiap pengayak
Tujuan granulometri adalah untuk melihat keseragaman dari ukuran
granul. Diharapkan ukuran granul tidak terlalu berbeda. Granulometri
berhubungan dengann sifat aliran granul. Jika ukuran granul berdekatan.
Aliran akan lebih baik. Diharapkan ukuran granul mengkuti kurva
distribusi normal.
Kecepatan Alir
Waktu alir adalah waktu yang diperlukan untuk mengalirkan sejumlah granul
melali bang corong yang diukur dalam sejumlah zat yang mengalir dalam
sewaktu-waktu tertentu. Untuk 10 gram granul waktu alirnya tidak boleh lebih
dari 1 detik. Waktu alir berpengaruh terhadap keseragaman bobot tablet.
Parameter yang digunakan untuk mengevaluasi massa tablet adalah
pemeriksaan laju alirnya.
Rumus
Kecepatan alir = w/t
Dimana w = massa granul (g)
t = waktu (detik)

untuk mengukur laju alir adalah dengan menghitung waktu yang dibutuhkan
sejumlah granul untuk dapat bebas melewati corong (Voight, 1994)
Table . Laju Alir Terhadap Sifat Alir
Laju Alir (gr/detik) Sifat Aliran

>10 Bebas mengalir


4-10 Mudah mengalir
1,6-4 Kohesif
<1,6 Sangat kohesif

(Aulton, 2001)
Cara pengukuran
Alat yang digunakan :Stopwatch, corong
Syarat : tidak boleh >10 detik untuk granul sejumlah 10 gram
Prosedur :
1. Granul ditimbang 10 gram
2. Granul dimasukkan kedalam corong yang bagian bawahnya ditutup lebih
dahulu
3. Setelah seluruh granul masuk, siapkan stopwatch lalu buka tutup bagian bawah
corong lalu biarkan granul mengalir. Hitung kecepatan alir menggunkan
stopwatch .Waktu alir tidak boleh lebih dari 1 detik
Sudut Diam
Sudut diam adalah sudut tepat yang terjadi antara timbunan partikel berbentuk
kerucut dengan bidang horizontal. Jika sejumlah granul atau serbuk dituang
kedalam ala tpengukur, besar kecilnya sudut diam dipengaruhi oleh bentuk
ukuran dan kelembabanserbuk.Bila sudut diam lebih kecil atau sama dengan
300menunjukkan bahwa serbuk dapat mengalir dengan bebas, bila sudut lebih
besar dari 400 biasanya daya mengalirnya kurang baik.
Tabel .Hubungan antara Nilai Sudut Henti Terhadap Sifat Alir
S S
u if
d at
u A
t li
H ra
e n
n
t
i

< S
2 a
5 n
2 g
5 at
- b
3 ai
0 k
3 B
0 ai
- k
4 C
0 u
> k
4 u
0 p
B
u
r
u
k

Sumber : United State Pharmacopoeial 32th,2009


Rumus : Tan = h/r
Dimanah : h :tinggi kerucut
r :jari-jari bidang dasar kerucut
Cara pengukuran
Alat : Kertas millimeter,penggaris
Syarat : sesuai dengan table
Prosedur :
1. Sesaat setelah granul di alirkan daric orong, granul akan membentuk
gundukan berbentuk kerucut pada kertas milimeter
2. Ukur diameter dan tinggi kerucut tersebut dan masukkan kedalam rumus

Kompresibilitas (Voight 1994)


Kompresibilitas adalah kemampuan granul untuk tetap kompak dengan adanya
tekanan. Uji kompresibility dilakukan dengan alat yang disebut bulkdensity
Rumus :
Persen kompresibility dapat dihitung dengan menggunakan rumus:
%kompresibilitas = (BJ Mampat BJ Bulk) x 100 %
BJ Mampat
Syarat % kompresibilitas yang baik adalah 5-15% menurut table berikut :
Tabel . Presentase Komprebilitas Terhadap Sifat Alir Granul
%kompresibilita Sifat Alir
s
5-15 Sangat baik
12-16 Baik
18-21 Cukup baik
23-35 Buuruk
35-38 Sangat buruk
>40 Sangat buruk
sekali

2. Evaluasi tablet
a. Pemeriksaan Organoleptik (Ansel, 1989)
Pemeriksaan organeleptik meliputi warna, rasa, bau, penampilan
(mengkilap atau kusam), tekstur permukaan (halus atau kasar), derajat
kecacatan seperti serpihan, dan kontaminasi benda asing (rambut, tetesan
minyak, kotoran). Warna yang tidak seragam dan adanya kecacatan pada
tablet selain dapat menurunkan nilai estetikanya juga dapat menimbulkan
persepsi adanya ketidak seragaman kandungan dan kualitas produk yang
buruk.
b. Keseragaman ukuran (Ansel, 1989)
Ukuran tablet meliputi diameter dan ketebalan. Ketebalan inilah yang
berhubungan dengan proses pembuatan tablet, karena harus terkontrol
sampai perbedaan 5 % dari nilai rata-rata. Pengontrolan ketebalan tablet
diperlukan agar dapat diterima oleh konsumen dan dapat mempermudah
pengemasan.

c. Keseragaman kesediaan
1. Keseragaman bobot (Depkes RI, 1979)
Bobot tablet yang dibuat harus diperiksa secara acak untuk memastikan
bahwa setiap tablet mengandung obat dengan jumlah yang tepat. Syarat
keseragam bobot menurut Farmakope Indonesia Edisi III adalah bila
bobot rata-rata lebih kurang 300 mg, jika ditimbang satu persatu tidak
lebih dari 2 buah tablet yang masing-masing bobotnya menyimpang 5%
dari bobot rata-ratanya, dan tidak ada satupun tablet yang bobotnya
menyimpang lebih dari 10% dari bobot rata-ratanya.
Alat yang digunakan :Timbangan

Cara pengukuran :Timbang 20 tablet, hitung bobot rata-rata tiap tablet .


Jika ditimbang satu per satu, tidak boleh lebih dari 2 tablet yang masing-
masing bobotnya menyimpang dari bobot rata-ratanya lebih besar dari
harga yang ditetapkan kolom A, dan tidak satupun yang bobotnya
menyimpang dari bobot rata-rata lebih dari yang ditetapkan kolom B.

BOBOT RATA-RATA PENYIMPANGAN BOBOT RATA-


RATA DALAM %
A B
25 mg ataukurang 15 % 30 %
26 mg - 150 mg 10 % 20 %
151 mg - 300 mg 7,5 % 15 %
Lebihdari 300 mg 5% 10%
Rumus :
Bobot rata-rata = bobot
Jumlah tablet
Penyimpangan = bobot rata-rata-bobot satu tablet X 100%
Bobot rata-rata

d. Kekerasan
Tablet harus mempunyai kekuatan dan kekerasan tertentu serta dapat
bertahan dari berbagai goncangan mekanik pada saat pembuatan,
pengepakan dan transportasi. Alat yang biasa digunakan adalah hardness
tester (Banker and Anderson, 1984).
Kekerasan adalah parameter yang menggambarkan ketahanan tablet dalam
melawan tekanan mekanik seperti goncangan, kikisan dan terjadi keretakan
talet selama pembungkusan, pengangkutan dan pemakaian. Kekerasan ini
dipakai sebagai ukuran dari tekanan pengempaan (Parrott,
1971).Keseragaman minimum 4 kg diukur dengan alat Hardness tester.
Caranya :
Ambil masing-masing 6 tablet dari tiap batch , yang kemudian diukur
kekerasanya dengan alat pengukur kekerasan tablet. Letakkan sebuah tablet
dengan posisi tegak diantara anvit dan punch, lalu tablet dijepit dengan cara
memutar sampai tablet pecah dan retak. Pada saat tersebut angka yang
ditunjukkan oleh jarum adalah kekerasan tablet tersebut.

e. Friabilitas atau kerapuhan tablet (Lachman,1994)


Friabilitas dinyatakan dengan presentase selisih bobot sebelum dan sesudah
pengujian dibagi dengan bobot mula-mula .
Alat yang digunakan :Friabilator
Cara pengukuran :
Tablet yang akan diuji sebanyak 20 tablet, terlebih dahulu dibersihkan dari
sebunya dan ditimbang dengan seksama. Tablet tersebut selanjutnya
dimasukkan kedalam friabilator dan diputar sebanyak 100 kali putaran
selama 4 menit , jadi kecepatan putaranya 25 putaran per menit. Setelah
selesai, keluarkan tablet dari alat, bersihkan dari debu dan timbang kembali
seluruh tablet dengan seksama. Kemudian hitung persentase kehilangan
bobot sebelum dan sesudah perlakuan.
Tablet yang baik memiliki keregasan kurang dari 1 %

f. Waktu Hancur
Tidak lebih dari 15 menit untuk tablet biasa dan 60 menit untuk tablet
bersalut gula dan selaput.
Nama alat Disintegration Tester tipe ZT 2-Erweka
Cara kerja :

1. Pengujian waktu menggunakan 6 buah tablet

2. Masukkan tablet pada masing-masing tabung kecil dari keranjang.

3. Masukkan 1 cakram pada tiap-tiap tabung.

4. Gunakan air bersuhu 37 +/_ 2 c sebagai media yang ada di penangas air
yang ditermostatisasi.

5. Setelah alat dioperasikan ,keranjang akan bergerak keatas dan kebawah


sebanyak 30 kali dalam semenit.

6. Tablet hancur sempurna bila sisa sediaan yang tertinggal pada kasa alat uji
merupakan masa lunak yang tidak mempunyai inti yang jelas. Bila 1 tablet
atau 2 tablet tidak hancur sempurna, ulangi pengujian dengan waktu yang
ditambah sebanyak 15 menit. Semua tablet harus hancur tidak lebih dari 15
menit untuk tablet tidak bersalut dan untuk tablet bersalut waktunya 60
menit.

VI. ETIKET DAN BROSUR


Etiket
Brosur
Daftar Pustaka

Anda mungkin juga menyukai