I
PENDAHULUAN
Dari segi ekonomi, pajak merupakan pemindahan sumber daya dari sector privat
(perusahaan) ke sektor public. Pemindahan sumber daya tersebut akan memengaruhi
daya beli (purchasing power) atau kemampuan belanja (spending power) dari sektor
privat. Agar tidak terjadi gangguan serius terhadap jalannya perusahaan, maka
pemenuhan kewajiban perpajakan harus dikelola dengan baik.
Bagi negara, pajak adalah salah satu sumber penerimaan penting yang akan
digunakan untuk membiayai pengeluaran Negara, baik pengeluaran rutin mapun
pengeluaran pembangunan. Sebaliknya bagi perusahaan, pajak merupakan beban yang
akan mengurangi laba bersih.
Minimalisasi beban pajak dapat dilakukan dengan berbagai cara, salah satu
caranya dengan melakukan revaluasi aktiva tetap terhadap perusahaan.
Dalam kondisi inflasi, perusahaan perlu mempertimbangkan untuk melakukan
revaluasi karena nilai buku sudah tidak bisa mencerminkan harga pasar yang berlaku
saat ini.
Dalam keadaan inflasi, dimana harga-harga barang secara keseluruhan
mengalami kenaikan, maka nilai buku dari aktiva/aset yang dimiliki perusahaan
dipandang tidak relevan lagi.Bukan hanya dalam keadaan inflasi, dalam keadaan
ekonomi normal pun sebenarnya nilai buku dianggap tidak relevan karena tidak
mencerminkan nilai aktiva/aset yang sebenarnya.
PEMBAHASAN
Revaluasi merupakan salah satu cara untuk mewajarkan nilai aktiva/aset yangdimilki
perusahaan dan seringkali digunakan untuk menghemat pajak yang harus dibayar.
Aset Tetap merupakan aset berwujud yang dimiliki untuk digunakan dalam produksi
atau penyediaan barang atau jasa untuk disewakan kepada pihak lain, atau tujuan
administratif dan diharapkan untuk digunakan selama lebih dari satu periode. (SAK-
ETAP).
Revaluasi aset tetap merupakan penilaian kembali aset tetap perusahaan, yang
diakibatkan adanya kenaikan nilai aset tetap tersebut dipasaran atau karena rendahnya
nilai aset tetap dalam laporan keuangan perusahaan yang disebabkan oleh devaluasi atau
sebab lain, sehingga nilai aset tetap dalam laporan keuangan tidak lagi mencerminkan nilai
yang wajar. (Waluyo, 2011)
Pada dasarnya penilaian kembali aset tetap dilakukan berdasarkan nilai pasar atau nilai
wajar aset tetap tersebut pada saat penilaian dengan menggunakan mtode peneliian yang
lazim berlaku di Indonesia dan dilakukan oleh perusahaan penilai atau penilai yang diakui
oleh Pemerintah. Jika nilai wajar yang ditetapkan oleh perusahaan penilai atau penilai yang
diakui oleh Pemerintah tidak mencerminkan keadaan yang sebenarnya maka Direktur
Jenderal Pajak akan menetapkan kembali nilai pasar atau nilai wajar asset yang
bersangkutan.
1. Wajib Pajak yang dapat melakukan revaluasi adalah WP Badan dalam negeri yang
terletak atau berada di Indonesia. Wajib Pajak Badan dalam negeri adalah
sekumpulan orang dan/atau modal yang merupakan kesatuan, baik yang melakukan
usaha maupun yang tidak melakukan usaha yang meliputi perseroan terbatas,
perseroan komanditer, perseroan lainnya, Badan Usaha Milik Negara atau Daerah
dengan nama dan dalam bentuk apapun, firma, kongsi, koperasi, dana pensiun, dana
persekutuan, perkumpulan, yayasan, organisasi masa, organisasi sosial politik, atau
organisasi yang sejenis, lembaga, bentuk usaha tetap, dan bentuk badan lainnya.
2. Telah memenuhi semua kewajiban pajaknya sampai dengan masa pajak terakhir
sebelum masa pajak dilakukannya penilaian kembali. Kewajiban pajak yang
dimaksud terdiri dari:
a. Pajak Penghasilan (PPh);
b. Pajak Pertambahan Nilai (PPn) dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah
(PPnBM);
c. Pajak Bumi dan Bangunan (PBB);
d. Bea Perolehan Hak atas Tanah dan/atau Bangunan
Untuk tahun 2002 PT. PQR memperoleh laba sebesar Rp. 200.000.000. Tahuntahun
sebelumnya PT. PQR mencatatatkan kerugian sebagai berikut:
Tahun Kerugian
Pembahasan:
PT. PQR terlebih dahulu mengkompensasikan laba tahun 2002 sebesar Rp. 200.000.000
dengan rugi tahun 1997 sebesar Rp. 250.000.000 sehingga sisa rugi tahun 1997 adalahRp.
50.000.000.Kemudian selisih revaluasi dikompensikan dengan urutan sebagai berikut:
Apabila revaluasi tersebut dilakukan dalam rangka penggabungan usaha merger atau
konsolidasi, maka PPh Final sebesar Rp. 240.000.000 dapat diangsur sampai 5 tahun
minimal 20%/tahun.
Contoh Kasus 2
Studi Kasus
PT (Persero) Angkasa Pura
Laba rugi perusahaan PT. Angkasa Pura adalah Rp. 4.464.157.000 sebelum dikenakan
Pajak Penghasilan (PPh) terhadap Badan dengan pengenaan tarif pajak Badan sebesar
25%. Dengan demikian besarnya PPh Terhutang PT. (Persero) Angkasa Pura I Kantor
Cabang Bandar Udara Sam Ratulangi sesuai dengan tarif pajak PPh Pasal 17 ayat 2 (a)
adalah sebagai berikut :
25% x Rp. 4.464.157.000 = Rp. 1.116.039.250
(Sumber: Laporan Keuangan PT. Angkasa Pura I Cabang Manado tahun 2012)
Selisih Lebih Revaluasi Aktiva Kendaraan, Peralatan Perhubungan Udara, dan Lain-lain Aktiva
Aktiva Tetap Nilai Akumulasai Nilai Buku Nilai Pasar Akumulasi Selisih Lebih PPh
Final Perolehan Penyusutan Wajar Penyusutan Setelah
Revaluasi 10%
Revaluasi
Alat-Alat
Perhubungan
Udara
Alat-alat 19.576.644.889,6 (4.894.161.222) 14.682.483.667,6 22.120.000.00 (5.530.000.000) 1.907.516.332,4 190.751.633,24
Telekomunik 0 0
asi
Rambu-rambu 22.344.592.844,5 (2.793.074.106) 19.551.518.738,5 22.120.000.00 (3.187.500.000) 2.760.981.261,4 276.098.126,14
udara 9 9 0 1
(Sumber: Laporan Keuangan PT. Angkasa Pura I Cabang Manado tahun 2012)
Pengaruh Revaluasi Aktiva Tetap Terhadap Laba Kena Pajak
Laporan laba rugi sebelum PPh badan sebesar Rp.3.084.186.000. Perhitungan PPh Terhutang
adalah:
Dikarenakan biaya PPh final revaluasi lebih besar dari pada beban pajak , maka beban
pajak dihapuskan menjadi Rp. 0.
Biaya PPh final revaluasi dapat di angsur sampai 5 tahun.
Namun sebaiknya , PT. Angkasa Pura I sebelum melakukan revaluasi terhadap aktiva
tetap perusahaannya, sebaiknya dilakukan pertimbangan terlebih dahulu, dimana dapat
dilakukan dengan cara membandingkan besarnya pajak yang dibayar apabila
melakukan revaluasi dan tidak melakukan revaluasi aktiva tetapnya, apabila jumlah
pajak PPh Final dan PPh Badan yang dibayar lebih besar dari pada jumlah pajak
dengan tidak melakukan revaluasi aktiva tetap (PPh Badan), maka perusahaan tidak
perlu melakukan revaluasi melalui aktiva tetap dengan melihat kembali peraturan yang
3.1. Kesimpulan
Revaluasi aset tetap merupakan salah satu cara yang dapat dilakukan oleh perusahaan
sebagai salah satu cara pelaksanaan tax planning yang bertujuan untuk meringankan beban
kerugian perusahaan.
Revaluasi aktiva tetap secara umum akan menghasilkan kenaikan nilai pasar wajar yang
merupakan nilai aktiva pada tahun berjalan dan biaya disusutkan aktiva. Kenaikan biaya
penyusutan akan menurunkan laba usaha yang berdampak pada pengurangan beban PPh badan.
Pada aktiva tanah, tidak dapat menghemat pajak karena aktiva tanah tidak dapat disusutkan,
sedangkan untuk aktiva berwujud lainnya dapat menghemat pajak karena pada aktiva tersebut
dapat disustkan.