1.Pengertian Anastesi
Istilah anestesi sendiri digunakan pertama kali oleh Oliver Wendel Holmes Sr
pada tahun 1846.
2.Tipe Anastesi
Anestesi Inhalasi
Obat anesteai inhalasi merupakan salah satu teknik anestesi umum yang dilakukan
dengan jalan memberikan kombinasi obat anestesi inhalasi yang berupa gas dan atau cairan
yang mudah menguap melalui alat atau mesin anestesi langsung ke udara inspirasi.
Mekanisme kerja obat anestesi inhalasi sangat rumit masih merupakan misteri dalam
farmakologi modern. Pemberian anestetik inhalasi melalui pernafasan menuju organ sasaran
yang jauh merupakan suatu hal yang unik daklam dunia anestesiologi.
Contoh obat Anestesi Inhalasi
b. Halotan
Halotan merupakan cairan tidak
berwarna, berbau enak, tidak iritatif,
mudah menguap, tidak mudah
terbakar/meledak, tidak bereaksi
dengan soda lime,dan mudah diuraikan
cahaya. Halotan merupakan obat anestetik
dengan kekuatan 4-5 kali eter atau 2 kali kloroform. Keuntungan penggunaan halotan
adalah induksi cepat dan lancar, tidak mengiritasi jalan napas, bronkodilatasi,
pemulihan cepat, proteksi terhadap syok, jarang menyebabkan mual/muntah, tidak
mudah terbakar dan meledak.
Kerugiannya adalah sangat poten, relatif mudah terjadi overdosis, analgesi dan
relaksasi yang kurang, harus dikombinasi dengan obat analgetik dan relaksan, harga
mahal, menimbulkan hipotensi, aritmia, meningkatkan tekanan intrakranial,
menggigil pascaanestesi, dan hepatotoksik. Overdosis relatif mudah terjadi dengan
gejala gagal napas dan sirkulasi yang dapat menyebabkan kematian. Dosis induksi 2-
4% dan pemeliharaan 0,5-2%.
c. Etil klorida
Etil klorida merupakan cairan tidak berwarna, sangat mudah menguap, dan
mudah terbakar. Anestesi dengan etil klorida cepat terjadi namun cepat hilang.
Induksi dapat dicapai dalam 0,5-2 menit dengan waktu pemulihan 2-3 menit sesudah
pemberian anestesi dihentikan. Etil klorida sudah tidak dianjurkan lagi untuk
digunakan sebagai anestesi umum, namun hanya untuk induksi dengan memberikan
20-30 tetes pada masker selama 30 detik. Pada sistem tetes terbuka (open drop), etil
klorida disemprotkan ke sungkup dengan volume 3-20 ml yang menghasilkan uap _+
3,5-5% sehingga pasien tidak sadar dan kemudian dilanjutkan dengan penggunaan
obat lain seperti eter. Etil klorida juga digunakan sebagai anestetik lokal dengan cara
menyemprotkannya pada kulit sampai beku.
Keuntungan penggunaan eter adalah murah dan mudah didapat, tidak perlu
digunakan bersama dengan obat-obat lain karena telah memenuhi trias anestesi,
cukup aman dengan batas keamanan yang lebar, dan alat yang digunakan cukup
sederhana. Kerugiannya adalah mudah meledak/terbakar, bau tidak enak, mengiritasi
jalan napas, menimbulkan hipersekresi kelenjar ludah, menyebabkan mual
dan muntah, serta dapat menyebabkan hiperglikemia. Jumlah eter yang dibutuhkan
tergantung dari berat badan dan kondisi penderita, kebutuhan dalamnya anestesi dan
teknik yang digunakan. Dosis induksi 10-20% volume uap eter dalam oksigen atau
campuran oksigen dan N2O. Dosis pemeliharaan stadium III 5-15% volume uap eter.
e. Enfluran (ethran)
Enfluran merupakan obat anestetik
eter berhalogen berbentuk cairan, mudah
menguap, tidak mudah terbakar, tidak
bereaksi dengan soda lime. Induksi dengan
enfluran cepat dan lancar. Obat ini jarang
menimbulkan mual danmuntah serta masa
pemulihannya cepat. Dosis induksi 2-4,5%
dikombinasi dengan O2 atau campuran N2-O2. Dosis rumatan 0,5-3 % volume.
f. Isofluran (forane)
Isofluran merupakan eter berhalogen,
berbau tajam, dan tidak mudah terbakar.
Keuntungan penggunaan isofluran adalah
irama jantung stabil dan tidak terangsang
oleh adrenalin serta induksi dan masa
pulih anestesi cepat. Namun, harga obat
ini mahal. Dosis induksi 3-3,5% dalam
O2 atau kombinasi N2-O2. Dosis rumatan 0,5-3%.
g. Sevofluran
Obat anestetik ini merupakan turunan eter
berhalogen yang paling disukai untuk
induksi inhalasi. Induksinya enak, dan
cepat terutama pada anak. Dosis induksi 6-
8 vol%. Dosis rumatan 1-2 vol%.
Anestesiintravena
Obat anestesi intravena adalah obat anestesi yang diberikan melalui jalur intravena,
baik obat yang berkhasiat hipnotik atau analgetik maupun pelumpuh otot. Setelah berada
didalam pembuluh darah vena, obatobat ini akan diedarkan ke seluruh jaringan tubuh
melalui sirkulasi umum, selanjutnya akan menuju target organ masing-masing dan akhirnya
diekskresikan sesuai dengan farmakodinamiknya masing-masing.
William Morton, tahun 1846 di Boston, pertama kali menggunakan obat anestesi
dietil eter untuk menghilangkan nyeri selama operasi. Di jerman tahun 1909, Ludwig
Burkhardt, melakukan pembiusan dengan menggunakan kloroform dan ether melalui
intravena, tujuh tahun kemudian, Elisabeth Brendenfeld dari Swiss melaporkan penggunaan
morfin dan skopolamin secara intravena.
Sejak diperkenalkan di klinis pada tahun 1934, Thiopental menjadi Gold Standard
dari obatobat anestesi lainnya, berbagai jenis obat-obat hipnotik tersedia dalam bentuk
intavena, namun obat anestesi intravena yang ideal belum bisa ditemukan. Penemuan obat
obat ini masih terus berlangsung sampai sekarang.
Mekanisme kerja
Mekanisme kerjanya sampai saat ini masih kurang diketahui ,tapi diperkirakan efek
primernya berlangsung di reseptor GABA A (Gamma Amino Butired Acid).
Farmakokinetik
Digunakan secara intravena dan bersifat lipofilik dimana 98% terikat protein plasma,
eliminasi dari obat ini terjadi di hepar menjadi suatu metabolit tidak aktif, waktu paruh
propofol diperkirakan berkisar antara 224 jam. Namun dalam kenyataanya di klinis
jauh lebih pendek karena propofol didistribusikan secara cepat ke jaringan tepi. Dosis
induksi cepat menyebabkan sedasi ( rata rata 30 45 detik ) dan kecepatan untuk
pulih juga relatif singkat. Satu ampul 20ml mengandung propofol 10mg/ml. Popofol
bersifat hipnotik murni tanpa disertai efek analgetik ataupun relaksasi otot.
Farmakodinamik
Dosis induksi menyebabkan pasien tidak sadar, dimana dalam dosis yang kecil dapat
menimbulkan efek sedasi, tanpa disetai efek analgetik, pada pemberian dosis induksi
(2mg /kgBB) pemulihan kesadaran berlangsung cepat.
Dapat menyebakan depresi pada jantung dan pembuluh darah dimana tekanan dapat
turun sekali disertai dengan peningkatan denyut nadi, pengaruh terhadap frekuensi
jantung juga sangat minim.
Sistem pernafasan
Dapat menurunkan frekuensi pernafasan dan volume tidal, dalam beberapa kasus dapat
menyebabkan henti nafas kebanyakan muncul pada pemberian diprivan
d) Turunkan dosis pada orang tua atau gangguan hemodinamik atau apabila digabung
penggunaanya dengan obat anastesi yang lain.
Efek Samping
Dapat menyebabkan nyeri selama pemberian pada 50% sampai 75%. Nyeri ini bisa
muncul akibat iritasi pembuluh darah vena, nyeri pada pemberian propofol dapat
dihilangkan dengan menggunakan lidocain (0,5 mg/kg) dan jika mungkin dapat
diberikan 1 sampai 2 menit dengan pemasangan torniquet pada bagian proksimal
tempat suntikan, berikan secara I.V melaui vena yang besar. Gejala mual dan muntah
juga sering sekali ditemui pada pasien setelah operasi menggunakan propofol.
Propofol merupakan emulsi lemak sehingga pemberiannya harus hati hati pada
pasien dengan gangguan metabolisme lemak seperti hiperlipidemia dan pankreatitis.
b. Tiopenton
Pertama kali diperkenalkan tahun 1963.
Tiopental sekarang lebih dikenal dengan
nama sodium Penthotal, Thiopenal,
Thiopenton Sodium atau Trapanal yang
merupakan obat anestesi umum barbiturat
short acting, tiopentol dapat mencapai otak
dengan cepat dan memiliki onset yang cepat
(30-45 detik). Dalam waktu 1 menit tiopenton
sudah mencapai puncak konsentrasi dan setelah 5 10 menit konsentrasi mulai menurun
di otak dan kesadaran kembali seperti semula. Dosis yang banyak atau dengan
menggunakan infus akan menghasilkan efek sedasi dan hilangnya kesadaran.
Mekanisme kerja
Farmakokinetik
Absorbsi
Pada anestesiologi klinis, barbiturat paling banyak diberikan secara intravena untuk
induksi anestesi umum pada orang dewasa dan anak anak. Perkecualian pada
tiopental rektal atau sekobarbital atau metoheksital untuk induksi pada anak anak.
Sedangkan phenobarbital atau sekobarbital intramuskular untuk premedikasi pada
semua kelompok umur.
Distribusi
Pada pemberian intravena, segera didistribusikan ke seluruh jaringan tubuh
selanjutnya akan diikat oleh jaringan saraf dan jaringan lain yang kaya akan
vaskularisasi, secara perlahan akan mengalami difusi kedalam jaringan lain seperti
hati, otot, dan jaringan lemak. Setelah terjadi penurunan konsentrasi obat dalam
plasma ini terutama oleh karena redistribusi obat dari otak ke dalam jaringan lemak.
Metabolisme
Ekskresi
Sebagian besar akan diekskresikan lewat urine, dimana eliminasi terjadi 3 ml/kg/menit
dan pada anak anak terjadi 6 ml/kg/menit.
Farmakodinamik
Sistem kardiovaskular
Menurunkan tekanan darah dan cardiac output ,dan dapat meningkatkan frekwensi
jantung, penurunan tekanan darah sangat tergantung dari konsentrasi obat dalam
plasma. Hal ini disebabkan karena efek depresinya pada otot jantung, sehingga curah
jantung turun, dan dilatasi pembuluh darah. Iritabilitas otot jantung tidak terpengaruh,
tetapi bisa menimbulkan disritmia bila terjadi resistensi Co2 atau hipoksia. Penurunan
tekanan darah yang bersifat ringan akan pulih normal dalam beberapa menit tetapi bila
obat disuntik secara cepat atau dosisnya tinggi dapat terjadi hipotensi yang berat. Hal
ini terutama akibat dilatasi pembuluh darah karena depresi pusat vasomotor. Dilain
pihak turunnya tekanan darah juga dapat terjadi oleh karena efek depresi langsung
obat pada miokard.
Sistem pernafasan
Akan mennyebabkan penurunan frekwensi nafas dan volume tidal. bahkan dapat
sampai menyebakan terjadinya asidosis respiratorik.
Dosis
Dosis yang biasanya diberikan berkisar antara 3-5 mg/kg. Untuk menghindarkan efek
negatif dari tiopental tadi sering diberikan dosis kecil dulu 50-75 mg sambil menunggu
reaksi pasien.
Efek samping
Efek samping yang dapat ditimbulkan seperti alergi, sehingga jangan memberikan obat
ini kepada pasien yang memiliki riwayat alergi terhadap barbiturat, sebab hal ini dapat
menyebabkan terjadinya reaksi anafilaksis yang jarang terjadi, barbiturat juga
kontraindikasi pada pasien dengan porfiria akut, karena barbiturat akan menginduksi
enzim d-aminoleuvulinic acid sintetase, dan dapat memicu terjadinya serangan akut.
Iritasi vena dan kerusakan jaringan akan menyebakan nyeri pada saat pemberian
melalui I.V, hal ini dapat diatasi dengan pemberian heparin dan dilakukan blok
regional simpatis.
c. Ketamin
Ketamin juga sering menebabkan terjadinya disorientasi, ilusi sensoris dan persepsi
dan mimpi gembira yang mengikuti anesthesia, dan sering disebut dengan emergence
phenomena.
Mekanisme kerja
Beberapa kepustakaan menyebutkan bahwa blok terhadap reseptor opiat dalam otak
dan medulla spinalis yang memberikan efek analgesik, sedangkan interaksi terhadap
reseptor metilaspartat dapat menyebakan anastesi umum dan juga efek analgesik.
Efek farmakologis
Apabila diberikan intravena maka dalam waktu 30 detik pasien akan mengalami
perubahan tingkat kesadaran yang disertai tanda khas pada mata berupa kelopak mata
terbuka spontan dan nistagmus. Selain itu kadang-kadang dijumpai gerakan yang tidak
disadari, seperti gerakan mengunyah, menelan, tremor dan kejang. Apabila diberikan
secara intramuskular, efeknya akan tampak dalam 5-8 menit, sering mengakibatkan
mimpi buruk dan halusinasi pada periode pemulihan sehingga pasien mengalami
agitasi. Aliran darah ke otak meningkat, menimbulkan peningkatan tekanan darah
intrakranial.
Efek pada mata
Pada dosis biasa, tidak mempunyai pengaruh terhadap sistem respirasi. dapat
menimbulkan dilatasi bronkus karena sifat simpatomimetiknya, sehingga merupakan
obat pilihan pada pasien ashma.
Ketamin merupakan obat yang dapat diberikan secara intramuskular apabila akses
pembuluh darah sulit didapat contohnya pada anak anak. Ketamin bersifat larut air
sehingga dapat diberikan secara I.V atau I.M. dosis induksi adalah 1 2 mg/KgBB
secara I.V atau 5 10 mg/Kgbb I.M , untuk dosis sedatif lebih rendah yaitu 0,2
mg/KgBB dan harus dititrasi untuk mendapatkan efek yang diinginkan.
Untuk pemeliharaan dapat diberikan secara intermitten atau kontinyu. Emberian secara
intermitten diulang setiap 10 15 menitdengan dosis setengah dari dosis awal sampai
operasi selesai.
Farmakokinetik
Absorbsi
Distribusi
Ketamin lebih larut dalam lemak sehingga dengan cepat akan didistribusikan ke
seluruh organ.10 Efek muncul dalam 30 60 detik setelah pemberian secara I.V
dengan dosis induksi, dan akan kembali sadar setelah 15 20 menit. Jika diberikan
secara I.M maka efek baru akan muncul setelah 15 menit.
Metabolisme
Ekskresi
Efek samping
Dapat menyebabkan efek samping berupa peningkatan sekresi air liur pada
mulut,selain itu dapat menimbulkan agitasi dan perasaan lelah , halusinasi dan mimpi
buruk juga terjadi pasca operasi, pada otot dapat menimbulkan efek mioklonus pada
otot rangka selain itu ketamin juga dapat meningkatkan tekanan intracranial. Pada
mata dapat menyebabkan terjadinya nistagmus dan diplopia.
Kontra indikasi
Mengingat efek farmakodinamiknya yang relative kompleks seperti yang telah
disebutkan diatas, maka penggunaannya terbatas pada pasien normal saja. Pada pasien
yang menderita penyakit sistemik penggunaanya harus dipertimbangkan seperti
tekanan intrakranial yang meningkat, misalnya pada trauma kepala, tumor otak dan
operasi intrakranial, tekanan intraokuler meningkat, misalnya pada penyakit glaukoma
dan pada operasi intraokuler. Pasien yang menderita penyakit sistemik yang sensitif
terhadap obatobat simpatomimetik, seperti ; hipertensi tirotoksikosis, Diabetes
militus, PJK dll.
d. Opioid
Opioid telah digunakkan dalam penatalaksanaan nyeri selama ratusan tahun. Obat
opium didapat dari ekstrak biji buah poppy papaverum somniferum, dan kata opium
berasal dari bahasa yunani yang berarti getah.
Mekanisme kerja
Opioid berikatan pada reseptor spesifik yang terletak pada system saraf pusat dan
jaringan lain. Empat tipe mayor reseptor opioid yaitu , ,,,. Walaupun opioid
menimbulkan sedikit efek sedasi, opioid lebih efektif sebagai analgesia.
Farmakodinamik dari spesifik opioid tergantung ikatannya dengan reseptor, afinitas
ikatan dan apakah reseptornya aktif. Aktivasi reseptor opiat menghambat pelepasan
presinaptik dan respon postsinaptik terhadap neurotransmitter ekstatori (seperti
asetilkolin) dari neuron nosiseptif.
Dosis
Premedikasi petidin diberikan I.M dengan dosis 1 mg/kgbb atau intravena 0,5
mg/Kgbb, sedangakan morfin sepersepuluh dari petidin dan fentanil seperseratus dari
petidin.
Farmakokinetik
Absorbsi
Cepat dan komplit terjadi setelah injeksi morfin dan meperedin intramuskuler, dengan
puncak level plasma setelah 20-60 menit. Fentanil sitrat transmukosal oral merupakan
metode efektif menghasilkan analgesia dan sedasi dengan onset cepat (10 menit)
analgesia dan sedasi pada anak-anak (15-20 g/Kg) dan dewasa (200-800 g).
Distribusi
Waktu paruh opioid umumnya cepat (5-20 menit). Kelarutan lemak yang rendah dan
morfin memperlambat laju melewati sawar darah otak, sehingga onset kerja lambat
dan durasi kerja juga Iebih panjang. Sebaliknya fentanil dan sufentanil onsetnya cepat
dan durasi singkat setelah injeksi bolus.
Metabolisme
Ekskresi
Eliminasi terutama oleh metabolisme hati, kurang lebih 10% melewati bilier dan
tergantung pada aliran darah hepar. 5 10% opioid diekskresikan lewat urine dalam
bentuk metabolit aktif, remifentanil dimetabolisme oleh sirkulasi darah dan otot polos
esterase.
Farmakodinamik
Dapat meyebabkan penekanan pusat nafas, ditandai dengan penurunan frekuensi nafas,
dengan jumlah volume tidal yang menurun .11 PaCO2 meningkat dan respon terhadap
CO2 tumpul sehingga kurve respon CO2 menurun dan bergeser ke kanan, selain itu
juga mampu menimbulkan depresi pusat nafas akibat depresi pusat nafas atau
kelenturan otot nafas, opioid juga bisa merangsang refleks batuk pada dosis tertentu.