Anda di halaman 1dari 20

TUGAS AMDAL

Rona Lingkungan Awal

Perencanaan Proyek Pembangunan Underpass Cibiru

Kelompok 3

Nama Anggota :

Handayani Nabilah (15311002)

Husna Muizzati S. (15312015)

M. Ibrahim Yazdi (15312037)

Kenny Wonosantoso (15312053)

Nadhira Afina Wardhani (15312065)

Annisa Maulina (15312071)

Nuraisyah Yuniar R. (15312077)

PROGRAM STUDI TEKNIK LINGKUNGAN


FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN LINGKUNGAN
INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG
2016
Dalam meninjau rona lingkungan awal di sekitar lokasi proyek pembangunan
underpass Cibiru, terdapat beberapa komponen lingkungan yang diperhatikan,
yaitu :

1. Komponen Tata Ruang


1.1 Transportasi
Data mengenai transportasi yang diukur adalah jumlah kendaraan yang
melintas pada ruas-ruas jalan yang melewati bundaran Cibiru sebelum
dibangunnya underpass Cibiru. Jumlah kendaraan ini diukur selama 15
menit pada rush hours (hari Sabtu pukul 16.00-16.15). Berikut adalah
data yang didapat dari hasil pengukuran tersebut.

Tabel 1. Jumlah Kendaraan Ruas Cicaheum-Cileunyi

Ruas jalan Cicaheum menuju Cileunyi


Jenis Kendaraan Jumlah
Mobil 91
Motor 645
Bis 4
Truk 8
Angkot 50
Sumber: Data Primer (2016)
Tabel 2. Jumlah Kendaraan Ruas Cileunyi-Cicaheum

Ruas jalan Cileunyi menuju Cicaheum


Jenis Kendaraan Jumlah
Mobil 92
Motor 490
Bis 4
Truk 13
Angkot 37
Elf 4
Sumber: Data Primer (2016)
Tabel 3. Jumlah Kendaraan Ruas Soekarno-Hatta-Cileunyi

Ruas jalan Soekarno Hatta menuju Cileunyi


Jenis Kendaraan Jumlah
Mobil 117
Motor 1096
Bis 1
Truk 10
Angkot 25
Sumber: Data Primer (2016)
Tabel 4. Jumlah Kendaraan Ruas Cileunyi-Soekarno-Hatta

Ruas jalan Cileunyi menuju Soekarno Hatta


Jenis Kendaraan Jumlah
Mobil 173
Motor 626
Bis 1
Truk 17
Angkot 22
Sumber: Data Primer (2016)

1.2 Batas Wilayah


Utara : Kecamatan Cilengkrang
Barat : Ujung Berung
Timur : Kecamatan Cileunyi
Selatan: Kecamatan Rancasari

1.3 Penggunaan Lahan


Alih fungsi atau perubahan penggunaan lahan adalah bertambahnya suatu
penggunaan lahan dari satu sisi penggunaan ke penggunaan yang lainnya
diikuti dengan berkurangnya tipe penggunaan lahan yang lain pada suatu
waktu ke waktu berikutnya, atau berubahnya fungsi suatu lahan pada suatu
daerah pada kurun waktu yang berbeda. Tata guna lahan yang dominan di
daerah sekitar proyek pada awalnya adalah area persawahan. Namun
demikian, saat ini telah terjadi alih fungsi lahan menjadi permukiman dan
pertokoan Perubahan tata guna lahan lini terjadi terutama di area yang
dekat dengan jalan raya.
Peta Tataguna Lahan Daerah Cibiru dan Sekitarnya Bandung (Skala 1:50.000)
(Sumber: Oleh Ediwan A.Syarief dan Risna Widyaningrum, 2010)

1.4 Tata ruang transportasi

Jumlah panjang jalan yang mencakup Kodya dan Kabupaten Bandung


adalah 1.236,48 km (Dinas Bina Marga dan Pengauran Kota Bandung,
2012) yang terbagi berdasarkan tingkat pembinaannya menjadi Jalan
Nasional (33,36 km; 7 ruas), Jalan Provinsi (17,54 km; 9 ruas) dan Jalan
Kota (1185, 38 km). Kotamadya Bandung bila dilihat dari peta jaringan
jalannya akan memperlihatkan adanya jalan poros yang membagi wilayah
Kodya menjadi bagian Utara dan Selatan. Jalan tersebut merupakan jalan
regional yang menghubungkan ke arah Jakarta dan Cirebon.
Jalan Soekarno-Hatta adalah Jalan Nasional yang tanggung jawab
pengelolaannya di bawah Kementerian Pekerjaan Umum. Jalan ini
menghubungkan dari Cibeureum sebelah Barat hingga Cibiru sebelah
timur. Jalan Soekarno-Hatta memiliki panjang 1767 k dan luas wilayah
yang dilaluinya 112,8 km2 dan terdiri dari 16 kecamatan. Untuk ruas Jalan
Gede Bage-Cibiru panjang jalannya adalah 2.809,67 meter. Jumlah putaran
balik yang terdapat di sepanjang ruas tersebut adalah 2 putaran balik, dan
tidak ada persimpangan di sepanjang ruas jalan tersebut, kecuali
persimpangan Jalan Soekarno-hatta dengan Jalan Rumah Sakit yang
merupakan awal dari ruas Jalan Gedebage-Cibiru.

2. Komponen Fisik

2.1 Geomorfologi
a. Kemiringan lereng 00-30
b. Kemiringan landau 30-90
c. Perbukitan relief sedang dan berkemiringan agak terjal 90-170

2.2 Geologi

Berdasarkan data dari BMKG (2016), kondisi topografi di wilayah studi


dan sekitarnya mempunyai ketinggian antara 600-650 meter di atas
permukaan laut. Wilayahh ini merupakan dataran tinggi dan umumnya
membentuk medan bergelombang dan pada beberapa tempat tertentu
terdapat cekungan dengan kemiringan 0-3%. Sedangkan keadaan topografi
wilayah studi yang relatif datar memiliki kemiringan lahan antara 2-5%.

Lokasi wilayah studi dan sekitarnya mempunyai kemiringan lereng 0-3%


dengan ketinggian 670,00-690,00 m di atas permukaan laut. Berdasarkan
Peta Geologi Teknik lembar Bandung, Jawa Barat yang diterbitkan
Direktorat Tata Lingkungan skala 1:50.000. Lokasi wilayah studi
dilatarbelakangi oleh kesamaan sifat fisik tanah dan batuannya dapat
dibedakan menjadi dua satuan geologi teknik, yaitu alluvium dan endapan
danau. Kemiringan lahan sebagai bentuk alami permukaan tanah,
merupakan salah satu faktor dalam penentuan kemampuan tanah untuk
menampung kegiatan-kegiatan di atasnya.

Lokasi studi termasuk ke dalam satuan batuan yang terdiri dari:


Aluvium, yaitu terdiri dari lempung, lanau, pasir, kerikil terutama endapan
sungai sekarang.
Endapan danau, yaitu terdiri dari lempung tufaan, kerikil tufaan,
membentuk bidang-bidang pelapisan mendatar di beberapa tempat.
Mengandung kongreksi-kongreksi gamping, sisa-sisa tumbuhan, moluska
air tawar dan tulang-tulang binatang bertulang belakang setempat
mengandung sisipan breksi. Dari keadaan geologi eprmukaan, sebaran
batu dan tanah di lokasi rencana kegiatan terdiri dari lempung lanau,
lapisan gambut, lapisan pasir dan lapisan berpasir. Jenis tanah di Kota
Bandung terdiri dari latosol dan alluvial. Latosol dan sedikit andosol
terdapat di Bandung Utara, sedangkan Bandung Selatan, Timur, dan Barat
tersebar jenis tanah alluvial yang bahan induknya bahan endapan liat.
Lokasi wilayah studi terletak di Formasi Kosambi yang didominasi oleh
satuan batu lempung endapan danau dengan perselingan pasir yang belum
kompak. Berdasarkan hidrostratifigrafi regional formasi in yang
merupakan lapisan akuitar dan setempat terdapat akuifer dengan ketebalan
yang tipis. Secara alami lokasi wilayah studi berada pada daerah yang
memiliki akuifer dengan produktivitas sedang dan memiliki penyebaran
yang luas, akan tetapi pengambilan air tanah di daerah ini perlu
mempertimbangkan pengambilan eksisting dan penggunaan oleh

kebutuhan sehari-hari masyarakat.

Peta Geologi Teknik Daerah Cibiru dan Sekitarnya Bandung (Skala 1:50.000)
(Sumber: Oleh Ediwan A.Syarief dan Risna Widyaningrum, 2010)
Peta Geologi Daerah Cibiru dan Sekitarnya Bandung (Skala 1:50.000)
(Sumber: Oleh Ediwan A.Syarief dan Risna Widyaningrum, 2010)

2.3 Kegempaan
Episentrum 0-65 km di selatan daerah Cibiru yaitu di Sesar Cimandiri di
bagian selatan dan Sesar Lembang di utara (BMKG, 2016).

2.4 Kealiran
Wilayah potensi air tanah sedang pada akuifer dangkal dan diam
Bandung Soreang: sebagian kabupaten bandung dan sebagian
kabupaten sumedang
Litologi: batuan, formasi cibeureum, formasi kosambi, alufium
Akuifer dangkal pada kedalaman 1,6-30 m, debit 2-8 L/detik
Akuifer dalam pada kedalaman 35-200 m, debit 2-9,5 L/detik
Air permukaan sungai cikeruh, sungai cibansi, sungai cipeles, san
sungai citarik dengan debit fluktuatif (BMKG, 2016)

2.5 Iklim
Tropis: (bulan November-April)
Kemarau (bulan Mei-November)
Data curah hujan dari dinas pertanian kabupaten bandung 1997-2001
bulan Oktober-April rata-rata 182-608 mm/bulan. Di lokasi tidak terdapat
stasiun klimatologi, maka keterangan mengenai temperature udara diambil
dari stasiun terdekat. Karakteristik iklim di lokasi adalah tipe monsoon
tropis dengan musim kemarau dari bulan Juli sampai September dan
musim hujan dari bulan Oktober sampai Juni (Narulita et. al. dalam
AMDAL Pesawat PT. Jabil Circuit Indonesia). Nilai perubahan temperatur
terhadap ketinggian yaitu dengan setiap kenaikan tempat sebesar 10 meter,
temperatur akan turun sebesar kurang lebih 0,6 OC. Temperatur udara pada
lokasi sekitar kegiatan relative sama dengan temperatur Kota Bandung
pada umumnya yaitu 19 30,1OC sesuai pada tabel berikut.

Tabel 5. Temperatur Udara di Kawasan Bundaran Cibiru


Bulan T rata-rata T maksimum T minimum
Januari 23,4 28,3 21
Februari 23,4 28,6 20,3
Maret 23,8 29,6 20,4
April 23,7 29,1 20,7
Mei 23,5 28,7 20,3
Juni 23,6 28,5 20,3
Juli 22,5 28 19
Agustus 23,2 29,4 18,5
September 23,7 30,1 19,1
Oktober 23,8 30 19,6
November 23,8 29,8 20
Desember 23,1 28,4 20,1
Sumber: Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika Stasiun Bandung

Berikut adalah grafik temperatur udara di lokasi Bundaran Cibiru.


35

30

25

20 T rata-rata
Temperatur oC T maksimum
15 T minimum

10

Sumber: Dokumen AMDAL PT. Jabil Circuit Indonesia (2015)

Menurut data tahun 2013, kelembaban udara nisbi berkisar antara 70%
yang terjadi pada bulan September dan 82% yang terjadi pada bulan April
dan Mei. Data selengkapnya pada tabel berikut.
Tabel 6. Penguapan, Tekanan Udara dan Kelembaban Nisbi di Bundaran Cibiru
Tekanan Kelembaban
Bulan Penguapan
Udara Nisbi
Januari 3,9 923,3 79
Februari 3,7 922,1 80
Maret 4,23,2 923,4 79
April 3,3 922,7 82
Mei 3,4 922,9 82
Juni 3,1 922,1 8
Juli 4,23,2 923,2 77
Agustus 4,4 923,9 71
September 4,4 923,8 70
Oktober 4,4 924,5 73
November 4 922,5 74
Desember 3,5 922,5 80
Sumber: Dokumen AMDAL PT. Jabil Circuit Indonesia (2015)
Pola curah hujan bulanan di Kota Bandung rata-rata dari 10 tahun
pengamatan (2004-2013) diperlihatkan pada tabel berikut. Pola puncak
curah hujan bulanan tertinggi di bulan Maret dan curah hujan terendah di
bulan Agustus. Rata-rata curah hujan bulanan tertinggi pada bulan Maret
yaitu 342,3 mm dan curah hujan bulanan terendah pada bulan Agustus
yaitu 23,8 mm.

Tabel 7. Curah Hujan di Bundaran Cibiru


Curah
Tahun
hujan
200 200 200 200 200 201 201 201 201 201
Bulan
5 6 7 8 9 0 1 2 3 4
Januari 285 204 241 234 120 455 33 213 247 300
Februari 363 275 349 1 298 408 55 238 225 68
Maret 464 52 0 360 520 765 112 201 327 622
April 150 281 205 218 217 180 240 148 315 228
Mei 0 106 149 65 176 213 139 71 235 27
Juni 74 0 49 31 167 121 38 83 154 107
Juli 68 170 19 2 9 92 39 0 123 95
Agustus 42 0 0 33 0 127 0 3 19 14
September 29 0 0 61 12 420 11 0 20 18
Oktober 194 0 1 120 100 280 94 67 70 23
November 96 0 190 442 20 337 280 263 168 170
Desember 211 0 270 306 307 322 240 444 372 373
Sumber: Dokumen AMDAL PT. Jabil Circuit Indonesia (2015)

Kecepatan angin rata-rata di wilayah studi berkisar antara 3 m/s yang


terjadi pada bulan April, November, dan tertinggi sebesar 6 m/s yang
terjadi pada bulan Februari. Angin dominan pada arah Barat atau angin
Timur. Data kecepatan angin dan arah tertera pada tabel berikut.

Tabel 8. Kecepatan Angin di Bundaran Cibiru


Kecepatan
Tahun
angin
200 200 200 200 200 201 201 201 201 201
Bulan
5 6 7 8 9 0 1 2 3 4
Januari 6 6 4 4 4 2 4 4 4 4
Februari 6 6 2 4 4 3 5 3 4 4
Maret 4 5 4 3 3 3 3 4 4 4
April 4 5 3 3 3 3 3 3 3 3
Mei 3 4 3 2 3 3 3 3 3 3
Juni 4 5 3 1 3 3 3 3 3 3
Juli 4 5 3 2 3 3 3 3 3 3
Agustus 4 5 3 2 3 3 3 3 3 3
September 3 6 3 2 3 3 3 3 3 3
Oktober 4 6 3 2 3 3 3 3 3 3
November 4 4 3 1 3 3 3 3 3 3
Desember 4 2 3 2 3 4 3 3 3 3

Tabel 9. Arah Angin di Bundaran Cibiru


Arah
Tahun
angin
200 200 200 200 200 201 201 201 201
Bulan 2013
5 6 7 8 9 0 1 2 4
Januari w w w w w w w w w se
Februari w w w w w w w w ne e/w
Maret w w w nw w w w w e se
ne/n
April w w vrb nw w w w w se
w
Mei w w vrb e w w w e nw se
Juni w e w e w w w w e w
Juli e e ne ne vrb w w e w w
Agustus e e ne e w w w e sw n
Septembe
e/w e ne ne ne w w ne sw n
r
Oktober e e ne ne ne w w ne w e/w
Novembe
w e ne w w w w w e/n e/w
r
Desember w w w w w w w w n se
Sumber: Dokumen AMDAL PT. Jabil Circuit Indonesia (2015)

2.6 Air Tanah


Berdasarkan kajian hasil pemboran coring dari AMDAL PT. Jabil Circuit
Indonesia (2015) hingga kedalaman 200 m di daerah Gedebage (sekitar
lokasi studi) terdapat 3 unit system hidrostratigrafi (akuifer-akuitar), yaitu:
- Unit akuifer dengan kedalaman 20-40 m
- Unit akuifer kedalaman 75-150 m
- Unit akuifer dengan kedalaman 170-250 m
Dari hasil ini dapat disimpulkan bahwa akuifer unit 1 umumnya tipis dan
dibatasi oleh lapisan lempung yang bersifat impermeabel, sehingga
produktivitas akuifer du unit 1 (20-40 m) umumnya rendah hingga sedang.
Pengambilan air tanah di zona ini sebaiknya dibatasi dan arena peruntukan
air tanah di unit ini diutamakan bagi rumah tangga ataupun industri kecil
dengan pengambilan yang terbatas. Pengambilan air tanah di daerah
kajian sebaiknya diambil di unit sistem akuifer 2 atau 3, dengan kedalaman
sumur lebih dari 100 m.
Tabel 10. Kualitas Air Tanah di Bundaran Cibiru
Baku Sumber
Sampe Konsentras Mutu Standar
l i (mg/l) (mg/l Baku
) Mutu
Cd 0.00955 0.01 KepGub
Co 0.01085 0.2
Jabar
Cr 0.01545 0.05
Cu 0.0551 0.02 No.39
Fe 0.99685 5 Tahun
Hg 0.0000404 0.002
Mn 0.5487 2 2000
Ni 0.08585 0.5 (Golonga
Pb 0.0275 0.03
n Air
Zn 0.4054 0.02
C;D)
Sumber: Tugas Akhir

2.7 Air Permukaan

Air permukaan yang terdapat di daerah studi berupa anak-anak Sungai


Cinambo, dengan anak sungai yang terdekat dari lokasi studi adalah
Sungai Cikapundung. Keadaan fungsi dan kondisi air permukaan di sekitar
lokasi kegaitan umumnya kurang begitu baik. Di seluruh anak sungai yang
berada di wilayah Panyileukan semuanya mengalami pendangkalan dan
penyempitan akibat timbulan sampah dan kurang terawatnya aliran sungai.
Hal ini menyebabkan di wilayah Panyileukan pada saatu hujan Jalan
Soekarno-Hatta mengalami banjir. Hal tersebut dipengaruhi oleh keadaan
topografi dan kemiringan lahan yang relatif landai mencapai kemiringan
2% serta kondisi sungai yang tidak terawat dan mengalami pendangkalan.
Kondisi saluran Sungai Cikapundung di beberapa lokasi terjadi
pendangkalan dan penyempitan oleh ilalang sehingga laju aliran terhambat
dan terjadi penyempitan. Tidak adanya sempadan sungai yang habis oleh
pondasi bangunan menyulitkan bila dilakukan pelebaran pada sungai
tersebut. Kondisi terakhir pada bulan April 2015 saat terjadi hujan, Jalan
Soekarno-hatta mengalami banjir setinggi 30 cm. Hal ini menunjukkan
bahwa wilayah di sekitar rencana kegiatan berpotenis banjir yang dapat
berdampak pada peningkatan air larian.

2.8 Kualitas Udara


Data kualitas udara yang didapatkan adalah konsentrasi karbon monoksida
(CO) yang dirata-ratakan dalam tiap harinya. Berikut merupakan
konsentrasi karbon monoksida yang terukur.

Tabel 11. Kualitas Udara di Bundaran Cibiru


Senyawa Konsentrasi g/Nm3
NO2 <10
SO2 <17,15
CO 6,298
O3 <15,61
HC 18
Pb 0,1
PM 2,5 49
TSP 129
H2S <0,001
NH3 0,12
Sumber: Dokumen AMDAL PT. Jabil Circuit Indonesia

Kebisingan juga diukur oleh BPLH Kota Bandung di kawasan Bundara


Cibiru. Bising yang terukur yaitu sebesar 79,85 dBA. Angka tersebut
melebihi ambang batas yang ditetapkan BPLH Kota Bandung yaitu 70
dBA.

3. Komponen Biologi
3.1 Flora Darat
Secara umum kondisi di sekitar areal studi merupakan hamparan
lahan yang relatif datar. Lahan tersebut berupa bekas sawah dan kebun
yang telah ditinggalkan serta lapangan terbuka. Sawah dan kebun tersebut
sebelumnya dimiliki oleh beberapa pemilik. Sistem pengairan sawah yang
pernah dilakukan di atas lahan tersebut adalah pengairan sendiri oleh
masyarakat atau pemilik lahan (irisgasi non-PU). Di atas lahan bekas
sawah dan kebun tersebut masih terlihat padi serta beberapa jenis tanaman
kebun seperti ketela pohon, ubi, dan labu siam dan kini telah ditumbuhi
berbagai tanaman liar.
Adapun lapangan terbuka yang berada di dareal studi dominan ditumbuhi
oleh berbagai jenis vegetasi bawah (rumput dan semak) serta beberapa
jenis pohon yang tumbuh alami yang terletak di pinggir batas area rencana
kegiatan.
Secara ekologis baik sawah maupun lapangan terbuka yang
terdapat di areal studi dapat berfungsi mengurangi polusi udara dan polusi
suara, produsen oksigen, penahan angin, penyedia habitat liar bagi satwa,
serta menurunkan suhu udara sekitar.
Dari segi aspek sosial, budaya dan ekonomi, sawah di area studi
merupakan lahan binaan yang digarap dan dialiri untuk tempat menanan
padi oleh masyarakat untuk kebutuhan pangan. Adapun tanah lapangan
terbuka yang berada di dalam areal studi seringkali digunakan sebagai
lahan parkir kendaraan roda empat dan dua oleh beberapa pihak yang
memang memerlukan.
Berbagai jenis tumbuhan yang terdapat di areal studi tidak
termasuk jenis tumbuhan yang dilindungi oleh peraturan perundangan
nasional maupun internasional. Selengkapnya jenis tumbuhan yang
tercatat di sekitar areal studi disajikan pada tabel berikut.

Tabel 12. Flora di Kawasan Bundaran Cibiru


No Jenis Nama No Jenis Nama
Tumbuhan Lokal Tumbuhan Lokal
1 Psidium Jambu 15 Sida Sidaguri
guajava batu rhombifolia
2 Mangifera Mangga 16 Hylocereus Buah naga
indica undatus
3 Carica papaya Pepaya 17 Clitoria Kembang
ternatea telang
4 Leucaena Petai cina 18 Stachytarpheta Jarong
leucocephala mutabilis lelaki
5 Albizzia Albasia 19 Pennisetum Rumput
falcataria purpureum gajah
No Jenis Nama No Jenis Nama
Tumbuhan Lokal Tumbuhan Lokal
6 Musa Pisang 20 Setaria Rumput
paradisiaca sphacelata setaria
7 Oryza sativa Padi 21 Celosia Boroco
argentea
8 Manihot Ketela 22 Eleusine indica Rumput
esculenta pohon Belulang
9 Sechium edule Labu siam 23 Themeda Rumput
arguens merak
10 Ipomea batatas Ubi 24 Ipomea aquatic Kangkung
11 Amaranthus Bayam 25 Limnocharis Genjer
spinosus flava
12 Mimosa pudica Putri malu 26 Imperata Ilalang
cylindrical
13 Colocasia Talas 27 Cyperus Rumput
esculenta rotundus teki
14 Jasmium Melati 28 Zea mays Jagung
rhombifolia
Sumber: Dokumen AMDAL PT. Jabil Circuit Indonesia

3.2 Fauna
Jenis fauna yang tercatat dalam pengamatan langsung di lokasi
studi antara lain kelompok avifauna (burung), mamalia dan juga reptilia.
Tidak banyak jenis avifauna yang ditemukan di lokasi studi. Jenis
yang relatif dominan ditemui adalah jenis burung bondol jawa (Lonchura
leugastroides). Jenis burung ini merupakan jenis burung generalis yang
umum dijumpai di sekitar areal pesawahan. Berdasarkan asil observasi dan
wawancara yang telah dilakukan di area studi, juga tidak ditemukan
banyak jenis mammalia, reptilia, dan amfibi yang terdapat di wilayah
studi. Dari seluruh jenis avifauna, mammalia, reptilia, dan amfibi tersebut
tidak ada satupun jenis yang dilindungi berdasarkan peraturan
perundangan nasional dan internasional. Data selengkapnya jenis avifauna,
mammalia, reptilian dan serangga yang ditemukan di wilayah studi
disajikan pada tabel berikut.

Tabel 13. Fauna di Kawasan Bundaran Cibiru


No Jenis Hewan Nama Lokal No Jenis Hewan Nama Lokal
1 Collocacia Burung 7 Anisoptera Capung
esculenta wallet sapi
2 Lonchura Burung 8 Hymenoptera Tawon
leucogastroides bondol jawa
3 Cacomantis Burung 9 Eurema Kupu-kupu
merulinus wiwik kelabu proterpia belerang
4 Eutropis Kadal kebun 10 Neptis hylas Kupu-kupa
multifasciata common
sailer
5 Caelifera Belalang 11 Cycadidae Tonggeret
6 Gryllidae Jangkrik 12 Rattus Tikus
argentiventer
Sumber: Dokumen AMDAL PT. Jabil Circuit Indonesia

4. Komponen Sosial, Ekonomi dan Budaya


4.1 Data Kependudukan
Lingkupan proyek underpass Cibiru ini melibatkan 3 kecamatan di dua
kabupaten/kota. Kecamatan-kecamatan itu antara lain Kecamatan Cibiru dan
Kecamatan Panyileukan di Kota Bandung serta Kecamatan Cileunyi di
Kabupaten Bandung. Adapun data kependudukan dari masing-masing
kecamatan antara lain data kependudukan berdasarkan jenis kelamin (Tabel 1),
kepadatan (Tabel 2), jumlah Kepala Keluarga (KK) (Tabel 3), tingkat
pendidikan (Tabel 4), dan jenis pekerjaan (Tabel 5).

Tabel 14. Data Kependudukan Berdasarkan Jenis Kelamin

Kecamatan Laki-laki Perempuan Jumlah


Cibiru 43.874 40.585 84.459
Panyileukan 19.905 19.197 39.102
Cileunyi 85.037 79.222 164.529
(Sumber: Disdukcapil Kota Bandung dan Kabupaten Bandung, 2015)

Tabel 15. Data Kependudukan Berdasarkan Kepadatan

Kecamatan Jumlah Penduduk Luas Area (km2) Kepadatan


Cibiru 84.459 6,53 12934
Panyileukan 39.102 5,51 7097
Cileunyi 164.529 31,58 5210
(Sumber: Disdukcapil Kota Bandung dan Kabupaten Bandung, 2015)

Tabel 16. Data Kependudukan Berdasarkan Jumlah KK

Kecamatan Jumlah Kepala Keluarga (KK)


Cibiru 25.582
Panyileukan 10.869
Cileunyi 49.705
(Sumber: Disdukcapil Kota Bandung dan Kabupaten Bandung, 2015)

Tabel 17 Data Kependudukan Berdasarkan Tingkat Pendidikan

Belum Belum
Kecamatan Sekola Tamat SD SMP SMA DI/II D3 S1 S2 S3
h SD
Cibiru 14.135 7.064 14.67 13.30 26.34 527 2.16 5.631 534 73
8 8 8 1
Panyileuka 5459 4.126 3.512 5.208 12.119 486 2117 5.507 477 91
n
Cileunyi 28.474 15.53 33.61 26.69 41.34 2.13 4.97 10.22 1.12 149
7 4 3 2 7 1 1 1
(Sumber: Disdukcapil Kota Bandung dan Kabupaten Bandung, 2015)
Tabel 18 Data Kependudukan Berdasarkan Jenis Pekerjaan

BUM
Tidak Rumah Pelaja TNI/POLR Pensiuna Karyawa D/ Medi
Kecamatan PNS Wiraswasta
Bekerja Tangga r I n n Swasta BUM s
N
Cibiru 11.852 16.147 17.104 1.070 2.392 476 11880 438 466 6756 1
Panyileuka 5.509 6.743 10.153 760 1.891 273 6.159 1.033 105 2.947
n
Cileunyi 1.937 60.602
(Sumber: Disdukcapil Kota Bandung dan Kabupaten Bandung, 2015)

Anda mungkin juga menyukai