Anda di halaman 1dari 12

INDIKASI, KONTRAINDIKASI, DAN KOMPLIKASI TERAPI OKSIGEN

HIPERBARIK

1. INDIKASI

Indikasi dari oksigen hiperbarik (HBO) memiliki variasi yang berbeda-beda dari
beberapa negara dan di deskripsikan pada chapter 38. Indikasi ini telah disetujui
oleh Undersea dan Hyperbaric Medical Society (Table 8.1) yang sangat terbatas dan
tergantung pada bukti manfaat HBO pada studi kontrol. Ringkasan indikasi
ditunjukkan pada tabel 8.2. Pada daftar tabel, beberapa kondisi yang menggunakan
HBO terbukti berguna, meskipun sampai saat ini masih dalam studi kontrol.

Tabel 8.1
Penggunaan HBO yang telah disetujui oleh Undersea and Hyperbaric Medical
Society
(Thom SR : Hyperbaric Oxygen Therapy : A commitee Report, Bethesda, Undersea
& Hyperbaric Medical Society 1996)
Emboli gas atau udara
Keracunan Karbonmonoksida dan asap rokok
Clostridial myonecrosis (gas gangrene)
Crush injury, compartment syndrome, dan traumatik iskemik akut lainnya
Decompression sickness
Meningkatkan penyembuhan luka
Anemia parah akibat kehilangan darah
Infeksi dari nekrosis jaringan lunak ( jaringan subkutan, otot, atau fasia )
Osteomyelitis kronis
Kerusakan jaringan karena radiasi ( osteoradionekrosis )
Skin graft dan flaps
Luka bakar

Tabel 8.2
Ringkasan internasional indikasi dari HBO
1. Penyakit dekompresi
2. Emboli udara
3. Keracunan : karbonmonoksida, sianida, hidrogen sulfida, karbon tetraklorida
4. Pengobatan infeksi : gas gangrene, acute necrotising fascitis, refractory
mycoses, leprosy, osteomyelitis
5. Bedah plastik :
For nonhealing wound
As an aid to the survival of skin flaps with marginal circulation
As an aid to reimplantation surgery
As an adjunct to the treatment of burns
6. Traumatology : crush injuries, compartment syndrome, soft tissue sports
injuries
7. Orthopedics : nonunion of fractures, bone grafts, osteoradionecrosis
8. Peripheral vascular diseases : shock, myocardial ischemia, aid to cardiac
surgery
9. Peripheral vascular disease : ischemic gangrene, ischemic leg pain
10. Neurological : stroke, multiple sclerosis, migraine, cerebral edema , multi-
infarct dementia, spinal cord injury and vascular diseases of the spinal cord,
brain abscess, peripheral neuropathy, radiation myelitis, vegetative coma
11. Hematology : sickle cell crises, severe blood loss anemia
12. Opthalmology : occlusion of central artery of retina
13. Gastro-intestinal : Gastric ulcer, necrotising enterocolitis, paralytic ileus,
pneumotoides cystoides intestinalis, hepatitis
14. For enhancement of radiosensitivity of malignant tumor
15. Otorhinolaryngology : sudden deafness, acute acoustic trauma, labyrinthitis,
Menieres disease, malignant otitis externa (chronic infection)
16. Lung diseases : lung abscess, pulmonary embolism ( adjunct to surgery )
17. Endocrines : diabetes
18. Obstetrics : Complicated pregnancy-diabetes, eclampsia, heart disease,
placental hypoxia, fetal hypoxia, congenital heart diseaseof the neonate
19. Asphyxiation : drowning, near hanging, smoke inhalation
20. Aid to rehabilitation : spastic hemiplegia of stroke, paraplegia, chronic
myocardial insufficiency, peripheral vascular disease

2. KONTRAINDIKASI

Kontraindikasi dari terapi HBO ditunjukkan pada tabel 8.3.

Pneumothorax. Satu-satunya kontraindikasi mutlak untuk HBO adalah


pneumothorax yang tidak diobati. Perlu bantuan bedah pneumothorax sebelum sesi
HBO, jika mungkin, hilangkan hambatan untuk pengobatan.
Kontraindikasi yang tercantum dibawah tidak mutlak tetapi relatif. Potensi manfaat
dari terapi bisa dipertimbangkan tergantung kondisi pasien dan beberapa efek yang
mungkin terjadi.

Infeksi pernapasan atas. Merupakan predisposisi dari barotrauma telinga dan sinus
squeeze.

Emfisema dengan retensi CO2. Pasien dengan masalah ini dapat berkembang
menjadi pneumothorax karena ruptur dari bulla emphysematous selama HBO.
Sebelum pengobatan perlu dilakukan foto x-ray dada guna menyingkirkan kondisi
ini.

Tabel 8.3
Kontraindikasi dari terapi HBO
Mutlak
Pneumothorax yang tidak diobati

Relatif
Infeksi pernapasan atas
Emfisema dengan retensi CO2
Lesi paru asimptomatik yang terlihat pada x-ray dada
Riwayat operasi dada dan telinga
Demam tinggi yang tidak terkontrol
Kehamilan
Claustrophobia (lihat komplikasi dari HBO)
Kejang
Penyakit keganasan

Lesi paru asimptomatik pada X-Ray dada. Pengobatan HBO tidak dilakukan jika
pada x-ray dada tampak adanya lesi.

Riwayat operasi dada atau telinga. Pasien harus dievaluasi sebelum terapi HBO
dilaksanakan.

Demam tinggi yang tidak terkontrol. Demam merupakan predisposisi dari kejang.
Jika terapi HBO diindikasikan untuk infeksi dengan demam, suhu harus diturunkan
sebelum terapi dilaksanakan.
Kehamilan. Terdapat bukti penelitian pada hewan bahwa paparan HBO selama
kehamilan awal meningkatkan kejadian cacat bawaan. Namun, jika seorang wanita
hamil itu keracunan CO2, maka pertimbangan yang utama adalah menyelamatkan
hidup ibu. Paparan HBO pada usia kehamilan lanjut tidak memiliki efek samping.
Pertanyaan mengenai keamanan terapi hiperbarik pada kehamilan telah dibahas
oleh Jennings (1987). Jika kehidupan ibu terancam, sebagai contoh keracuna CO,
dia harus menerima terapi HBO sebagai pilihan utamanya terhadap pertimbangan
janinnya. Banyak pengobatan HBO telah sukses dilakukan selama kehamilan tanpa
bahaya bagi janin. (lihat bab 31).

Kondisi berikut telah dianggap sebagai kontraindikasi sebelumnya namun tidak


didukung oleh bukti. Beberapa pasien telah diobati dengan menggunakan HBO
akibat kondisi yang mengganggu ini.

Gangguan kejang. Pasien dengan gangguan CNS seperti stroke mungkin dapat
terjadi kejang. Namun kejang jarang terjadi selama sesi HBO untuk indikasi
neurologis dimana tekanannya tidak melebihi 1,5 ATA. Jika gangguan ini disebabkan
oleh gangguan sirkulasi cerebral atau hypoxia, HBO dapat membantu menurunkan
kecenderungan terjadinya kejang. Wong dan Zhao (1994) mengobati 100 anak-anak
epilepsi dengan HBO dan dilaporkan telah dapat mengendalikan terjadinya kejang
68 % dan fungsi kognitif 38 %. Mereka mampu mengurangi penggunaan obat
antiepilepsi dan tidak ada gangguan kejang.

Penyakit keganasan. Ada beberapa kekhawatiran mengenai efek HBO pada


pertumbuhan tumor karena HBO digunakan sebagai tambahan untuk radioterapi dan
juga untuk pengobatan nekrosis pada pasien yang mempunyai gejala kanker sisa.
Topik ini akan dibahas pada chapter 15 dimana dapat diambil kesimpulan bahwa
penyakit keganasan secara umum tidak menjadi kontraindikasi untuk terapi HBO.

Tabel 8.4
Komplikasi dari terapi oksigen hiperbarik
Barotrauma telinga tengah
Nyeri sinus
Miopi dan katarak
Barotrauma paru
Kejang oksigen
Penyakit dekompresi
Efek genetik
Claustrophobia

3. KOMPLIKASI DARI OKSIGENASI HIPERBARIK

Beberapa komplikasi dari terapi HBO tercantum dalam Tabel 8.4.

Barotrauma telinga tengah. Ini adalah komplikasi dari HBO yang paling umum
dilaporkan. Tuba eustachius harus terbuka pada nasofaring yang seperti saluran,
dan pasien mungkin mengalami kesulitan dalam menyamakan tekanan telinga
tengah dengan tekanan udara luar. banyak pasien dapat belajar dengan cara
manuver Frenzel yang terdiri dari mencubit hidung, menutup mulut, dan mendorong
lidah ke langit-langit untuk mendorong udara melalui tuba eustachius ke telinga
tengah. Komplikasi ini dapat menyebabkan tuli permanen dan vertigo. pasien yang
tidak sadar dan bayi memerlukan diagnostik khusus karena kesulitan dalam
menunjukkan rasa sakit dan menyamakan tekanan di telinga.

Penggunaan dari dekongestan nasal dianggap dapat membantu. Namun, dalam


studi prospektif, double-blind, percobaan acak, tidak ada perbedaan yang signifikan
dalam ketidaknyamanan di telinga pada mereka yang menerima dekongestan
oxymetazoline dan dari semprotan air suling (Carlson et al 1992). Penelitian ini
menunjukkan bahwa dekongestan topikal mungkin tidak efektif pada pencegahan
barotrauma telinga tengah. Capes dan Tomaszewski (1996) melakukan survei ke
semua rumah sakit pusat yang berbasis HBO di Amerika Serikat mengenai praktek
rutin dalam hal profilaksis pada barotrauma telinga tengah. Hasil menunjukkan
bahwa lebih dari 50 pusat selalu melakukan profilaksis miringotomi pada pasien
intubasi (30 dari 126) dan bayi (19 dari 86). Kurang dari setengah dari pusat tidak
pernah melakukan prosedur rutin profilaksis. sepertiga dari pusat (49 dari 145)
secara rutin memberikan obat profilaksis sebelum pengobatan HBO. Dekongestan
nasal topikal, terutama oxymetazoline, lebih disukai untuk pengobatan oral sistemik.
hasil ini menunjukkan bahwa terdapat banyak variasi dalam praktek klinis mengenai
profilaksis barotrauma telinga tengah di antara pusat-pusat HBO center di AS.
Clements et al (1998) melakukan observasi terhadap 45 pasien yang dirujuk ke
departemen THT yang tidak mampu mentoleransi terapi oksigen hiperbarik. Semua
pasien menjalani miringotomi bilateral dan pemasangan tuba. 17 dari pasien ini
(38%) mengalami komplikasi , dengan sebagian besar lebih dari satu. Kebanyakan
komplikasi terjadi setelah akhir dari terapi oksigen hiperbarik. Otorrhea adalah yang
paling umum, terjadi pada 13 pasien (29%) dan perforasi membran timpani persisten
terjadi pada 7 pasien (16%). Tingkat komplikasi ini lebih tinggi dari yang dilaporkan
pada pemasangan timpanostomi tube pada populasi pasien lainnya. Pada penyakit
penyerta, seperti diabetes mellitus, dapat berkontribusi pada perkembangan
komplikasi pada pasien yang menjalani terapi oksigen hiperbarik. Metode alternatif
dari timpanostomi, dengan menekan durasi yang lebih pendek pada intubasi, harus
dipertimbangkan pada populasi pasien ini.

Pada studi prospektif, Fernau et al (1992) melakukan pengukuran pada perubahan


fungsi tuba eustachius sebelum dan sesudah pengobatan HBO pada 33 pasien
dewasa melalui 9-step inflation-deflation test of the bluestone. 15 orang dari mereka
(45%) menunjukkan disfungsi tuba eustachius pada pengobatan awal dan semua
dari mereka mengeluh sensasi penuh ditelinga. 13 pasien (87%) terjadi otitis media
serosa dan 7 pasien ( 47%) memerlukan tuba timpanostomi. Pasien dengan riwayat
disfungsi tuba eustachius setelah pengobatan HBO pertama diduga memiliki resiko
yang lebih tinggi berkembang menjadi otitis media serosa dengan pengobatan lanjut.

Pada pasien yang tidak sadar lebih banyak terjadi barotrauma pada telinga tengah
karena ketidakmampuan untuk menyamakan perubahan tekanan.

Nyeri sinus. Adanya blok sinus selama berada pada tekanan dapat menyebabkan
nyeri parah.terutama sinus frontal. Jika pasien memiliki infeksi pernapasan atas
pengobatan HBO harus ditunda, atau jika diperlukan segera, pasien harus diberi
obat dekongestan dan kompresi dilakukan perlahan.

Miopi dan Katarak. Miopi adalah komplikasi akut reversibel dari paparan HBO dan
katarak adalah komplikasi kronik pada paparan jangka panjang.Hal ini akan dibahas
pada chapter 30.

Barotrauma paru. Inflasi yang berlebihan dengan tekanan dapat menyebabkan


ruptur paru. Yang mana tampak sebagai emboli udara, emfisema mediastinum, atau
tension pneumothorax (Unsworth 1973). Pneumothorax pada pasien dibawah
pengobatan HBO adalah komplikasi serius. Dalam ruangan chamber multiplace
seorang dokter harus melakukan pemeriksaan auskultasi, meskipun suara paru-paru
sulit untuk didengar. Ruptur paru dapat di suspek dari gejala yang tiba-tiba terasa
nyeri dada menusuk dan kesulitan bernafas. Deviasi trakea dan gerakan asimetris
dada mungkin satu-satunya tanda pada pemeriksaan fisik. Dekompresi harus
dihentikan dan thoracentesis dilakukan. Jelasnya, komplikasi ini sulit dideteksi dan
diobati jika terjadi pada ruangan chamber monoplace.

Murphy et al (1991) melaporkan tiga pasien yang mengalami koma berkembang


menjadi tension pneumothorax saat menerima terapi HBO pada keracunan gas CO.
Setiap pasien yang diintubasi dan dilakukan penekanan pada dada untuk pijat
jantung sebelum sesi HBO. Tidak ada bukti pneumothorax sebelum terapi HBO dan
tension pneumothorax dapat dideteksi setelah dekompresi. Peneliti
merekomendasikan pemeriksaan fisik secara serial, arterial blood gas, dan x-ray
dada pada pasien dengan kecurigaan tinggi terhadap komplikasi ini pada
penanganan emergensi terapi HBO.

Kejang oksigen. Kejang oksigen dapat dideskripsikan pada chapter 6. Insiden dari
kejang dilaporkan 0,01 % pada 28700 pengobatan pada 2,4 ATA (Davis et al, 1988).
Penggunaan tekanan pada 1,5 ATA tidak mengarah pada terjadinya kejang ketika
durasi pengobatan tetap dijaga dibawah satu jam. Jika kejang terjadi pada
multiplace chamber, masker oksigen harus dilepas,ini akan dapat menghentikan
kejang. Jika tidak, phenobarbital 60-120 mg harus diberikan. Tekanan pada chamber
tidak harus diubah, dekompresi yang tiba-tiba pada chamber selama kejang dapat
menyebabkan ruptur paru. Dekompresi dapat dilakukan setelah kejang berhenti.

Penyakit dekompresi. Hal ini hanya terjadi ketika tekanan tinggi digunakan dan
dekompresi yang terlalu cepat. Hal ini juga mungkin terjadi pada petugas chamber
hiperbarik yang menghirup udara. DCS jarang terjadi selama pengobatan dengan
tekanan 6 ATA pada kasus emboli udara. Richter dan Loblich (1979) melaporkan
sebuah insiden yang terjadi di Hanover, FRG. 20 pasien usia lanjut yang menerima
HBO pada multiplace chamber dengan tekanan 4 ATA. 1 pasien mengalami emboli
udara setelah 1 jam ketika dekompresi dimulai selama penyelaman pertama.
Selama penyelaman kedua, sekitar 5 jam pintu chamber terbuka akibat
pengurangan tekanan yang terlalu cepat. 5 pasien meninggal akibat DCS. Ini
merupakan laporan pertama dari kecelakaan fatal melibatkan DCS pada chamber
hiperbarik.

Efek genetik. Data sitogenetika yang diperoleh dari darah perifer pasien yang diobati
dengan HBO pada 1,5 2 ATA selama 40 menit setiap hari selama 10 hari
menunjukkan peningkatan yang signifikan dari penyimpangan kromosom (Guskov et
al, 1990a). ini dianggap terutama disebabkan karena kromatid dan kromosom yang
patah dan menunjukkan variasi individu. Hal ini menghasilkan indikasi bahwa HBO
mungkin memiliki efek yang tidak langsung pada apparatus genetik dari sel somatik
manusia. Guskov et al (1990b) mempelajari lebih lanjut efek dari HBO pada tekanan
3 ATA, 5 jam pada sesi pertama harian pada jaringan germinal tikus jantan. Tidak
ada efek pada sel gonad meskipun penyimpangan terlihat pada elemen dari darah
selama 3-9 menit setelah terpapar dengan HBO. Peneliti menyimpulkan bahwa
kuantitas tinggi dari kromosom patah pada sel dari jaringan somatik pada reaksi
adaptif organisme terhadap HBO.

Claustrophobia. Hal ini sering disebut sebagai komplikasi atau kontraindikasi dari
terapi hiperbarik, dan beberapa pasien menolak atau tidak melanjutkan pengobatan
karena alasan ini. Claustrophobia biasanya relatif pada populasi umum dan
beberapa individu yang claustrophobic mungkin membutuhkan pengobatan HBO.
Claustrophobia dapat bermanifestasi sebagai kecemasan karena penahanan pada
tempat tertutup dan lingkungan sekeliling yang tidak familiar. Hal ini juga dapat
terjadi pada monoplace kecil atau portable chamber dan sedikitnya pada chamber
multiplace besar dengan komunikasi yang mudah dengan lingkungan luar. Hillard
(1990) melaporkan kasus dari pasien yang menolak pengobatan HBO karena
claustrophobianya. Setelah pengobatan intensif selama 2 minggu terhadap
claustrophobianya, dia mampu menjalani pengobatan HBO dengan berhasil.
Reaksi Kecemasan. Terdapat beberapa laporan pada literatur terkait reaksi
kecemasan pada pasien yang menjalani pengobatan HBO. Level kecemasan dari
pasien yang menjalani pengobatan HBO dapat dinilai melalui Spielberger State-Trait
inventory Questionnaire (Clark et al,1994). Hasil dari studi ini konsisten dengan
penelitian sebelumnya yang melaporkan peningkatan kecemasan dengan
pengobatan baru tetapi menurun setelah pengobatan. Penelitian ini menunjukkan
pentingnya komunikasi dan menjelaskan prosedur kepada pasien. Penelitian yang
lebih besar tentang topik ini akan sangat berguna.

Komplikasi pada pasien kritis. Pada pasien akan lebih mungkin terjadi komplikasi
selama pengobatan HBO jika mereka mengalami penyakit kritis. Tidak sadar atau
intubasi.Keenan et al (1998) mengobservasi 32 anak-anak yang diobati dengan
HBO sambil ventilasi mekanik: 21 anak mengalami infeksi nekrosis, 9 anak
keracunan CO, dan 2 anak emboli udara arterial iatrogenic. komplikasi atau kejadian
yang terjadi selama terapi HBO meliputi hipotensi (63%), bronchospasme (34%),
hemotympanum (13%), dan hipoksemia progresif (6%).

Kecelakaan Medis Yang Terjadi Secara Tidak Sengaja Pada Chamber Hiperbarik

Sebuah kecelakaan medis mungkin dapat terjadi di chamber hiperbarik dan mungkin
tidak berhubungan dengan terapi HBO. Seringkali terjadi akibat kesalahan yang
terkait terapi HBO. Pada penelitian US Air Force dari 563 pasien (Davis et al, 1988).
4 pasien yang mengalami kecelakaan :
1. Stroke pada diabetes yang tergantung insulin

2. Infark miocard pada pasien yang diketahui memiliki penyakit atherosklerotik

3. Meningitis yang berulang pada pasien yang diobati untuk ulkus post radiasi
besar pada tumor sakral

4. Dua kejang fokal pada pasien dengan riwayat epilepsi sekunder lobus
temporal pada cedera kepala

4. TINDAKAN PENCEGAHAN DALAM PEMILIHAN PASIEN UNTUK


PENGOBATAN HBO

Pada situasi darurat, tidak mungkin untuk memilih pasien dan beberapa resiko yang
diambil. Untuk pengobatan elektif, pasien harus di skrining dengan hati-hati. Riwayat
yang diambil harus meliputi informasi mengenai riwayat operasi dada dan telinga.

Pemeriksaan pada pasien harus meliputi :

X-ray dada

Tes fungsi paru

Pemeriksaan membran timpani

Pada beberapa kondisi yang lain, keputusan harus dibuat berdasarkan individual.
Perhatian khusus harus diberikan pada dua situasi berikut ini :

1. Defek besar pada skull. Pada pasien dengan defek besar pada skull yang
diikuti operasi pembedahan, pengobatan HBO harus dihindari jika penutup
kulit kepala (scalp flap) tidak ada.

2. Peralatan implant

i. Cardiac pacemakers. Jika pasien menggunakan cardiac pacemaker, ini


harus dipastikan bahwa salah satu model yang terbaru memiliki bukti
tekanan. Kratz et al (1983) melaporkan kegagalan pacemakers cardiac
temporer saat menjalani HBO. Mereka merekomendasikan penggunaan
pacemaker jantung yang tertutup permanen , dimana memiliki fungsi yang
cukup baik dibawah kondisi hiperbarik. Pada tinjauan terbaru semua alat
pacemakers dilaporkan cukup baik untuk pengobatan kedalaman dibawah 3
ATA (Simmons, 1998).

ii. Pompa intratekal yang digunakan untuk memasukkan obat secara


langsung kedalam ruangan intratekal pada canal spinal untuk membantu
kekauan atau nyeri. Infus pump baclofen digunakan pada pasien
paraplegia dengan spinal cord spasticity. Pasien ini mungkin diobati
dengan HBO untuk ulkus dekubitus. Akman et al (1994) melaporkan pasien
dengan perkembangan retrograde dari kebocoran CSF ke dalam pump
reservoir sambil menjalani pengobatan HBO pada 2 ATA. Tidak terdapat
efek samping kecuali untuk dilusi dari pengobatan pada pump. Tes yang
dilakukan oleh pabrik pump tidak menunjukkan kegagalan dari pump
meskipun pump tidak berfungsi selama paparan pada tekanan atmosfer
tinggi. Informasi ini mungkin penting jika kelumpuhan ini diobati dengan
HBO.

Peningkatan nyeri selama pengobatan HBO dilaporkan pada beberapa pasien yang
menerima morphin melalui pump intratekal. (Baker, 1992). Kemungkinan alat tidak
berfungsi selama paparan hiperbarik.

5. KESIMPULAN

Secara umum, tidak ada komplikasi serius yang berhubungan dengan tekanan tinggi
pada pengobatan HBO, tetapi beberapa komplikasi mungkin berhubungan dengan
penyakit utama yang diobati. Davis (1989) mengobservasi 1505 pasien dari petugas
sipil hiperbarik center yang mana diobati antara 1979 dan 1987 dan menjalani 52
758 2 jam sesi pengobatan HBO. Selama pengobatan, pasien dikeluarkan dari
chamber hiperbarik pada 198 kejadian (0,37%) karena ketidakmampuan
menyamakan tekanan telinga tengah; sesi dilanjutkan setelah pengobatan dan
pelatihan. Kejang oksigen terjadi hanya pada 5 pasien (0,009%), semua dari mereka
akan membaik setelah melepaskan masker oksigen. Tidak ada episode dari
keracunan oksigen paru.

Anda mungkin juga menyukai