Anda di halaman 1dari 51

LAPORAN PENDAHULUAN

PRAKTIK KETERAMPILAN DASAR KEBIDANAN

TANGGAL 5 SEPTEMBER s/d 8 OKTOBER 2016

OLEH :

NUR AINUN APRILYA

P00312015020

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

POLITEKNIK KESEHATAN KENDARI

DIV KEBIDANAN

2016
KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan
rahmatnya pada kita semua sehingga penyusun dapat menyelesaikan
laporan kegiatan Keterampilan Dasar Kebidanan yang telah dilaksanakan
selama 5 minggu di Puskesmas Puuwatu, Puskesmas Labibia serta
Puskesmas Poasia.

Adapun dalam pembuatan laporan ini merupakan pemantapan


mata kuliah KDPK yang materinya telah disampaikan pada semester
awal. Dalam penyusunan laporan ini banyak yang membantu dan
memberi dukungan. Untuk itu penyusun mengucapkan banyak terima
kasih kepada semua pihak yang telah membantu.

Untuk kesempurnaan laporan ini, penyusun mengharapkan kritik


dan saran yang bersifat membangun. Semoga laporan kegiatan
Keterampilan Dasar Kebidanan ini dapat bermanfaat bagi penyusun
ataupun pembaca sebagai bahan pertimbangan guna memecahkan
berbagai masalah yang terjadi.

Kendari, 13 Oktober 2016

penyusun
DAFTAR ISI
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

B. Rumusan Masalah

C. Tujuan

D. Manfaat

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA
A. THYPOID
1. Definisi
Thypoid adalah penyakit infeksi sistemik akut yang
disebabkan infeksi salmonella thypi. Organisme ini masuk melalui
makanan dan minuman yang telah terkontaminasi oleh faeces dan
urin dari orang yang terinfeksi kuman salmonella.
Demam thypoid ( thypoid fever ) atau thypus abdominalis
adalah suatu penyakit infeksi akut yang biasanya mengenai saluran
pencernaan dengan gejala demam yang lebih dari satu minggu,
gangguan pada pencernaan dan gangguan kesadaran.

2. Etiologi
Penyakit tifus disebabkan oleh kuman salmonella typhosa,
basil gram negative, berflagel ( bergerak dengan bulu getar ),
anaerob, dan tidak menghasilkan spora. Bakteri tersebut memasuki
tubuh manusia melalui saluran pencernaan dan manusia
merupakan sumber utama infeksi yang mengeluarkan
mikroorganisme penyebab penyakit saat sedang sakit ataudalam
pemulihan. Kuman ini dapat hidup dengan baik sekali pada tubuh
manusia maupun pada suhu yang lebih rendah sedikit, namun mati
pada suhu 70C maupun oleh antiseptic. Demam tifoid adalah
penyakit infeksi yang disebabkan oleh salmonella thypi atau
salmonella paratyphi A,B atau C.
Salmonella Thypi memiliki 3 macam antigen, yaitu :
a. Antigen O ( Ohne Hauch )
Merupakan polisakarida yang sifatnya spesifik untuk
grup salmonella dan berada pada permukaan organisme
dan juga merupakan somatic antigen yang tidak menyebar.
b. Antigen H
Terdapat pada flagella dan bersifat termolabil.
c. Antigen V
Merupakan kapsul yang meliputi tubuh kuman yang
melindungi antigen O terhadap fagositosis.

3. Patofisiologi
Penularan salmonella thypi dapat ditularkan melalui berbagai
cara yang dikenal dengan 5F yaitu Food (makanan), Fingers (jari
tangan/kuku), Fomitus (muntah), Fly (lalat) dan melalui Feses.
Feses dan muntah pada oenderita thypoid dapat menularkan
kuman salmonella thypi kepada orang lain. Kuman tersebut dapat
dituarkan melalui perantara lalat, dimana lalat akan hinggap di
makanan yang akan dikonsumsi oleh orang yang sehat. Apabila
orang tersebut kurang memperhatikan kebersihan dirinya seperti
mencuci tangan dan makanan yang tercemar kuman salmonella
thypi masuk ke tubuh orang yang sehat melalui mulut. Kemudian
kuman masuk ke dalam lambung, sebagian kuman akan
dimusnahkan oleh asam lambung dan sebagian lagi masuk ke
usus halus bagian distal dan mencapai jaringan limfoid. Di dalam
jaringan limfoid ini kuman berkembang biak, lalu masuk ke aliran
darah dan mencapai sel-sel retikuloendotelial. Sel-sel
retikuloendotelial ini kemudian melepaskan kuman ke dalam
sirkulasi darah dan menimbulkan bakterimia, kuman selanjutnya
masuk limpa, usus halus dan kandung empedu.
Demam tifoid disebabkan salmonella thyposa dan
endotoksinnya merangsang sintesa dan pelepasan zat pirogen oleh
leukosit pada jaringan yang meradang. Zat pirogen ini akan beredar
dalam darah dan mempengaruhi pusat termoregulator di
hipotalamus yang menimbulkan gejala demam.

4. Manifestasi Klinik
a. Demam lebih dari satu minggu
Siang hari biasanya terlihat segar namun menjelang malamnya
demam tinggi.
b. Lidah kotor
Bagian tengah berwarna putih dan pinggirnya merah. Biasanya
anak akan merasa lidahnya pahit dan cenderung ingin makan
yang asam-asam atau pedas.
c. Mual berat sampai muntah
Bakteri salmonella thypi berkembang biak di hati dan limpa,
akibatnya terjadi pembengkakan dan akhirnya menekan
lambung sehingga terjadi rasa mual. Dikarenakan mual yang
berlebihan, akhirnya makanan tak bias masuk secara sempurna
dan biasanya keluar lagi lewat mulut.
d. Diare atau mencret
Sifat bakteri yang menyerang saluran cerna menyebabkan
gangguan penyerapan cairan yang akhirnya terjadi diare,
namun dalam beberapa kasus justru terjadi konstipasi.
e. Lemas, pusing dan sakit perut
Demam yang tinggi menimbulkan rasa lemas dan pusing.
Terjadinya pembengkakan hati dan limpa menimbulkan rasa
sakit perut.

5. Komplikasi
Dapat terjadi pada :
a. Di usus halus
Umumnya jarang terjadi, namun sering fatal, yaitu :
Perdarahan usus
Diagnosis dapat ditegakkan dengan penurunan tekanan
darah dan suhu tubuh, denyut nadi bertmbah cepat dan
kecil, kulit pucat, serta penderita mengeluh nyeri dan sangat
iritabel
Perforasi usus
Timbul biasanya pada minggu ketiga atau setelah itu dan
terjadi pada bagian distal ileum.
Peritonitis
Pada umumnya tanda dan gejala yang sering didapatkan
seperti nyeri perut hebat, kembung, dinding abdomen
tegang, nyeri tekan, tekanan darah menurun serta suara
bising usus melemah dan pekak hati berkurang.
b. Diluar usus halus
Bronchitis terjadi pada akhir minggu pertama
Bronkopneumonia, kasus yang berat bilaman disertai infeksi
sekunder
Kolesistitis
Tifoid enselopati, gejalanya yaitu kesdaran menurun, kejang,
muntah dan demam tinggi
Meningitis, gejalanya yaitu bayi tidak mau menyusu, kejang,
letargi, sianosis, panas, diare dan kelainan neurologis
Miokarditis
Karier kronik

6. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan laboratorium untuk membantu menegakkan
diagnosis demam tifoid dibagi dalam 4 kelompok, yaitu :
Pemeriksaan darah tepi
Pemeriksaan bakteriologis dengan isolasi dan biakan umum
Uji serologis
Pemeriksaan kuman secara molekuler
Uji widal
7. Penatalaksanaan
a. Penatalaksanaan medis
Antibiotic (membunuh kuman)
Klorampenicol, Amoxicilin, Cotrimoxazole, Ceftriaxon,
Cefixim.
Antipiretik (menurunkan panas)
Paracetamol
b. Penatalaksanaan Perawatan
1) Observasi dan pengobatan
2) Pasien harus tirah baring absolute sampai 7 hari bebas
demam atau kurang lebih selama 14 hari.maksud dari tirah
baring adalah untuk mencegah terjadinya komplikasi
peforasi usus
3) Mobilisasi bertahap bila tidak panas, sesuai dengan pulihnya
kekuatan pasien
4) Pasien dengan kesadarannya yng menurun, posisi tubuhnya
harus diubah pada waktu-waktu tertentu untuk menghindari
komplikasi pneumonia dan dekubitus
5) Defekasi dan buang air kecil perlu diperhatikan karena
kadang-kadang terjadi konstipasi dan diare
6) Diet
Diet yang sesuai, cukup kalori dan tinggi protein
Pada penderita yang akut dapat diberi bubur saring
Setelah bebas demam diberi bubur kasar selama 2 hari
lalu nasi tim
Dilanjutkan dengan nasi biasa setelah penderita bebas
dari demam selama 7 hari.

B. GEA ( GASTROINTERITIS AKUT )


1. Definisi
Gastroenteritis atau diare adalah penyakit yang ditandai
dengan bertambahnya frekuensi defekasi lebih dari biasanya
( > 3 kali/hari ) disertai dengan perubahan konsistensi tinja (menjadi
cair), dengan/tanpa darah dan/atau lendir (Prof.Sudaryat, dr.
SPAK,2007).
Gastroenteritis atau diare merupakan suatu keadaan
pengeluaran tinja yang tidak normal atau tidak seperti
biasanya,dimulai dengan peningkatan volume, keenceran serta
frekuensi lebih dari 3 kali sehari dengan atau tanpa lender dan
darah (Hidayat AAA,2006).
Dapa disimpulkan bahwa gastroenteritis atau diare akut
adalah inflamasi lambung dan usus yang disebabkan oleh berbagai
bakteri, virus dan pathogen, yang ditandai dengan bertambahnya
frekuensi defekasi lebih dari biasanya ( > 3 kali/hari ) disertai
perubahan konsistensi tinja pada bayi dananak yang sebelumnya
sehat dan pada neonatus lebih dari 4 kali sehari dengan atau tanpa
lendir dan darah.

2. Etiologi
a. Faktor Infeksi
Infeksi internal adalah infeksi saluran pencernaan makanan
yang merupakan penyebab utama diare pada anak, infeksi
internal meliputi :
Infeksi bakteri
Vibrio, E.Coli, salmonella, shigella, campylobacter, Yesinia,
aeromonas dan sebagainya.
Infeksi virus
Entrovirus (virus ectio), coxsackie, poliomyelitis,adenovirus,
rotavirus, astovirus dll.
Infeksi parasit
Cacing, protozoa dan jamur.
b. Faktor Malabsorpsi
Malabsorpsi karbohidrat : disakarida, monosakarida pada bayi
dan anak, malabsorpsi lemak, malabsorpsi protein.
c. Faktor Makanan
Makanan basi beracundan alergi makanan.
d. Faktor Kebersihan
Penggunaan botol susu, air minum tercemar dengan bakteri
tinja, tidak mencuci tangan sesudah buang air kecil, sesudah
membuang tinja atau sebelum mengkonsumsi makanan.
e. Faktor Psikologi
Rasa takut dan cemas dapat menyebabkan diare karen dapat
merangsang peningkatan peristaltic usus.

3. Patofisiologi
Sebagian besar diare akut disebabkan oleh infeksi. Banyak
dampak yang terjadi karena infeksi saluran cerna antara lain:
pengeluaran toksin yang dapat menimbulkan gangguan sekresi dan
reabsorpsi cairan dan elektrolit dengan akibat dehidrasi, gangguan
keseimbangan elektrolit dan gangguan keseimbangan asam basa.
Penyebab gea adalah masuknya virus (rotavirus, adenovirus
enteris, virus nowalk), bakteri atau toksin (campylobacter,
salmonella, Escherichia coli, yersinia) parasit (biardia lambia,
cryptosporidium). Beberapa mikroorganisme pathogen ini
menyebabkan infeksi pada sel-sel, memproduksi enterotoksin dan
sitotoksin dimana merusak sel-sel, atau melekat pada dinding usus
pada gea. Penularan gastroenteritis bias melalui fekal-oral dari satu
penderita ke yang lainnya.
Beberapa kasus ditemui penyebab pathogen dikarenakan
makanan dan minuman yang terkontaminasi. Mekanisme dasar
penyebab timbulnya diare adalah gangguan osmotic dalam ronga
usus meningkat sehingga terjadi pergeseran air dan elektrolit ke
dalam rongga usus, isi rongga usus berlebihan sehingga timbul
diare).
Selain itu menimbulkan gangguan sekresi akibat toksin di
dinding usus, sehingga sekresi air dan elektrolit meningkat
kemudian terjadi diare. Gangguan motilitas usus yang
menyebabkan hiperperistaltik dan hipoperistaltik. Akibat dari diare
itu sendiri adalah kehilangan air dan elektrolit (dehidrasi) yang
mengakibatkan gangguan asam basa (asidosis metabolic dan
hipokalemia), gangguan gizi (intake kurng, output berlebih),
hipokalemia dan gangguan sirkulasi darah.

4. Manifestasi Klinik
Diare
Muntah
Demam
Nyeri abdomen
Membrane mukosa mulut dan bibir kering
Fontanel cekung
Kehilangan berat badan
Tidak nafsu makan
Badan terasa lemah

5. Komplikasi
Dehidrasi
Renjatan hipovolemik
Kejang
Bakterimia
Malnutrisi
Hipoglikemia
Intoleransi sekunder akibat kerusakan mukosa usus.

6. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan laboratorium
Pemeriksaan tinja
Pemeriksaan ganguan keseimbangan asam basa dalam darah
astrup, bila memungkinkan dengan menentukan pH
keseimbangan analisa darah atau astrup bila memungkinkan
Pemeriksaan kadar ureum dan creatinin untuk mengetahui
fungsi ginjal
Pemeriksaan elektrolit intubasi duodenum (EGD) untuk
mengetahui jasad renik atau parasit secara kuantitatif, terutama
dilakukan pada penderita diare kronik
Pemeriksaan radiologis seperti sigmoidoskopi, kolonoskopi dan
lainnya biasanya tidak membantu untuk evaluasi diare akut
infeksi.

7. Penatalaksanaan
a. Terapi Cairan
Untuk menentukan jumlah cairan yang perlu diberikan kepada
penderita diare, harus diperhatikan hal-hal sebagai berikut :
Jumlah cairan yang telah hilang melalui diare dan/atau
muntah PWL (Previous Water Losses) ditambah dengan
banyaknya cairan yang hilang melalui keringat, urin dan
pernafasan NWL (Normal Water Losses)
Cairan yang hilang melalui tinja dan muntah yang masih
terus berlangsung CWL (Concomitant Water Losses)
(Suharyono dkk).

b. Antibiotik
Pemberian antibiotic secra empiris jarang diindikasikan pada
diare akut infeksi, karena 40% kasus diare infeksi sembuh
kurang dari 3 hari tanpa pemberian antibiotik. Pemberian
antibiotic diindikasikan pada pasien dengan tanda dan gejala
dan tanda diare infeksi seperti demam, feses berdarah, leukosit
pada feses, mengurangi eskresi dan kontaminasi lingkungan,
persisten atau penyelamatan jiwa pada diare infeksi, diare pada
pelancong dan pasien immunocomromised. Contoh antibiotic
untuk diare ciprofloksasin 500mg oral (2kali sehari, 3-5 hari),
tetrasiklin 500mg (oral 4kali sehari, 3hari), doksisiklin 300mg
(oral, dosis tanggal), metronidazole 250-500mg (4kali sehari, 7-
14hari, 7-14 hari oral atau IV).
c. Obat Anti Diare
Loperamid HCl serta kombinasi defenoksilat dan atropine
sulfat (lanotil). Penggunaan kodein adalah 15-60mg 3x sehari,
loperamid 2-4mg/3-4xsehari dan lomotil 5mg 3-4x sehari. Efek
kelompok obat tersebut meliputi penghambatan propulsi,
peningkatan absorpsi cairan sehingga dapat memperbaiki
konsistensi fese dan mengurangi frekuensi diare. Bila diberikan
dengan cara yang benar obat ini cukup aman dan dapat
mengurangi frekuensi defekasi sampai 80%. Bila diare akut
dengan gejala demam dan sindrom disentri obat ini tidak
dianjurkan.

C. VULNUS PUNCTUM
1. Definisi
Vulnus atau luka adalah keadaan hilangnya atau terputusnya
kontinuitas jaringan.
Vulnus punctum/luka tusuk merupakan bagian dari trauma
tajam yang mana luka tusuk masuk ke dalam jaringan tubuh
dengan luka sayatan yang sering sangat kecil pada kulit, misalnya
luka tusuk pisau.
Vulnus punctum/ictum adalah luka kecil dengan dasar yang
sukar dilihat. Disebabkan oleh tertusuk paku atau benda yang
runcing, lukanya kecil, dasar sukar dilihat, tetapi pada luka
inikuman tetanus gampang masuk. Penyebabnya adalah benda
runcing tajam atau sesuatu yang masuk ke dalam kulit, merupakan
luka terbuka dari luar tampak kecil tapi didalam mungkin rusak
berat, jika yang mengenai abdomen/thorax disebut vulnus
penetrosum (luka tembus).
2. Etiologi
Menurut Arief Mansjoer (2000), luka tusuk dapat disebabkan
oleh :
Benda tajam dengan arah lurus pada kulit
Suatu gerakan aktif maju yang cepat atau dorongan pada tubuh
dengan suatu alat yang ujungnya panjang.

Berat ringannya luka tusuk tergantung dari dua factor yaitu :


Lokasi anatomi injury
Kekuatan tusukan, perlu dipertimbangkan panjangnya benda
yang digunakan.

3. Patofisiologi
Vulnus punctum terjadi akibat penusukan benda tajam,
sehingga menyebabkan continuitas jaringan terputus. Pada
umumnya respon tubuh terhadap trauma akan terjadi proses
peradangan atau inflamasi. Dalam hal ini ada peluang besar
terjadinya infeksi hebat. Proses yang terjadi secara alamiah bila
terjadi luka dibagi menjdi 3 fase :
a. Fase inflamasi, berlangsung sampai 5 hari. Akibat luka terjadi
pendarahan, ikut keluar sel-sel trombosit radang
b. Fase proferasi, berlangung dari hari ke 6-3 minggu. Serat-serat
baru dibentuk, diatur, mengkerut yang tidak perlu dihancurkan
dengan demikian luka mengecil/mengkerut.
c. Fase remodeling, fase ini dapat berlangsung berbulan-bulan.
Dikatakan berakhir bila tanda-tanda radang sudah hilang
misalnya membengkak, nyerim memerah dll.

4. Manifestasi Klinik
Apabila seseorang terkena luka maka dapat terjadi gejala
setempat (local) dan gejala umum (mengenai seluruh tubuh).
a. Gejala local
Nyeri terjadi karena kerusakan ujung-ujung saraf sensoris.
Intensitas atau derajat rasa nyeri berbeda-beda tergantung
pada berat/luas kerusakan ujung-ujung saraf dan lokasi luka
Perdarahan, hebatnya perdarahan tergantung pada lokasi
luka, jenis pembuluh darah yang rusak
Diastase yaitu luka yang menganga atau epinya saling
melebar
Gangguan fungsi, fungsi anggota badan akan terganggu
baik oleh kerusakan atau karena rasa nyeri.

b. Gejala umum
Gejala atau tanda umum pada perlukaan dapat terjadi akibat
penyulit/komplikasi yang terjadi seperti syok akibat nyeri dan
atau perdarahan yang hebat

5. Pemeriksaan Diagnostic
Pemeriksaan laboratorium yang diperlukan terutama jenis
tes darah lengkap untuk mengetahui terjadinya infeksi.
Pemeriksaan X-Ray untuk melihat jika terdapat fraktur atau
dicurigai terdapat benda asing.

6. Penatalaksanaan
a. Hemostatis : mengontrol pendarahan akibat laserasi dengan
cara menekan luka dengan menggunakan balutan steril.
Setelah pendarahan reda tempelkan sepotong perban perekat
atau kasa diatas luka sehingga memungkinkan luka menutup
dan bekuan darah terbentuk. Luka yang lebih serius harus
dijahit oleh dokter.
b. Pembersihan luka
c. Factor penggunaan obat
d. Perlindungan : memberikan balutan steril atau bersih dan
memobilisasi bagian tubuh
e. Berikan profilaksis tetanus sesuai kebutuhan, berdasarkan
kondisi luka dan status imunisasi pasien.
D. ABDOMINAL PAIN
1. Definisi
Abdominal pain atau nyeri abdomen (perut) merupakan
sensai subjektif yang tidak menyenangkan yang terasa disetiap
region abdomen. Nyeri abdomen ada dua, yaitu nyeri abdomen
akut dan nyeri abdomen kronis.
a. Nyeri abdomen akut
Nyeri abdomen akut biasanya digunakan untuk
menggambarkan nyeri dengan onset mendadak dan atau durasi
pendek. Keluhan yang menonjol dari pasien dengan abdomen
akut adalah nyeri perut. Rasa nyeri perut dapat disebabkan oleh
kelainan-kelainan di abdomen atau diluar abdomen seperti
organ-organ di rongga toraks.
b. Nyeri abdomen kronis
Nyeri abdomen kronis biasanya digunakan untuk
menggambarkan nyeri berlanjut baik yang berjalan dalam waktu
lama atauberulang/hilang timbul.

2. Etiologi
Nyeri abdomen disebabkan oleh masalah di spanjang
saluran pencernaan atau di berbagai bagian abdomen, yang bias
berupa :
a. Ulkus yang mengalami perforasi
b. Irritable bowel syndrome (gangguan saluran pencernaan)
c. Apendisitis
d. Pankreasitis
e. Batu empedu
3. Patofisiologi
Rasa nyeri pada abdominal baik mendadak maupun
berulang, biasanya selalu bersumber pada : visera abdomen, organ
lain diluar abdomen, lesi pada susunan saraf spinal, gangguan
metabolic dan psikosomatik. Rasa nyeri pada abdomen sensorik
berasal dari suatu proses penyakit yang menyebar ke seluruh
peritoneum dan melibatkan visera yang berisi banyak ujung saraf
somatic, yang lebih dapat meneruskan rasa nyerinya dan lebih
dapat melokalisasi rasa nyeridaripada saraf otonom.

4. Manifestasi Klinik
Nyeri abdomen
Mual, muntah
Tidak ada nafsu makan
Lidah dan mukosa bibir kering
Turgor kulit tidak elastic
Urine sedikit dan pekat
Lemah dan kelelahan

5. Penatalaksanaan medis
Pemberian analgetik
Pembedahan

E. DYSPNEA
1. Definisi
Dispnea adalah istilah kedokteran untuk kondisi sesak.
Sesak napas adalah perasaan sulit bernafas yang terjadi ketika
melakukan aktivitas fisik. Sesak napas merupakan gejala dari
beberapa penyakitdan dapat bersifat akut atau kronis. Sesak napas
dikenal juga dengan istilah shortness of breath.
Macam-macam sesak napas (Dyspnea) :
Dispnea akut dengan awal yang tiba-tiba merupakan penyebab
umum kunjungsn ke ruang gawat darurat. Penyebab dyspnea
akut diantaranya penyakit pernapasan (paru-paru dan
pernapasan), penyakit jantung atau trauma dada.
Dyspnea kronis (menahun) dapat disebabkan oleh asma,
penyakit paru obstruktif kronis (PPOK), emfisema, inflamasi
paru-paru, tumor, kelainan pita suara.

2. Etiologi
Hal-hal yang dapat menyebabkan sesak napas antaralain :
a. Factor psikis
b. Peningkatan kerja pernapasan
Peningkatan ventilasi (latihan jasmani, hipoksis, asidosis
metabolic)
Sifat fisik yang berubah (tahanan elastic paru meningkat,
tahanan elastic dinding toraks meningkat, peningkatan
tahanan bronchial)
c. Otot pernapasan yang abnormal
Penyakit otot (kelemahan otot, kelumpuhan otot, distrofi
Fungsi mekanis otot berkurang

Semua penyebab sesak napas kembalinya adalah kepada 5


hal antara lain :

Oksigenasi jaringan menurun


Kebutuhan oksigen meningkat
Kerja pernapasan meningkat
Rangsangan pada system saraf pusat
Penyakit neuromuscular.

3. Patofisiologi
Dispnea atau sesak napas bisa terjadi dari berbagai
mekanisme seperti jika ruang fisiologi meningkat maka akan dapat
menyebabkan gangguan pada pertukaran gas antara O2 dan CO2
sehingga menyebabkan kebutuhan ventilasi makin meningkat
sehingga terjadi peningkatan tahanan jalan napas pmaka pertukaran
gas juga akan terganggu dan juga dapat menyebabkan dispnea.

4. Manifestasi Klinik
a. Batuk dan produksi sputum
Batuk adalah pengeluaran udara secara paksa yang tiba-tiba
dan biasanya tidak disadari dengan suara yang mudah dikenali.
b. Dada berat (nyeri dada)
Dada berat umumnya disamakan dengan nyeri dada.
Biasanya dada berat diasosiasikan dengan serangan jantung.
Akan tetapi, terdapat berbagai alas an lain untuk dada berat.
Dada berat diartikan sebagai perasaan yang berat di bagian
dada.
c. Mengi
Mengi merupakan bunyi pich yang tinggi saat bernapas.
Bunyi ini muncul ketika udara mengalir melewati saluran yang
sempit. Mengi adalah tanda seseorang mengalami kesulitan
bernapas. Bunyi mengi jelas terdengar saat inspirasi. Mengi
umumnya muncul ketika saluran nafas menyempit atau adanya
hambatan pada saluran napas yang mengalami gangguan pita
suara.
d. Napas yang pendek dan penggunaan otot bantu pernapasan.

5. Penatalaksanaan
Memposisikan pada posisi stengah duduk atau berbaring
dengan bantal yang tinggi
Diberikan oksigen sebanyak 2-4 liter/menit tergantung pada
derajat sesaknya
Pengobatan selanjutnya diberikan sesuai dengan penyakit yang
diderita
Prinsip pengobatan sesak napas yang utama ialah
memberikan oksigen. Setelah pemberian oksigen harus dilakukan
pemeriksaan mendetail untuk mengetahui penyebab sesak.
Mengobati penyakit yang mendasarinya akan mengobati sesak.
F. LUKA ROBEK (VULNUS LACERATUM)
1. Definisi
Luka robek adalah luka yang terjadi karena rusaknya atau
robeknya kulit bagian permukaan atau kulit beserta bagian jaringan
dibawahnya.
Luka robek merupakan luka terbuka yang terdiri dari akibat
kekerasan tumpul yang kuat sehingga melampaui elastisitas kulit
atau otot.
Luka robek adalah terjadinya gangguan kontinuitas suatu
jaringan sehingga terjadi pemisahan jaringan yang semula normal,
luka robek terjadi akibat kekerasan yang hebat sehingga
memutuskan jaringan.

2. Etiologi
Luka dapat disebabkan oleh berbagai hal yaitu :
- Trauma mekanis yang disebabkan karena tergesek, terpotong,
terbentur dan terjepit.
- Trauma elektrik dan penyebab cedera karena listrik dan petir.
- Trauma kimia, disebabkan oleh zat kimia yang bersifat asam
dan basa serta zat isitif dan berbagai korosif lainnya.

3. Cara Penanganan
Cara penanganan luka robek yaitu hal pertama yang harus
dilakukan adalah menghentikan pendarahan dengan cara ditekan
daerah yang luka, kemudian bersihkan daerah sekitar dari pecahan
penyebab benda benda penyebab luka, lalu beri anti septik, atau
bisa langsung dibawa kerumah sakit karena luka robek memang
membutuhkan perawatan ekstra karena tepi tepi luka robekan
harus disatukan kembali dengan cara di jahit.

4. Patofisiologi
Jenis jenis luka dapat dibedakan menjadi dua yaitu :
- Luka Terbuka
Luka terbuka yaitu dimana terjadi hubungan dengan
dunia luar, misalnya : luka lecet, luka sayat, luka robek, luka
potong, luka tusuk, luka tembus, luka tembak,dan luka gigit.
- Luka Tertutup
Luka tertutup yaitu luka yang tidak terjadi hubungannya
dengan dunia luar, misalnya : luka memar.

5. Manifestasi Klinis
Manifestasi luka di bagi menjadi dua gejala yaitu :
- Gejala Lokal
Tanda tanda gejala local yaitu : nyeri, pendarahan,
diastase dan gangguan fungsi.
- Gejala Umum
Gejala umumnya yaitu terjadi syok akibat nyeri dan
pendarahan yang hebat pada luka.

6. Komplikasi Luka
Ada beberapa komplikasi luka yang dapat terjadi yaitu :
- Kerusakan Arteri
Pecahnya arteri karena trauma bisa ditandai dengan
tidak adanya nadi, cyanosis bagian distal, hematoma yang
lebar, dan dingin pada ekstrimitas yang disebabkan oleh
tindakan emergensi splinting, perubahan posisi pada yang sakit,
tindakan reduksi dan pembedahan.
- Kompartement Syndrom
Kompartement syndrom merupakan komplikasi serius
yang terjadi karena terjebaknya otot, tulang, saraf dan
pembuluh darah dalam jaringan parut. Ini disebabkan oleh
oedema tau perdarahan yang menekan otot, saraf dan
pembuluh darah.
- Infeksi
System pertahanan tubuh rusak bila ada trauma pada
jaringan.
- Shock
Shock terjadi karena kehilangan banyak darah dan
meningkatnya permeabilitas kapiler yang bisa menyebabkan
menurunnya oksigenasi.

7. Penatalaksanaan
a. Pemeriksaan Diagnostik
Pada kasus luka diagnosis pertama kali dilakukan secara
teliti untuk memastikan apakah ada pendarahan yang harus
dihentikan. Kemudian ditentukan jenis trauma apakah, trauma
tajam atau trauma tumpul, banyaknya kematian jaringan,
besarnya kontaminasi dan berat jaringan luka.
b. Pemeriksaan Medis
Pertama dilakukan anastesi setempat atau umum,
tergantung berat dan letak luka, serta keadaan penderita, luka
dan sekitar luka sibersihkan dengan antiseptic. Bahan yang
dapat dipakai adalah larutan yodium frovidon 1% dan larutan
klorheksin % larutan yodium 3% atau alkohol 70% hanya
digunakan untuk membersihkan kulit sekitar luka.
Kemudian daerah disekitar lapangan kerja ditutup dengan
kain steril dan secara steril dilakukan kembali pembersihan luka
dari kontaminasi secara mekanis, misalnya pembuangan
jaringan mati dengan gunting atau pisau dan dibersihkan
dengan bilasan, guyur atau semprotkan NaCl. Akhirnya
dilakukan penjahitan dengan rapih dan luka ditutup dengan
bahan yang dapat mencegah lengketnya kasa, misalnya kasa
yang mengandung vaelin ditambah dengan kasa penyerap dan
dibalut dengan pembalut elastis.
BAB III
TINJAUAN
KASUS
A. TINDAKAN PEMASANGAN INFUS

Data Subjektif
1. Identitas Pasien
Nama : Ny. A
Umur : 78 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Alamat : Puuwatu
Tanggal Masuk : 4 september 2016
2. Riwayat Kesehatan
a. Keluhan Utama
Klien merasakan nyeri nyeri ulu hati, merasa tidak
enak dan kurang berselera terhadap makanan dan kadang
disertai muntah.
b. Riwayat Keluhan Sekarang
Klien merasakan nyeri pada daerah epigastrium dan
nyeri perut melilit disertai muntah beberapa kali. Tingkat
nyeri skala 5. , klien merasa tidak enak dan kurang berselera
terhadap makanan
c. Riwayat Penyakit Terdahulu
Klien mempunyai riwayat maag
Data Objektif
1. Keadaan umum : klien nampak lemah
2. Kesadaran : compos mentis
3. TTV
TD : 120/70 mmHg
N : 70x/menit
S : 37C
P : 20x/menit

4. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik dari kepala sampai kaki tidak dilakukan
kecuali pada daerah abdomen
Inspeksi : bentuk simetris
Palpasi : nyeri tekan terhadap abdomen
Auskultasi : terdapat bising usus
Perkusi : timpani
5. Pemeriksaan Penunjang
Widal/Typhi
o S. Typhi O : + 1/180
o S. Typhi H : + 1/180
o S. Parathypi A-H :-
o S. Parathypi B-H :-
Assessment
Klien di diagnosa menderita suspek thypoid
Penatalaksanaan
1. Rencana Tindakan
Pemasangan infuse RL
Pemberian injeksi ranitidine 1 amp
Pemberian obat oral thiampenicol 1 tab, B6, Ibuprofen 1 tab

Pemasangan Infus

a. Pengertian
Memasukkan cairan atau obat langsung ke dalam
pembuluh darah dalam jumlah banyak dan dalam waktu
yang lama dengan penggunaan infuse set.
b. Tujuan
Sebagai akses pemberian obat
Mengganti dan mempertahankan keseimbangan cairan
dan elektrolit tubuh
Sebagai makanan bagi pasien yang tidak dapat atau
tidak boleh makan melalui mulut, pasien yang
memerlukan pengobatan tertentu
c. Penatalaksanaan
o Persiapan Alat
Standar infus
Perangkat infus
Cairan infus
Abocath 22
Pengalas
Tourniquet
Kapas alcohol
Plester
Gunting
Nierbekken
Kasa steril
Handscoon
o Prosedur Kerja
Menyiapkan alat dan bahan
Menjelaskan kepada pasien tindakan yang akan
dilakukan
Mencuci tangan
Buka kemasan steril, lentukan infuse set ke dalam
cairan infuse dan isi cairan kedalam tabung infuse set
Gunakan handscoon
Pasang pengalas dan pilih vena yang akan ditusuk
Pasang tourniquet
Desinfeksi daerah yang akan ditusuk menggunakan
kapas alcohol
Lakukan penusukan pada vena, periksa apakah jarum
masuk ke vena
Jarum infuse ditarik dan dihubungkan dengan selang
infuse kemudian lepaskan tourniquet
Lakukan desinfeksi dan tutup menggunakan kassa
steril
Atur jumlah tetesan infuse sesuai kebutuhan
Bereskan peralatan
Lepaskan handscoon dan mencuci tangan dibawah
air mengalir
Dokumentasi
2. Hasil
Telah terpasang IVFD RL di tangan kiri pasien dengan
tetesan 28x/menit
3. Evaluasi
Setelah dilakukan pemasangan infuse pada klien, tidak
terlihat atau terdapat tanda-tanda peradangan.
B. TINDAKAN PEMBERIAN INJEKSI INTRAVENA

Data Subjektif
1. Identitas Pasien
Nama : An. A
Umur : 7 tahun
Jenis Kelamin : Laki-Laki
Agama : Islam
Alamat : Totombe Jaya
Tanggal Masuk : 6 september 2016
2. Riwayat Kesehatan
a. Keluhan Utama
Klien mengalami muntah sejak kemarin sebanyak dua
kali
b. Keluhan Sekarang
Klien mengalami muntah disertai dengan nafsu
makan yang menurun
c. Riwayat Penyakit Terdahulu
Keluarga klien mengatakan klien tidak memiliki
riwayat penyakit apapun sebelumnya
Data Objektif
1. Keadaan umum : klien nampak lemah
2. Kesadaran : compos mentis
3. TTV
N : 88x/menit
S : 36,7C
4. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik dari kepala sampai kaki tidak dilakukan
kecuali pada daerah abdomen
Inspeksi : bentuk simetris, tidak ada bekas luka
Palpasi : tidak ada benjolan
Auskultasi : peristaltic kesan meningkat
Perkusi : timpani
Assessment
Klien di diagnosa menderita Gastrointeritis akut
Penatalaksanaan
1. Rencana Tindakan
Pemasangan infuse RL
Pemberian injeksi ranitidine 1 amp
Pemberian obat oral cotrymoxazole sirup 1sdt dua kali
sehari, diaston 1 tab dua kali sehari
Pemberian Injeksi Intravena

a. Pengertian
Pemberian injeksi intravena merupakan pemberian
obat dengan cara memasukkan obat ke dalam pembuluh
darah vena dengan menggunakan spuit. Sedangkan
pembuluh darah vena adalah pembuluh darah yang
menghantarkan darah ke jantung.
b. Tujuan
Pemberian obat dengan cara injeksi intravena
bertujuan untuk :
Mendapat reaksi yang lebih cepat, sehingga sering
digunakan pada pasien yang gawat darurat
Menghindari kerusakan jaringan
Memasukkan obat dalam volume yang lebih besar
c. Penatalaksanaan
o Persiapan Alat
Spuit dan jarum yang sesuai
Obat dalam tempatnya (Ranitidine 1 amp)
Selang intravena
Kapas alcohol
o Prosedur kerja
Mencuci tangan
Menjelaskan kepada pasien tindakan yang akan
dilakukan
Periksa identitas pasien, kemudian ambil obat dan
masukkan ke dalam spuit
Cari tempat penyuntikan dengan memasukkan jarum
spuit hingga menembus bagian tengah dan masukkan
obat secara perlahan-lahan ke dalam selang
intravena
Setelah selesai, tarik spuit
Periksa kecepatan infuse dan observasi reaksi obat
Membereskan alat dan merapikan pasien
Mencuci tangan
Catat obat yang telah diberikan beserta dosisnya
2. Hasil
Pemberian obat melalui injeksi intravena telah dilakukan
sesuai dengan program pengobatan dokter
3. Evaluasi
Setelah pemberian obat ranitidine 1 amp rasa mual muntah
klien berkurang dan klien merasa lebih baik
C. TINDAKAN MELAKUKAN PENCEGAHAN INFEKSI
Data Subjektif
1. Identitas Pasien
Nama : Ny. A
Umur : 78 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Alamat : Puuwatu
Tanggal Masuk : 4 september 2016
2. Riwayat Kesehatan
a. Keluhan Utama
Klien merasakan nyeri nyeri ulu hati, merasa tidak
enak dan kurang berselera terhadap makanan dan kadang
disertai muntah.
b. Riwayat Keluhan Sekarang
Klien merasakan nyeri pada daerah epigastrium dan
nyeri perut melilit disertai muntah beberapa kali. Tingkat
nyeri skala 5. , klien merasa tidak enak dan kurang berselera
terhadap makanan
c. Riwayat Penyakit Terdahulu
Klien mempunyai riwayat maag
Data Objektif
1. Keadaan umum : klien nampak lemah
2. Kesadaran : compos mentis
3. TTV
TD : 120/70 mmHg
N : 70x/menit
S : 37C
P : 20x/menit

4. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik dari kepala sampai kaki tidak dilakukan
kecuali pada daerah abdomen
Inspeksi : bentuk simetris
Palpasi : nyeri tekan terhadap abdomen
Auskultasi : terdapat bising usus
Perkusi : timpani
5. Pemeriksaan Penunjang
Widal/Typhi
o S. Typhi O : + 1/180
o S. Typhi H : + 1/180
o S. Parathypi A-H :-
o S. Parathypi B-H :-
Assessment
Klien di diagnosa menderita suspek thypoid
Penatalaksanaan
1. Rencana Tindakan
Pemasangan infuse RL
Pemberian injeksi ranitidine 1 amp
Pemberian obat oral thiampenicol 1 tab, B6, Ibuprofen 1 tab

Melakukan Pencegahan Infeksi


a. Cuci tangan
Mencuci tangan merupakan prosedur awal yang
dilakukan petugas kesehatan dalam memberikan tindakan.
Tindakan ini bertujuan untuk membersihkan tangan dari
segala kotoran, mencegah terjadinya infeksi silang melalui
tangan dan persiapan bedah atau tindakan pembedahan
agar mikroorganisme yang dapat mengakibatkan infeksi
tidak berpindah ke pasien, pengunjung,dan tenaga
kesehatan. Hygiene tangan baik dilakukan dalam 5
momen/saat yaitu :
sebelum kontak dengan pasien
setelah kontak dengan pasien
sebelum tindakan aseptic
setelah terkena cairan tubuh pasien
setelah kontak dengan lingkungan pasien

Langkah mencuci tangan


o Persiapan alat
Air bersih
Handwash/handrub
Handuk
o Prosedur kerja
Membasahi tangan dengan air bersih
Tuang cairan handrub/handwash pada telapak tangan
kemudian usap dan gosok kedua telapak tangan
secara lembut dengan arah memutar
Usap dan gosok kedua punggung tangan secara
bergantian
Gosok sela-sela jari tangan
Bersihkan ujung jari secara bergantian dengan posisi
saling mengunci
Gosok dan putar kedua ibu jari secara bergantian
Letakkan ujung jari ke telapak tangan kemudian
gosok perlahan
Membersihkan tangan dibawah air mengalir
Mengeringkan tangan dengan handuk bersih

b. Perlindungan diri (menggunakan handscoon)


Menggunakan sarung tangan steril merupakan
komponen kunci dalam meminimalkan penularan penyakit
serta mempertahankan lingkungan bebas infeksi.
Menggunakan sarung tangan steril bertujuan untuk :
Mengurangi resiko petugas terinfeksi bacterial dari
klien
Mencegah penularan flora kulit petugas pada klien
Mengurangi kontaminasi tangan petugas dengan
mikroorganisme yang dapat berpindah dari klien satu
ke klien yang lainnya

Langkah menggunakan sarung tangan steril

o Persiapan alat
Sarung tangan steril
Westafel/air mengalir untuk cuci tangan
Handuk bersih
Sabun
o Prosedur kerja
Siapkan peralatan dan bahan yang dibutuhkan
Lepaskan cincin, gelang dan jam tangan
Lakukan cuci tangan
Buka pembungkus kemasan bagian luar dengan hati-
hatimenyibakkannya ke samping
Pegang kemasan bagian dalam dan taruh pada
permukaan datar yang bersih tepat di atas ketinggian
pergelangan tangan
Identifikasi sarung tangan kanan dan kiri. Setiap
sarung tangan mempunyai manset kurang lebih 5 cm
(2 inci). Kenakan sarung tangan pada sarung tangan
yang lebih dominan
Dengan ibu jari dan dua jari lainnya dari tangan non
dominan, pegang tepi manset sarung tangan untuk
tangan dominan. Sentuh hanya pada permukaan
dalam sarung tangan.
Tarik sarung tangan pada tangan yang dominan,
lebarkan manset, pastikan baha manset tidak
menggulung pada tangan, pastikan juga ibu jari dan
jari lainnya pada posisi yang tepat
Dengan tangan yang telah memakai sarung tangan,
masukkan jari dibawah manset sarung tangan kedua
Tarik sarung tangan kedua pada tangan yang
dominan menyentuh bagian tangan non dominan
yang terbuka. Pertahankan ibu jari sarung tangan non
dominan abduksi ke belakang
Jika sarung tangan kedua telah terpasang cakupkan
kedua tangan, manset biasanya terbuka saat
pemasangan. Pastikan untuk menyentuh bagian yang
steril.
2. Hasil
Telah dilakukan langkah mencuci tangan dan menggunakan
sarung tangan steril sesuai prosedur.
3. Evaluasi
Setelah melakukan tindakan pencegahan infeksi, petugas
maupun klien akan terhindar dari terkontaminasi
mikroorganisme yang dapat menyebabkan infeksi dari prosedur
tindakan perawatan yang akan diberikan
D. TINDAKAN MENGGANTI BALUTAN

Data Subjektif
1. Identitas Pasien
Nama : Tn. S
Umur : 57 tahun
Jenis Kelamin : Laki-Laki
Agama : Islam
Alamat : Labibia
Tanggal Masuk : 22 september 2016
2. Riwayat Kesehatan
a. Keluhan Utama
Klien mengatakan akan mengganti verban pada luka
dikakinya
b. Keluhan Sekarang
Klien ingin mengganti verban, klien masih merasakan
nyeri disekitar luka.
Data Objektif
1. Keadaan umum : normal
2. Kesadaran : compos mentis
3. TTV
TD : 120/90 mmHg
4. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik dari kepala sampai kaki tidak dilakukan
kecuali pada daerah ekstremitas bawah
Inspeksi : terdapat luka tusuk di telapak kaki kanan,
pasien berjalan pincang
Palpasi : nyeri tekan disekitar luka
Assessment
Vulnus punctum

Penatalaksanaan
1. Rencana Tindakan
Mengganti balutan
Pemberian obat oral Amoxicilin, Dexamethason, Asam
Mefenamat

Tindakan mengganti Balutan

a. Pengertian
Mengganti balutan merupakan melakukan perawatan
pada luka dengan cara memantau keadaan luka, melakukan
penggantian balutan (ganti verban) dan mencegah terjadinya
infeksi. Mengganti balutan juga dikatakan mengganti balutan
yang kotor dengan balutan yang bersih.
b. Tujuan
Mencegah terjadinya infeksi
Memberikan rasa aman dan nyaman bagi klien dan
orang lain disekitarnya
Membantu proses penyembuhan luka
c. Indikasi
Dilakukan pada semua jenis luka sesuai dengan
kebutuhannya
d. Penatalaksanaan
o Persiapan alat
Bak instrument
Pinset anatomi
Pinset sirurgi
Gunting verban
Kassa steril
Kom steril
Larutan Nacl 0,9 %
Betadine
Handscoon
Nierbekken
Plester
o Prosedur kerja
Menjelaskan kepada pasien tindakan yang akan
dilakukan
Mencuci tangan dan memakai handscoon
Mendekatkan alat dan mengatur posisi pasien
Membuka plester dan kassa balutan dengan
menggunakan pindet lalu membuang balutan ke
nierbekken
Membersihkan luka dengan larutan Nacl 0,9%
dengan menggunakan kassa yang dicelupkan ke
dalam kom
Setelah luka dibersihkan keringka dengan
menggunakan kassa
Tutup luka dengan kassa yang telah diberikan
betadine lalu memasang plester
Rapikan pasien dan bereskan alat
Cuci tangan
Dokumentasikan tindakan
2. Hasil
Luka pada pasien telah bersih, balutan kotor/basah telah
diganti dengan balutan bersih.
3. Evaluasi
Setelah mengganti balutan lukanya pasien merasa lebih
nyaman. Pasien diberitahu untuk kembali ke puskesmas setiap
2 hari untuk mengganti verban serta untuk memantau keadaan
lukanya.
E. TINDAKAN PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK

Data Subjektif
1. Identitas Pasien
Nama : Ny. F
Umur : 44 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Alamat : Labibia
Tanggal Masuk : 23 september 2016
2. Riwayat Kesehatan
a. Keluhan Utama
Klien mengatakan sakit pada persendian
b. Keluhan Sekarang
Klien merasakan nyeri pada persendiannya dan pada
bekas operasi diperutnya
Data Objektif
1. Keadaan umum : normal
2. Kesadaran : compos mentis
3. TTV
TD : 130/90 mmHg
4. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik dari kepala sampai kaki tidak dilakukan
kecuali pada daerah abdomen
Inspeksi : bentuk simetris, terdapat bekas luka post op
usus buntu
Palpasi : nyeri tekan terhadap abdomen
Auskultasi : terdapat bising usus
Perkusi : timpani

Assessment
Abdominal pain

Penatalaksanaan
1. Rencana Tindakan
Memeriksa kadar kolesterol
Pemberian obat oral Asam Mefenamat

Pemeriksaan Diagnostik
Pengambilan specimen darah pemeriksaan kolesterol
Kolesterol merupakan zat berlemakyang diproduksi oleh
hati. Kolesterol dapat ditemukan di seluruh tubuh dan berperan
penting terhadap fungsi tubuh sehari-hari. Kolesterol membantu
menghasilkan empedu yang diperlukan untuk mencerna lemak
dan merupakan bahan pembentuk yang darinya tubuh membuat
kelenjar adrenal dan hormone seks.
Pemeriksaan kolesterol merupakan pemeriksaan yang
dilakukan untuk mengetahui kadar kolesterol dalam darah

Penatalaksanaan
o Persiapan alat
Alat pemeriksa GCU (Glukosa Cholesterol Urin Acid)
Test strip kolesterol
Lanset
Kapas alcohol
Handscoon
o Prosedur kerja
Memberitahu klien tindakan yang akan dilakukan
Mencuci tangan dan memakai handscoon
Memijat-mijat ujung jari manis dan lakukandesinfeksi
dengan menggunakan kapas alcohol
Lakukan penusukan dengan lanset
Bendungkan darah pada ujung jari
Memasukkan darah pada tempat yang ditentukan pada
strip yang telah disambungkan pada alat pemeriksa GCU
Tunggu beberapa saat hingga hasilnya muncul
Rapikan pasien dan bereskan alat
Cuci tangan dan catat hasil pemeriksaan
Dokumentasikan tindakan
2. Hasil
Setelah dilakukan pemeriksaan kolesterol hasil yang
didapatkan yaitu kolesterol Ny. F 182 mg/dL
3. Evaluasi
Tindakan yang dilakukan telah sesuai prosedur. Karena hasil
pemeriksaan kolesterol Ny. F tergolong normal maka pasien
hanya dianjurkan untuk meminum obat yang sesuai dengan
diagnosisnya sehingga nyeri abdomen klien dapat teratasi. Nilai
normal kadar kolesterol adalah 200 mg/dL.
F. TINDAKAN PEMASANGAN OKSIGEN

Data Subjektif
1. Identitas Pasien
Nama : Ny. S
Umur : 70 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Alamat : Jl. Banaula
Tanggal Masuk : 29 september 2016
2. Riwayat Kesehatan
a. Keluhan Utama
Klien mengatakan dadanya sesak
b. Keluhan Sekarang
Klien mengatakan dadanya sesak sejak pagi dan
mengalami batuk berdahak serta demam selama 2 hari.
Data Objektif
1. Keadaan umum : klien nampak lemah
2. Kesadaran : samnolen
3. TTV
TD : 120/80 mmHg
N : 87x/menit
S : 37C
P : 28x/menit
4. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik dari kepala sampai kaki tidak dilakukan
kecuali pada daerah dada
Inspeksi : bentuk simetris, tidak ada luka
Palpasi : tidak ada nyeri tekan
Auskultasi : tidak ada bunyi nafas tambahan
Perkusi : terdengar bunyi sonor
Assessment
Dispnea
Penatalaksanaan
1. Rencana Tindakan
Pemasangan oksigen
Mengajarkan tekhnik relaksasi dan batuk efektif

Pemasangan Oksigen
a. Pengertian
Pemasangan oksigen merupakan pemberian oksigen
ke dalam paru-paru melalui saluran pernapasan dengan
menggunakan alat bantu dan oksigen. Pemberian oksigen
pada klien dapat melalui kanula nasal dan masker oksigen.
b. Tujuan
Meningkatkan ekspansi dada
Memperbaiki status oksigenasi klien dan memenuhi
kekurangan oksigen
Membantu kelancaran metabolism
Mencegah hipoksia
Menurunkan kerja jantung
Menurunkan kerja paru-paru pada klien dengan dispnea
Meningkatkan rasa nyaman dan efisiensi frekuensi napas
dan penyakit paru
c. Penatalaksanaan
o Persiapan alat
Tabung oksigen dilengkapi humidifier dan flowmeter
Kanula nasal
o Prosedur kerja
Jelaskan pada pasien prosedur yang akan dilakukan
Mencuci tangan
Mengatur kecepatan oksigen sesuai dengan
kebutuhan, biasanya 1-6 liter/menit. Kemudian
observasi humidifier dengan melihat air
bergelembung
Pasang kanul nasal pada hidung dan atur pengikat
untuk kenyamanan pasien
Periksa kanula setiap 6-8 jam
Kaji cuping hidung, septum dan mukosa hidung, srta
periksa kecepatan oksigen
Catat kecepatan oksigen, rute pemberian dan respon
klien
Mencuci tangan setelah prosedur dilakukan
2. Hasil
Telah dipasang oksigen dengan kanula nasal dengan
kecepatan aliran 2 liter/menit.
3. Evaluasi
Tindakan yang dilakukan telah sesuai prosedur.
Setelah pemberian oksigen pasien terlihat lebih tenang.
Pasien diajarkan teknik relaksasi dan batuk efektif.
Pemberian oksigenasi di observasi tiap 6-8 jam beserta
respon klien.
G. TINDAKAN PEMROSESAN ALAT
Data Subjektif
1. Identitas Pasien
Nama : Ny. A
Umur : 78 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Alamat : Puuwatu
Tanggal Masuk : 4 september 2016
2. Riwayat Kesehatan
a. Keluhan Utama
Klien merasakan nyeri nyeri ulu hati, merasa tidak
enak dan kurang berselera terhadap makanan dan kadang
disertai muntah.
b. Riwayat Keluhan Sekarang
Klien merasakan nyeri pada daerah epigastrium dan
nyeri perut melilit disertai muntah beberapa kali. Tingkat
nyeri skala 5. , klien merasa tidak enak dan kurang berselera
terhadap makanan
c. Riwayat Penyakit Terdahulu
Klien mempunyai riwayat maag
Data Objektif
1. Keadaan umum : klien nampak lemah
2. Kesadaran : compos mentis
3. TTV
TD : 120/70 mmHg
N : 70x/menit
S : 37C
P : 20x/menit

4. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik dari kepala sampai kaki tidak dilakukan
kecuali pada daerah abdomen
Inspeksi : bentuk simetris
Palpasi : nyeri tekan terhadap abdomen
Auskultasi : terdapat bising usus
Perkusi : timpani
Assessment

Penatalaksanaan
1. Rencana Tindakan
Mengganti balutan

Pemrosesan Alat
Pemrosesan alat merupakan salah satu cara untuk
menghilangkan sebagian besar mikroorganisme berbahaya
penyebab penyakit dari peralatan kesehatan yang sudah
terpakai.
Tujuan pemrosesan alat adalah untuk menurunkan transmisi
penyakit dan pencegahan infeksi pada alat-alat atau instrument.
Jenis pemrosesan alat dibagi empat yaitu : dekontaminasi,
pencucian atau pembilasan,desinfeksi tingkat tinggi (DTT) dan
sterilisasi
Penatalaksanaan
o Persiapan alat
Alat yang akan diproses/dicuci
(bak instrument, bengkok, pinset anatomi, pinset sirurgi,
gunting)
Larutan clorin 0,5 %
Sabun deterjen
Air bersih
Handscoon
Sterilisator

o Prosedur kerja
Lakukan dekontaminasi terhadap alat-alat dengan
cara merendamnya dengan larutan desinfektan
(klorin 0,5%) selama 10 menit
Setelah dekontaminasi instrument harus segera dicuci
dengan air dingin untuk menghilangkan bahan
organic sebelum dibersihkan secara menyeluruh
H. TINDAKAN PEMBERIAN OBAT ORAL
Data Subjektif
1. Identitas Pasien
Nama : Tn. J
Umur : 19 tahun
Jenis Kelamin : Laki-Laki
Agama : Islam
Alamat : Kel. Matabubu
Tanggal Masuk : 4 Oktober 2016
2. Riwayat Kesehatan
a. Keluhan Utama
Klien mengatakan BAB cair
b. Keluhan Sekarang
Klien mengatakan BAB cair lebih dari 3 kali yang
disertai demam sejak 3 hari yang lalu serta mengalami
muntah.
Data Objektif
1. Keadaan umum : klien nampak lemah
2. Kesadaran : compos mentis
3. TTV
TD : 110/80 mmHg
N : 80x/menit
S : 39C
P : 20x/menit
4. Pemeriksaan Fisik
Kepala : Tidak ada hematoma dan nyeri tekan
Mata : Konjungtiva sedikit pucat, fungsi penglihatan
baik
Hidung : Bentuk simetris, tidak ada polip
Telinga : Bentuk simetris, tidak ada pengeluaran sekret
Mulut : Mukosa bibir kering, gig tampak bersih
Leher : Tidak ada pembesaran tiroid dan vena
jugularis
Dada : Inspeksi = Bentuk simetris
Palpasi = Tidak ada benjolan dan nyeri
tekan
Auskultasi = Bunyi jantung normal
Abdomen : Inspeksi = Bentuk simetris
Palpasi = Nyeri tekan terhadap abdomen
Auskultasi = Peristaltik kesan meningkat
Perkusi = TImpani
Genitalia : Tidak dilakukan pemeriksaan
Ekstremitas
Atas : Terpasang infuse RL pada tangan kanan dan
tidak terjadi oedema, warna kuku merah
muda
Bawah : Tidak ada luka, kelumpuhan serta oedema,
warna kuku merah muda dan tampak bersih
Assessment
Thypoid Fever
Penatalaksanaan
1. Rencana Tindakan
Menganjurkan untuk banyak minum air putih
Menganjurkan untuk makan dalam porsi sedikit tapi sering
Memberikan kompres air hangat
Pemberian obat oral cotrymoxazole, paracetamol,
papaverine, novadium

Pemberian obat oral


Pemberian obat per oral merupakan cara pemberian melalui
mulut dengan tujuan :
Untuk memudahkan dalam pemberian
Proses reabsorpsi lebih lambat sehingga bila timbul efek
samping tersebut dapat segera diatasi
Menghindari pembeerian obat yang menyebabkan nyeri
Menghindari pemberian obat yang menyebabkan kerusakan
kulit dan jaringan
Pasien mendapatkan pengobatan sesuai program
pengobatan dokter

Penatalaksanaan
o Persiapan Alat
Obat sesuai kebutuhan (puyer, tablet,kapsul)
Sendok dari pasien
Gelas dengan air minum dari pasien
Lap bersih/tissue dari pasien
o Prosedur kerja
Memberitahu pasien
Menyiapkan alat
Mencuci tangan
Memeriksa kembali obat yang telah disipakan dan
dicocokkan dengan nama pasien dengan ruangannya
Memberikan langsung obat kepada pasien dan ditunggu
sampai obat tersebut betul-betul ditelan habis oleh
pasien
Observasi respon pasien
Alat-alat dibersihkan dan dibereskan
Mencuci tangan setelah prosedur dilakukan
2. Hasil
Pasien telah meminum obat sesuai dosis, rute dan
waktunya.

3. Evaluasi
Setelah pemberia obat pasien merasa lebih baik.
Dalam pemberian obat perlu memperhatikan prinsip benar
pemberian obat, indikasi serta kontraindikasinya.
BAB IV
PEMBAHASAN
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA

Anda mungkin juga menyukai