No. CM : 062136-2014
Keluhan Utama:
Pasien datang dengan keluhan kelemahan keempat anggota gerak sejak kurang
lebih satu bulan sebelum masuk rumah sakit, timbul perlahan-lahan, semakin lama
semakin parah. Tidak ada faktor memperberat maupun memperingan. Pasien juga
mengaku sulit untuk menolehkan kepala ke kiri dan kanan. Sebelumnya terdapat
kelemahan pada tangan kanan pasien 5 bulan sebelum masur rumah sakit yang
timbul mendadak yang perlahan-lahan menyebar ke keempat anggota gerak
Pasien sempat berobat alternative dan diberikan obat seperti jamu, namun keluhan
tidak membaik, lalu dibawa ke RS Kensaras. Pasien disarankan untuk rawat jalan
dan dilakukan pemeriksaan penunjang x-foto shoulder joint, MRI leher, dan ct-
scan kepala. Selama pengobatan di rs kensaras keluhan tidak membaik dan
keluhan semakin parah hingga kelemahan menjadi di seluruh anggota gerak tubuh.
Pasien juga mengaku tangan, kaki, dan lidah sering kedutan dan sulit untuk
berbicara secara sempurna sejak satu minggu
Tidak ada keluhan BAB dan BAK. BAB dan BAK dilakukan di tempat tidur dengan
menggunakan pispot. Nafsu makan pasien berkurang dan pasien merasa semakin
lama semakin kurus. Mual disangkal, muntah disangkal, batuk lama disangkal, baal
pada anggota tubuh disangkal, demam disangkal, pasien mengaku sedikit sesak
sejak 2 hari yang lalu, riwayat nyeri kepala dan pusing berputar sebelum dan
sesudah trauma disangkal, Pasien mengaku tidak suka mengangkat beban berat
maupun olahraga berat.
Pasien mengaku pernah jatuh dari sepeda kurang lebih 6 bulan yang lalu dan bahu
kanan dan leher kanannya terbentur sehingga mengakibatkan luka dan kelemahan
sementara pada tangan kanannya, tetapi kelemahan membaik sendiri 1 minggu
setelah kecelakaan. Riwayat nyeri kepala, pusing berputar, demam, dan kejang
saat dan setelah jatuh dari sepeda disangkal.
Riwayat penggunaan obat dari pengobatan rawat jalan di RS Ken Saras dan riwayat
minum jamu-jamuan dari alternative (+), sekarang sedang tidak mengkonsumsi
obat-obatan apapun
Anamnesis Sistem:
Resume Anamnesis:
Seorang pasien usia 48 tahun, datang ke IGD RSUD ambarawa dengan keluhan
kelemahan keempat anggota gerak sejak kurang lebih satu bulan yang lalu, timbul
perlahan- lahan, semakin lama semakin parah.. Pasien mengaku pernah jatuh dari
sepeda kurang lebih 6 bulan yang lalu dan bahu kanan dan leher kanannya
terbentur sehingga mengakibatkan luka dan kelemahan sementara pada tangan
kanannya, tetapi kelemahan membaik sendiri 1 minggu setelah kecelakaan.
Namun 5 bulan yang lalu kelemahan pada tangan kanan muncul kembali, onset
mendadak tanpa sebab, lama kelamaan kelemahan meliputi keempat anggota
gerak tubuh. Pasien juga mengaku tangan, kaki, dan lidah sering kedutan dan sulit
untuk berbicara secara sempurna sejak satu minggu yang lalu.
DISKUSI I
Susunan neuromuskular terdiri dari Upper motor neuron (UMN) dan lower motor
neuron (LMN). Upper motor neurons (UMN) merupakan kumpulan saraf-saraf
motorik yang menyalurkan impuls dan area motorik di korteks motorik sampai inti-
inti motorik di saraf kranial di batang otak atau kornu anterior. Sedangkan lower
motor neuron (LMN), yang merupakan kumpulan saraf-saraf motorik yang berasal
dari batang otak, pesan tersebut dari otak dilanjutkan ke berbagai otot dalam
tubuh seseorang (Baehr, Mathias. 2010)
Pada kasus ini, pasien dicurigai adanya gangguan/lesi daerah cervical, dilihat dari
riwayat trauma daerah leher yang dialami pasien, atau adanya penekanan medulla
spinalis akibat keganasan pada daerah cervical yang mengakibatkan tetraparese,
dilihat dari onsetnya yang progresif semakin lama semakin parah. Pasien juga
dicurigai mengalami penyakit motor neuron desease, dilihat dari kelemahan yang
semakin lama semakin parah, dimulai dari anggota gerak kanan lalu menjalar ke
seluruh anggota gerak tubuh, tanpa diikuti keluhan sensorik seperti baal pada
anggota tubuh, namun untuk menegakkan diagnosis perlu dilakukan
pemeriksaan fisik dan penunjang lebih lanjut.
DIAGNOSIS SEMENTARA
Trauma cervicalis
Multiple Sclerosis
Status Generalis
Keadaan Umum : Tampak sakit sedang, kesan status gizi cukup
N : 90x/mnt S : 36,3,0C
Dada : Pulmo :
I : Normochest, dinding dada simetris
P : Batas atas ICS III linea parasternal sinistra Batas kiri ICS V linea midklavicula
sinistra Batas kanan ICS IV linea stemalis dextra
P : Dinding perut supel, turgor kulit baik, hepar dan lien tidak teraba
membesar, tidak ada nyeri tekan abdomen
P : Timpani
Ekstremitas : Edema (-), sianosis (-), atrofi otot (+) ekstermitas dextra
sinistra superior inferior, capillary refill <2detik, akral hangat (+)
Status Psikiatrik
Status Neurologis
Kepala : Normocephal
Saraf otak :
Menggigit Normal/Normal
Reflek kornea + +
Trismus -/-
Meringis Normal/Normal
Reflek muntah +
Sengau +
Tersedak +
Bersuara Normal/Normal
Menelan Normal/Normal
Artikulasi Normal/Normal
Tremor Lidah
Fasikulasi Lidah +
T T 1111 1111
G K
T T 1111 1111
+ +
TN RF
+ +
atr atr
atr atr
+1 +1 + +
RF RP
+1 +1 + +
Cl S + +
+ +
Tak tampak gambaran SOL, infark, atau intracranial hemorarhge pada saat ini.
KESAN :
Discus C5-6 tampak lebih sempit dan menunjukkan tanda desiccation disc, namun
tak tampak gambaran protrusion diskus maupun penyempitan foramen neuralis
kanan kiri
Kesan :
Alligment Lurus
Kesan :
Kesan : Hasil perekaman eeg saat ini tidak didapatkan gelombang epileptogenic dan
tidak ditemukan perlambatan abnormal
DISKUSI II
Dari hasil pemeriksaan fisik neurologis ditemukan adanya tetraparesis spastik (lesi
UMN), dilihat dari kekakuan pada otot dan reflex patologis yang ada pada keempat
anggota gerak pasien, dan juga terdapat tanda tetraparesis flasid (lesi LMN) dilihat
dari adanya atrofi pada otot keempat anggota gerak, tanpa diikuti kelainan pada
sensorik. Ini merupakan tanda khas dari penyakit Amyotrophic lateral sclerosis
(ALS) dimana susunan somatosensorik sama sekali tidak terganggu, dan
manifestasinya terdiri atas gangguan gerakan, yang memperlihatkan tanda-tanda
kelumpuhan UMN dan LMN secara bersamaan. ALS adalah penyakit
neurodegeneratif yang serius yang menyebabkan kelemahan otot, kecacatan, dan
akhirnya menyebabkan kematian yang dikarenakan oleh degenerasi dari motor
neuron di korteks motorik primer, batang otak dan medula spinalis, ALS juga dikenal
sebagai motor neuron disease (MND). (Armon, Camel. 2011).
Dari pemeriksaan penunjang meliputi rontgen shoulder joint, cervical, MRI cervical,
CT-scan kepala, ditemukan semua dalam batas normal. Ini dapat menghilangkan
kecurigaan terhadap tetraparesis akibat trauma cervical atau neoplasma medulla
spinalis. Multiple sclerosis juga dapat dilemahkan, karena pada multiple sclerosis
ditemukan gangguan pada system sensorik, motoric, otonom, trias charcot
(disratria, ataxia, tremor), dan beberapa gangguan pada nervus cranialis seperti
gangguan pada N.III dan N.V, dan pada ct-scan kepala ditemukan lesi hiperdens
daerah kortikal yang menyerupai gambaran tumor otak akibat edema dan
inflamasi akibat proses demielinasi (Luzzi, Christopher. 2014)
o Toksisitas Glutamat
o Stres Oksidatif
o Disfungsi mitokondria
o Penyakit autoimun
o Penyakit Infeksi
Gejala ALS bervariasi dari satu orang ke orang lain sesuai dengan kelompok otot
yang dipengaruhi oleh penyakit. Tersandung, menjatuhkan barang, kelelahan
abnormal pada lengan dan / atau kaki, meracau bicara, kesulitan dalam
berbicara keras, tak terkendali tertawa atau menangis, dan kram otot dan
berkedut semua gejala ALS. ALS biasanya dimulai pertama di tangan dan akan
menyebabkan masalah dalam berpakaian, mandi, atau tugas- tugas sederhana
lainnya. Ini bisa berkembang menjadi lebih pada satu sisi tubuh dan
umumnya berjalan ke tangan atau kaki. Jika mulai pada kaki, berjalan akan menjadi
sulit. ALS juga dapat mulai di tenggorokan, menyebabkan kesulitan menelan.
Orang yang menderita ALS tidak kehilangan kemampuan mereka untuk melihat,
mendengar, menyentuh, mencium, atau rasa. kandung kemih dan otot-otot mata
orang tersebut tidak terpengaruh, tidak pula dorongan seksual dan fungsi. Penyakit
tidak mempengaruhi pikiran seseorang (Sterit, Lonart, 2006).
Tanda LMN harus jelas untuk diagnosis yang valid. Fasikulasi mungkin terlihat pada
lidah meskipun tanpa disartia. Jika terdapat kelemahan dan otot batang tubuh yang
mengecil fasikulasi biasanya sudah mulai terlihat.refleks tendon mungkin
meningkat atau menurun. Kombinasi dari reflex yang berlebihan degan tanda
Hoffman pada tangan dengan lemah dan otot yang fasikulasi sebenarnya
merupakan tanda yang patognomonik dari ALS. Tanda tegas kelainan umn adalah
babinsky dan klonus. Kelainan berjalan yang spastic dapat terlihat tanpa tanda lmn
pada kaki, kelemahan pada kaki mungkin tidak ditemukan, tetapi inkoordinasi
terbukti dengan kecanggungan dan kejanggalan dalam penampilan ketika bergerak.
Kematian
Kontraktur
Disartria
Disfagia
Dispneu
Spastisitas.
Hiperrefleks
Kelemahan otot
Fasikulasi.
Atrofi.
Kram otot
Hiporefleks
flasid
Foot drop
Kesulitan bernafas.
Tertawa dan
menangis involunter
Depresi
Klasifikasi
Pseudobulbar palsy
Sedangkan pada ALS sendiri terdapat 2 tipe (Uma, Devi. 2007) : A. Familial
ALS familial ditandai dengan adanya riwayat dalam keluarga dan atau analisis
genetic gen yang cacat yang telah terbukti berhubungan dengan penyakit. ALS
familial terdiri 5-10% dari ALS total
B. Sporadik
Tanda-tanda degenerasi upper motor neuron (UMN) dengan pemeriksaan klinis, dan
Bukti elektrofisiologi proses penyakit lain yang mungkin menjelaskan tanda- tanda
LMN dan / atau degenerasi UMN, dan
Neuroimaging bukti proses penyakit lain yang mungkin menjelaskan tanda- tanda
klinis dan tanda elektrofisiologi
Pasti ALS
Tanda UMN dan LMN sedikitnya pada tiga bagian tubuh
Tanda UMN dan LMN setidaknya pada 2 bagian tubuh, dengan beberapa tanda UMN
pada bagian rostral terhadap tanda LMN
Tanda klini disfungsi UMN da LMN hanya pada satu bagian tubuh. Selain itu ada
pada elektromiografi terdapat tanda degenerasi yang aktif dan kronis pada minimal
2 ekstremitas
Kemungkinan ALS
Tanda klinis dari disfungsi UMN dan LMN ditemukan secara bersamaan
pada satu bagian, atau tanda UMN ditemukan pada 2 atau lebih bagian tubuh.
Tanda UMN : Klonus, tanda babinsky, tidak ada refleks kulit perut, hypertonia,
kehilangan ketngkasan
Tanda LMN : atrofi, kelemahan. Jika hanya fasciculation: pencarian dengan EMG
Dapat juga menggunakan kriteria lain dari World Federation of Neurology (WFN),
dimana harus terdapat (Sathasivam S. 2010) :
o Thoracic : Otot dada dan abdomen, dan bagian tengah dari otot spinal.
o Lumbosacral : Otot belakang bagian pundak bawah, paha, dan ekstrimitas bawah
DIAGNOSIS AKHIR
TERAPI
Farmakologis
Non Farmakologis
Tirah baring
DISKUSI III
Sohobion merupakan vitamin neurotropik atau B complex terdiri dari vitamin B1 100
mg, B6 100 mg, B12 5000 mcg. Indikasi pemberian adalah untuk defisiensi vitamin
B1, B6, B12 seperti pada neuralgia dan neuritis perifer.
Citicolin berperan untuk perbaikan membran sel saraf melalui peningkatan sintesis
phosphatidylcholine dan perbaikan neuron kolinergik yang rusak melalui potensiasi
dari produksi asetilkolin.
PLANNING
Amyotrophic lateral sclerosis sulit untuk didiagnosa sejak awal karena hal itu
mungkin tampak mirip dengan beberapa penyakit neurologis lainnya. Tes untuk
mengesampingkan kondisi lain mungkin termasuk. Pemeriksaan tambahan yang
dapat dilakukan untuk menegakkan diagnosis ALS antara lain (Wijesekera, Lokesh C.
2009) :
Elektrofisiologi
Terutama untuk mndeteksi adanya lesi LMN pada daerah yang terlibat. Dan untuk
menyingkirkan proses penyakit lainnya. Sangat penting untuk diingat bahwa
pemeriksaan fisik neurofisiologi yang digunakan untuk mendiagnosis ALS dan
kelainan neurofisiologi yang sugestif saja tidak cukup untuk mendiagnosis tanpa
dukungan klinis.
a. Konduksi saraf motorik dan sensorik
Elektromiografi konvensional
Kriteria El-Escorial yang telah direvisi mengharuskan bahwa kedua bukti denervasi
aktif atau sedang berlangsung dan denervasi parsial kronis diperlukan untuk
diagnosis ALS, meskipun proporsi relatif bervariasi dari otot ke otot.
1.potensi fibrilasi
Elektromiografi kuantitatif
Motor unit angka estimasi (Mune) adalah teknik elektrofisiologi khusus yang dapat
memberikan perkiraan kuantitatif dari jumlah akson yang mempersarafi otot atau
kelompok otot. Mune terdiri dari sejumlah metode yang berbeda (incremental, titik
rangsangan ganda, lonjakan-dipicu rata-rata, F-gelombang, dan metode statistik),
dengan masing-masing memiliki keunggulan spesifik dan keterbatasan. Meskipun
kurangnya metode tunggal yang sempurna untuk melakukan Mune, mungkin
memiliki nilai dalam penilaian hilangnya secara progresif akson motorik dalam ALS,
dan mungkin memiliki penggunaan sebagai ukuran titik akhir dalam uji klinis
Neuroimaging
terutama dilakukan pada pasien dengan presentasi klinis yang tidak khas,
terutama dengan lesi UMN yang tidak jelas. Biosi digunakan untuk menyingkirkan
adanyamiopati, seperti inclusion body myositis.
Otot enzim (kreatin kinase serum [yang tidak biasa di atas sepuluh kali batas atas
normal], ALT, AST, LDH)
a. Antagonis Glutamat :
Amantadine, tilorone
a) Physical terapi
Salah satu efek samping dari penyakit ini adalah spasme atau kontraksi otot yang
tidak terkontrol. Terapi fisik tidak dapat mengembalikan fungsi otot normal, tetapi
dapat membantu dalam mencegah kontraksi yang menyakitkan otot dan kekuatan
otot dalam mempertahankan normal dan fungsi.
b) Terapi bicara
c) Terapi okupasi
Agar pasien dapat melakukan aktifitas / kerja sehari-hari lebih mudah tanpa
bantuan orang lain.
d) Terapi pernapasan
FOLLOW UP
Tanda
Vital
18/07/14
19/07/14
TD 160/120 130/80
N 132 94
R 24 28
S 37,0 36,5
S 18/07/14 19/07/14
Kelemahan keempat
+1
Sesak napas + +
O 18/07/14 19/07/14
Gonda+/+ +/+
Schaefer
+/+
+/+
PROGNOSIS
ALS adalah penyakit yang fatal. Hidup rata-rata adalah 3 tahun dari onset klinis
kelemahan, namun bisa lebih cepat. Kelangsungan hidup yang lebih panjang tidak
langka. Sekitar 15% dari pasien dengan ALS hidup 5 tahun setelah diagnosis,
dan sekitar 5% bertahan selama lebih dari 10 tahun. Kelangsungan hidup jangka
panjang dikaitkan dengan usia yang lebih muda saat onset, laki-laki, dan anggota
tubuh daripada bulbar onset gejala.1
Pada pukul 03.00 pasien apneu dengan tanda vital (-), RC -/-, RK -/-. Pasien
dinyatakan meninggal dengan dugaan gagal napas akibat komplikasi dari penyakit
pasien.
Komplikasi tersering pada penyakit ALS adalah komplikasi pernapasan. Hal ini
terjadi terutama dari ketidakmampuan pasien untuk bernapas karena kelemahan
otot pernafasan. Pada pasien dengan kelemahan bulbar, aspirasi sekresi atau
makanan dapat terjadi dan pneumonia, karena itu, manajemen pernafasan
diperlukan dalam perawatan komprehensif pasien dengan ALS (Lechtzin, Noah.
2006).
Trauma Cervical
Neoplasma
Multiple
Sclerosis (MS)
Pseudobulbar
Palsy
Progressive
Bulbar Palsy
Gang. Motorik
(+) / (-)
(+) / (-)
(+)
(+)
(+)
(+)
Gang. Sensorik (+) / (-) (+) / (-) (+) (-) (-) (-) (-) (-)
Gang. Otonom
(+) / (-)
(+) / (-)
(-)
(-)
(-)
(-)
(-)
Reflek fisiologis
Meningkat
Hiperrefleks/
hiporefleks
hiperrefleks
hiporefleks
Hiperrefleks
hiporefleks
Reflek patologis
UMN (+) LMN (-) UMN (+) LMN (-)
(+)
(+)
(+)
(-)
(+)
(-)
Penyebab
Trauma tajam
Trauma tumpul
Factor genetic
Infeksi viral
Low VIt.D
Imaging
Normal
Prognosis
Setinggi
C1-4 Malam
C5-6)
Dubia et Bonam
Dubia et Malam
>30% pasien MS mengalami cacat fisik 20-25 tahun setelah onset dimulai
Malam
Dubia et malam
Dubia et malam
Malam
Malam
(-)
(-)
23
DAFTAR PUSTAKA
Carmel Armon. 2011. Amyotrophic Lateral Sclerosis (ALS) in Physical Medicine and
Rehabilitation Available at http://emedicine.medscape.com/article/1170097-
overview. [cited : July 22, 2014]
Mahar mardjono, Priguna S. Neurologi klinis dasar. Jakarta: Penerbit Dian rakyat.
2006
2014]