Anda di halaman 1dari 13

BAB

I
PENDAHULUAN

Dari segi ekonomi, pajak merupakan pemindahan sumber daya dari sector privat
(perusahaan) ke sektor public. Pemindahan sumber daya tersebut akan memengaruhi
daya beli (purchasing power) atau kemampuan belanja (spending power) dari sektor
privat. Agar tidak terjadi gangguan serius terhadap jalannya perusahaan, maka
pemenuhan kewajiban perpajakan harus dikelola dengan baik.
Bagi negara, pajak adalah salah satu sumber penerimaan penting yang akan
digunakan untuk membiayai pengeluaran Negara, baik pengeluaran rutin mapun
pengeluaran pembangunan. Sebaliknya bagi perusahaan, pajak merupakan beban yang
akan mengurangi laba bersih.
Minimalisasi beban pajak dapat dilakukan dengan berbagai cara, salah satu
caranya dengan melakukan revaluasi aktiva tetap terhadap perusahaan.
Dalam kondisi inflasi, perusahaan perlu mempertimbangkan untuk melakukan
revaluasi karena nilai buku sudah tidak bisa mencerminkan harga pasar yang berlaku
saat ini.
Dalam keadaan inflasi, dimana harga-harga barang secara keseluruhan
mengalami kenaikan, maka nilai buku dari aktiva/aset yang dimiliki perusahaan
dipandang tidak relevan lagi.Bukan hanya dalam keadaan inflasi, dalam keadaan
ekonomi normal pun sebenarnya nilai buku dianggap tidak relevan karena tidak
mencerminkan nilai aktiva/aset yang sebenarnya.

1.1. Rumusan Masalah


1. Apa yang dimaksud dengan revaluasi, aset tetap dan revaluasi aset tetap?
2. Bagaimana revaluasi aset tetap menurut Undang-Undang Pajak?
3. Apa saja aset tetap yang dapat direvaluasi?
4. Apa alasan Wajib Pajak melakukan revaluasi?
5. Hal-hal apa saja yang perlu diperhatikan dalam melakukan revaluasi?
6. Berikan contoh kasus revaluasinya!

Revaluasi Aktiva Tetap 1


1.2. Tujuan
Adapun tujuan dalam pembuatan makalah ini adalah :
1. Untuk mengenal lebih dalam tentang revaluasi.
2. Untuk mengetahui revaluasi aset tetap menurut Undang-undang pajak.
3. Untuk mengetahui aset tetap yang dapat direvaluasi.
4. Untuk mengetahui alasan wajib paak melakukan revaluasi.
5. Untuk mengetahui hal-hal yang perlu diperhatikan dalam melakukan revaluasi .
6. Untuk mengetahui contoh kasus revaluasinya.
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Revaluasi Aset Tetap

Revaluasi merupakan salah satu cara untuk mewajarkan nilai aktiva/aset yangdimilki
perusahaan dan seringkali digunakan untuk menghemat pajak yang harus dibayar.

Aset Tetap merupakan aset berwujud yang dimiliki untuk digunakan dalam produksi
atau penyediaan barang atau jasa untuk disewakan kepada pihak lain, atau tujuan
administratif dan diharapkan untuk digunakan selama lebih dari satu periode. (SAK-
ETAP).

Revaluasi aset tetap merupakan penilaian kembali aset tetap perusahaan, yang
diakibatkan adanya kenaikan nilai aset tetap tersebut dipasaran atau karena rendahnya
nilai aset tetap dalam laporan keuangan perusahaan yang disebabkan oleh devaluasi atau
sebab lain, sehingga nilai aset tetap dalam laporan keuangan tidak lagi mencerminkan nilai
yang wajar. (Waluyo, 2011)

Pada dasarnya penilaian kembali aset tetap dilakukan berdasarkan nilai pasar atau nilai
wajar aset tetap tersebut pada saat penilaian dengan menggunakan mtode peneliian yang
lazim berlaku di Indonesia dan dilakukan oleh perusahaan penilai atau penilai yang diakui
oleh Pemerintah. Jika nilai wajar yang ditetapkan oleh perusahaan penilai atau penilai yang
diakui oleh Pemerintah tidak mencerminkan keadaan yang sebenarnya maka Direktur
Jenderal Pajak akan menetapkan kembali nilai pasar atau nilai wajar asset yang
bersangkutan.

2.2 Revaluasi Aset Tetap Berdasarkan Undang-Undang Pajak

Berdasarkan Keputusan Menteri Keuangan No. 384/KMK.04/1998 tanggal 14 Agustus


1998 dan Surat Edaran Dirjen Pajak No. 29/Pj.42/1998, menjelaskan hal-hal sebagai
berikut:

1. Wajib Pajak yang dapat melakukan revaluasi adalah WP Badan dalam negeri yang
terletak atau berada di Indonesia. Wajib Pajak Badan dalam negeri adalah
sekumpulan orang dan/atau modal yang merupakan kesatuan, baik yang melakukan
usaha maupun yang tidak melakukan usaha yang meliputi perseroan terbatas,
perseroan komanditer, perseroan lainnya, Badan Usaha Milik Negara atau Daerah
dengan nama dan dalam bentuk apapun, firma, kongsi, koperasi, dana pensiun, dana
persekutuan, perkumpulan, yayasan, organisasi masa, organisasi sosial politik, atau
organisasi yang sejenis, lembaga, bentuk usaha tetap, dan bentuk badan lainnya.
2. Telah memenuhi semua kewajiban pajaknya sampai dengan masa pajak terakhir
sebelum masa pajak dilakukannya penilaian kembali. Kewajiban pajak yang
dimaksud terdiri dari:
a. Pajak Penghasilan (PPh);
b. Pajak Pertambahan Nilai (PPn) dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah
(PPnBM);
c. Pajak Bumi dan Bangunan (PBB);
d. Bea Perolehan Hak atas Tanah dan/atau Bangunan

2.3 Aktiva Tetap yang Dapat Direvaluasi


Aset tetap yang dapat direvaluasi, yaitu:
1. Aset tetap berwujud dalam bentuk tanah, kelompok bangunan, dan bukan
bangunan yang tidak dimaksudkan untuk dialihkan atau dijual.
2. Aset tersebut terletak atau berada diwilayah Indonesia.
3. Penilaian kembali dapat dilakukan terhadap seluruh aset tetap (revaluasi total) atau
terhadap sebagian aset tetap (revaluasi parsial) yang dimiliki perusahaan.
4. Penilaian kembali aset tetap dilakukan berdasarkan nilai pasar atau nilai wajar aset
tetap pada saat penilaian dilakukan, yang ditetapkan oleh perusahaan penilai atau
penilai yang diakui oleh pemerintah.
5. Dalam hal nilai pasar atau nilai wajar yang ditetapkan oleh perusahaan penilai atau
penilai yang diakui oleh pemerintah ternyata kemudian tidak mencaerminkan
keadaan yang sebenarnya, Dirjen Pajak akan menetapkan kembali nilai pasar atau
nilai wajar yang bersangkutan.
6. Selisih antara niali pasar atau nilai wajar dengan nilai buku fiskal aset tetap yang
dinilai kembali wajib dikompensasikan terlebih dahulu dengan kerugian fiskal
tahun berjalan dan sisa kerugian fiskal tahun-tahun sebelumnya yang masih dapat
dikompensasikan.
7. Selisih lebih karena penilaian kembali setelah dilakukan kompensasi kerugian
dikenakan pajak penghasilan yang bersifat final, sesebesar 10% .
8. Bagi WP yang melakukan penggabungan usaha, pajak penghasilan yang terhutang
sebesatr 10% diatas, dapat dibayar dalam jangka waktu paling lama 5 tahun
terhitung sejak tahun dilakukannya penilaian kembali aset tetap perusahaan.
9. Pajak penghasilan yang harus dilunasi untuk setiap tahun paling sedikit sebesar
20% dari jumlah pajak yang terutang, kecuali pelunasan untuk tahun terakhir.
10. Apabila WP melakukan penilaian kembali aset tetap sebelum akhir tahun pajak,
maka kerugian fiskal pada tahun buku yang bersangkutan, diperhitungkan sampai
dengan dilakukannya revaluasi aset tetap tersebut.
11. Nilai pasar atau nilai wajar merupakan dasar penyusutan aset mulai tahun pajak
dilakukannya penilaian kembali aset tetap tersebut penyusutan dilakukan sesuai
dengan Pasal 11 UU Pajak Penghasilan.
12. Aset tetap yang telah dilakukan penilaian kembali dan telah dikenakan Pajak
Penghasilan tidak dapat dialihkan kepada pihak lain sebelum lewat jangka waktu 5
tahun setelah dilakukannya penilaian kembali.
13. Apabila WP mengalihkan aset tetap tersebut sebelum lewat jangka waktu 5 tahun,
maka atas selisih penilaian aset tetap tersebut tetap dikenakan Pajak Penghasian
yang terutang sebesar 10% dan tambahan Pajak Penghasilan yang bersifat final
sebesar 15%.
14. Dikecualikan dari jangka waktu 5 tahun jika aset tetap tersebut dialihkan kepada
pemerintah atau dialihkan dalam rangka penggabungan, peleburan, atau pemekaran
usaha.

2.4 Alasan Wajib Pajak Melakukan Revaluasi


1. Meningkatkan nilai perusahaan (mark-up) sehingga memudahkan perusahaan
dalam proses pencarian dana, baik melalui pinjaman bank maupun pinjaman saham
(go public);
2. Meningkatkan biaya penyusutan aktiva tetap dimasa datang sehingga deductibie
expense dimasa datang semakin besar dan beban pajak semakin kecil;
3. Meningkatkan keakuratan perhitungan penghasilan maupun biaya sehingga
mencerminkan kemampuan perusahaan yang sebenarnya dalam menghasilkan laba;
4. Agar neraca perusahaan menunjukan posisi kekayaan perusahaan yang sebenarnya.
2.5 Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam melakukan revaluasi
A. Revaluasi Parsial atau Menyeluruh
Objek revaluasi adalah aset berwujud dalam bentuk tanah, kelompok bangunan,
dan bukan bangunan yang tidak dimaksudkan untuk dialihkan atau dijual atau bukan
barang dagangan.Revaluasi parsial berarti perusahaan hanya melakukan revaluasi atas
sebagian asset tetap yang ada sesuai pertimbangan perusahaan.Bagi perusahaan tertentu,
misalnya perusahaan perkebunan, revaluasi atas tanah tidak menarik. Hal ini
disebabkan adanya pembayaran PPh sebear 10% atas selisih lebih penilaian kembali
aset padahal tanah tidak disusutkan, sehingga tambahan beban penyusutan tahun-tahun
mendatang hanya dari selisih lebih revaluasi ata asset tetap selain tanah, padahal asset
tanah nilainya paling besar dibandingkan dengan yang lainnya. Dengn demikian,
perusahaan dapat melakukan revaluasi parsial sepanjang yang tidak direvaluasikan
adalah asset tetap berupa tanah yang tidak disusutkan.
B. Pembayaran PPh Sebesar Sepuluh Persen yang Bersifat Final
Bagi perusahaan yang akan melakukan revaluasi perlu melakukan penghitungan apakah
membayar PPh 10% itu lebih menguntungkan dibanding dengan tariff PPh badan
sebesar 25%. Aktiva tetap yang sudah direvaluasi dan biaya penyusutan akan
mengurangi Penghasilan Kena Pajak (PKP). Umur aktiva akan kembali seperti semula,
meskipun sebenarnya telah digunakan lebih dari separuh umur.
C. Pembayaran Pajak Selama Lima Tahun
Bagi perusahaan yang melakukan penggabungan usaha, PPh sebesar 10%
(sepuluh persen) yang terutang dapat dibayar dalam jangka waktu paling lama 5 (lima)
tahun. Kemudian ini sangat membantu likuiditas perusahaan yang melakukan revaluasi
dan kemudian melakukan penggabungan. Namun, ketentuan ini bertentangan dengan
Pasal 4 huruf b Keputusan Menteri Keuangan No. 422/KMK.04/1998 yang menegaskan
bahwa Wajib Pajak yang melakukan penggabungan, peleburan, atau pemekaran harus
melunasi seluruh utang pajak dari tiap perusahaan terkait.
2.6 Contoh Kasus Revaluasi Aktiva Tetap
Contoh Kasus 1
Pada tanggal 1 Januari 2003 PT. PQR melakukan penilaian kembali aktiva perusahaan.
Posisi aktiva perusahaan pada tanggal tersebut adalah sebagai berikut :

Aktiva tetap Nilai Buku Fiskal Nilai Pasar Selisih Lebih

Tanah Rp. 2.000.000.000 Rp. 2.500.000.000 Rp. 500.000.000


Bangunan Rp. 200.000.000 Rp. 450.000.000 Rp. 250.000.000
Mesin Rp. 1.000.000.000 Rp. 8.000.000.000 Rp. 7.000.000.000
Rp. 3.200.000.000 Rp. 10.950.000.000 Rp. 7.750.000.000

Untuk tahun 2002 PT. PQR memperoleh laba sebesar Rp. 200.000.000. Tahuntahun
sebelumnya PT. PQR mencatatatkan kerugian sebagai berikut:

Tahun Kerugian

1995 Rp. 200.000.000


1996 Rp. 300.000.000
1997 Rp. 250.000.000
1998 Rp. 2.000.000.000
1999 Rp. 3.000.000.000
2000 Rp. 200.000.000
2001 Rp. 100.000.000

Pembahasan:
PT. PQR terlebih dahulu mengkompensasikan laba tahun 2002 sebesar Rp. 200.000.000
dengan rugi tahun 1997 sebesar Rp. 250.000.000 sehingga sisa rugi tahun 1997 adalahRp.
50.000.000.Kemudian selisih revaluasi dikompensikan dengan urutan sebagai berikut:

Selisih Lebih Kompensasi Kerugian Sisa Selisih lebih


Rp. 7.750.000.000 Th. 2001 Rp. 100.000.000 Rp. 7.650.000.000
Rp. 7.650.000.000 Th. 2000 Rp. 200.000.000 Rp. 7.450.000.000
Rp. 7.450.000.000 Th. 1999 Rp. 3.000.000.000 Rp. 4.450.000.000
Rp. 4.450.000.000 Th. 1998 Rp. 2.000.000.000 Rp. 2.450.000.000
Rp. 2.450.000.000 Th. 1997 Rp. 50.000.000 Rp. 2.400.000.000
PPh Revaluasi aktiva tetap = 10% x Rp. 2.400.000.000 = Rp. 240.000.000 (Final)

Apabila revaluasi tersebut dilakukan dalam rangka penggabungan usaha merger atau
konsolidasi, maka PPh Final sebesar Rp. 240.000.000 dapat diangsur sampai 5 tahun
minimal 20%/tahun.

Contoh Kasus 2
Studi Kasus
PT (Persero) Angkasa Pura

Laba rugi perusahaan PT. Angkasa Pura adalah Rp. 4.464.157.000 sebelum dikenakan
Pajak Penghasilan (PPh) terhadap Badan dengan pengenaan tarif pajak Badan sebesar
25%. Dengan demikian besarnya PPh Terhutang PT. (Persero) Angkasa Pura I Kantor
Cabang Bandar Udara Sam Ratulangi sesuai dengan tarif pajak PPh Pasal 17 ayat 2 (a)
adalah sebagai berikut :
25% x Rp. 4.464.157.000 = Rp. 1.116.039.250

Revaluasi Aktiva Tetap 1


0
Selisih Lebih Revaluasi Tanah, Bangunan, dan Gedung

No Aktiva Nilai Akumulasi Nilai Buku Nilai Akmulasi Selisih PPh


. Tetap Perolehan Penyusuta Pasar Penyusutan Lebih Final
n s.d thn Wajar Setelah Revalua 10%
2012 Revaluasi si

1. Tanah 6.171.100.142,00 - 6.171.100.142,00 13.800.000.000 - 7.628.899.858 762.889.985

2. Bangunan 193.893.764.603,56 (9.694.688.230) (11.266.000.000) 29.914.923.626,44 2.991.492.362,64


/Lapangan 184.199.076.373,56 225.320.000.000

3. Gedung 115.343.576.458,07 (5.767.178.822,90) 124.320.000.000 (6.216.000.000) 8.527.602.360,83 852.760.236,48


109.576.397.635,17

Jumlah 315.408.441.203,63 (15.461.867.052,9) 299.946.574.150,73 363.440.000.000 (17.422.000.000) 46.071.425.849,27 4.607.142.584,12

(Sumber: Laporan Keuangan PT. Angkasa Pura I Cabang Manado tahun 2012)
Selisih Lebih Revaluasi Aktiva Kendaraan, Peralatan Perhubungan Udara, dan Lain-lain Aktiva

Aktiva Tetap Nilai Akumulasai Nilai Buku Nilai Pasar Akumulasi Selisih Lebih PPh
Final Perolehan Penyusutan Wajar Penyusutan Setelah
Revaluasi 10%
Revaluasi
Alat-Alat
Perhubungan
Udara
Alat-alat 19.576.644.889,6 (4.894.161.222) 14.682.483.667,6 22.120.000.00 (5.530.000.000) 1.907.516.332,4 190.751.633,24
Telekomunik 0 0
asi
Rambu-rambu 22.344.592.844,5 (2.793.074.106) 19.551.518.738,5 22.120.000.00 (3.187.500.000) 2.760.981.261,4 276.098.126,14
udara 9 9 0 1

Alat Kerja 121.000.000,00 (15.125.000) 105.875.000 500.000.000 (62.500.000) 331.625.000 33.162.500


Perhubungan
udara
Jumlah 42.042.237.734 (7.688.747.328) 34.339.877.406, 48.120.000.0 (8.780.000.000) 5.000.122.594 500.012.259,4
19 00

Alat-alat 175.166.096.068, (21.895.762.008, 153.270.334.068, 190.100.000.0 (23.762.500.000) 13.067.165.931, 1.306.716.593,


Angkutan 83 60) 23 00 77 17
/Kendaraan
Jumlah 175.166.096.06 (21.895.762.00 153.270.334.06 190.100.000. (23.762.500.000 13.067.165.93 1.306.716.593
8,83 8,60) 8,23 000 ) 1,77 ,17

Lain-lain 1.227.978.211,01 (306.994.552,75) 920.983.658,26 1.345.000.000 (336.250.000) 87.766.341,74 8.776.634,17


Aktiva Tetap

Jumlah 1.227.978.211,0 (306.994.552,7 920.983.658,26 1.345.000.00 (336.250.000) 87.766.341,74 8.776.634,17


1 5) 0

(Sumber: Laporan Keuangan PT. Angkasa Pura I Cabang Manado tahun 2012)
Pengaruh Revaluasi Aktiva Tetap Terhadap Laba Kena Pajak

Laporan laba rugi sebelum PPh badan sebesar Rp.3.084.186.000. Perhitungan PPh Terhutang
adalah:

25% x Rp.3.084.186.000 = Rp. 771.046.500

Tarif PPh Final :

10% x Rp.59.226.358.127,78 = Rp. 5.922.635.812,77

Final ditambah dengan PPh badan yaitu sebesar Rp. 6.693.682.312.77

Perbandingan Pengenaan Pajak Sebelum Melakukan Dan Melakukan Revaluasi Aktiva


Tetap

Sebelum Melakukan Melakukan Revaluasi


Revaluasi
Biaya PPh Final Revaluasi 0 5.922.635.812,77

Laba Kena Pajak 4.464.157.000 3.084.186.000

Beban Pajak 1.116.039.250 771.046.500

Dikarenakan biaya PPh final revaluasi lebih besar dari pada beban pajak , maka beban
pajak dihapuskan menjadi Rp. 0.
Biaya PPh final revaluasi dapat di angsur sampai 5 tahun.

Namun sebaiknya , PT. Angkasa Pura I sebelum melakukan revaluasi terhadap aktiva
tetap perusahaannya, sebaiknya dilakukan pertimbangan terlebih dahulu, dimana dapat
dilakukan dengan cara membandingkan besarnya pajak yang dibayar apabila
melakukan revaluasi dan tidak melakukan revaluasi aktiva tetapnya, apabila jumlah
pajak PPh Final dan PPh Badan yang dibayar lebih besar dari pada jumlah pajak
dengan tidak melakukan revaluasi aktiva tetap (PPh Badan), maka perusahaan tidak
perlu melakukan revaluasi melalui aktiva tetap dengan melihat kembali peraturan yang

Revaluasi Aktiva Tetap 13


berlaku dan nilai pasar wajar aset tetap perusahaan yang ada dan menghasilkan nilai wajar
yang sesuai dan mendapatkan total beban pajak yang sebenarnya.
BAB III
PENUTUP

3.1. Kesimpulan

Revaluasi aset tetap merupakan salah satu cara yang dapat dilakukan oleh perusahaan
sebagai salah satu cara pelaksanaan tax planning yang bertujuan untuk meringankan beban
kerugian perusahaan.

Revaluasi aktiva tetap secara umum akan menghasilkan kenaikan nilai pasar wajar yang
merupakan nilai aktiva pada tahun berjalan dan biaya disusutkan aktiva. Kenaikan biaya
penyusutan akan menurunkan laba usaha yang berdampak pada pengurangan beban PPh badan.
Pada aktiva tanah, tidak dapat menghemat pajak karena aktiva tanah tidak dapat disusutkan,
sedangkan untuk aktiva berwujud lainnya dapat menghemat pajak karena pada aktiva tersebut
dapat disustkan.

Revaluasi Aktiva Tetap 14


DAFTAR PUSTAKA

Unikom, 2013.Modul Pelatihan Pajak Terapan Brevet A dan B Terpadu.


Suandy, Erly. 2013. Perencanaan Pajak Edisi Revisi 5. Salemba Empat.
C Katuk, Yolanda. 2013.Analisis Perencanaan Pajak Melalui Revaluasi Aktiva Tetap Pada PT.
Angkasa Pura I (Persero) Bandara Sam Ratulangi. Jurnal Emba. Vol 1 No. 3.

Anda mungkin juga menyukai