OLEH:
FIPING MEIARSIH
14.1.086
Mahasiswa
Fiping Meiarsih
NIM 14.1.086
2. Klasifikasi
Menurut Naga (2014), bentuk penyakit TBC ini dapat diklasifikasikan
menjadi 2, yaitu:
a. Tuberculosis Paru
Penyakit ini merupakan bentuk yang paling sering dijumpai, yaitu
sekitar 80% dari semua penderita tuberculosis yang menyerang jaringan paru-
paru ini merupakan satu-satunya bentuk dari TBC yang mudah tertular
kepada manusia lain, asal kuman bisa keluar dari si penderita.
b. Tuberculosis ekstra paru
Penyakit ini merupakan bentuk penyakit TBC yang menyerang organ
tubuh lain, selain paru-paru, seperti pleura, kelenjar limfe, persendian tulang
belakang, saluran kencing dan susunan saraf pusat. Oleh karena itu, penyakit
TBC ini kemudain dinamakan penyakit yang tidak pandang bulu, karena
dapat menyerang seluruh organ dalam tubuh manusia secara bertahap.
Dengan kondisi organ tubuh yang telah rusak, tentu saja dapat menyebabkan
kematian bagi penderitanya.
3. Etiologi
Menurut Andra&Yessie (2013), penyebab dari TBC adalah:
a. Agen infeksius utama, Mycobacterium tuberculosis adalah batang aerobic
tahan asam yang tumbuh dengan lambat dan sensitif terhadap panas dan
sinar ultraviolet.
b. Mycobacterium bovis dan Mycobacterium avium pernah pada kejadian
yang jarang berkaitan dengan terjadinya infeksi Tuberculosis
4. Manifestasi Klinis
TBC sering dijuluki the great imitator yaitu suatu penyakit yang
mempunyai banyak kemiripan dengan penyakit lain yang juga memberikan
gejala umum seperti lemah dan demam. Pada sejumlah penderita gejala yang
timbul tidak jelas sehingga diabaikan bahkan kadang-kadang asimtomatik.
Gambaran klinik TBC dapat dibagi menjadi 2 golongan, gejala respiratorik
dan gejala sistemik:
a. Gejala respiratorik, meliputi:
1) Batuk: gejala batuk timbul paling dini dan merupakan gangguan yang
paling sering dikeluhkan. Mula-mula bersifat non produktif kemudaina
berdahak bahkan bercampur darah bila sudah ada kerusakan jaringan
2) Batuk darah: darah yang dikeluarkan dalam dahak bervariasi, mungkin
tampak berupa garis atau bercak-bercak darah, gumpalan darah atau
darah segar dalam jumlah yang sangat banyak. Batuk darah terjadi
karena pecahnya pembuluh darah. Berat ringannya batuk darah
tergantung dari besar kecilnya pembuluh darah yang pecah.
3) Sesak napas: gejala ini ditemukan bila kerusakan parenkim paru sudah
luas atau karena hal-hal yang menyertai seperti efusi pleura,
pneumothorax, anemia dan lain-lain.
4) Nyeri dada: nyeri dada pada TBC termasuk nyeri pleuritik yang ringan.
Gejala ini timbul apabila sistem persarafan di pleura terkena.
b. Gejala sistemik, meliputi:
1) Demam: merupakan gejala yang sering dijumpai biasanya timbul pada
sore dan malam hari mirip demam influenza, hilang timbul dan makin
lama makin panjang serangannya sedang masa bebas semakin pendek
2) Gejala sistemik lain: gejala sistemik lain adalah keringat malam,
anoreksia, penurunan berat badan serta malaise
3) Timbulnya gejala biasanya gradual dalam beberapa minggu-bulan,
akan tetapi penampilan akut dengan batuk, panas, sesak napas
walaupun jarang dapat juga timbul menyerupai gejala pneumonia.
(Andra&Yessie, 2013)
6. Patofisiologi
Infeksi diawali karena seseorang menghirup basil Mycobacterium
tuberculosis. Bakteri ini menyebar melalui jalan napas melalui alveoli lalu
berkembang biak dan terlihat bertumpuk. Perkembangan basil ini juga dapat
menjangkau sampai ke area lain paru-paru. Basil juga menyebar melalui
sistem limfe dan aliran darahke tubuh lain. Selanjutnya, sistem kekebalan
tubuh memberikan respon dengan melakukan reaksi inflamasi. Neutrofil dan
makrofag melakukan aksi fagositosis (menelan bakteri), sementara limfosit
spesifik tuberculosis menghancurkan basil dan jaringan normal. Reaksi
jaringan ini mengakibatkan terakumulasinya eksudat dalam alveoli yang
menyebabkan bronkopneumonia. Infeksi awal biasanya timbul dalam waktu
2-10 minggu setelah terpapar bakteri.
Interaksi antara Mycobacterium tuberculosis dan sistem kekebalan
tubuh pada masa awal infeksi membentuk sebuah masa jaringan baru yang
disebut granuloma. Granuloma terdiri atas gumpalan basil hidup dan mati
yang dikelilingi oleh makrofag seperti dinding. Granuloma selanjutnya
berubah bentuk menjadi masa jaringan fibrosa. Bagian tengah dari masa
tersebut disebut ghon tubercie. Materi yang terdiri atas makrofag dan bakteri
menjadi nekrotik yang selanjutnya membentuk materi penampakannya. Hal
ini akan menjadi klasifikasi dan akhirnya membentuk jaringan kolagen,
kemudian bakteri menjadi nonaktif.
Setelah infeksi awal, jika respon sistem imun tidak adekuat maka
penyakit akan menjadi lebih parah. Penyakit yang kian parah dapat timbul
akibat infeksi ulang atau bakteri yang sebelumnya tidak aktif kembali
menjadi aktif. Pada kasus ini, ghon tubercle mengalami ulserasi sehingga
menghasilkan necrotizing caseosa didalam bronchus. Tuberkel yang ulserasi
selanjutnya menjadi sembuh dan membentuk jaringan parut. Paru-paru yang
terinfeksi kemudian meradang mengakibatkan timbulnya bronkopneumonia,
membentuk tuberkel dan seterusnya. Pneumonia seluler ini dapat sembuh
dengan sendirinya. Proses ini berjalan terus dan basil terus difagosit atau
berkembang biak didalam sel. Makrofag yang mengadakan infiltrasi menjadi
lebih panjang dan sebagian bersatu membentuk sel tuberkel epiteloid yang
dikelilingi oleh limfosit (membutuhkan waktu 10-20 hari). Daerah yang
mengalami nekrosis dan jaringan granulasi yang dikelilingi sel epiteloid dan
fibroblast akan menimbulkan respon berbeda, kemudian pada akhirnya akan
membentuk suatu kapsul yang dikelilingi oleh tuberkel.
7. Pemeriksaan Penunjang
Menurut Soemantri (2008), pemeriksaan yang dapat digunakan untuk
memastikan penderita TBC adalah sebagai berikut.
a. Sputum culture: untuk memastikan apakah keberadaan Mycobacterium
tuberculosis pada stadium aktif
b. Ziehl test (Acid-fast staind applied to smear of body fluid): postif untuk
BTA
c. Chest X-Ray: dapat memperlihatkan infiltrasi kecil pada lesi awal bagian
atas paru-paru, deposit kalsium pada lesi primer yang membaik atau cairan
pleura. Perubahan yang mengindikasikan TBC yang lebih berat dapat
mencakup area berlubang dan fibrosa.
d. Histologi atau kultur jaringan: positif untuk Mycobacterium tuberculosis
e. Needle biopsy of lung tissue: positif untuk granuloma TBC, adanya sel-sel
besar yang mengindikasikan nekrosis.
f. Elektrolit: mungkin abnormal tergantung dari lokasi dan beratnya infeksi
g. Bronkhografi: merupakan pemeriksaan khusus untuk melihat kerusakan
bronchus atau kerusakan paru-paru yang terkena TBC
h. Darah: lekositosis, LED meningkat
i. Test fungsi paru: VC menurun, dead space meningkat, TLC meningkat,
menurunnya saturasi oksigen yang merupakan gejala sekunder dari
fibrosis/infiltrasi parenkim paru dan penyakit pleura.
8. Penatalaksanaan Medis
TBC ditangani terutama dengan agens antituberkulosis selama 6-12
bulan. Durasi terapi yang lama penting untuk memastikan bahwa organisme
telah diberantas dan mencegah relaps. Terapi Farmakologis untuk TBC
adalah:
a. Medikasi lini pertama: isoniazid atau INH (Nydrazid), rifampin (rifadin),
pirazinamid, dan etambutol (myambutol) setiap hari selama 8 minggu dan
berlanjut sampai dengan 4-7 bulan
b. Medikasi lini kedua: kapreomisin(Capastat), etionamid (Trecator), natrium
paravaminosalisilat dan sikloserin (Seromycin).
c. Vitamin B (piridoksin) biasanya diberikan bersama INH (Smeltzer, 2013).
9. Pathway
2. Diagnosa Keperawatan
a. Bersihan Jalan Nafas tidak Efektif
b. Pola Nafas tidak efektif
c. Gangguan Pertukaran gas
d. Kurang Pengetahuan
e. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
3.
Rencana Keperawatan