Pembimbing/tutor :
KELOMPOK TUTORIAL 10
UNIVERSITAS PADJADJARAN
2016
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat serta karunia-Nya dan
Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Dental Science 1 di Fakultas
Kedokteran Gigi Universitas Padjadjaran. Dalam penyusunan makalah ini, penulis mengucapkan
1. Dekan Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Padjadjaran, Dr. drg. Nina Djustiana, M.
Kes.,
2. Dosen kelompok tutorial 10 kasus 7 DS 1, drg. Indah Suasani Wahyuni Sp. PM
Penulis telah berusaha menyusun makalah ini dengan sebaik-baiknya. Namun, apabila
masih terdapat kekurangan penulis bersedia menerima kritik dan saran yang membangun demi
Penulis
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.....................................................................................................................iii
DAFTAR ISI...................................................................................................................................iv
PENDAHULUAN...........................................................................................................................8
1.2 Terms...............................................................................................................................10
1.3 Problems..........................................................................................................................10
1.4 Hypothesis.......................................................................................................................10
1.5 Mechanism......................................................................................................................10
1.9 Tujuan.............................................................................................................................13
2.1.1 Definisi....................................................................................................................15
2.1.2 Faktor-faktor............................................................................................................15
iii
2.2 Interpretasi Gambaran Radiologi....................................................................................22
2.3.1 Definisi....................................................................................................................27
2.3.5 Indikasi....................................................................................................................42
2.3.6 Kontraindikasi..........................................................................................................42
2.4.1 Definisi....................................................................................................................43
iv
2.5.4 Mekanisme Gigi Sandaran Terungkit......................................................................63
2.7.1 Definisi....................................................................................................................70
2.7.2 Farmakokinetik........................................................................................................71
2.7.3 Farmakodinamik......................................................................................................71
2.7.4 Indikasi....................................................................................................................71
2.7.5 Kontraindikasi..........................................................................................................71
2.7.9 Dosis........................................................................................................................72
BAB IV KESIMPULAN.........................................................................................................106
v
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................................................107
vi
PENDAHULUAN
Part 1
Seorang laki-laki bernama bp Abdul, berusia 50 tahun dating ke RSGM dengan keluhan
adanya kegoyangan dan rasa sakit pada gigi bawah belakang kiri dan kanan sejak satu bulan
yang lalu. Gigi tersebut merupakan dari gigi penyangga gigi tiruan pasien. Selain itu pasien juga
mengeluh adanya kegoyangan pada gigi tiruan saat mengunyah sehingga pasien merasa tidak
nyaman.
Part 2
Tuan abdul mengatakan bahwa gigi tiruan ini telah dipakainya sejak 4 tahun yang lalu, dan baru
sekitar satu bulan perasaan goyang dan sakit pada gigi penyanga dirasakan, begitu pula dengan
Identitas Pasien
Usia : 50 tahun
7
8
Hasil Pemeriksaan
Pemeriksaan intraoral : Kehilangan gigi 35, 36, 37, 35, 36, dan 47.
Gigi tiruan goyang free end mengganti gigi 35, 36, 37, 45, 46, dan
47
Pemeriksaan radiografis : Terlihat mahkota dalam kondisi baik dan terdapat kelainan pada
Part 3
Berdasarkan pemeriksaan yang dilakukan, dokter gigi mendapatkan bahwa gig penyangga
goyang dan sakit dan harus dilakukan pengpbatan dan perawatan. Selain itu diketahui bahwa
masalh timbul karena gigi tiruan yang goyang atau tidak stabil. Untuk mengatasi hal ini
maka perlu dilakukan perbaian pada gigi tiruan, dan untuk mengatasi rasa sakit yang timbul
maka dibutuhkan pemberian obat. Tuan abdul menyetujui semua tindakan pengobatan dan
perbaikan dan pembuatan gigi tiruan yang baru. Dokter gigi meminta persetujuan tuan
Abdul tentang rencana perawatan yang akan dilakukan dan meminta Tuan Abdul untuk
I.2 Terms
1. Gigi penyangga
9
Gigi asli yang digunakan untuk penempatan retainer atau sandaran untuk gigi tiruan.
I.3 Problems
1. Kegoyangan dan rasa sakit pada gigi 34 dan 44 (penyangga) sejak satu bulan yang lalu
2. Kegoyangan pada gigi tiruan saat mengunyah sehingga pasien merasa tidak nyaman.
I.4 Hypothesis
I.5 Mechanism
Gigi tiruan
Desain salah
Trauma oklusi
Resorpsi tulang
Informed consent
1. Anamnesis
2. Pemeriksaan intraoral
Gigi tiruan goyang free end mengganti gigi 35, 36, 37, 45, 46, dan 47
3. Pemeriksaan radiografis
12
Terlihat mahkota dalam kondisi baik dan terdapat kelainan pada jaringan penyangga
gigi/periodontal
I.9 Tujuan
4. Mengetahui tentang definisi, komponen, syarat, jenis, indikasi, kontraindikasi pada gigi
tiruan.
7. Mengetahui tentang hubungan antara kegoyangan gigi asli sebagai sandaran dan
15. Mengetahui tentang jenis gigi tiruan yang sesuai pada kasus ini.
16. Mengetahui tentang bahan-bahan yang digunakan untuk memuat gigi tiruan.
14
II.1.1 Definisi
Gigi Goyang diartikan sebagai pergerakan gigi pada dataran vertikal atau horizontal.
Derajatnya tergantung pada lebar ligamen periodontal, area perlekatan akar, elastisitas prosesus
alveolar dan fungsi dari masing-masing gigi.Setiap gigi mempunyai derajat kegoyangan
fisiologis yang ringan, dimana berbeda-beda untuk setiap gigi dan waktunya. Menurut Mac
Entee, 1993, kegoyangan gigi merupakan hubungan antar daya yang kecil dan perpindahan gigi
II.1.2 Faktor-faktor
3. Oklusi premature
5. Gaya torsi yang menyebabkan trauma pada gigi yang dijadikan pegangan cengkraman gigi
Gigi yang berakar tunggal lebih tinggi derajat mobilitynya dibandingkan gigi berakar
banyak, dan mobility incisivus adalah paling tinggi. Mobility terutama terjadi dalam arah
horizontal, juga terjadi dalam arah aksial, tapi lebih sedikit. Rentangan mobility gigi yang
fisiologis bervariasi antar individu dan antar waktu pada setiap gigi seseorang. Derajat mobility
fisiologis paling tinggi sewaktu bangun tidur, hal mana mungkin disebabkan karena gigi sedikit
ekstrusi akibat tidak berfungsi selama tidur di malam hari. Mobility berkurang di siang hari, yang
kemungkinan karena intrusi disebabkan tekanan sewaktu mengunyah dan menelan. Variasi
mobility gigi selama 24 jam lebih sedikit pada individu yang jaringan periodontium yang sehat,
dibandingkan dengan individu dengan penyakit periodontal atau yang mempunyai kebiasaan
1. Stadium initial atau stadium intra-socket. Pada stadium ini gigi bergerak dalam
batas ruang ligamen periodontal. Hal ini berkaitan dengan perubahan visko-elastik
dari ligamen dan redistribusi cairan periodontal, kandungan interbundel dan serat-
serat.
2. Stadium sekunder, stadium ini terjadi secara bertahap dan mencakup deformasi
elastis pada tulang alveolar sebagai respon terhadap gaya horozontal yang
meningkat. Gigi juga mengalami perubahan letak oleh pengaruh tekanan yang
mengenai mahkota, tapi tidak sampai pada keadaan yang berarti secara klinis.
Jika tekanan yang biasa dikenakan pada gigi sewaktu beroklusi dihentikan, gigi akan
kembali ke posisi semula. Mobility di luar batas fisiologis dinyatakan sebagai mobility yang
abnormal atau patologis. Dikatakan patologis karena melampaui batas mobility normal. Semakin
besar daya tekan yang diterima oleh gigi dan berlangsung terus-menerus maka akan merusak
16
jaringan penyangga dan menimbulkan resopsi tulang alveolar yang berujung dengan adanya
kegoyangan gigi.
Pada kasus GTSL kali ini, adanya daya tekan secara lateral menghasilkan daya ungkit
pada gigi sehinggan menimbulkan mobility pada gigi. selain itu, umur Tuan Abdul yang sudah
berumur 50 tahun juga mengakibatkan proses resopsi tulang menjadi lebih cepat sehingga
ringan.
2. Derajat II: kegoyahan gigi sedang atau moderat. Kegoyahan gigi pada socketnya
rah vertical.
4. Derajat IV: kegoyahan yang sudah parah yaut, terjadi ke segala arah.
Menurut Fedi, dkk (2004):
1. Derajat 1 kegoyangan gigi yang sedikit lebih besar dari normal.
2. Derajat 2 kegoyangan gigi sekitar 1 mm.
3. Derajat 3 kegoyangan gigi lebih dari 1 mm pada segala arah atau gigi dapat
Percobaan yang dilakukan oleh Grand (1972) menunjukkan bahwa gigi normal
mempunyai variasi gerakan antara 0,2mm ke arah horizontal dan 0,02 mm ke arah vertical. Pada
keadaan patologis, gerakan tersebut dapat bertambah 10 kali lipat atau lebih.
17
A. Trauma Oklusi
Perubahan patologis atau adaptif pada jaringan periodontal yang disebabkan
Trauma oklusi menurut etiloginya dibagi atas 2 macam (Davies dan Gray, 2001)
a. TO Primer
Adalah gaya oklusal berlebihan pada jaringan periodontal yang sehat (tidak ada
migrasi apikal dari epitel jungsional atau kehilangan jaringan ikat gingiva). Salah satu
contohnya adalah TO karena penempatan restorasi atau insersi fixed bridge atau partial
denture. Perubahan yang tampak adalah penebalan ligament periodontal, mobilitas gigi,
lemah karena adanya periodontitis. TO sekunder terjadi pada gigi yang jaringan
perlekatan. Gigi dengan jaringan periodontal yang tidak sehat dan terinflamasi, ditambah
gaya oklusal yang berlebihan akan mengalami kehilangan tulang dan pembentukan poket
yang cepat.
Physiologically normal occlusal forces : terjadi pada proses pengunyahan dan penelanan,
tekanan yg diberikan kecil dan jarang melebihi 5 N. Tekanan ini memberikan stimulus
positif untuk memelihara kondisi jaringan periodontal dan tulang alveolar tetap sehat dan
Impact forces : tekanannya tinggi namun durasinya pendek. Jaringan periondontal dapat
menahan tekanan tinggi dalam periode yang pendek, akan tetapi tekanan yang melebihi
dan gigi.
Continuous forces : tekanan yang diberikan ringan (misalnya tekanan ortodontik), tetapi
jika berlangsung kontinyu pada satu arah akan efektif menggerakkan gigi dengan
Jiggling forces : tekanan yg intermiten pada dua arah yang berbeda (pada prematur
kontak, misalnya pada penggunaan mahkota, atau post restorasi) menghasilkan pelebaran
Trauma oklusi sekunder didefinisikan sebagai trauma yag disebabkan oleh tekanan
oklusal yang premature dan berlebihan pada gigi dengan jaringan periodontium yang sudah
terinflamasi. Premature kontak dan tekanan oklusal berlebih dapat menjadi suatu co-factor pada
perkembangan penyakit periodontal dengan cara mengubah jalur dan menyebaran inflamasi ke
jaringan periodontal yang lebih dalam. Daerah gingival sebagai area iritasi yang melibatkan
microbial plak, dan daerah fiber supracrestal sebagai area ko-destruski dibawah pengaruh oklusi
Jika tidak ditemukan inflamasi marginal, tekanan jiggling tidak menyebabkan resorpsi
tulang lebih jauh atau kehilangan perlekatan epithelial ke arah apikal. Jika ditemukan inflamasi
marginal (gingivitis), daya oklusal yang belebih tidak memiliki pengaruh. Tekanan jiggling pada
gigi yang mengalami penyakit periodontal, mengakibatkan lebih banyak kerusakan tulang dan
kehilangan perlekatan jaringan ikat. Tekanan ini menyebabkan masuknya microbial plak ke arah
a. Mikroorgaanisme
b. Mekanis
c. Kimia
d. Thermal
C. Kerusakan tulang alveolar
Seiring berjalannya waktu resorbsi tulang lebih banyak terjadi dibanding dengan
pembentukan tulang, hal ini dipengaruhi oleh factor local maupun adanya inflamasi
Pada kelainan jaringan periodontal, radiografi yang digunakan adalah radiografi intraoral.
Untuk melihat kelainan jaringan periodontal di sekitar margin gigi adalah teknik radiografi
bitewing. Namun, jika kerusakan jaringan periodontal sampai daerah apikal, maka radiografi
yang digunakan adalah radiografi periapikal baik teknik bisecting ataupun teknik paralel. Teknik
Jaringan periodontal dikatakan sehat apabila tidak menunjukkan tanda jaringan tersebut
sakit atau memburuk. Selain itu, jaringan periodontal yang sehat juga tidak memperlihatkan
21
adanya jaringan yang hilang. Gambaran/ ciri radiografi yang dapat diandalkan yaitu hubungan
antara puncak tulang alveolar dan CEJ (jarak normal 2-3 mm).Selain itu, dapat juga dilihat:
- Trabecular bone
22
Tulang alveolar tampak tipis,halus,tulang keras merata pada margin gusi sampai
interdental
Tulang alveolar merupakan lanjutan dari lamina dura
Pelebaran yang tipis pada mesial dan distal membentuk sedikit celah
23
mencapai dasar tulang alveolar dan terdapat Attachment Loss. Kerusakan tulang yang terjadi
dapat terlokalisir atau menyeluruh pada semua area mulut. Variasi kerusakan tulang meliputi:
dengan CEJ sebagai acuan. Kehilangan tulang secara kuantitas dibagi menjadi:
ringan,sedang,berat.
24
II.3.1 Definisi
Ilmu Geligi Tiruan Sebagian Lepasan dikenal pula sebagai Partial Denture Prosthetics
atau Removable Partial Prosthodontics. Geligi tiruan yang menggantikan satu atau lebih, tetapi
tidak semua gigi serta jaringan sekitarnya dan didukung oleh gigi dan atau jaringan di bawahnya,
serta dapat dikeluar-masukkan ke dalam mulut oleh pemakainya, dikenal sebagai Geligi Tiruan
Kehilangan gigi tanpa penggantian dapat menyebabkan migrasi gigi, rotasi gigi, erupsi
berlebih, penurunan efisiensi kunyah, gangguan pada sendi temporomandibular, beban berlebih
mulut.
1. Enak dipakai
2. Berfungsi dengan baik
3. Estetik baik
26
4. Tidak menimbulkan gangguan, rasa sakit, kelainan, penyakit, atau gangguan apapun
5. Dapat mempertahankan dan melindungi gigi atau jaringan sekitarnya
6. Tahan lama
1. Retainer (penahan)
Retainer merupakan bagian gigi geligi tiruan sebagian lepasan yang berfungsi memberi
retensi dan mampu menahan protesa tetap pada tempatnya (Carr dan Brown, 2010).
Penahan dapat dibagi menjadi dua. Direct retainer yang berkontak langsung dengan
permukaan gigi penyangga dan dapat berupa cengkeram. Yang kedua adalah indirect retainer
yang memberikan retensi untuk melawan gaya yang cenderung melepas protesa ke arah
Salah satu contoh penahan adalah cengkeram, yang disebut juga cangkolan, klammer,
clasp, atau crib. Prinsip desain cengkeram adalah sebagai berikut (Gunadi dkk, 1995):
a. Pemelukan
Cengkeram harus memeluk permukaan gigi lebih dari 180 tetapi kurang dari 360.
b. Pengimbangan
Pengimbangan dapat diartikan sebagai kemampuan suatu bagian gigi geligi untuk
mengimbangi atau melawan gaya yang ditimbulkan oleh bagian-bagian lain. Gaya
yang timbul karena lengan retentif harus diimbangi dengan lengan pengimbang pada
e. Stabilisasi
Stabilisasi merupakan gaya untuk melawan pergerakan geligi tiruan dalam arah
horizontal.
a. Menurut konstruksinya
Cengkeram tuang atau cor
Cengkeram kawat
Cengkeram kombinasi
b. Menurut desainnya
Cengkeram sirkumferensial
Cengkeram batang
c. Menurut arah datang lengannya
Cengkeram oklusal
Cengkeram gingival
bukal/lingual gigi penjangkaran. Sifat agak lentur. Fungsinya untuk retensi dan
stabilisasi.
b. Jari yaitu bagian dari lengan yang terletak di bawah lingkaran terbesar gigi. Sifat
Sandaran merupakan bagian geligi tiruan yang bersandar pada permukaan gigi penyangga
dan dibuat dengan tujuan memberikan dukungan vertikal pada protesa. Sandaran dapat
ditempatkan pada permukaan oklusal gigi posterior dan permukaan lingual gigi anterior.
Supaya bisa efektif, sandaran harus ditempatkan pada permukaan gigi yang sengaja
dipreparasi untuk itu. Preparasi tempat sandaran ini disebut kedudukan sandaran (rest seat or
3. Konektor
a. Konektor Mayor/Utama
Konektor utama merupakan bagian geligi tiruan sebagian lepasan yang
menghubungkan bagian protesa yang terletak pada salah satu sisi rahang dengan yang
ada pada sisi lainnya (Carr dan Brown, 2010). Supaya dapat berfungsi dengan baik,
menghubungkan konektor utama dengan bagian lain, misalnya dengan penahan (Carr
dan Brown, 2010). Fungsi konektor minor adalah menyalurkan tekanan fungsional
atau kunyah ke gigi penyangga. Gaya oklusal atau kunyah yang diterima protesa
Selain itu, konektor minor juga berfungsi untuk menyalurkan efek penahan, sandaran,
4. Basis/Landasan
Basis geligi tiruan disebut juga dasar atau sandel merupakan bagian yang menggantikan
darinya, sedangkan bagian yang jauh akan didukung oleh jaringan lingir sisa yang
Elemen atau gigi tiruan merupakan bagian geligi tiruan sebagian lepasan yang berfungsi
menggantikan gigi asli yang hilang (Carr dan Brown, 2010). Dalam seleksi elemen, ada
metode untuk pemilihan gigi anterior dan posterior serta faktor-faktor yang harus
30
diperhatikan, yaitu ukuran, bentuk, tekstur permukaan, warna, dan bahan elemen (Gunadi
dkk, 1995).
Desain merupakan pola perencanaan gigi tiruan lepasan. Desain harus memenuhi
1) Retensi
Retensi adalah kemampuan gigi tiruan bertahan terhadap pelepasan. Faktor-faktor yang
saliva dan landasan gigi tiruan atau saliva dengan mukosa/ jaringan pendukung.
Daya tarik menarik antara landasan dan mukosa dibutuhkan dalam gigi tiruan
lepasan dengan syarat yaitu adaptasi landasan sehingga hanya ada selapis tipis
saliva diantaranya.
Kohesi
Kohesi yaitu daya tarik menarik antar dua molekul yang sejenis. Kohesi terjadi
antara molekul saliva dengan saliva. Kohesi dan adhesi bekerja bersamaan dalam
satu kesatuan.
Retensi Undercut
Retensi undercut didapat dari daerah gerong yang ada di jaringan pendukung.
Pada rahang atas, biasanya terdapat pada daerah anterior atau labial. Pada daerah
permukaan yang dapat sejajar dengan arah pemasangan. Pada rahang bawah
Retensi yang didapat dari gaya gesek antara dua permukaan. Retensi friksi pada
gigi tiruan sebagian terjadi antara permukaan landasan dan mukosa, permukaan
linggir alveolar dan landasan, permukaan gigi sandaran dengan gigi buatan,
sandaran.
Retensi tegangan permukaan
Gaya yang bekerja pada permukaan zat cair. Adanya cairan saliva diantara
landasan dan mukosa secara menyeluruh memberikan gaya ketika gigi tiruan
berusahan dilepaskan dari landasan di tepi permukaan gigi tiruan akan terjadi
tegangan permukaan. Bila tegangan tersebut pecah, gigi tiruan akan mudah lepas.
Retensi atmosferik
Retensi atmosferik akan bekerja apabila tekanan udara dibawah landasan nol,
yang artinya sama sekali tidak ada udara diantara landasan dan mukosa, hanya
diisi oleh landasan saliva, sedangkan tekanan udara diluar landasan 1 atm.
Retensi muscular / otot
Retensi dari otot dihasilkan apabila pencetakan dilakukan sesuai batas-batas
tarikan otot bibir, otot pipi dan lidah dan daerah peripheral border seal. Retensi ini
didapat pada tahap baseplate trimming dan muscle trimming. Apabila hasil
pencetakan akhir dapat mencetak dengan sempurna tarikan otot ini akan didapat
seal/ penutup yang sempurna dari landasan gigi tiruan terhadap mukosa jarikan
pendukung.
Retensi grafitasi
Daya tarik bumi menyebabkan gaya tarik terhadap gigi tiruan rahang bawah yang
atas.untuk mendapatkan gaya gravitasi , gigi tiruan bisa dipertebal sampai batas
netral zone(ruang yang ditinggalkan oleh gigi asli setelah pencabutan , di daerah
32
tersebut daya antara otot lidah dan pipi serta gigi tiruan rahang bawah ada dalam
keseimbangan.
Retensi gaya kunyah apical
Gaya kunyah ke apical menahan gigi tiruan lepas dari mukosa bawahnya. Tetapi
dua daerah tidak bergigi dan berfungsi untuk menentukan tempat dan arah
cangkolan, selain itu perluasan landasan gigi tiruan harus memperhatikan nilai
3) Estetik
Sebuah gigi tiruan mampu
sesuai, menentukan dukungan bibir dan pipi, menentukan bentuk dan warna gigi buatan
berdasarkan jenis kelamin dan usia, penyusunan gigi simetris, dengan cara menentukan
33
garis median terlebih dahulu, sesuai kontur gusi, menentukan ukuran gigi buatan dan
pemasangan yang paling parallel dari seluruh permukaan jaringan pendukung yang
terlibat.
5) Support
Support adalah kemampuan gigi tiruan untuk mempertahankan jaringan yang masih ada
(dalam hal ini mukosa dan jaringan yang ada dibawah gigi tiruan). Usaha untuk
memperoleh support untuk gigi tiruan lengkap sudah dilakukan pada saat pencetakan
dengan bahan cetak mukostatis , yaitu bahan cetak yang tidak menekan jaringan.
1. Frame Denture
GTL yang sebagian besar terbuat dari logam kecuali bagian sadel dan artificial teeth.
2. Akrilik Denture
Sebagian besar dari akrilik, logam hanya digunakan pada retainer. Sadel dan
3. Vulcanite Denture
1. Partial Denture
2. Full Denture
1. Fix Denture
2. Removal Denture
Dukungan diperoleh dari gigi sandaran. Sebagian tekanan ada yang disalurkan ke
Seluruh dukungan dari mukosa. Contohnya GTL tanpa occlusal rest atau indirect
retainer.
Dukungan didapat campuran dari gigi maupun mukosa. Contohnya: GTL free end.
35
Dibuat dan dipasang setelah gigi yang akan diganti dicabut terlebih dahulu dan
menunggu luka sembuh sehingga pasien mengalami masa ompong dan baru dicetak
Gigi yang akan diganti sudah terlebih dahulu dicetak dan menunggu gigi tiruan jadi
dipakaikan gigi tiruan. Karena luka belum sembuh saat pemasangan gigi tiruan,
diharapkan pasien rajin control ke dokter gigi. Ketika luka sudah sembuh seutuhnya
dan resorpsi tulang telah terjadi, jika dibutuhkan, dibuatkan gigi tiruan lagi yang
sudah sesuai dengan bentuk resorpsi tulang, yang disebut gigi tiruan intermediate.
2. Free End
1. Open Face
2. Close Face
II.3.5 Indikasi
II.3.6 Kontraindikasi
2. Karies hebat
Masalah pada gigi tiruan berujung bebas adalah gigi tiruan tidak stabil, yaitu gigi tiruan
mudah bergeser dan mengungkit. Hal ini terjadi karena adanya perbedaan kompresibilitas
dukungan ( support) antara bagian posterior sade l ujung bebas dengan bagian anteriornya, dan
tidak adanya gigi kodrat di sebelah distal sadel (Keng, 1998). Perbedaan ini menimbulkan
masalah yaitu gigi tiruan berujung bebas selalu tidak stabil. Gigi tiruan yan g tidak stabil
Gigi tiruan yang longgar dan tidak stabil adalah salah satu masalah yang paling umum
yang dihadapi oleh pasien gigi tiruan. Salah satu metode untuk mengatasi masalah ini adalah
dengan teknik neutral zone. Neutral zone adalah area dimana tekanan antara bibir, pipi, dan lidah
dalam keadaan seimbang. Di zona inilah gigi artificial seharusnya disusun dengan inklinasi dan
Zona netral (neutral zone) merupakan ruang potensial antara bibir, pipi, dan lidah di sisi
lain, di mana gigi kodrat ataupun gigi artifisial dikenakan kekuatan yang bertentangan dari otot-
otot sekitarnya. Pada gigi tiruan dibuat pada neutral zone untuk mendapatkan kenyamaan dan
artikulasi lebih baik. Selain itu pada neutral zone pada gigi tiruan untuk mendapatkan stabilitas.
Pentingnya konsep neutral zone pada pemasangan gigi tiruan adalah untuk menempatkan
neutral zone pada edentulous area dimana gigi artificial seharusnya disusun sehingga kekuatan
yang diberikan oleh otot yang cenderung memberikan kestabilan pada gigi tiruan.
II.4.1 Definisi
Edentulous adalah kondisi dimana hilangnya seluruh gigi asli. Kehilangan gigi telah lama
dianggap sebagai bagian dari proses penuaan. Kehilangan gigi dapat disebabkan oleh kerusakan
38
gigi, periodontitis, atau kecelakaan. Edentulous lebih banyak terdapat pada masyarakat yang
tingkat sosial-ekonominya rendah. Kehilangan gigi dapat menyebabkan estetik yang buruk dan
proses biomekanis, keadaan ini menjadi lebih buruk ketika pasien dengan edentulous total dan
kehilangan seluruh jaringan periodontal. Pada sebagian besar pasien yang mengalami kehilangan
gigi merupakan suatu hal yang buruk dan menimbulkan keinginan mencari perawatan gigi untuk
Hilangnya beberapa gigi disebut edentulous sebagian dan hilangnya seluruh gigi disebut
edentulous total. Edentulous total dapat didefinisikan sebagai keadaan fisik dari rahang diikuti
hilangnya seluruh gigi dan kondisi dari jaringan pendukung tersedia untuk terapi penggantian
atau rekonstruksi. Edentulous sebagian didefinisikan sebagai hilangnya beberapa tetapi tidak
semua gigi asli pada lengkung rahang. Pada pasien edentulous sebagian, hilangnya gigi
dilanjutkan dengan penurunan tulang alveolar, gigi tetangga dan pengaruh tingkat kesulitan
jaringan pendukung dalam menerima restorasi prostetik yang adekuat. Kualitas dari jaringan
pendukung memperbaiki kondisi keseluruhan dan dipertimbangkan pada tingkat diagnostik dari
system klasifikasi.
Klas I
Klas ini mencirikan tahap edentulous yang paling sesuai dirawat dengan gigi tiruan
penuh yang dibuat dengan teknik gigitiruan konvensional. Adapun kriteria diagnostik dari klas
ini adalah :
39
1. Tinggi sisa tulang 21 m yang diukur pada tinggi vertikal rahang bawah terendah pada
radiografik panoramik.
2. Morfologi dari sisa lingir resisten terhadap pergerakan horizontal dan vertikal basis
gigitiruan; RA tipe A.
3. Lokasi perlekatan otot kondusif untuk retensi dan stabilitas gigi tiruan; RB tipe A atau
tipe B.
Klas II
Secara khas ditandai dengan adanya degradasi fisis anatomi jaringan pendukung
gigitiruan yang berkelanjutan. Klas ini juga ditandai dengan adanya kemunculan dini interaksi
penyakit-penyakit sistemik serta ditandai dengan adanya penatalaksanaan pasien spesifik dan
1. Tinggi sisa tulang 16-20 mm yang diukur pada tinggi vertikal rahang bawah terendah
2. Morfologi sisa lingir resisten terhadap pergerakan horizontal dan vertical basis gigitiruan;
3. Lokasi perlekatan otot sedikit mempengaruhi retensi dan stabilitas gigitiruan; rahang
Klas III
Klas ini ditandai dengan adanya kebutuhan akan revisi dari struktur pendukung gigitiruan
untuk memungkinkan diperolehnya fungsi gigitiruan yang adekuat. Kriteria diagnostik dari klas
ini yaitu :
1. Tinggi sisa tulang 11-15 mm yang diukur pada tinggi vertikal rahang bawah terendah
2. Morfologi sisa lingir sedikit berpengaruh dalam menahan pergerakan horizontal dan
3. Lokasi perlekatan otot cukup berpengaruh terhadap retensi dan stabilitas gigitiruan;
gigitiruan immediate.
7. Gejala-gejala TMD.
Klas IV
Klas ini mewakili kondisi edentulousyang paling buruk. Pembedahan rekonstruksi harus
selalu diindikasikan tetapi tidak selamanya dapat dilakukan karena tidak menguntungkannya
kesehatan pasien, minat, riwayat dental, dan pertimbangan finansial. Jika pembedahan revisi
bukan salah satu pilihan, maka teknik gigitiruan khusus harus dilakukan untuk mendapatkan
1. Tinggi vertikal 10 mm yang diukur pada tinggi vertikal rahang bawah terendah pada
radiografi panoramik.
3. Sisa lingir sama sekali tidak dapat menahan pergerakan horizontal maupun vertikal,
4. Lokasi perlekatan otot dapat diperkirakan berpengaruh terhadap retensi dan stabilitas
d) Revisi jaringan lunak mayor dibutuhkan yaitu perluasan vestibulum dengan atau tanpa
11. Hiperaktivitas lidah yang mungkin disebabkan oleh retraksi posisi lidah dan atau
13. Pasien kambuhan (pasien yang melaporkan keluhan-keluhan kronik setelah menjalani
terapi yang sesuai), yang terus mengalami kesulitan dalam mendapatkan apa yang
43
Klas I
Klas ini ditandai dengan keadaan yang ideal atau sedikit buruk dari lokasi dan perluasan
daerah edentulous (yang dibatasi lengkung rahang tunggal), kondisi gigi penyangga, karakteristik
oklusi dan kondisi residual ridge. Keempat kriteria diagnostik tersebut dapat dilihat sebagai
berikut :
1. Lokasi dan perluasan daerah edentulous yang ideal dan sedikit buruk :
c) Daerah edentulous mencakup beberapa gigi anterior rahang atas yang tidak melebihi
dua gigi insisivus, beberapa gigi anterior rahang bawah yang tidak melebihi empat gigi
insisivus yang hilang, atau beberapa gigi posterior yang tidak melebihi satu premolar
2. Kondisi gigi penyangga yang ideal atau sedikit buruk, yang tidak membutuhkan terapi
prostetik.
3. Oklusi yang ideal atau sedikit buruk yang tidak membutuhkan terapi prostetik.
Klas II
Klas ini ditandai dengan keadaan yang cukup buruk dari lokasi dan perluasan daerah
edentulous pada kedua lengkung rahang, kondisi gigi penyangga yang membutuhkan terapi lokal
tambahan, karakteristik oklusi yang membutuhkan terapi lokal tambahan dan kondisi residual
ridge.
c) Daerah edentulous mencakup beberapa gigi anterior rahang atas yang tidak melebihi dua
gigi insisivus, beberapa gigi anterior rahang bawah yang tidak melebihi empat gigi
insisivus yang hilang atau beberapa gigi posterior (rahang atas atau rahang bawah) yang
45
tidak melebihi dua premolar atau satu premolar dan satu molar atau beberapa gigi
a) Gigi penyangga pada satu atau dua sisi tidak cukup untuk menahan struktur gigi atau
b) Gigi penyangga pada satu atau dua sisi membutuhkan terapi lokal tambahan.
Klas III
Klas ini ditandai dengan keadaan yang buruk dari lokasi dan perluasan daerah edentulous
yang membutuhkan lebih banyak terapi lokal tambahan, karakteristik oklusi membutuhkan
penyesuaian kembali tanpa mengubah dimensi vertikal dan kondisi residual ridge.
c) Daerah edentulous mencakup beberapa gigi posterior rahang atas atau rahang bawah
lebih banyak daripada tiga atau dua gigi molar, tiga gigi atau lebih pada daerah
a) Gigi penyangga pada tiga sisi tidak cukup untuk menahan struktur gigi atau sebagai
b) Gigi penyangga pada tiga sisi membutuhkan lebih banyak terapi lokal tambahan
3. Oklusi buruk : Membutuhkan penyesuaian ulang oklusi tanpa diikuti oleh perubahan
dimensi vertikal.
4. Morfologi residual ridge sama dengan kondisi edentulous total klas III.
Klas IV
Klas ini ditandai dengan keadaan yang sangat buruk dari lokasi dan perluasan daerah
edentulous dengan prognosis terpimpin, kondisi gigi penyangga yang membutuhkan terapi lokal
47
tambahan yang besar, karakteristik oklusi membutuhkan penyesuaian ulang oklusi dengan
a) Daerah edentulous yang luas dan bisa terdapat pada kedua lengkung rahang.
a) Gigi penyangga pada empat sisi tidak cukup untuk menahan struktur gigi atau sebagai
b) Gigi penyangga pada empat sisi membutuhkan terapi lokal tambahan yang lebih besar.
3. Oklusi buruk : Diperlukan rencana penyesuaian ulang oklusi dengan mengubah dimensi
vertikal.
4. Morfologi residual ridge sama dengan kondisi edentulous total klas IV.
Pada tahun 1923, Kennedy merancang sebuah sistem yang kemudian menjadi popular
lengkung tak bergigi agar dapat membantu pembuatan desain gigitiruan sebagian lepasan.
Klasifikasi ini membagi semua keadaan tak bergigi menjadi empat kelompok. Daerah tak bergigi
yang berbeda dari keadaan yang sudah ditetapkan sebelumnya yaitu dalam empat kelompok tadi,
Klasifikasi Kennedy :
Klas I
Daerah edentulous terletak di bagian posterior dari gigi yang masih tersisa dan berada
Klas II
Daerah edentulous terletak dibagian posterior dari gigi yang masih tersisa dan hanya
Klas III
Daerah edentulous terletak diantara gigi-gigi yang masih ada di bagian posterior maupun
anterior dan hanya berada pada salah satu sisi rahang (unilateral)
Klas IV
Daerah edentulous terletak pada bagian anterior dari gigi-gigi yang masih ada dan
dimaksudkan untuk lebih mendekatkan prosedur klinis dengan pembuatan desain dengan
Klas I
Daerah edentulous sama dengan klas I Kennedy, terletak di bagian posterior dari gigi
yang masih tersisa dan berada pada kedua sisi rahang (bilateral). Keadaan ini sering dijumpai
2. Tenggang waktu pasien tidak bergigi akan mempengaruhi stabilitas gigitiruan yang akan
dipasang.
4. Gigi asli yang masih ada atau tinggal sudah migrasi dalam berbagai posisi.
6. Jumlah gigi yang masih tertinggal di bagian anterior umumnya 6-10 gigi saja.
Indikasi perawatan prostodontik klas I yaitu gigitiruan sebagian lepasan dengan desain
Klas II
Daerah edentulous sama seperti klas Kennedy, terletak dibagian posterior dari gigi yang
masih tersisa dan hanya berada pada salah satu sisi rahang (unilateral).
4. Pada kasus ekstrim, karena tertundanya pembuatan protesa untuk jangka waktu lama,
Indikasi perawatan prostodontik klas II yaitu gigitiruan sebagian lepasan dengan desain
Klas III
Daerah edentulous sama seperti klas III Kennedy, terletak diantara gigi-gigi yang masih
ada di bagian posterior maupun anterior dan hanya berada pada salah satu sisi rahang
(unilateral). Daerah edentulous paradental dengan kedua gigi tetangganya tidak lagi mampu
memberi dukungan kepada protesa secara keseluruhan. Secara klinis, dijumpai keadaan :
3. Tulang pendukung mengalami resorpsi servikal, dan atau disertai goyangnya gigi secara
berlebihan.
52
Indikasi perawatan prostodontik klas III yaitu gigi tiruan sebagian lepasan dukungan gigi
Klas IV
Daerah edentulous sama dengan klas IV Kennedy, terletak pada bagian anterior dari gigi-
gigi yang masih ada dan melewati garis median. Pada umumnya untuk klas ini dibuat gigitiruan
2. Gigi harus disusun dengan overjet besar, sehingga dibutuhkan banyak gigi pendukung.
3. Dibutuhkan distribusi merata melalui banyak gigi penyangga, pada pasien dengan daya
kunyah besar.
5. Mulut pasien depresif, sehingga perlu penebalan sayap untuk memenuhi faktor esetetik
Klas V
Daerah edentulous berada pada salah satu sisi rahang, gigi anterior lemah dan tidak dapat
digunakan sebagai gigi penyangga atau tidak mampu menahan daya kunyah. Kasus seperti ini
banyak dijumpai pada rahang atas, karena gigi kaninus yang dicabut malposisi atau terjadi
kecelakaan.
53
Klas VI
Daerah edentulous terletak pada daerah unilateral dengan kedua gigi tetangga dapat
Klas VII
Edentuous sebagian, semua gigi asli yang tersisa berada pada salah satu sisi rahang.
Kasus ini jarang terjadi, biasanya terjadi pada pasien hemimaxillectomy dan
hemimandibulectomy
Klas VIII
Edentulous sebagian, semua gigi asli yang tersisa terletak di salah satu sudut anterior
dari rahang. Kasus ini jarang terjadi pada pasien bedah maxillofacial dan advanced periodontitis
Pada klasifikasi soelarko ini, masing-masing kelas dibagi menjadi 3 divisi di mana ketiga
a. Gigi Tiruan Sebagian Lepasan tooth supported: Gigi tiruan mendapat dukungan dari gigi
asli
b. Gigi Tiruan Sebagian Lepasan mucosa supported: Gigi tiruan mendapat dukungan dari
dukungan berupa kombinasi dari mukosa dalam mulut dan gigi asli (Victor, 1975)
Sampai saat ini, gigi tiruan sebagian lepasan dukungan gigi asli masih dianggap terbaik
dikarenakan:
1) Gaya perpindahan kurang bekerja pada dukungan gigi karena terdapat penahan
4) Ligamentum periodontal berfungsi sebagai peredam kejut serta reseptor refleks yang
gaya oklusal yang melebihi gaya fisiologik maka gigitan akan berhenti secara
refleks
Syarat syarat pemilihan gigi sandaran yang digunakan sebagai pegangan dari cangkolan
adalah:
sejajar.
Desain gigi tiruan yang baik adalah yang memenuhi kaidah retensi, stabilisasi, dan
dukungan yang baik. Desain gigi tiruan yang salah menyebabkan akumulasi beban yang berlebih
sehingga terjadi ungkitan pada gigi penyangga. Apabila gerakan yang terjadi pada gigi tiruan
berlangsung secara konstan dan terus menerus sedangkan kekuatan reparatifnya kurang, maka
dapat menyebabkan erusaan sampai menyebabkan kegoyangan. Makin panjang area tak bergigi,
makin besar potensi ungkitan pada gigi penyangga. Konsekuensi dari pergerakan protesa
56
dibawah beban adalah aplikasi stress pada gigi dan jaringan yang berkontak dengan protesa.
(Brown,2010)
Pertimbangan terhadap arah,durasi, frekuensi, dan besarnya gaya dibutuhkan. Jika gaya
destruktif dapat di minimalisir dan tidak melebihi batas toleransi fisologis dari struktur jaringan
yang mendukung, keadaan patologis tidak terjadi. Efeknya dapat diminimalisir dengan desain
Pada klasifikasi Kenedy kelas I dengan ujung bebas,gigi tiruan tidak memiliki dukungan
yang cukup. Baik gigi sandaran dan residual ridge mengalami kesulitan karena beban oklusal
ditempatkan pada gigi yang masih ada meningkat karena kurangnya support yang cukup pada
bagian posterior.
Masalah gigi tiruan ujung bebas adalah gigi tiruan tidak stabil yaitu gigi tiruan mudah
bergeser dan mengungkit antara bagian posterior ujung bebas dengan bagian anteriornya dan
tidak adanya gigi kodrat disebelah distal yang menjadi pendukung gigi tiruan. Saat terkena
tekanan kunyah akibat perbedaan dukungan,sadel akan bergerak mengangkat,lalu gigi sandaran
akan terungkit. Berapa besar gerak ungkit yang terjadi tergantung besar dan penyebaran tekanan
kunyah, berapa besar perbedaan kompresibilitas yang ada serta panjang sader. Gigi tiruan yang
tidak stabil tersebut dapat meyebabkan resorpsi linggir alveolar berjalan cepat dan juga
Ada beberapa gaya ungkitan yang dapat terjadi pada gigi tiruan , yaitu (1) ungkitan arah
oklusal yang terjadi saat pengunyahan makanan lengket; (2) ungkitan arah apikal yang terjadi
Terdapat tiga kelas ungkitan. Klasifikasi didasarkan oada lokasi fulcrum, resistensi, dan
Gambar 1 Tiga klasifikasi ungkitan. Berdasar pada fulcrum (F), resistensi (R), dan arah usaha
(gaya) (E). Pada istilah dental E mewakili gaya oklusi atau grafitasi. F dapat berupa permukaan
gigi seperti oklusal rest; dan R adalah resistensi yang diberikan direct retainer atau guide plane
surface.
Untuk mengatasi daya ungkit yang terjadi dilakukan dengan beberapa cara, yaitu:
1 gigi tiruan ujung bebas ke apikal, gigi sandaran seolah ditarik ke arah posterior dan saat
terjadi terus menerus akan menyebabkan kerusak periodontal. Jika diubah menjadi ungkitan
58
kelas II, fulcrum berada didepan retensi, saat sadel ujung bebas tertekan ke apikal akibat
tekanan kunyah, tangan retentive juga akan turun kea rah apikal sehingga gigi sandaran tidak
akan terungkit namun gigi tiruan jadi lebih tidak stabil. Cara yang dilakukan adalah dengan
ungkitan gigi sandaran. Semakin anterior akan semakin baik karena jika lengan terungkit
Splin merupakan alat yang dibuat untuk menstabilkan atau mengencangkan gigi-gigi
yang goyang akibat suatu injuri atau penyakit. Indikasi penggunaan splin periodontal yaitu
adanya kegoyangan gigi yang mengakibatkan gangguan kenyamann pasien, adanya migrasi gigi
dan untuk kepentingan prostetik yang memerlukan gigi penyanggga yang banyak (Soeroso,
Perawatan splin periodontal digunakan pada keadaan kegoyangan gigi akibat berkurangnya
tinggi tulang alveolar, sehingga kegoyangan tersebut mengganggu fungsi penderita. Namun
apabila terdapat peningkatan kegoyangan gigi dengan ligamen periodontal normal, dan
kegoyangan tersebut tidak menggangu fungsi pengunyahan atau kenyaman penderita maka
keadaan tidak membutuhkan splin (Soeroso, 1996). Hal-hal yang harus dipertimbangkan pada
saat mengindikasikan penggunaan splin periodontal pada penatalaksanaan gigi goyang adalah
sebagai berikut: (1) besarnya kehilangan jaringan pendukung; (2) perubahan kualitas jaringan
59
pendukung yang disebabkan trumatik oklusi, (3) trauma jangka panjang karena perawatan
periodontitis dan (4) kombinasi dari ketiga butir di atas (Prayitno, 1997; Bernal et al., 2002).
dengan pembentukan poket periodontal yang dapat menyebabkan kegoyangan gigi (Prayitno,
1997). Derajat kegoyangan gigi ditentukan oleh 2 faktor yaitu tinggi jaringan pendukung dan
lebarnya ligamen periodontal. Kegoyangan gigi dapat terjadi akibat berkurangnya tinggi tulang
alveolar atau karena pelebaran ligamen periodontal, dapat terjadi pula akibat kombinasi dari
keduannya. Kegoyangan gigi juga terjadi karena kerusakan tulang angular akibat kerandangan
atau penyakit periodontal lanjut. Trauma oklusi juga dapat memperberat kehilangan perlekatan
dan bertambahnya kerusakan tulang serta meningkakan kegoyangan gigi (Soeroso, 1996).Splin
periodontal dibedakan dalam beberapa macam tergantung dari waktu dan bentuk pemakaiannya.
Berdasarkan wakatu pemakaian, splin periodontal dapat bersifat temporer (sementra), semi
permanen dan permanen (tetapa). Bentuk splin dapat berupa splin cekat dan lepasan, dan dapat
splinting dapat diaplikasikan dengan pemakaian bonded eksternal, intrakoronal, atau secara tidak
langsung dengan menggunakan restorasi logam yang menghubungkan gigi secara bersama-sama
Pemakaian splin permanen merupakan bagaian dari fase restorasi atau fase rekonstruksi
dari perawatan periodontal. Splin permanen sangat terbatas penggunaannya. Hanya digunakan
bila benar-benar dipergunakan untuk menambah stabilitas tekanan oklusal dan menggantikan
60
gigi-gigi yang hilang. Selain menstabilkan gigi yang goyang, splin ini juga harus
Penggunan splin permanen pada umumnya dikaitkan dengan protesa periodontal. Splin
ini hanya dapat dibuat beberapa bulan setelah terapi periodontal dan kesembuhannya sudah
sempurna serta harus memperhatikan intonasi pasien. Tujuan utamanya adalah memperoleh
fungsi kunyah yang lebih efektif, dalam hal ini tidak harus mengganti seluruh gigi geligi
(Prayitno, 1997).
Splin permanen dapat berupa splin lepasan eksternal atau splin cekat internal. Splin
permanen lepasan eksternal ini desainnya merupakan bagian dari gigi tiruan kerangka logam.
Splin lepasan tidak boleh digunakan pada gigi-gigi goyang yang mempunyai tendensi untuk
bermigrasi, apalagi splin tersebut hanya digunakan pada malam hari. Pemakaian splin permanen
lepasan pada keadaan tidak bergigi dapat dikombinasikan dengan gigi tiruan (Soerosso, 1996).
Splin permenen cekat internal merupakan splin yang paling efektif dan tahan lama. Splin
ini merupakan penggambungan dari restorasi yang membentuk satu kesatuan rigid dan
direkatkan dengan penyemanan, jumlah gigi yang diperlukan untuk menstabilkan gigi goyang
tergantung pada derajat kegoyangan dan arah kegoyangan. Jumlah gigi tidak goyang yang
diikutsertkana dalam splinting, tergantung pada masing-masing konsisi penderita. Bila terdapat
kegoyangan lebih dari satu gigig dapat digunakan beberapa gigi untuk stabilisasi (Soeroso,
1996).
61
Indikasi splin semi permanen adalah untuk kegoyangan gigi yang sanngat berat yang
mengganggu pengunyahan dan dipergunakan sebelum dan selama terapi periodontal. Kadang-
kadang alat retensi ortodonsi juga dapat dianggap sebagai splin semi permanen. Untuk gigi-gigi
anterior, bahan yang sering digunakan pada splin semi permanen cekat adalah kompist resisn
(light cure). Pada gigi gigi posterior, splin semi permanen ditujukan untuk gigi-gigi goyang
berat yang harus menerima beban kunyah. Splin ini digunakan sebelum, selama dan sesudah
Peran splin sementara adalah untuk mengurangi trauma pada waktu perawatan. Splin
periodontal digunakan untuk: (1) menentukan seberapa besar peningkatan kegoyangan gigi
terhadap respon perawatan, (2) menstabilisasi gigi selama skaling dan root planning, oklusal
adjustment, dan bedah periodontal, (3) menjadi penyangga pada kasus pergerakan gigi minor, (4)
memberikan stabilisasi pada jangka waktu lama untuk yang hilang di saat kegoyangan gigi
meningkat atau goyang pada saat melakukan pengunyahan dan (5) digunakan pada gigi yang
Adanya faktor estetik, serat kawat (wire ligature)sebagai splin sementara cekat sudah
jarang digunakan. Sebagai gantinya bahan komposit dengan etching. Akrilik bening juga dapat
tertentu pada kasus splin permanen tidak bisa digunakan karena status ekonomi dan status
kesehatan pasien yang buruk, kasus gigi dengan prognosis yang meragukan dan prosedur splin
cekat yang rumit tidak bisa dilakukan, serta karena alasan waktu yang tidak cukup untuk
II.7.1 Definisi
Asam mefenamat merupakan aspirin-like drug, obat anti inflamasi nonsteroid yang
merupakan derivat asam N-phenil anthranilik yang termasuk kelompok fenamat bersamaan
Asam mefenamat digunakan untuk menghilangkan nyeri pada otot, sendi dan jaringan
II.7.2 Farmakokinetik
Absorbsi oral lambat tapi hamper komplit. Sebagian besar terikat pada plasma protein.
II.7.3 Farmakodinamik
II.7.4 Indikasi
Untuk menghilangkan rasa nyeri sedang. Diindikasikan untuk nyeri pada otot, sendi,
II.7.5 Kontraindikasi
Diare, anemia hemolitika, tinnitus, perdarahan lambung, kegagalan fungsi platelet, gangguan
Obat yg terikat pada protein plasma : menggeser ikatan dengan protein plasma, sehingga
Waktu thromboplastin parsial. Jika Pasien menggunakan antikoagulan (warfarin) atau zat
ginjal.
Obat lain yang juga memiliki efek samping pada lambung : kemungkinan dapat
II.7.9 Dosis
Asam mefenamat menghilangkan rasa nyeri sedang, terapi tidak boleh lebih dari 7 hari.
Aspek desain yang harus diperhatikan pada pembuatan gigi tiruan ujung bebas
(MacCrackens):
1. Gigi penyangga
Gigi penyangga dijadikan support bagi gigi tiruan. Bagi GTSL free end didapat
dari jaringan mukosa dibawahnya sebagai support primer dan sekunder dari gigi
penyangga anterior
2. Stabilitas
Indirect retainer sebagai stabilitas. GTSL free end tidak dapat menahan makanan
yang lengket, pergerakan jaringan pada tepi landasan dan juga gaya lateral. Sehingga
panjang linggir dan kontur jaringan. Pergerakan saat pengunyahan rawan terjadi pada
sehingga mengurangi gaya yang ditanggung gigi penyangga. Kawat pada lengan
retentive, sementara lengan resiprkal terbuat dari logam cor untuk mencegah adanya
Gigi tiruan yang tidak nyaman masih bisa diperbaiki tanpa harus membuat yang baru,
Relining adalah teknik memperbaiki gigi tiruan dengan menambahkan lapisan material
gigi tiruan pada permukaan anatomis gigi tiruan untuk mengembalikan adaptasi protesa pada
mukoperiosteum.
g) Tepi geligi tiruan masih cukup baik dan tidak perlu perubahan yang besar.
a. Jika tidak dikerjakan dengan hati-hati, suatu garis sambung antara bahan lama dan
dengan sempurna.
Cara melakukan relining adalah sebagai berikut (Jones dan Gracia, 2009).
a. Membuat cetakan reline menggunakan bahan cetak elastomer dengan gigi tiruan lama
bertindak sebagai sendok cetak pribadi. Ketika seluruh bagian landasan gigi tiruan
hilang, landasan gigi tiruan harus dikoreksi dengan resin akrilik autopolimerisasi,
compound, atau keduanya sehingga bahan cetak dapat digunakan secara akurat.
b. Cetakan yang sudah selesai, dicor dengan menuangkan gips batu untuk mendapatkan
master cast.
c. Segmen sayap gigi tiruan yang baru, diperbaiki dengan menggunakan resin akrilik
dengan gips batu, ruang 2-3 mm dibuat antara segmen untuk perbaikan resin akrilik.
g. Resin akrilik autopolimerisasi ditambahkan ke ruang antara segmen aproksimasi
dengan cara ditaburkan. Resin akrilik monomer dan polimer harus diaplikasikan
h. Untuk menghasilkan gigi tiruan dengan porositas internal minimal, gigi tiruan yang
masih ada pada model gips harus ditempatkan pada wadah bertekanan terkontrol 30
polish.
2. Rebasing
Rebasing adalah penggantian seluruh basis gigi tiruan dengan material baru untuk
mendapatkan kembali retensi mekanis dan permukaan anatomis yang baik. Syarat rebasing
adalah susunan gigi yang lama masih baik secara estetik dan fungsi. Indikasi rebasing adalah
Selain itu, perbaikan kompleks dapat dilakukan untuk protesa yang rusak, dengan
indikasi:
Kasus yang paling sering ditemukan adalah fraktur pada satu atau lebih bagian dari
cangkolan. Lengan cangkolan adalah bagian gigi tiruan yang paling mudah fraktur. Hal ini dapat
Metode perbaikan cangkolan adalah sebagai berikut (Jones dan Gracia, 2009).
a. Lengan retentif bukal dari gigi tiruan biasanya paling sering fraktur atau rusak
Pastikan gigi tiruan tidak lepas dari gigi asli atau longgar dari cetakan alginat.
c. Cetakan segera diisi dengan gips batu untuk membuat model kerja dimana perbaikan
akan dilakukan.
d. Bagian yang mengalami fraktur pada lengan cangkolan dibuang dari kerangka gigi
tiruan. Sebuah area kemudian dibuat pada landasan gigi tiruan untuk menahan kawat
secara mekanis.
e. PGP 18-gauge atau kawat kemudian dibentuk untuk mengikuti bentuk gigi
penyangga. Simpul retensi dibentuk di ujung distal kawat yang bisa membentuk
pemasak bertekanan terkontrol 30 p.s.i dalam air hangat 120 F selama 30 menit. Gigi
Gigi tiruan kemudian diperiksa secara intraoral untuk adaptasi yang tepat dari kawat
Jenis gigi tiruan yang disarankan untuk gigi tiruan free end adalah:
1. Gigi tiruan sebagian lepasan dengan landasan berbahan resin akrilik heat cure
2. Diperlukan pembuatan gigi tiruan yang baru atau dilakukan relining pada landasan di sisi
distal gigi tiruan, dengan penambahan cangkolan pada dua gigi penyangga di sisi kanan
resiprokal dan pada oklusal rest, sementara pada lengan retentif terbuat dari kawat
stainless steel
4. Arah cangkolan dari mesial ke distal
5. Gigi buatan yang digunakan adalah gigi artificial akrilik dengan dimensi bucolingual
Resin Sintetik
Resin sintetik sering disebut plastik. Bahan plastik merupakan suatu substansi yang cukup stabil
dimensinya dalam penggunaan normal, bersifat plastik pada beberapa tahap pembuatan.Bahan
plastik biasanya merupakan polimer. Kegunaannya di bidang Kedokteran Gigi antara lain
sebagai bahan bonding, restorasi, bahan untuk gigi tiruan dan bahan cetak.
1. Termoplastik
70
2.Termosetting
Dental Resin
Resin termoplastik merupakan resin yang paling sering digunakan dalam bidang kedokteran gigi.
Resin yang digunakan umumnya adalah yang berbasis metakrilat dan metil metakrilat.
1.PertimbanganBiologis
Tidak memiliki rasa, tidak berbau, tidak toksik, dan tidak mengiritasi jaringan mulut.
2.SifatFisik
Harus memiliki kekuatan dan kepegasan serta tahap terhadap tekanan gigit atau
pengunyahan, tekanan benturan, serta keausan berlebihan yang dapat terjadi dalam
rongga mulut.
Harus stabil dimensinya di bawah semua keadaan, termasuk perubahan termal serta
Bila digunakan sebagai basis gigi tiruan untuk protesa rahang atas, gaya gravitasinya
harus rendah.
3. Sifat Estetik
Harus menunjukkan translusensi atau transparansi yang cukup sehingga cocok dengan
Harus dapat diwarnai atau dipigmentasi, dan harus tidak berubah warna atau penampilan
setelah pembentukan.
4. Karakteristik Penanganan
Tidak boleh menghasilkan uap atau debu toksik selama penanganan dan
manipulasi.
Harus mudah diaduk, dimasukkan, dibentuk, dan diproses, serta tidak sensitive
Produk akhir haruslah mudah dipoles, dan pada keadaan patah yang tidak
Keadaan dalam mulut sangat menuntut, dan hanya bahan yang secara kimia paling stabil
Resin Akrilik
Resin akrilik adalah derivat dari etilen dan mengandung grup vinil dalam struktur
formulanya. Ada 2 jenis resin akrilik dalam kedokteran gigi yaitu asam akrilat dan asam
metakrilat. Kedua senyawa tersebut berpolimerisasi secara adisi. Polaritasnya yang berhubungan
dengan grup karboksil menyebabkan mudah menyerap air. Air mempunyai kecenderungan untuk
Polimetilmetakrilat adalah resun yang terkeras dan mempunyai suhu pelunakan dan
Metilmetakrilat
mould melainkan cairan monomer metilmetakrilat di campur dengan polimer yang berbentuk
bubuk. Campuran ini akan membentuk adonan yang konsistensinya plastis. Karenanya monomer
Sifat fisisnya:
Metilmetakrilat mempunyai tekanan uap yang tinggi dan merupakan pelarut organik yang
- Sinar tampak
- Sinar uv
- Panas
- Inisiator kimia
- Suhu
- Metode aktivasi
- Tipe inisiator
- Konsentrasi inisiator
- Kemurnian bahan
Polimetilmetakrilat
73
Merupakan resin transparan yang dapat meneruskan cahaya dengan panjang gelombang
sampai 250 nm, tensile strength 60 Mpa, densitas 1,19 g/cm3 dan modulus elastisitas sekitar 2400
Mpa.
Sebagian besar komposisinya adalah polimethyl metakrilat yang terdiri dari komponen
bubuk dan cairan. Bubuk mengandung polimethyl metacrylate prepolimerized dan sejumlah
kecil benzoyl peroxide yang merupakan inisiator. Cairannya terdiri dari methyl metacrylate
unpolimerized dengan sejumlah kecil hydroquinone. Cross linking agent juga ditambahkan pada
cairan, biasanya digunakan glycol dimetakrilat. Penyimpanan bubuk dan cairan mengikuti
petunjuk pabrik, biasanya temperature dan waktu penyimpanan yang spresifik. Aturan tersebut
harus diikuti karena bila tidak diikuti akan berpengaruh terhadap sifat fisis dan kemis polimer
benzoyl peroxide untuk membetuk radikal bebas. Derajat polimerisasi pada resin tipe ini tidak
sesempurna pada tie heat activated denture based resin ditandai dengan masih banyaknya sisa
monomer yang tidak bereaksi yaitu sekitar 3 sampai dengan 5 persen. Monomer yang tidak
beraksi dapat mengiritasi jaringan mulut dan dapat bertindak sebagai plasticizer yang dapat
menurunkan kekuatan. Selain itu, karena kandungan tertiary amine yang mudah teroksidasi dapat
membuat stabilisasi warna menjadi kurang baik. Penanggualangannya adalah dengan cara
menambahkan stabilizer. Namun, chemical activated memiliki kelebihan yaitu lebih akurat
74
(Anusavice,2003)
Sinar tampak digunakan sebagai activator yang akan mengaktifkan initiator proses
polimerisasi. Tersedia dalam bentuk komponen tunggal yang dikemas dalam tempat kedap
Polimerisasi
Proses curing merupakan proses polimerisasi antara monomer yang bereaksi dengan
polimer bila dipanaskan. Yang biasa digunakan di lab adalah pemanasan dengan air panas.
Reaksi monomer dan polimernya bersifat eksotermis. Temperature akrilik akan lebih tinggi dari
airnya bila polimerisasi dimulai. Disamping itu,monomernya akan mendidih pada temperature
100 derajat celcius. Panas yang timbul akan dialirkan ke investing material. Pemanasan yang
berlebihan sehingga monomer mendidih akan mengakibatkan porositas pada hasil curing. Selain
itu porositas dapat terjadi karena cetakan kurang tersi atau selama curing kurang dipress. Bila
curing telah selesai maka kuvet dibiarkan mendingin sampai suhu kamar,lalu selanjutnya dapat
dibuka. (Anusavice,2003)
Reaksi polimerisasi
Terdapat dua tipe, yaitu polimerisasi adisi dan polimerisasi kondensasi. Polimerisasi adisi adalah
polimerisasi dimana monomer diaktifkan satu demi satu dan ditambahkan secara bersamaan
untuk membentuk rantai yang berkembang. Sedangkan polimerisasi kondensasi adalah ketika
75
komponen disfungsional menjadi reaktif, lalu rantainya kemudian berkembang dan berikatan
secara step wise melalui ikatan monomer bifungsional sehingga menghasilkan by product
Polimerisasi Adisi
Sebagian besar reson dental berpolimerisasi secara adisi dimana monomer bertambah
secara bertahap sampai akhir dari perkembangan rantai. Penambahan monomer pada saat tertentu
secara cepat akan membentuk rantai. Prosesnya terjadi secara sederhana namun tidak dapat di
atur. Tidak ada perubahan dalam komposisi selama polimerisasi. Molekul besar terbentuk dari
monomer dan polimer memiliki pola empiris yang sama. Tahapan polimerisasi adisi adalah
1. Induksi/inisiasi
Radikal bebas dalam bentuk electron yang tidak berpasangan sebagai inisiator dibutuhkan
untuk memulai atau menginisiasi proses adisi. Radikal bebas didapatkan dengan
pengaktifan molekul monomer dengan sinar UV, panas, atau energy. Radikal bebas juga
menjadi bagian dalam produk akhir polimerisasi. Bahan yang dapat digunakan sebagai
inisiator adalah benzoyl peroxide yang akan teraktivasi pada suhu yang relative rendah
Periode inisiasi diperoleh dari kemurnian monomer sehingga periode akan lebih panjang
1) Panas. Karena pada saat benzoyl peroxide dipanaskan akan terbagi menjadi dua
radikal bebas.
3) Sinar. Foton yang akan mengaktifkan inisiator untuk menghasilkan radikal bebas.
Biasanya foton dari sinar tampak. Saat disinari camphoroquinone dan dimethyl amino
2. Propagasi
Reaksi pada rantai-rantai monomer terus berlanjut sampai semuanya menjadi polimer.
3. Terminasi
Reaksi rantai-rantai akan berakhir dengan cara langsung atau adanya perukaran rantai
4. Chain Transfer
Polimerisasi Kondensasi
Reaksi polimerisasi kondensasi dapat terjadi dengan cara menggabungkan dua atau lebih
molekul dalam memproduksi struktur yang simple dan molekul kecil. Biasanya ada produk
Salah satu hambatan dalam polimerisasi adalah impurities, karena kekotoran akan beraksi
dengan radikal bebas. Tapi impurities juga sengaja ditambahkan untuk menghambat polimerisasi
yang tidak dikehendaki. Bahan yang digunakan yaitu hydroquinone dan oksigen sebagai retarder
(penghambat)
Kopolimerisasi
Kopolimerisasi adalah reaksi polimerisasi yang terjadi diantara dua atau lebih monomer
yang berbeda secara kimiawi. Hasil polimer yang terbentuk dari kopolimerisasi disebut sebagai
1. Random
Random adalah unit monomer yang secara random tersebar di sepanjang rantai
Contoh: M M M Y M Y M M Y.
2. Block
Unit monomer yang relative panjang berderat sepanjang rantai
M M M M M M Y Y Y
3. Graft
Deretan satu unit monomer grafting pada rantai utama monomer yang lain
Contoh: M M M M M M M M
Y Y
Y Y
Kopolimerisasi dapat merubah sifat-sifat fisis resin yang terbentuk. Sebagai contoh: ethyl
acrylate yang dikopolimerisasi dengan methyl methacrylate akan merubah fleksibilitas resin
yang terbentuk. Contoh lain: polimer block dan graft akan meningkatkan kekuatan impak.
Bentuk Molekul
Bentuk molekul yang paling sederhana dari hasil akhir polimerisasi baik kondensasi
maupun adisi adalah bentuk linear (garis lurus). Pada polimerisasi adisi, seringkali terbentuk
Cross Linking
membentuk jaringan (network). Cross linking akan meningkatkan kekuatan, ketahanan terhadap
kelarutan dan peyerapan air pada resin yang terbentuk. Pada aplikasinya, cross linking banyak
digunakan dalam fabrikasi pembuatan gigi akrilik untuk meningkatkan ketahanan terhadap
bahan-bahan pelarut dan stress pada permukaan. Cross-linking agent juga ditambahkan pada
Penyimpanan
spesifik. Aturan tersebut harus diikuti karena bila tidak diikuti akan berpengaruh terhadap sifat
Plasticizier
pelunakan atau pemanasan. Penambahan plasticizer akan menjadikan resin lebih fleksibel dan
Struktur Polimer
Dental polimer yang linear mempunyai struktur non-kristain. polimer mempunyai derajat
kristalisasi tergantung dari ikatan sekunder yang dapat terbentuk, struktur rantai polimer dan
Ratio polimer monomer memegang peranan penting dalam menentukan hasil dengan sifat
fisis yang diinginkan. Dalam hal ini, bubuk disebut sebagai polimer sedangkan, caira akrilik
disebut sebagai monomer. Ratio polimer dan monomer yang dianjurkan adalah 3:1 berdasarkan
volume. Perbandingan ini memungkinkan monomer dapat membasahi polimer dengan minimal
1. Sandy Stage: belum ada interaksi molekul dan campurannya kasar seperti pasir basah.
2. Sticky Stage: monomer akan melarutkan butir- butir polimer sehingga campuran tersebut
melunak, melekat serta berserabut. Bila dipegang atau ditarik- tarik, campuran tadi masih
melekat di tangan.
3. Dough Stage: Monomer makin banyak merembes ke dalam butir-butir polimer dan ada
juga monomer yang menguap sehingga konsistensi makin padat. Pada akhirnya akan
menjadi adonan yang plastis dan tidak tidak melekat lagi di tangan kalau dipegang. tahap
ini adalah tahap yang paling tepat untuk packing. Menurut spesifikasi ADA no 12,
diperlukan waktu 40 menit untuk mendapatkan doughlike. akan tetapi, pada beberapa
campuran pada tingkatan paling akhir ini sudah agak keras,menyerupai karet, tetapi
masih dapat diputuskan dengan jari tangan. pada tahp ini, molding tidak dapat dilakukan.
5. Hard Stage: monomer sudah menguap dan adonan sudah menjadi kering serta sudah
Waktu kerja
Waktu kerja adalah lamanya denture base resin pada tahap doughlike. Menurut
spesifikasi ADA no. 12, waktu kerja saat tahap doughlike sekitar 5 menit.
Packing
Packing adalah proses memasukkan adonan resin ke dalam mold. Jika packing dilakukan
overpacking makan hasil akhirnya akan terlalu tebal dan dapat merubah posisi sedangkan, jika
packing dilakukan underpacking maka bisa terjadi porositas. Maka dari itu, untuk mencegah
terjadinya overpacking dan underpacking maka dilakukan dalam beberapa tahap. teknik yang
1. Mempertahankan temperature water bath pada suhu 74C (165F) selama 8 jam tanpa
jeda
2. Mempertahankan temperature water bath pada suhu 74C selama kurang lebih 2 jam lalu
temperature ditingkatkan menjadi 100C selama 1 jam. Saat proses flasking, flask
didinginkan perlahan sampai mencapai suhu ruangan (diendam air 15-30 menit).
panas harus dikontrol untuk mencegah peningkatan temperature yang tidak terkontrol sehingga
Sifat fisis polimer dipengaruhi oleh perubahan suhu dan lingkungan, komposisi, struktur
dan berat molekul polimer. Secara umum, semakin tinggi temperature maka polimer akan
semakin lunak dan lemah. Polimer dengan side chains yang panjang menghasilkan resin yang
81
lebih lmah dibandingkan dengan struktur rantai lurus karena side chains dapat memisahkan
rantai utama kecuali bila rantai tersebut dapat beraksi dengan rantai lain cross linked maka
1. Polymerization shrinkage
Secara volumetric menciut 21 %. Akan tetapi, seringkali yang terjadi 7 % sehingga akurasi masih
didapatkan karena penciutan terjadi dalam segala arah sehingga tidak mempengaruhi adaptasi
resin terhadap jaringan di bawahnya. Pada heat activated, penciutan pada saat manipulasi sebesar
2. Porositas
b. Kurang sempurnanya pencampuran antara polimer dan monomer, masih banyaknya monomer
Uji yang dilakukan yaitu dengan merendam specimen dalam bentuk disk ukuran
tertentu yang sudah ditimbang sebelumnya selama 7 hari dalam air destilasi.
sebelumnya. Peningkatannya tidak boleh lebih dari 0,8 mg/cm 2 (ADA Spec. No.
12)
4. Kelarutan (Solubility)
Resin larut dalam beberapa pelarut tertentu akan tetapi tidak menunjukkan kelarutan dalam
cairan-cairan yang biasa masuk ke dalam rongga mulut. Uji yang dilakukan sama seperti pada
5. Crazing
Yaitu proses terjadinya cacat ataupun retakan yang kemungkinan akan berlanjut menjadi fraktur
(patah). Bisa disebabkan karena adanya tekanan, akan tetapi sebagian besar penyebabnya adalah
adanya kekuatan tarik. Penyebab lain yaitu adanya kontak yang terlalu lama dengan pelarut
6. Kekuatan (Strenght)
Tergantung dari beberapa factor yaitu : komposisi resin, teknik yang dilakukan dan kondisi
rongga mulut. Uji yang dilakukan berdasarkan ADA Spec No. 12. Semakin tinggi derajat
polimerisasi (DoC) maka semakin tinggi kekuatan resin. Self cured mempunyai kekuatan dan
7. Creep
Denture resin mempunyai sifat viscoelastic, salah satunya adalah creep. Creep pada denture resin
adalah : perubahan bentuk yang terjadi karena adanya beban yang terus menerus. Kecepatan
peningkatan dalam perubahan bentuk tersebut disebut creep rate. Creep rate akan lebih cepat
Sifat-sifat lain
a. Kekuatan impak untuk heat cured berkisar antara 0,98 1,27 J sedangkan pada self cured
sebesar 0,78 J
b. Knoop hardness untuk heat cured sebesar 20 KHN sedangkan untuk self cured berkisar antara
16-18 KHN
Pada kasus adanya perubahan kontur jaringan lunak, maka dilakukan proses perbaikan.
Bisa relining atau rebasing. Relining hanya melibatkan permukaan anatomis denture. Rebasing
adalah penggantian base denture secara keseluruhan. Relining biasanya menggunakan self cured
sedangkan rebasing menggunakan heat cured. Pada pelaksanaannya, gigi tiruan yang lama dapat
digunakan sebagai sendok cetak. Uji untuk persyaratan bahan relining maupun rebasing ada pada
Soft Liners diperlukan sebagai shock absorber untuk menyerap energy yang dihasilkan dari
3. Vinyl resin tetapi banyak kekurangannya (bahan plasticed nya leaching dan mengeras)
- Lebih dari 60% gigi artifisial yang digunakan terbuat dari acrylic atau vinyl-acrylic resin dari
- Poly(methyl methacrylate) yang digunakan dalam pembuatan gigi artifisial sama dengan yang
digunakan pada pembutan denture akan tetapi struktur cross linked (dalam monomer) pada
Pemeriksaan diawali dengan komunikasi objektif dan subjektif antara dokter dan pasien.
Diketahui bahwa pasien mengeluh kegoyangan dan rasa sakit serta tidak nyaman pada gigi
sandaran maupun gigi tiruannya. Lalu dilakukan pemeriksaan intraoral dan didapatkan bahwa
mobility grade 2 dan tidak ada penyakit sistemik. Serta pemeriksaan didukung dengan gambaran
radiografi.
Pada kasus ini kerusakan gigi sandaran disebabkan oleh trauma oklusi karena gigi
penyangga yang menahan beban lateral dari gigi tiruan yang memiliki daya ungkit selama
pemakaian gigi tiruan. Berat ringannya lesi pada trauma bervariasi tergantung pada faktor
lingkungan social, besarnya frekuensi daya, dan kemampuan reparative. Disimpulkan bahwa
daya yang konstan dapat menyebabkan kerusakan yang bila sudah mencapai tulang alveolar,
Pasien memakai GTSL free end dengan klasifikasi Klas I dengan dukungan tooth and
Teknik radiografi yang paling baik untuk melihat kelainan periapikal teknik parallel.
Biasanya terdapat gambaran kerusakan ligament periodontal, resorpsi tulang alveolar, lodd of
Masalah pada gigi tiruan berujung bebas adalah gigi tiruan tidak stabil, yaitu gigi tiruan
mudah bergeser dan mengungkit. Hal ini terjadi karena adanya perbedaan kompresibilitas
dukungan ( support) antara bagian posterior sade l ujung bebas dengan bagian anteriornya, dan
86
tidak adanya gigi kodrat di sebelah distal sadel (Keng, 1998). Perbedaan ini menimbulkan
masalah yaitu gigi tiruan berujung bebas selalu tidak stabil. Gigi tiruan yan g tidak stabil
Gigi tiruan yang longgar dan tidak stabil adalah salah satu masalah yang paling umum
yang dihadapi oleh pasien gigi tiruan. Salah satu metode untuk mengatasi masalah ini adalah
dengan teknik neutral zone. Neutral zone adalah area dimana tekanan antara bibir, pipi, dan lidah
dalam keadaan seimbang. Di zona inilah gigi artificial seharusnya disusun dengan inklinasi dan
Zona netral (neutral zone) merupakan ruang potensial antara bibir, pipi, dan lidah di sisi
lain, di mana gigi kodrat ataupun gigi artifisial dikenakan kekuatan yang bertentangan dari otot-
otot sekitarnya. Pada gigi tiruan dibuat pada neutral zone untuk mendapatkan kenyamaan dan
artikulasi lebih baik. Selain itu pada neutral zone pada gigi tiruan untuk mendapatkan stabilitas.
Pentingnya konsep neutral zone pada pemasangan gigi tiruan adalah untuk menempatkan
neutral zone pada edentulous area dimana gigi artificial seharusnya disusun sehingga kekuatan
yang diberikan oleh otot yang cenderung memberikan kestabilan pada gigi tiruan.
Pada klasifikasi Kenedy kelas I dengan ujung bebas,gigi tiruan tidak memiliki dukungan
yang cukup. Baik gigi sandaran dan residual ridge mengalami kesulitan karena beban oklusal
ditempatkan pada gigi yang masih ada meningkat karena kurangnya support yang cukup pada
bagian posterior.
Masalah gigi tiruan ujung bebas adalah gigi tiruan tidak stabil yaitu gigi tiruan mudah
bergeser dan mengungkit antara bagian posterior ujung bebas dengan bagian anteriornya dan
87
tidak adanya gigi kodrat disebelah distal yang menjadi pendukung gigi tiruan. Saat terkena
tekanan kunyah akibat perbedaan dukungan,sadel akan bergerak mengangkat,lalu gigi sandaran
akan terungkit. Berapa besar gerak ungkit yang terjadi tergantung besar dan penyebaran tekanan
kunyah, berapa besar perbedaan kompresibilitas yang ada serta panjang sader. Gigi tiruan yang
tidak stabil tersebut dapat meyebabkan resorpsi linggir alveolar berjalan cepat dan juga
Ada beberapa gaya ungkitan yang dapat terjadi pada gigi tiruan , yaitu (1) ungkitan arah
oklusal yang terjadi saat pengunyahan makanan lengket; (2) ungkitan arah apikal yang terjadi
Agar terhindar dari trauma oklusi akibat gaya lateral yang menghasilkan daya ungkit,
dibutuhkan desain gigi tiruan yang baik. Aspek desain yang harus diperhatikan pada pembuatan
6. Gigi penyangga
Gigi penyangga dijadikan support bagi gigi tiruan. Bagi GTSL free end didapat
dari jaringan mukosa dibawahnya sebagai support primer dan sekunder dari gigi
penyangga anterior
7. Stabilitas
Indirect retainer sebagai stabilitas. GTSL free end tidak dapat menahan makanan
yang lengket, pergerakan jaringan pada tepi landasan dan juga gaya lateral. Sehingga
Dukungan sebagian besar berasal dari jaringan lunak yang ditentukan oleh
panjang linggir dan kontur jaringan. Pergerakan saat pengunyahan rawan terjadi pada
sehingga mengurangi gaya yang ditanggung gigi penyangga. Kawat pada lengan
retentive, sementara lengan resiprkal terbuat dari logam cor untuk mencegah adanya
Rencana perawatan pada kasus ini adalah memperbaiki desain gigi tiruannya. Untuk gigi
asli yang dijadikan gigi sandaran, bisa dilakukan splinting. Indikasi penggunaan splin
periodontal yaitu adanya kegoyangan gigi yang mengakibatkan gangguan kenyamann pasien,
adanya migrasi gigi dan untuk kepentingan prostetik yang memerlukan gigi penyanggga yang
banyak (Soeroso, 1996: Newman et al., 2002). Gigi tiruan yang tidak nyaman masih bisa
diperbaiki tanpa harus membuat yang baru, yaitu dengan teknik relining dan rebasing.
89
Relining adalah teknik memperbaiki gigi tiruan dengan menambahkan lapisan material
gigi tiruan pada permukaan anatomis gigi tiruan untuk mengembalikan adaptasi protesa pada
mukoperiosteum.
Cara melakukan relining adalah sebagai berikut (Jones dan Gracia, 2009).
a. Membuat cetakan reline menggunakan bahan cetak elastomer dengan gigi tiruan lama
bertindak sebagai sendok cetak pribadi. Ketika seluruh bagian landasan gigi tiruan
hilang, landasan gigi tiruan harus dikoreksi dengan resin akrilik autopolimerisasi,
compound, atau keduanya sehingga bahan cetak dapat digunakan secara akurat.
b. Cetakan yang sudah selesai, dicor dengan menuangkan gips batu untuk mendapatkan
master cast.
c. Segmen sayap gigi tiruan yang baru, diperbaiki dengan menggunakan resin akrilik
dengan gips batu, ruang 2-3 mm dibuat antara segmen untuk perbaikan resin akrilik.
g. Resin akrilik autopolimerisasi ditambahkan ke ruang antara segmen aproksimasi
dengan cara ditaburkan. Resin akrilik monomer dan polimer harus diaplikasikan
masih ada pada model gips harus ditempatkan pada wadah bertekanan terkontrol 30
i. Bagian yang diperbaiki ditrim dan penyesuaian dilakukan dengan bur bundar
polish.
Rebasing adalah penggantian seluruh basis gigi tiruan dengan material baru untuk
mendapatkan kembali retensi mekanis dan permukaan anatomis yang baik. Syarat
rebasing adalah susunan gigi yang lama masih baik secara estetik dan fungsi. Indikasi
Selain itu, perbaikan kompleks dapat dilakukan untuk protesa yang rusak, dengan
indikasi:
Kasus yang paling sering ditemukan adalah fraktur pada satu atau lebih bagian dari
cangkolan. Lengan cangkolan adalah bagian gigi tiruan yang paling mudah fraktur. Hal ini dapat
a. Menanamkan kawat 18-gauge ke dalam basis gigi tiruan untuk menggantikan lengan
cangkolan, atau
b. Membuat cangkolan baru dan menyatukan ke keranga gigi tiruan yang ada.
Metode perbaikan cangkolan adalah sebagai berikut (Jones dan Gracia, 2009).
91
c. Lengan retentif bukal dari gigi tiruan biasanya paling sering fraktur atau rusak komponen
Pastikan gigi tiruan tidak lepas dari gigi asli atau longgar dari cetakan alginat.
e. Cetakan segera diisi dengan gips batu untuk membuat model kerja dimana perbaikan
akan dilakukan.
f. Bagian yang mengalami fraktur pada lengan cangkolan dibuang dari kerangka gigi tiruan.
Sebuah area kemudian dibuat pada landasan gigi tiruan untuk menahan kawat secara
mekanis.
g. PGP 18-gauge atau kawat kemudian dibentuk untuk mengikuti bentuk gigi penyangga.
Simpul retensi dibentuk di ujung distal kawat yang bisa membentuk ikatan mekanis
pemasak bertekanan terkontrol 30 p.s.i dalam air hangat 120 F selama 30 menit. Gigi
tiruan kemudian diperiksa secara intraoral untuk adaptasi yang tepat dari kawat pada gigi
Untuk menghilangkan rasa sakit dari pasien diberikan asam mefenamat. Asam
mefenamat adalah obat antiinflamasi non steroid yang bisa digunakan untuk menghilangkan
Tn. Abdul didiagnosa oleh dokter gigi mengalami kelainan iatrogenic pada jaringan
periodontal gigi sandaran karena pasien memiliki keluhan gigi sandaran mengalami sakit dan
goyang. Beliau juga mengatakan bahwa sakit sejak satu bulan yang lalu padahal sudah memakai
gigi tiruan selama 4 tahun. Diketahui bp Abdul tidak memiliki penyakit sistemik.
Kemudian setelah dilakukan pemeriksaan intraoral, terlihat adanya mobility grade 2 pada
gigi sandaran. Dan dibutuhkan pemeriksaan radiografi untuk melihat adanya kelainan
Kegoyangan gigi yang dialami oleh Tn. Abdul merupakan akibat dari trauma oklusi.
Trauma oklusi diakibatkan karena adanya daya ungkit dari tekanan lateral gigi tiruan. sehingga
dokter gigi menyarankan untuk dilakukan perbaikan pada desain gigi tiruan dengan cara
rebasing. Rebasing adalah penggantian seluruh basis dengan material baru untuk mendapatkan
kembali retensi mekanis dan permukaan anatomis yang baik. Dan untuk gigi sandaran yang
goyang akan dilakukan splinting. Untuk meredakan rasa sakit yang dirasakan bp Abdul,
93
DAFTAR PUSTAKA
Carr, Alan B. dan David T. Brown. 2010. McCrackens Removable Partial Prosthodontics.
Milano: Elsevier.
Gunadi, Haryanto A., dkk. 1995. Buku Ajar Ilmu Geligi Tiruan Sebagian Lepasan. Jakarta:
Hipokrates.
Jones, John D. dan Lily T Gracia. 2009. Removable Partial Dentures. Iowa: Wiley-Blackwell
Publishing.
Prayitno SW. Penatalaksanaan gigi goyang akibat kelainan jaringan periodonsium. Cermin Dunia
Soeroso Y. Peranan splin permanen dalam perawatan periodontal. Cermin Dunia Kedokteran
1996. 113:10-4.
Ardan, Rachman. 2007. Disain Gigi Tiruan Sebagian Lepasan Berujung Bebas Akrilik
Beresin & Schiesser: the neutral zone in complete dentures. J. Prosthet Dent., !976. 36: 356-367
http://www.e-bass.org/journal/2008v12/bjs%2012-2.pdf
http://www.dentistry.bham.ac.uk/cal/impress/nz.htm
http://pustaka.unpad.ac.id/wpcontent/uploads/2009/06/makalah_disain_gtsl_frame.pdf
J.D. Manson dan B.M. Eley. 1989. Buku Ajar Periodonti. EGC
94
Deas, D. E. and Mealey, B. L., 2006, Is there an association between occlusion and periodontal
Davies, S.J., Gray, R. J. M., Linden, G. J., & James J. A., 2001, Occlusal: Occlusal
Newman, M.G., Takei, H.H., dan Carranza F.A. 2002. Carranzas Clinical Periodontology. Edisi
95