Anda di halaman 1dari 38

LAPORAN KASUS

ANASTESI SPINAL PADA


PREEKLAMSI

OLEH :
RAHMATAN FAJRI
NIM: 16174221
Bab I pendahuluan

Preeklampsia adalah timbulnya hipertensi disertai


proteinuria dan edema akibat kehamilan setelah usia
kehamilan 20 minggu atau segera setelah persalinan.
Eklampsia adalah preeklampsia yang disertai kejang
dan atau koma yang timbul bukan akibat kelainan
neurologi.Pada preeklampsia berat, persalinan harus
terjadi dalam 24 jam,. Jika terjadi gawat janin atau
persalinan tidak dapat terjadi dalam 12 jam (pada
eklampsia), lakukan seksio sesarea. Anestesi spinal
merupakan teknik anestesi regional yang baik untuk
tindakan-tindakan bedah, obstetrik, operasi operasi
bagian bawah abdomen dan ekstremitas bawah. Maka
dari itu penulis tertarik utk membahas lebih lanjut
laporan kasus tentang anastesia spinal pada
preeklamsi
BAB II TINJAUAN PUSTAKA

DEFINISI
PREEKLAMPSIA ADALAH SINDROM KLINIS
PADA MASA KEHAMILAN(SETELAH
KEHAMILAN 20 MINGGU) YANG DITANDAI
DENGAN PENINGKATAN TEKANAN DARAH
(>140/90 MMHG) DAN PROTEINURIA (0,3
GRAM/HARI) PADA WANITA YANG TEKANAN
DARAHNYA NORMAL PADA USIA KEHAMILAN
SEBELUM 20 MINGGU
ETIOLOGI

ada teori yang dapat menjelaskan tentang penyebab


preeklamsia, yaitu :
a. Bertambahnya frekuensi pada primigraviditas, kehamilan
ganda, hidramnion, dan mola hidatidosa.
b. Bertambahnya frekuensi yang makin tuanya kehamilan.
c.Timbulnya hipertensi, edema, proteinuria, kejang dan koma.
d. Peran faktor imunologis
e. Peran faktor genetik /famili
f. Terdapatnya kecenderungan meningkatnya frekuensi
preeklampsi/ eklampsi pada anak-anak dari ibu yang
menderita preeklampsi/eklampsi.
g. Kecenderungan meningkatnya frekuensi pre-
eklampsi/eklampspia dan anak dan cucu ibu hamil dengan
riwayat pre-eklampsi/eklampsia dan bukan pada ipar
mereka.
patofisiologi
Gejala klinisManifestasi Klinik
preeklamsi meliputi:
a. Hipertensi sistolik / diastolik >
140/90 mmHg

b. Proteinuria : Secara kuantitatif lebih


0,3 gr/l dalam 24 jam atau secara kualitatif
positif 2 (+2).

c. Edema pada pretibia, dinding


abdomen, lumbosakral, wajah, atau
tangan.

d. Timbul salah satu atau lebih gejala


atau tanda-tanda preeklamsia berat.
DIAGNO
SA

Menurut American College of Obstetrics and


Gynecology,
diagnosis dibuat jika tekanan darah >140/90
mmHg pada dua kali pengukuran disertai
proteinuria >300 mg/ hari.
DIAGNO
SA
DIFERENTI KOMPLIKA
AL SI
DIAGNOSA

a.Hipertensi : Eklamsia
gestasional , HELLP Sindrom, Edema
b. Hipertensi pulmonum,
kronik Gagal ginjal akut,
Ruptur hepar, Solutio
plasenta,
Perdarahan serebral dan
gangguan visusl
Penanganan

MEDIKAMENTOSA:

Perawatan 1). INFUS D5% YANG TIAP


LITERNYA DISELINGI DENGAN
LARUTAN RL 500 CC (60-125
aktif CC/JAM)

2). DIET CUKUP PROTEIN,


Indikasi ibu
RENDAH KARBOHIDRAT,
LEMAK DAN GARAM.
Indikasi janin
3). PEMBERIAN OBAT : MGSO4.
40% 4G
penatalaksaan

penatalaksanaan wanita dengan preeklamsi berat adalah


mencegah terjadinya komplikasi serebral seperti
ensefalopati dan perdarahan. Ibu hamil harus diberikan
magnesium sulfat dalam waktu 24 jam setelah diagnosis
dibuat. Tekanan darah dikontrol dengan medikasi dan
pemberian kortikosteroid untuk pematangan paru janin.
prognosi
s
Prognosis untuk eklamsi selalu serius
walaupun angka kematian ibu akibat eklamsi
telah menurun selam tiga dekade terakhir dari
5 sampai sepuluh persen menjadi kurang dari
tiga persen kasus. Kematian ini disebabkan
karena kurang sempurnanya pengawasan
antenatal, disamping itu penderita eklampsia
biasanya sering terlambat mendapat
pertolongan. Kematian ibu biasanya karena
perdarahan otak, decompensatio cordis,
oedem paru, payah ginjal dan aspirasi cairan
lambung. Sebab kematian bayi karena
prematuritas dan hipoksia intrauterin.14
IDENTITAS
PASIEN
Nama : Suryandi
Jenis Kelamin : perempuan
Umur : 31 Tahun
Alamat : ujong baroh
No RM : 34.06.68
Berat badan : 70 Kg
Tinggi Badan : 154 Cm
Kesan : Obesitas

B. Riwayat Perjalan Penyakit


Anamnesis :
Keluhan Utama : os datang dengan keluhan kedua kaki
bengkak dan TD tinggi . os dalam keadaan hamil,dan keluar
darah dari jalan lahir pada pukul 04:30 wib. Nyeri kepala (-),
pandangan kabur (-), mual dan muntah (-), nyeri ulu hati (-).
IDENTITAS
PASIEN
Nama : Suryandi
Jenis Kelamin : perempuan
Umur : 31 Tahun
Alamat : ujong baroh
No RM : 34.06.68
Berat badan : 70 Kg
Tinggi Badan : 154 Cm
Kesan : Obesitas

B. Riwayat Perjalan Penyakit


Anamnesis :
Keluhan Utama : os datang dengan keluhan kedua kaki
bengkak dan TD tinggi . os dalam keadaan hamil,dan keluar
darah dari jalan lahir pada pukul 04:30 wib. Nyeri kepala (-),
pandangan kabur (-), mual dan muntah (-), nyeri ulu hati (-).
IDENTITAS
PASIEN
Keluhan tambahan : batuk ( +), sesak nafas ( +)

Riwayat Penyakit Sekarang : kedua kaki bengkak (+),


perdarahan jalan lahir (+)
Riwayat penyakit dahulu : hipertensi (+)
Riwayat Hipertensi : (+)
Riwayat Penyakit Jantung : Disangkal
Riwayat DM : Disangkal
Riwayat Asma : Disangkal
Riwayat penyakit keluarga : Hipertensi (+)
Riwayat Pemakaian Obat : disangkal
Riwayat Haid
Menarche : 13 tahun
Lama : 7 hari
Siklus : 20 hari (tidak teratur)
IDENTITAS
PASIEN
A. Pemeriksaan Fisik
Status Present
-. Keadaan Umum : tampak gelisah
-. Kesadaran : CM
-. GCS :15
-. Vital Sign
Tekanan Darah :180/110 mmHg
Nadi : 88 x/m
RR : 20X/m
Suhu : 36,6 C
SPO2 : 89
Gizi : baik
IDENTITAS
PASIEN
Status Generalisata
- Kepala : Mesocephal
- Mata : Konjungtiva pucat (-/-), sklera ikterik (-/-)
- THT : Tonsil tidak membesar, pharing hiperemis (-)
- Leher : Gld. thyroid tidak membesar, limfonodi tidak
membesar,
- JVP :tidak meningkat (5+2 cm H2O)
- Thorax : Gld. mammae dalam batas normal
- areola mammae : hiperpigmentasi :
- Thorax
(cor)
Inspeksi : Ictus cordis tidak tampak
Palpasi : Ictus cordis tidak kuat angkat
Perkusi : Batas jantung kesan tidak melebar
Auskultasi : BJ I-II intensitas normal, regular, bising (-)
IDENTITAS
PASIEN
(Pulmo)
Inspeksi : Pengembangan dada kanan = kiri
Palpasi : Fremitus raba kanan = kiri
Perkusi : Sonor / sonor
Auskultasi : SD vesikuler (+/+), Suara tambahan (-/-)

- Abdomen
Inspeksi : Dinding perut > dinding dada, stria
gravidarum (+)
Palpasi : Supel, nyeri tekan (-), hepar tidak membesar, lien
tidak membesar
Perkusi : Timpani pada daerah bawah processus
xyphoideus, redup pada daerah uterus
Auskultasi : Peristaltik (+) normal
-Genital : Lendir darah (+), air ketuban (-)
IDENTITAS
PASIEN
Extremitas : Edema

- -

+ +
IDENTITAS
PASIEN
Pemeriksaan Penunjang
Hematologi
Leukosit : 9,0
Eritrosit :4,40
Hb : 10,0
Ht :33,4
GDS :67
SGOT/SGPT :
Ureum :
Kreatinin :
Assesment
Diagnosis : PEB + Hematuria
Planning :Pasien ini dilakukan terminasi kehamilan dengan
sectio caesaria emergency menggunakan spinal anestesi.
IDENTITAS
PASIEN
Anestesi yang diberikan
Teknik : anestesi spinal dengan posisi duduk
membungkuk , pada L3-L4
Premedikasi : ondensentron
Ranitidin
Induksi : Bupivacain spinal 12,5 %
Maintenance : O2
Prognosis anestesi
Sanam :dubia
Vitam : dubia
Fungsional : dubia
Keadaan post-operasi
Keadaan Umum : Cukup
Tekanan Darah : 160/110 mmHg
Nadi : 124 x/menit
Respirasi : 24 x/menit
Suhu : 36,30 C
Nyeri daerah op (+), gelisah (-),mual(-), muntah (-), sakit kepala (-)
IDENTITAS
PASIEN
Terapi yang diberikan
Pre-operasi
Infus RL 24 tpm makro drip
Puasa 8 jam
Post-operasi (cairan)
Infus RL 24 tpm makro drips
diet bebas
Post-operasi (khusus)
Oksigenasi sampai sadar penuh
Analgesik antrain injeksi 1 gram/8 jam
Jika tensi 90 mmHg injeksi ephedrin 10 mg i.v.
Premedikasi :
Aldrete Score : Aktivitas : Gerakan 4 ektremitas (2)
Respirasi : Nafas dalam/ Batuk (2)
Sirkulasi : TD 20%
Kesadaran : Compos Mentis (2)
Warna Kulit : Merah Muda, SaO2 95%
IDENTITAS
PASIEN
- Instruksi Pasca Operasi : Posisi : Supine, Kepala
Ekstensi
Infus :RL, 20 tetes/i
Pengawasan : Vital Sign
Analgetik : Ketorolac IV drip
Diet :
Lain-lain : Awasi Perdarahan
IDENTITAS
PASIEN
Anestesi yang diberikan
Teknik : anestesi spinal dengan posisi duduk
membungkuk , pada L4-L5
Premedikasi : ondensentron
Ranitidin
Induksi : Bupivacain spinal 12,5 %
Maintenance : O2
Prognosis anestesi
Sanam :dubia
Vitam : dubia
Fungsional : dubia
Keadaan post-operasi
Keadaan Umum : Cukup
Tekanan Darah : 160/110 mmHg
Nadi : 124 x/menit
Respirasi : 24 x/menit
Suhu : 36,30 C
Nyeri daerah op (+), gelisah (-),mual(-), muntah (-), sakit kepala (-)
2.10 PERSIAPAN ANASTESIA
PADA PREEKLAMSI

Tujuan dari terapi adalah menjaga tekanan arteri rata-rata dibawah


126 mmHg (tetapi tidak lebih rendah dari 105 mmHg) dan tekanan
diastolik < 105 mmHg (tetapi tidak lebih rendah dari 90 mmHg).

Terapi inisial pilihan pada wanita dengan preeklamsi berat selama


peripartum adalah hidralazin secara IV dosis 5 mg bolus. Dosis
tersebut dapat diulangi bila perlu setiap 20 menit sampai total 20 mg

Pemberian cairan infus dianjurkan ringer laktat sebanyak 60-125 ml


perjam kecuali terdapat kehilangan cairan lewat muntah, diare,
diaforesis, atau kehilangan darah selama persalinan.
Spinal anastesi Indikasi spinal anastesi

Kontaindikasi
spinal anastesi
Kontraindikasi relatif
Kontraindikasi absolut

Perpotongan antara garis yang


Teknik spinal anastesi menghubungkan kedua krista
iliaka dengan tulang punggung
ialah L4 atau L4-5.
Obat yang dipakai

1. Atropin sulfat
2. . Bunascan Spinal 0,5% Heavy
3. Ketopain 30 mg sebagai analgesik
4. Ondansetron
BAB III
PEMBAHASAN

1. Pada pasien 31 tahun ini dilakukan anamnesis, pemeriksaan fisik,


pemeriksaan status janin, serta pemeriksaan penunjang. Kemudian
berdasarkan data ini ditegakkan diagnosis preeclampsia berat dengan
hematuria.Pada pasien ini dilakukan penatalaksanaan dengan
pemasangan infus RL yang ditambah dengan dekstrosa 5% sebanyak
28 tetes per menit dan dilakukan pengambilan darah untuk dilakukan
pemeriksaan laboratorium. Pemeriksaan laboratorium yang
dilakukan adalah darah lengkap, dan kimia darah, Pada pasien ini
juga dipasang foley catheter untuk sample pemeriksaan urinalisis.
BAB III
PEMBAHASAN

2. terapi MgSO4 20% 4 gram dalam aquabidest 50 cc secara


intramuskular, kemudian dilanjutkan dengan MgSO4 40% 5 gram secara
intramuskular pada bokong kiri dan 5 gram secara intramuskular pada
bokong kanan. Selain itu diberikan juga Nifedipine 10 mg peroral. Serta
diusulkan untuk terminasi kehamilan dengan Sectio cesarea Cito. Selain
itu karena pasien akan menjalani operasi sectio cesarea dilakukan
penilaian status ASA. Status ASA yang didapatkan pada pasien ini adalah
ASA III.
BAB III
PEMBAHASAN

3. terapi MgSO4 20% 4 gram dalam aquabidest 50 cc secara


intramuskular, kemudian dilanjutkan dengan MgSO4 40% 5 gram secara
intramuskular pada bokong kiri dan 5 gram secara intramuskular pada
bokong kanan. Selain itu diberikan juga Nifedipine 10 mg peroral. Serta
diusulkan untuk terminasi kehamilan dengan Sectio cesarea Cito. Selain
itu karena pasien akan menjalani operasi sectio cesarea dilakukan
penilaian status ASA. Status ASA yang didapatkan pada pasien ini adalah
ASA III.
BAB III
PEMBAHASAN

4. Monitoring yang dilakukan pada pasien ini meliputi: tanda vital, tanda-
tanda intoksikasi MgSO4, dan produksi urin.

5. Pemeriksaan laboratorium yang dilakukan meliputi: keseimbangan


cairan tubuh, status hemodinamik, koagulasi, fungsi ginjal, fungsi
respirasi, fungsi hepar. Penting untuk dilakukan pemeriksaan status janin.
Sistem koagulasi dipantau melalui pemeriksaan Bleeding Time (BT),
Platelet Count, Partial Prothrombin Time (PPT), dan Activated Partial
Thromboplastin Time (APTT). Fungsi ginjal dipantau melalui
pemeriksaan fungsi ginjal berupa Blood Urea Nitrogen (BUN) dan Serum
Creatinine (SC) serta melalui monitoring dari serial urine
BAB III
PEMBAHASAN

.Fungsi hepar dipantau malalui pemeriksaan klinis adanya nyeri


epigastrium dan subkostal, serta tes fungsi hepar. Penatalaksanaan yang
diberikan pada kasus preeklampsia berat adalah dengan pemasangan
infus RL dengan dekstrosa 5% sebanyak 60 125 cc/jam.Selain
pemasangan infus dengan komposisi tersebut diberikan terapi MgSO4
20% 4 gram secara intramuskular sebagai loading-dose. Untuk
maintenance-dose diberikan MgSO4 40% 5 gram secara intramuskular
pada bokong kiri dan 5 gram secara intramuskular pada bokong
kanan.6,9 Pemberian antihipertensi mulai diberikan jika tekanan darah
sistolik/diastolik > 160/ll0 mmHg dan MAP > 125 mmHg. Jika tekanan
darah Bila sistole lebih atau sama dengan 180 mmHg atau diastole lebih
atau sama dengan 110 mmHg digunakan injeksi satu ampul Clonidin yang
dilarutkan dengan 10 cc larutan.
BAB III
PEMBAHASAN

Mula-mula disuntikkan 5 cc perlahan-lahan selama 5 menit, 5 menit


kemudian tekanan darah diukur, bila belum ada penurunan maka
diberikan lagi 5 cc intravena. dalam 5 menit sampai tekanan darah
diastole normal, dilanjutkan dengan Nifedipin 3x10 mg. Jika tekanan
darah sistolik kurang dari180 mmHg atau tekanan darah diastolik kurang
dari 110 mmHg diberikan Nifedipin 3x10 mg. Penggunaan foley catheter
diperlukan untuk mengontrol pengeluaran cairan.6 Tujuan penggunaan
foley catheter adalah untuk mengevaluasi balance cairan.Pada saat di
ruang operasi, identitas pasien dicek ulang dan dilakukan pemeriksaan
ulang surat persetujuan tindakan. Kondisi tanda vital pasien dilakukan
evaluasi ulang dan diberikan premedikasi dengan midazolam 2,5 mg.
BAB III
PEMBAHASAN

Pada pasien ini dipilih metode anestesi berupa spinal anastesi dengan high
spinal blok method. Obat premedikasi yang dipakai selama section cesarea
adalah dengan Midazolam 2,5 mg, Fentanyl 200 mg, Vecuronium 6 mg,
Propofol 60 mg, Sulfa Atropin 0,5 mg, dan Neostigmin 1,5. Pada pasien ini
spinal anastesi dipilih pada kondisi tidakterdapat kondisi berupa
koagulopati,abrupsi plasenta, fetal distress yang berat, atau kesulitan untuk
melakukan anestesi umum melalui intubasi yang tidak terantisipasi
sebelumnya, atau terdapat hipovolemia pada pasien. Setelah pembedahan
pasiendipindahkan ke ruang pemulihan. Diruang pemulihan, kesadaran dan
tanda-tandavital (tekanan darah, nadi, respiratory rate,temperature, dan
nyeri) pasien dievaluasi setiap lima menit, sertadilakukan observasi terhadap
produksi urin dan balance cairan 24 jam. Saat di ruangan pasien diberi infus
cairan
BAB III
PEMBAHASAN

setelah operasi pasien dirawat di Post AnestesiaCare Unit (PACU) atau


Recovery Room (RR) selama 1-2 jam dan selanjutnya dilakukan monitoring
selama 24 jam dengan prinsip penanganan postpartum di HCU. Penanganan
postpartum di HCU meliputi: pemberian analgesia dengan pemberian opioid
secara epidural atau intratekal, atau dapat diberikan dengan teknik drip
analgetika opioid dan NSAID, monitor balance cairan 24 jam, pemberian
MgSO4 sampai 24 jam post operasi untuk mencegah kejang post partum,
pemberian antihipertensi untuk menghindari rebound hypertension.
BAB III
KESIMPULAN

Perawatan yang penting pada preeklampsia berat ialah pengelolaan cairan


karena penderita preeklampsia dan eklampsia mempunyai resiko tinggi untuk
terjadinya edema paru dan oligouria. Faktor yang sangat menentukan
terjadinya edema paru dan oliguria ialah hipovolemia, vaspasienpasme,
kerusakan sel endotel, penurunan gredien tekanan onkotik koloid/pulmonaly
capillary wedge pressure. Oleh karena itu monitoring input caian (melalui oral
ataupun infuse) dan output cairan (melalui urin) menjadi sangat pengukuran
secara tepat berapa jumlah cairan yang dimasukkan dan dikeluarkan melaui
urine. Bila terjadi tanda-tanda edema paru, segera lakukan tindakan koreksi. .
BAB III

Saran
1. Untuk mengurangi morbiditas dan mortalitas diperlukan antenatal care
sedini mungkin dan secara teratur di unit pelayanan kesehatan khususnya
mengenai pemeriksaan tentang kondisi jantung pasien, tekanan darah dan
kadar hemoglobin serta keadaan janin intrauterin.
2. Edukasi kepada pasien mengenai pengetahuan tentang penyakit, gejala,
komplikasi dan penatalaksanaannya.

Anda mungkin juga menyukai