Anda di halaman 1dari 136

May

30

LAPORAN PRAKTIKUM TABLET


PARACETAMOL

DAFTAR ISI

I. PENDAHULUAN

II. TINJAUAN PUSTAKA

III. DATA PREFORMULASI


3.1 Morfologi
3.1.1 Zat khasiat Paracetamol
3.1.2 Zat tambahan
3.1.2.1 Laktosa
3.1.2.2 Talcum
3.1.2.3 Amylum
3.1.2.4 Aerosil
3.2 farmakologi
3.2.1 Farmakokinetik
3.2.2 Farmakodinamik

IV. PELAKSANAAN PRAKTIKUM


4.1 Peralatan
4.2 Bahan
4.3 Alasan pemilihan bahan
4.4 Tujuan
4.5 Perhitungan
4.5.1 Formula yang di rencanakan
4.5.2 Formula yang di buat
4.5.3 Formula standar
4.5.4 Formula yang beredar
4.5.5 Penimbangan bahan
4.6 Cara kerja
4.6.1 Pembuatan larutan bahan pengikat
4.6.2 Pembuatan masa granul
4.6.3 Pembuatan tablet

4.7 Evaluasi bahan


4.7.1 Evaluasi granul
4.7.2 Evaluasi tablet

V. HASIL DAN DISKUSI


5.1 Hasil
5.2 Permasalahan

VI. KESIMPULAN DAN SARAN


6.1 Kesimpulan
6.2 Saran

VII. DAFTAR PUSTAKA

BAB I
PENDAHULUAN

Tablet merupakan salah satu sediaan formasi yang paling banyak dibuat atau
diproduksi dewsa ini.karena bentuk tablet dapat menjamin kesetabilan sifat fisika dan kimia
bahan obat. Sebab dia merupakan sediaan kering,mudah dalam pengemasan,pengepakan,
transportasi dan penggunannya. Disamping itu takaran obatnya pun ckup teliti dan serba
sama untuk setiap tablet.

Makanya dewasa ini telah diperkirakaan paling tidak 40% dari seluruh obat yang
beredar di pasaran di buat dalam bentuk tablet ini. Dan Pada umumnya sebagian besar bahan
obat yang dikenal dalam bidang farmasi dapat diproses menjadi menjadi tablet.

Secara garis besar bahan obat yang digunakan per oral atau lewat mulut untuk sediaan
tablet terdiri dari bahan obat yang tidak larut an bekerja local pada saluran pencernaan
(seperti antasida dan absorben) dan bahan yang larut,terdisolusi dalam usus dan bekerja local
pada saluran pencernaan (seperti antasida dan absorben) dan bahan yang larut terdisalusi
dalam usus dan bekerja secara sistematik.

BAB II
TINJAUAN PUSTKA

Menurut farmakope Indonesia edisi III. Tablet adalah sediaan padat, kompak, dibuat
secara kempa cetak dalam bentuk tabung pipih atau sirkuler, kedua permukaannya rata atau
cembung, mengandung satu jenis obat atau lebih dengan atau tanpa zat tambahan.
Dimana zat tambahan yang digunakan dapat berfungsi sebagai bahan pengisi, zat
pengikat, zat pelincir, zat pengembang, zat pembasah atau zat lain yang cocok.
Tablet adalah bentuk sediaan farmasi yang paling banyak dibuat / diproduksi karena
memiliki banyak kelebihan dibandingkan dari bentuk sediaan lainnya yaitu :
1. Takaran obat cukup teliti dan serba sama untuk setiap tablet.
2. Pembebasan obat dapat diatur sesuai dengan efek terapi yang diinginkan
3. Rasa dan bau yang tidak menyenangkan dapat ditutupi dengan penyalutan
4. Bahan obat yang dapat rusak oleh cairan atau enzim dalam saluran pencernaan dapat diatasi
dengan penyalutan.
5. Mudah dalam pengemasan, pengepakan, transportasi dan penggunaannya
6. Biaya produksi relaatif mudah dibandingkan dengan bentuk sediaan lain.
Dan memiliki kerugian / kelemahan yaitu :
1. Sukar diberikan pada anak-anak dan penderita yang sukar menelan
2. Biasanya efek terapi yang diinginkan lebih lambat
3. Bentuk yang menarik dan rasa yang enak dapat menyebabkan anak-anak semaunya saja.
Persyaratan khusus untuk sediaan tablet dalam farmakope Indonesia edisi III :
1. Mengandung zat berkhasiat sesuai yang tertera pada etiket.
2. Mempunyai keseragam ukuran yaitu diameter tidak lebih dari 3x dan tidak kurang dari 1 1/3
tablet tebalnya.
3. Mempunyai keseragam bobot.
4. Kecuali dinyatakan lain, waktu hancur dari tablet tidak lebih dari 15 menit untuk tablet tidak
bersalut dan tidak lebih dari 60 menit untuk tablet bersalut selaput.

Berdasarkan sifat fisika kimia dari bahan obat, maka tablet dapat dibuat dengan berbagai cara
:
1. Cara kering
a. Cetak langsung
Yang dimaksud dengan cetak langsung disini adalah proses pembuatan tablet yang
dilakukan dengan mencetak langsung bahan obat dengan atau tanpa penambahan bahan
pembantu. Dimana cara ini dapat digunakan untuk zat aktif yang mempunyai sifat seperti :
Mudah mengalir
Dapat dimampatkan
Mudah dibasahi
Dan untuk tablet yang mempunyai bahan aktif 10% dari bobot tablet, maka sifat tablet
tergantung dari sifat bahan pembantu, dan jika bahan aktifnya <10% maka yang menentukan
sifat tablet adalah sifat dari bahan aktifnya.
Cara pembuatan tablet cetak langsung :
Menghaluskan bahan aktif / aktif / eksipien
Mencampur semua komponen untuk tablet
Pencetakan tablet

b. Granulasi kering / prekompresi


Cara ini merupakan proses pembuatan granul tanpa melibatkan air sama sekali. Di
manna campuran serbuk dicetak menjadi tablet besar dan keras (slug), kemudian slug di ayak
menjadi granul yang diinginkan. Cara slugging ini sangat cocok untuk bahan aktif yang sifat
alirnya kurang baik, peka terhadap panas dan kelembaban.
Pada penyusunan formula untuk tablet yang dibuat dengan cara prekompresi ini perlu
dipertimbangkan bahn-bahan pembantu yang dipilih haruslah dapat menghasilkan slug yang
keras. Kegagalan akan terjadi pada waktu membuat granul dari slug akan terbentuk serbuk
bukan granul.
Cara pembuatan tablet granulasi kering :
Menghaluskan bahan aktif / aktif / eksipien
Mencampur semua komponen untuk tablet
Mencetak menjadi tablet besar dan keras untuk membuat slug
Pengayakan slug menjadi granul
Mencampur granul dengan bahan penghancur dan pelincir
Pencetakan tablet

2. Cara basah
a. Granulasi basah
Merupakan cara yang paling umum dan banyak dilakukan, karena hamper semua jenis
bahan aktif dapat diproses secara granulasi basah. Disebut granulasi basah karena di dalam
proses pembuatan granulnya mempergunakan larutan bahan pengikat, dimana campuran
serbuk ditambah dengan larutan bahan pengikat atau dalam bentuk mucilage sampai
terbentuk masa yang konsistensinya dapat dikepal.
Cara pembuatan tablet granulasi basah :
Menghaluskan bahan aktif / aktif / eksipien
Mencampur semua komponen untuk tablet
Membuat larutan pengikat
Mencampur larutan pengikat dengan campuran bahan komponen obat, untuk membentuk
masa yang basah.
Mengayak secara kasar masa basah, dengan ayakan ukuran mesh 14.
Mengeringkan granul basah
Mengayak granul kering melalui ayakan ukuran mesh 16
Mencampur granul kering yang sudah diayak dengan bahan pelincir dan penghancur luar.
Pencetakat tablet.

b. Granulasi dasar
Tablet yang dibuat dengan granulasi dasar yaitu bahan obat yang tidak stabil dengan
adanya air atau terurai dengan adanya panas. Sifat aliran dan daya kompresibilitasnya jelek,
dimana tahap-tahap pengerjaannya sama dengan cara granulasi basah. Hanya pada granulasi
dasar bahan obat tidak di granulasi bersama-sama dengan bahan pembantu, seperti bahan
pengisi, penghancur dalam tetapi ditambahkan pada tahap lubrikasi dalam bentuk serbuk
halus atau fine kedalam granul bersama-sama dengan penghancur luar dan bahan lubrikan.
Pada cara granulasi dasar ini perlu diperhitungkan terlebih dahulu jumlah fine dalam
masa cetak ini karena dapat menimbulkan kesulitan selama proses pencetakan. Fine dalam
cara ini berasal dari bahan obat, bahan penghancur luar, bahan lubrikan juga berasal dari hasil
pengayakan granul yang dikeringkan.

c. Cara-cara khusus
Cara-cara khusus ini juga bertujuan untuk menghasilkan granul baik yang mengandung
bahan obat sendiri maupun granul-granul dari bahan pembantu tablet. Granul-granul yang
dihasilkan dengan cara ini digunakan untuk kondisi-kondisi tertentu karena harganya mahal.
Cara-cara khusus ini ada tiga cara pengerjaannya :
Soray congealing
Cara ini juga dikenal sebagai cara spray chilling yang mirip dengan cara spray drying
tetapi tanpa menggunakan panas.
Bahan obat yang dapat diproses dengan cara ini terlebih dahulu dilarutkan atau
disuspensikan dalam lelehan malam. Lelehan ini disemprotkan kedalam udara yang mengalir,
udara yang mengalir ini sejuk / dingin tergantung pada titik beku dari produk, sebagai contoh
monogliserida memerlukan udara dingin sekitar 10oC. granul yang dihasilkan dengan cara ini
memiliki sifat mudah mengalir dan sifat kemudahan dalam pencetakan.

Spray drying
Serbuk bahan obat / bahan-bahan pembantu tablet dalam keadaan halus ditiup dengan
angin turbulensi kemudian disemprotkan bahan penyalut dalam bentuk larutan disperse
secara berkala. Serbuk-serbuk yang baru dibasahi ini dikeringkan dengan udara hangat yang
telah disaring terlebih dahulu kemudian hasil kering ini dibawa bersama udara tersebut
ketempat penampungan.
Bahan obat dalam bentuk padat ataupun cairan dapat dip roses secara spray drying ini
seperti Vitamin A dan Vitamin D yang larut di dalam minyak dapat disalut dengan larutan
bahan pengikat sehingga tidak mudah terurai.
Bahan pembantu yang sering dip roses dengan cara ini adalah laktosa dan pati,
hasilnya berupa granul-granul yang dapat digunakan sebagai bahan pengisi, bahan pengikat
kering ataupun bahan penghancur.

Speronisasi
Proses pembuatan masa granul basah sama dengan cara granulasi basah dimana bahan
obat, bahan pengisi (bila perlu) digranulasi dengan larutan bahan pengikat, masa basah ini
dilewatkan terlebih dahulu kedalam alat Extrude machine untuk membentuk batang silinder
dengan diameter 0,5-12 mm, melalui ayakan ukuran mesh tertentu baru dilewatkan kedalam
Marumerizer dimana batang-batang tersebut akan dirubah bentuknya menjadi bentuk spheris,
akibat gya sentrifugal dan gaya gesek dari ayakan yang berputar. Granul-granul spheris ini
kemudian dikeringkan.
Keuntungan cara spheronisasi ini adalah menghasilkan granul dengan keseragaman
bentuk dan ukuran disamping jumlah fine nya minimal.

BAB III
DATA PREFORMULASI

3.1 MONOGRAFI
3.1.1 Zat khasiat Paracetamol (Acethaminophen)
Rumus bangun

Rumus molekul = C8H9NO2

Berat molekul = 151,16

Pemerian
Serbuk halus, putih, tidak berbau, rasa sedikit pahit.

Kelarutan
Larut dalam air mendidih dan dalam Natrium Hidroksida 1 N, mudah larut dalam etanol.
Identifikasi
A. Spektrum serapan IR zat yang telah dikeringkan diatas pengering yang cocok dan
didipersikan di dalam Kalium Bromida (p) menunjukkan hanya max pada yang sama
seperti pada Paracetamol BPFI.
B. Spektrum serapan UV larutan (1 dalam 200.000) dalam campuran asam chloride 0,1 N dalam
methanol P (1 dalam 100) menunjukkan max dan min pada yang sama seperti Paracetamol
BPFI.
C. Memenuhi uji identifikasi secara kromatografi lapis tipis, gunakan laritan 1 mg/ml dalam
methanol P dalam fase gerak Diklorometana P metanhol P.

Jarak lebur = Antara 168 dan 172

Sisa pemijaran = Tidak lebih dari 0,1%

Penetapan kadar
Larutan baku timbang seksama sejumlah Paracetamol BPFI, larutkan dalam air hingga kadar
lebih kurang 12 g/ml.
Larutan uji timbang seksama lebih kurang 120 mg, masukkan kedalam labu ukur 500 ml,
larutkan dalam 10 ml methanol P, encerkan dengan air sampai tanda batas dan campur.

(AU)

Ukur serapan larutan uji dan larutan baku pada serapan max 200 nm terhadap air sebagai
blanko, hitung jumlah dalam mg C8H9NO2 dengan rumus :

AU

10oC =

Wadah dan penyimpanan


Dalam wadah tertutup rapat, tidak tembus cahaya.

Khasiat = Analgetik dan Antipiretik

3.1.2 Zat tambahan


3.1.2.1 Laktosa
Rumus bangun
O

Rumus molekul = C12H22011.H2O

Berat molekul = 342,30

Pemerian
Serbuk atau masa hablur, keras, putih atau putih crea, tidak berbau dan rasa sedikit manis,
stabil di udara, tetapi mudah menyerap bau.

Kelarutan
Mudah larut dalam air dan lebih mudah larut dalam air mendidih, sangat sukar larut dalam
etanol, tidak larut dalam kloroform dan dalam eter.

Wadah dan penyimpanan


Dalam wadah tertutup baik

Khasiat = zat tambahan

3.1.2.2 Talcum
Pemerian
Serbuk hablur sangat halus, putih dan putih kelabu, berkilat, mudah melekat pada kulit dan
bebas dari butiran.

Kelarutan
Tidak larut dalam hamper semua pelarut.

Identifikasi
A. Campur dengan 500 ml lebih kurang daalm 200 mg Na.karbonat anhidrat dengan 2 g kalium
karbonat anhidrat p dan lebur dalam krus platina.
B. setelah melebur tambahkan 100 mg zat uji dan teruskan pemanasan sampai melebur
sempurna, dinginkan dan pindahkan campuran tersebut kedalam gelas piala atau cawan
dengan pertolongan 50 ml air panas + HCl P kedalam larutan, hingga tidak terbentuk gas
lagi.
C. kemudian + lagi 10 ml HCl P dan uapkan campuran diatas tangas uap sampai kering,
dinginkan + 20 ml air, dinginkan dan saring sisa larutan dalam silica.
D. Larutan dalam filtrate 2 g NH 4Cl P dan 5 ml NH 4OH 6 N saring, bila perlu pada filtrate +
Na Fosfat di basakan Lp termasuk endapan hablur putih Mg ammonium fosfat.

Wadah dan penyimpanan


Dalam wadah tertutup baik

Kadar = 1-5%

Khasiat = Zat tambahan

3.1.2.3 Amylum
Pemerian
Serbuk sangat halus, putih.

Kelarutan
Praktis tidak larut dalam air dingin dan dalam etanol

Identifikasi
A. panaskan sampai mendidih selama 1 menit suspense 1g dalam 50 ml air, dinginkan, terbentuk
larutan kanji yang encer.
B. campur 1 ml larutan kanji yang diperoleh pada identifikasi A dengan 0,05 ml Iodium 0,005 M
terjadi warna biru tua yang hilang pada pemanasan dan tibul kembali pada pendinginan.

Susut pengeringan = Tidak lenih dari 15%, pengeringan pada suhu 100o-105o.

Sisa pemijaran = Tidak lebih dari 0,6% (Metoda II)

Wadah dan penyimpanan


Dalam wadah tertutup rapat

3.1.2.4 Mg. stearat


Pemerian
Serbuk halus, putih, licin dan mudah melekat pada kulit, bau lemah khas.

Kelarutan
Praktis tidak larut dalam air, etanol (95%), dan dalam eter P.

Identifikasi
Panaskan 1 gr dengan campuran 25 ml air dan 5 ml HCl P, dinginkan lapisan minyak
memadat pada suhu lebih kurang 50o dan lapisan air menunjukkan reaksi Mg

Wadah dan penyimpanan


Dalam wadah tertutup baik
Khasiat = zat tambahan

3.2 FARMAKOLOGI
3.2.1 Farmakokinetik
Pemberian Paracetamol secara oral sangat efektif, Paracetamol memberikan efek
analgetik yang mirip dengan salisilat, yang dapat menghilangkan atau mengurangi nyeri
ringan sampai sedang. Efek ini disebabkan oleh aktifitas pada system saraf pusat dengan
menghambat sintesa prostaglandin disusunan saraf pusat. Secara perifer mencegah sensitasi
reseptor rasa sakit terhadap rangsangan mekanik dan kimiawi.
Paracetamol didalam tubuh akan mengalami proses ADME, dimana diekresi sebagian
besar melalui feses atau urin. Paracetamol yang diberikan secara oral akan diabsorbsi dalam
saluran cerna sangat cepat dan hamper sempurna. Konsentrasi dalam plasma mencapai
puncak maksimum dalam waktu 30-60 menit, dan waktu paruh dalam plasma antara 1-3 jam.
Obat ini tersebar keeseluruh cairan tubuh dalam plasma sebagian terikat oleh protein plasma
(25%).

3.2.2 Farmakodinamik
Metabolism terjadi di hati yang dilakukan enzyme-enzym mikrosom hati. Umumnya
dalam bentuk konjugasi dihati dengan asam glukoronat (60%), asam sulfat (3%) dengan
sistein (3%) dan sebagian Paracetamol ditransformasikan menjadi derivat hidroksi dan
diasetil. Diduga terjadinya metabolit hidroksi merupakan indikasi hepatotoksik pada
pemakaian dosis sangat berlebihan.
Paracetamol dieliminasi melalui ginjal, pada penderita gagal ginjal terjadi akumulasi
metabolit terkonjugasi dalam darah. Efek toksik dari Paracetamol pada pemberian dosis
terapetik dapat ditolerir, kadang-kadang dapat terjadi ruam pada kulit dan alergi lain.
BAB IV
PELAKSANAAN PRAKTIKUM

4.1
Becker glas
Batang
pengaduk
Cawan
Hardnes
tester
Gelas ukur
Sarung
tangan
Ayakan
mesh 10
Oven

Peralatan
Gelas ukur
Corong
Timbangan
Piknometer
Lumpang dan alu
Perkamen
Jangka sorong
Penggaris

4.2 Bahan
Paracetamol
Laktosa
Amylum
Aerosil
Talcum

4.3 Alasan pemiliham bahan


1. Paracetamol
Merupakan zat aktif yang memiliki sifat alir kurang baik. Umum digunakan cara
granulasi basah, Paracetamol berkhasiat annalgetik atau anntypiretik.
2. Laktosa
Sebagai bahan pengisi yang memiliki sifat alir kurang baik umum digunakan untuk
granulasi basah, bersifat inert.
3. Amylum
Sebagai pengikat diambil 33,3% karena Paracetamol bersifat hidrofob.
Sebagai penghancur luar, karena sifatnya mudah mengenbang bila didispersikan kedalam air,
diambil sebanyak 10% karena besarnya bobot tablet yang dibuat. Maka bahan penghancur
yang dibutuhkan cukup besar, selain itu bahan amylum mudah didapat dan harganya relative
murah.
4. Talcum
Kombinasi kedua bahan ini baik digunakan untuk granulasi basah. Sifat talcum yang
hidrofob akan meningkatkan density sebelum dicetak dan sebagai lubricant.
5. Mg. stearat
digunakan sebagai lubrikan atau pelincir yang berfungsi untuk mencegah atau
mengurangi gesekan antara dua permukaan yang relative bergerak.

4.4 Tujuan
Untuk membuat dan mengevaluasi suatu tablet yang baik, sehingga tablet yang
didapatkan memenuhi persyaratan yang telah ditetapkan.

4.5 Perhitungan
4.5.1 Formula yang direncanakan
R/ Paracetamol 125 mg
Laktosa x
Amylum 10%
Mucillago Amili 15% 33,3%
Amylum 5 %
Talcum 2 %
Mg Stearat 3 %

4.5.2 Penimbangan bahan


Jumlah tablet = 100 buah
Berat tiap tablet = 400 mg
Jumlah sediaan = 400mg x 100 tablet = 40.000 mg = 40 gr
Fasa dalam = 90% x 40 gr = 36 %
Paracetamol = 125 mg x 100 tablet = 12.500 mg = 12,5 gr

x100 % = 31,25

% paracetamol = 125
400
Laktosa = 100 % - ( 31,25 % + 10 % + 33,3 % )
= 100 % - 74,55 % = 25,45 % x 40 gr = 10,18 gr

x40 gr = 4 gr

Amylum = 10
100
Mucillago Amyli dilebihkan menjadi 50 gr =
x50 gr = 7,5 gr

= 15
100
Air = 1,5 x 7,5 gr = 11,25 ml
Air sisa = 11,25 ml 7,5 ml = 3,75 ml
Fase Luar = 10 %
Granul kering = 25,8737 gr

x25,8737 gr = 1,437 gr

Amilum = 5%
90%

x25,8737 gr = 0,574gr

Talk = 2%
90%

x25,8737 gr = 0,862 gr

Mg.stearat = 3%
90%

4.6 Cara kerja


4.6.1 Pembuatan larutan bahan pengikat.
7,5 gr amylum + air 1 kali nya (11,25 ml) aduk sampai homogen,air
sisa dipanaskan. Dispersikan campuran air dan amyli ke dalam air
mendidih,aduk hingga dingin dan bening.
4.6.2 Pembuatan masa granul.
1) Paracetamol digerus + laktosa + amylum (penghancur dalam), gerus sampai halus dan
homogen. MASSA I.
2) Tambahkan mucillago sedikit demi sedikit ke MASSA I sampai diperoleh massa yang dapat
dikepal.
3) Kemudian diayak dengan menggunakan ayakan mesh 14 sehingga menjadi granul.
4) Timbang granul yang telah jadi.
5) Granul dikeringkan pada suhu kamar.sampai kandungan air nya 5 %. Selama 24 jam.
6) Setelah kering timbang kembali granul.
7) Lalu diayak dengan mesh 16.
8) Lakukan evaluasi granul
4.6.3 Pembuatan tablet.
1) lalu tambahkan amylum (penghancur luar), + talcum + mg stearat,homogenkan dalam
homogenizer 15 30 menit.
2) Timbang granul ,masing-masing 400 mg untuk dicetakk menjadi 1 tablet.
3) Cetak dengan mesin tablet
4) Lakukan evaluasi tablet

4.7 Evaluasi bahan


4.7.1 Evaluasi granul
1. Bobot jenis
BJ benar
Adalah masa granul dibagi dengan volume granul tanpa volume rongga antar granul dan volume pori-
pori pada granul.
Alat : piknometer
Cara :
Tmbang piknometer kosong (a) = 22,8247
Timbang piknometer + gliserin (d) = 56,0164
Timbang piknometer + serbuk 2 g (b) = 24,8247
Timbang piknometer + serbuK + gliserin (c) = 55,0124
g/ml

d-a
v
Rumus :
BJ pelarut :

BJ granul :

(24,8247- 22,8247) x 1,3276


(24,8247- 22,8247) + (56,0164-55,0124)

= 0,8838

2. BJ nyata
Adalah masa granul dibagi volume granul tanpa volume rongga antar granul
Cara :
Timbang 20 gr granul masukkan dalam gelas ukur 100 ml
Amati volumenya, VO = 40 ml
Rumus :
W
Vo

BJ nyata :
20
40
=

= 0,5

3. BJ mampat
Adalah perbandingan antara berat granul dengan volume yang telah dimampatkan
Cara :
Granul (20 gr) yang terdapat dalam gelas ukur pada pengukuran BJ nyata diketuk sebanyak
1250x, catat volume (Vt1) = 33,7 ml
Ulangi pengetukan sebanyak 1250x, catat volume (Vt2) = 34 ml
Jika selisih (Vt1) dengan (Vt2) lebih dari 2 maka diambil data (Vt1).
W
Vt

Rumus :
BJ mampat :
20
34

= 0,5882

4. Porositas
Porositas berbanding terbalik dengan waktu hancur, jadi jika porositas kecil maka
waktu hancurnya lambat, dan berbanding lurus dengan kekerasan tablet, jadi jika porositas
kecil tabletnya kurang keras.
syarat : 37 40%
X 100%

1 BJ mampat
BJ benar
Rumus :
Porositas :
x 100%

= 46,59%
5. Kompresibilitas
syarat : 10 21%
BJ mampat BJ nyata
BJ mampat

X 100%

Rumus :
kompresibilitas = :

X 100% = 14,99%

0,5882 0,5
0,5882

6. Factor hausner (FH)


Syarat : < 1,25
BJ mampat
BJ nyata

Rumus :
FH :

0,5882
0,5
=

= 1,17

7. Kandungan air
Alat : oven dengan suhu 100o 105oC
Syarat : 2- 4%
Cara :
Timbang cawan penguap kosong = 85, 9673
Tambahkan granul 2 gr, timbang = 87, 9673
Masukkan kedalam oven (dikeringkan) pada suhu 100o 105oC sampai bobot tetap
Keluarkan dari oven, timbang = 87, 9188
berat awal berat akhir
Berat awal

X 100%

Rumus :
Kandungan :

2 1,9515
2

X 100% = 2,425%

Berat awal : 87,9673 85,9673 = 2 gr


Berat akhir : 87,9188 85,9673 = 1,9515

8. Kecepatan alir granul


Alat : corong
Kecepatan aliran granul akan dipengaruhi oleh factor :
Ukuran partikel
Distribusi ukuran
Bentuk
Bobot jenis
Karakteristik permukaan
Geometri dan ukuran relative hopper.
Cara :
Timbang serbuk sebanyak 20g masukkan kedalam corong.
Kemudian buka tutup lobang corong, catat waktu yang diperlukan untuk mengalirkan serbuk
tersebut melalui corong dengan bebas.
Hitung kecepatan alir serbuk dengan persatuan waktu pengaliran.
T1 = 17
T2 = 16,8
T3 = 17,8
Trata-rata = 17,2
berat serbuk (g)
waktu (dt)

Rumus :
Kecepatan aliran :

20 gr
17,2

= 1,1627

9. Sudut istirahat
Adalah sudut antara permukaan kerucut dan bidang horizontal.
Hubungan sudut istirahat dengan sifat alir (kecepatan alir):
Jika sudut alpha besar dari 60o, serbuk sangat kohesif dan biasanya menunjukkan sifat alir
serbuk yang jelek dan ukuran partikel antara 70 100 mikron.
Jika sudut alpha kecil dari 20o, serbuk bersifat kohesif dan biasanya menunjukkkan sifat alir
yang baik dan ukuran partikel biasanya lebih besar dari mesh 60 / 250 mikron.
Syarat : 25-60o
Cara :
Cara silinder
Masukkan granul kedalam tabung silender kaca dgn dm 9,4 cm dan tinggi 20 cm yang
terletak diatas permukaan horizontal, ratakan permukaan granul.
Tabung silinder secara perlahan-lahan dan tegak lurus diangkat keatas sampai semua granul
meninggalkan tabung.
Ukur tinggi puncak timbunan granul serta diameternya.
Cara corong
Isi corong dengan serbuk (20 g) yang akan diukur
Lalu jari dilepaskan dari mulut corong dan serbuk dibiarkan mengalir bebas keatas ertas
grafik yang tersedia.
Maka akan terjadi tumpukkan granul seperti puncak dimana dapat di ukur tumpukkan granul
dengan tinggi (h) dan dm sehingga di dapat jari-jari (r) maka sudut istirahat (tangens alpha)
dapat diukur.
D1 = 15 D2 = 15,5 D3 = 14,5 Drata-rata = 15 r = 7,5
h1 = 3 h2 = 3,5 h3 = 3 hrata-rata = 3,16
Tingginya pucak timbunan (h)

diameter (r)

Rumus :
Tangens alpha :

3,16
7,5

= 0,421 = 22,83

Cara drum
Masukkan granul kedalam drum
Kemudian drum digulirkan pada permukaan bidang datar.

10. Kadar fine


Syarat : tidak lebih dari 20%
Cara :
Timbang semua granul atau granul total = 20 gr
Ayak granul selama 5 menit sampai didapat granul kasar, timbang.
Timbang juga fine yang didapat = 4,0086 gr
X 100%

Berat fine
Berat total granul
Rumus :
Kadar fine :
=

= 20,043%

11. Kekerasan granul


Cara :
Sebutir granul diletakkan diatas bidang datar yang dapat dinaik turunkan tepat dibawah piring
timbangan.
Letakkan sedikit demi sedikit pemberat diatas piring sampai granul retak atau pecah,
kekerasan granul sama dengan berat dari beban.

12. Distribusi ukuran granul


Cara :
Keatas set ayakan yang masing-masingnya telah ditimbang seksama dan terdiri dari ayakan
No 18, 25, 35, 45, 75, 100, 120 dan 170.
Ayak 10g granul selama 5 menit
Masing-masing fraksi ditimbang dan ditentukan distribusi dan diameter mediannya.
4.7.2 Evaluasi tablet
1. Keseragaman bobot
20 tablet yang telah dibersihkan dari debu ditimbang satu persatu = 8,3085
Hitung bobot rata-rata = 8,3085 g = 0,4154 g
20
Syarat : tidak boleh lebih dari 2 tablet mempunyai penyimpangan lebih besar
Timbang berat masing-masing tablet
NO Berat Tablet (x-xi)2
1 0,4584 1,849 x 10-3
2 0,4002 2,3104 x 10-5
3 0,4213 3,841 x 10-5
4 0,4137 2,89 x 10-6
5 0,4106 2,304 x 10-5
6 0,3919 5,5225 x 10-4
7 0,4043 1,2321 x 10-4
8 0,3986 2,8224 x 10-4
9 0,3779 1,40625 x 10-3
10 0,3865 8,3521 x 10-4
11 0,3864 8,41 x 10-4
12 0,3779 1,40625 x 10-3
13 0,3751 1,62409 x 10-3
14 0,3905 6,2001x 10-4
15 0,4149 2,5 x 10-7
16 0,4003 2,2801 x 10 -4
17 0,3872 7,9524 x 10-4
18 0,3819 1,12225 x 10-3
19 0,3921 5,4289 x 10-4
20 0,3752 1,61064 x 10-3
X 8,3085 6,9658 x 10-4

SD = ( X X1)2 SD relatif
= SD x 100%
n1 X
= 6,9658 X 10-
4
= 0,0549 X 100%
20 1 0,4154
= 3,66 X 10-5 = 13,21%
= 0,0549

BOBOT PENYIMPANGAN
RATA-RATA
BOBOT RATA-RATA (%)
A B
25 mg / kurang 15 30
26 mg - 150 mg 10 20
151 mg 300 7,5 15
5 10
mg
> 300 mg

2. Keseragaman ukuran
Alat : jangka sorong
Syarat : dm tablet tidak boleh melebihi 3x tebal tablet dan tidak kurang dari 11/3x tebal tablet.
Menggunakan 10 tablet
Letakkan sebuah tablet diantara penjepit yang terdapat pada jangka sorong, lalu tablet
dinyatakan telah ketat setelah timbul bunyi.
Ukur diameter dan tablet.
NO Tebal tablet Diameter
1 0,9 1,5
2 0,9 1,5
3 0,9 1,5
4 0,9 1,5
5 0,9 1,6
6 0,9 1,6
7 0,9 1,5
8 0,9 1,6
9 0,9 1,5
10 0,9 1,6
Tebal tablet rata-rata = 0,9
Diameter tablet rata-rata = 1,5

3. Kekerasan tablet
Alat : Hardnes tester
Syarat : 4 8 mg/cm2
Menggunakan 5 tablet
Letakkan 1 tablet diantara penjepit, lalu jepit tablet dengan cara menjepit alat tersebut sampai
tablet pecah/retak.
Pada saat tablet tersebut mulai pecah/retak yang ditunjukkan oleh skala, maka kekerasan
tablet tersebut mulai dihitung.
Kekerasan tablet rata-rata = 6,2 kg/cm2

N Kekerasan tablet
O
1 7
2 8
3 4
4 8
5 4

4. Kerapuhan tablet
Alat : Rhoche friabilitor
Tujuan : menentukan kemampuan dan daya tahan tablet terhadap gesekan dan goncangan selama
prossesing, packing, transportasi sampai pada konsumen.
Syarat : menurut lochman = o,8% dan menurut Roche = 1%
20 tablet bebas debu ditimbang bersama (W1g), kemudian dimasukkan dalam Roche.
Jalankan alat, biarkan berputar selama 4 menit (100x putaran)
Bersihkan kembali 20 tablet tersebut dari debu dan timbang (W2g)

W1- W2
W1

Hitung besarnya kerapuhan tablet


X 100%

Rumus :

5. Waktu hancur tablet


Factor yang mmempengaruhi waktu hancur tablet :
Factor formulasi
Sifat fisik bahan obat
Bahan pembantu
Tekanan yang diberikan pada saat pencetakan
Syarat : kecuali dinyatakan lain dalam FI, untuk tablet tidak bersalut waktu hancurnya tidak lebih dari
dari 15 menit dan untuk tablet bersalut gula = 60 menit.
Isi bejana dengan campuran yang cocok seperti cairan lambung spt : Hcl atau cairan usus
buatan sesuai dengan tablet yang akan diukur waktu hancurnya.
Larutan yang digunakan diukur / diatur suhunya sampai 37 + 2oC.
Jumlah cairan ini diatur sedemikian rupa sehingga pada saat keranjang turun permukaannya
tidak tenggelam dalam cairan dan pada saat keranjang ini naik permukaan disebelahnya tidak
melebihi permukaan cairan.
Masukkan tablet yang akan ditentukan waktu hancurnya satu persatu pada 6 tabung yang ada,
setelah itu kedalam masing-masing tabung dimasukkan cakram yang terbuat dari tali plastic.
Jalankan alat dan catat waktu saat mulai alat dijalankan sampai semua tablet telah melewati
saringan yang terdapat pada setiap tabung.
Kecepatan turun naiknya alat diatur sebanyak 30x/ menit.

6. Penetapan kadar
Menurut FI mebutuhkan 30 tablet, 10 tablet ditetapkan kadarnya satu persatu.
Tablet memenuhi syarat, jika hasilnya antara 95 105% dari persyaratan diatas, 20 tablet sisa
ditetapkan kadarnya.
I. Pembuatan larutan induk
II. Pembuatan kurva kalibrasi
III. Pembuatan larutan sampel
IV. Mengukur absorban dengan spektrofotometer UV

I. Pembuatan larutan induk


Timbang 3 mg paracetamol murni, larutakan dalam 10 ml metanol. Kemudian dicukupkan
sampai 100 ml dengan agua dest.
Konsentrasi larutan induk = 30 g/ml

II. Pembuatan kurva kalibrasi


Dibuat pengenceran larutan induk menjadi 5 seri konsntrasi
1. Dibuat pengenceeran dengan konsentrasi 5 ppm
V1 x C1 = V 2 x C2
V1 X 30 = 10 x 5
V1 = 1,67 ml
2. Dibuat pengenceran dengan konsentrasi 10 ppm
V 1 x C1 = V 2 x C2
V1 X 30 = 10 x 10
V1 = 3,33 ml

3. Dibuat pengenceran dengan konsentrasi 15 ppm


V1 x C1 = V 2 x C2
V1 X 30 = 10 x 15
V1 = 5 ml

4. Dibuat pengenceran dengan konsentrasi 20 ppm


V 1 x C1 = V 2 x C2
V1 X 30 = 10 x 20
V1 = 6,67 ml

5. Dibuat pengenceran dengan konsentrasi 25 ppm


V 1 x C1 = V 2 x C2
V1 X 30 = 10 x 25
V1 = 8,33ml
Larutan induk dengan 5 seri pengenceran di ukur absorbennya didapat hasil:
No Konsentras ABS
i
1. 5 0,157
2. 10 0,184
3. 15 0,218
4. 20 0,264
5. 25 0,325

Dari kurva kalibrasi didapatkan hasil:

0,157

ABS

0,325
5 ppm 25 konsentrasi

ABS

0,153

Dari kurva kalibrasi didapatkan hasil Konsentrasi Paracetamol dalam 100 ml larutan sampel
= 30 g/ml x 100 ml = 3000 g/ml = 3 mg/ml
% kadar Paracetamol dalam tablet = 3 mg/ml x 100% = 0,75%
400 mg

Dari data didapatkan regerasi linearnya yaitu:


a = 0,055
b = 0,0107
r = 0,9967
III. Pembuatan larutan sampel
Tablet digerus dalam lumpang, ditimbang sebanyak 3 mg kemudian dilarutkan dalam 10 ml
metanol kemudian ditambahkan dengan agua dest. 100 ml.
Stelah diukur dengan spektofotometer UV maka didapat absorbennya: 0,273
Absorben = 0,273
Didaptakan:
Nilai y = 0,273
y = a + bx
x= y+a = 0,273 + 0,055
b 0,0107
= 30,65g/ml
= 0,03065 mg/ml
% kadar paracetamol dalam tablet adalah:
0,03065 mg/ml x 100% = 1,021%
3 mg

7. Uji disolusi
dapat dilakukan secara invitro
Disolusi adalah suatu proses dimana bahan obat padat melarut kedalam medium disolusi dan laju
disolusi senyawa padat ditentukan oleh laju difusi suatu lapisan yang sangat tipis dari larutan
jenuh yang terbentuk disekeliling bahan padat.

(CS C)

Hubungan kecepatan disolusi :

Syarat :
Alat : dissolution tester
Menggunakan 5 tablet
Tablet diletakkan dalam keranjang kawat yang dapat berputar 50, 100, 150x/ menit.
Keranjang dimasukkan dalam wadah yang berisi medium pada suhu 37oC.
Putar keranjang dengan kecepatan 50x/ menit.
Dalam selang waktu tertentu cairan medium diambil dengan pipet melalui sampling port,
kemudian kedalam wadah ditambahkan larutan medium baaru sebagai penggantian yang
telah diambil.
Cairan medium yang diambil dalam selang waktu tertentu ditentukan secara kwantitatif
jumlah bahan obat yang larut pada waktu tertentu.

ABS K.ABS
5 0,254 0,543
10 0,412 0,547
15 0,563 1,703
30 1,264 1,81834
45 1,253 2,112

Maka didapat persamaan linier untuk persamaan diatas :

y = 0,1006 + 0,0309x
a. Pada waktu 5 dimana
Maka y = a +bx
x = y a = 0,254 0,1006
b 0,0309
Konsentrasi = 4,96 g/ml
= 4,96 g/ml x 2,5 ml x 900ml
10 ml
= 1,116 g = 1,116 x 10-2 mg

% terdisolusi = 1,116x 10-2 mg x 100 %


400mg
= 2,79 -3%

b. Pada waktu 10 dimana


Maka y = a + bx
x = y a = 0,412 0,1006
b 0,0309
FK = 10 x 1,116 x 10 -2 =1,24 x 10-4
900
Konsentrasi = 13,007g/ml
= 13,007g/ml x 2,5 ml x 900ml
10 ml
= 2,926 g = 2,926 x 10-3 mg
1,25 x10 -4 + 2,926 x 10-3 = 3,051 x 10-3
% terdisolusi = 3,051x 10-3 mg x 100 %
400mg
= 7,6275 x 10-4%

c. Pada waktu 15 dimana


Maka y = a +bx
x = y a = 0,563- 0,1006
b 0,0309
Konsentrasi = 14,96 g/ml
= 14,96 g/ml x 2,5 ml x 900ml
10 ml
-3
= 3,366 g = 3,366 x 10 mg
FK = 10 ml x 2,926 x 10-3 mg = 3,251 x 10-3 mg
900ml
3,375 x 10-3mg + 2,5161 x 10-5 mg = 3,253 x 10-3
% terdisolusi = 3,253 x 10-3mg x 100 %
400mg
= 8,1325 x 10-3%

Buat kurva antara % terdisolusi terhadap waktu:


BAB V
HASIL DAN DISKUSI

5.1 HASIL
Dari pratikum yang dilakukan di dapatka hasil, sebagai berikut:
a. Pada evaluasi granul :
Bj benar = 0,8838
Bj nyata = 0,5
Bj mampat = 0,5882
Porositas = 46,59%
Kompresibilitas = 14,99%
Faktor hausner = 1,17
Kandungan air = 2,425%
persyaratan kandungan air = < 5% (tablet memenuhi persyaratan )
Kecepatan alir = 1,1627
persyaratan kecepatan alir = 10 g/detik ( tablet tidak memenuhi persyaratan )
Sudut istirahat = 22,83oC
persyaratan sudut istirahat = 25 - 60 ( tablet memenuhi persyaratan )
Kadar fine = 20,043%
persyaratan kadar fine tidak lebih dari 20% ( tablet tidak memenuhi persyaratan)
b. Pada evaluasi tablet :
Keseragaman bobot
SD = 0,0549
SD relatif = 13,21%
Keseragaman ukuran
Diameter rata-rata = 0,9
Ketebalan rata-rata = 1,5
Kekerasan tablet = 6,2 kg/cm2

5.2 DISKUSI
Tablet memenuhi persaratan kandungan air (kecil dari 5%)
Kecepatan alir tablet tidak memenuhi persaratan ( 10 gram /detik)
Pada pnetapan kadar kadar parasetamol didapatkan dari hasil pengujian adalah 1,021 % ini
disebabkan karena kesalahan dalam pembuatan larutan sampel, penimbangan bahan yang
terlalu kecil kesalahan pemipetan
Ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi dalam penetapan kadar ini yaitu
1. Aliran granul
2. Kemurnian zat aktif
3. Metoda analisa yang digunakan
4. Metoda pembuatan sampel
Pada uji disolusi, didapatkan persen disolusi yang kecil dari 100, kesalahan ini mungkin
terjadi akibat kesalahan dalam pemipetan 10 ml larutan parasetamol dari tabung diolusi yang
tanpa disertai tambahan 10 ml larutan media disolusi baru dalam tabung disolusi.
BAB VII
KESIMPULAN DAN SARAN

7.1. Kesimpulan
Pembuatan tablet pada pratikum farmasetik III, setelah dilakukan evaluasi baik
terhadap granul atau tablet itu sendiri diperoleh kesimpulan bahwa tablet yang dibuat secara
garis besar belum memenuhi persaratan, yaitu % disolusi(uji pelarutan tablet) yang akan
berpengaruh terhadap pelarutan zat aktif dari tablet sehinga efek yang dihasilkan akan
dipengaruhi dan kecepatan alir yang sangat lambat yaitu 1.1627 g/detik yang diakibatkan
granul yang keras menyebabkan zat aktif akan lama lepas dari granulnya sehinga efek akan
lebih lama.

7.2. Saran
Untuk pratikan selanjutnya disarankan agar dapat memformula sediaan tablet dengan
bahan dan konsentrasi yang baik, tepat dan ketelitian penimbangan sebelum percetakan
tablet, juga diperlukan ketelitian dalam melakukan evaluasi baik evaluasi granul maupun
evaluasi tablet karena hal ini sangat diperlukan untuk mengetahui apakah tablet yang telah
kita buat memenuhi sarat atau tidak.

BAB VIII
DAFTAR PUSTAKA

Depkes RI, 1979, Farmakope Indonesia edisi III, Jakarta

Depkes RI, 1995, Farmakope Indonesia edisi IV, Jakarta

Firmansyah, 1989, Formula tablet, Universitas Andalas press

Bagian Farmakologi FK UI, 1995, Farmakologi dan Terapi edisi IV, Jakarta, UI press
Shargel, L, 1988, Biofarmasetika dan Farmakokinetika Terapan, Surabaya ; Airlangga university
press
Posted 30th May by Helen Sonita
1

View comments

1.

Erwin Sunrise noviansyach2 Juni 2012 05:30

menarik..
bisa nambah wawasan nih..

Reply

Load more

Pharmacyst INFO

VO Mahasiswa Farmasi dan Sekitarnya :P :P :P


Beranda

1.

Oct

REAKSI UMUM / KHUSUS


ALKALOID ERGOT

REAKSI UMUM ALKALOID ERGOT

a. Presipitas Alkaloid

Kebanyakan alkaloid diendapkan dari larutan netral atau asam oleh


sejumlah reagen yang mengandung logam berat seperti merkuri (Hg)
platina (Pt), bismuth (Bi) dan emas (Au), dengan membentuk ikatan
garam. Contoh reagen pengendap alkaloid :

a. Wagners reagent (I/KI)

Memberikan endapan warna merah bata terhadap hamper semua alkaloid

c. Hagers reagent (larutan asam pikrat pekat)

Memberikan endapan kuning

d. Dragendroff s reagent (larutan potassium bismuth iodida)

Memberikan warna orange kemerahan hingga kecoklatan.


REAKSI KHUSUS ALKALOID ERGOT

a. Erlichs reagent (Van-Urk reagent)

Larutan p-dimethylaminobenzaldehide dalam asam, memberikan warna


khas birun kelabu atau kehijauan dengan Ergot

Posted 6th October by Helen Sonita

Add a comment

2.

Oct

ANATOMI LENGAN BAWAH

A.TULANG1. Radius Radius adalah tulang lateral lengan bawah .


ujung atasnya bersendi dengan humerus pada articulation cubiti dengan ulna
pada articulation radioulnaris proximal. Ujung distalnya bersendi dengan os
scaphoideum dan lunatum pada articulation carpalis dan dengan ulna pada
articulation radioulnaris distal. Pada ujung atas radius terdapat
caput yang berbentuk bulat kecil.permukaan atas caput kecil dan bersendi
dengan capitulum humeri yang cembung.circumferentia articulare radii
bersendi dengan incisura radialis ulnae.dibawah caput tulang menyempit
membentuk collum.dibawah collum terdapattuberositas bicipitalis/
tuberositas radii yang merupakan tempat insertion musculus biceps.
Corpus radii berlainan dengan una, yaitu lebih lebar dibawah dibandingkan
dengan bagian atas.corpus radii di sebelah medial mempunyai margo
interossea yang tajam untuk tempat melekatnya membrane interossea yang
menghubungkan radius dan ulna. Tuberculum pronator ,untuk tempat
insertion musculus pronator teres,terletak di pertengahan pinggir
lateralnya. Pada ujung bawah radius terdapat processus styloideus
yang menonjol kebawah dari pinggir lateralnya.pada permukaan medial
terdapat incisura ulnae,yang bersendi dengan caput ulnae yang
bulat,.permukaan bawah ujung radius bersendi dengan os scaphoideum dan
os lunatum.pada permukaan posterior ujung distal radius terdapat
tuberculum kecil,tuberculum dorsalis,yang pada pinggir medialnya terdapat
sulcus untuk tendo musculi flexor pollicis longus. 2. Ulna ulna
merupakan tulang medial lengan bawah.ujung atasnya bersendi dengan
humerus pada articulation cubiti dan dengan caput radii pada articulation
ulnaris proximal. Ujung distalnya bersendi dengan radius pada articulation
ulnaris distalis, tetapi dipisahkan dari articulation radiocarpalis dengan
adanya facies articularis. Ujung atas ulna besar, dikenal sebagai
processus olecranii. Bagian ini membentuk tonjolan pada siku.processus ini
mempunyai incissura di permukaan anterioirnya,incissura trochlearis,yang
bersendi dengan trochlea humeri.di bawah trochlea humeri terdapat
processus coronoideus yang berbentuk segitiga dan pada permukaan
lateralnya terdapat incissura radialis untuk bersendi dnegan caput
radii. Corpus ulnae mengecil dari atas ke bawah.di lateral
mempunyai margo interosseus yang tajam untuk tempat melekatnya
membrane interossea.pinggir posterior membulat ,terletak subcutan,dan
mudah diraba seluruh panjangnya.di bawah incissura radialis terdapat
lekukan, fossa supinator,yang mempermudah gerakan tuberositas bicipitalis
radii.pinggir posterior fossa ini tajam dan dikenal sebagai crista supinator
yang menjadi tempat origo musculus supinator.Pada ujung distal ulna
terdapat caput yang bulat, yang mempunyai tonjolan pada permukaan
medialnya, disebut processus styloideus. Dua tulang lengan bawah
mempunyai hubungan rumit. Di proximal, radius dan ulna bersendi satu
sama lain dengan humerus distal. Di distal, artikuatio radioulnaris pada
pergelangan tangan dipertahankan oleh kompleks fibrokartilago triangularis.
Korpus radii dan ulna dihubungkan oleh membrane interossea fibrosa.
Perubahan bentuk anatomi apapun dalam lengan bawah akan mengubah
fungsi biokimiawinya dan membatasi kemampuan lengan bawah menjalani
pronatio dan supinasi. B. RUANG FASCIAL LENGAN BAWAH Lengan
bawah dibungkus oleh fascia profunda yang melekat pada periosteum margo
posterior ulnae yang terletak subkutan. Sarung fascial ini bersama dengan
membrane interossea dan septa intermuscularis fibrosa membagi lengan
bawah menjadi beberapa ruang yang masing-masing mempunyai otot, saraf
dan pembuluh darah yang mengurusnya. Membrane interossea adalah
membran tipis tetapi kuat yang menghubungkan radius dan ulna. Membrane
ini melekat pada margo interossea os radius dan ulna. Serabut-serabutnya
berjalan miring ke bawah dan medial, sehingga gaya yang mengenai ujung
bawahradius diteruskan dari radius ke ulna dan kemudian ke humerus dan
scapula. Serabut-serabutnya menegang sewaktu lengan bawahdalam posisi
semipronatio, yaitu pada posisi fungsional. Membrane interossea merupakan
tempat perlekatan otot-otot di sekitarnya. Isi ruang fascial anterior
lengan bawah:- Otot: kelompok superficial terdiri dari musculus pronator
teres, musculus flexor carpi radialis, musculus Palmaris longus dan musculus
flexor carpu ulnaris; kelompok intermedia terdiri atas musculus flexor
digitorum superficialis; dan keompok profunda terdiri dari musculus flexor
policis longus, musculus flexor digitorum profundus, dan musculus pronator
quadrates.
- Suplai darah ke otot: arteri ulnaris dan radialis
- Persarapan: semua otot dipersarafi oleh nervus medianus dan cabang-
cabangnya, kecuali musculus flexor carpi ulnarisdan bagian medial musculi
flexor digitorum profundusyang dipersarafi oleh nervus ulnaris.
Isi ruang fascial lateral lengan bawahRuang ini dianggap sebagai bagian
dari ruang fascial posterior.- Otot: musculus brachioradialis dan musculus
extensor carpi radialis longus.
- Perdarahan: arteria radialis dan brachialis
- Persarafan otot: Nervus radialis
Isi ruang fascial posterior lengan bawah- Otot:
Kelompok superficial: musculus extensor carpi radialis brevis, musculus
extensor digitorum, musculus extensor digiti minimi, musculus extensor
carpi ulnaris, dan musculus anconeus. Otot-otot ini mempunyai tendo
bersama pada origonya yang melekat pada epycondilus lateralis
humeri.Kelompok profundus: musculus supinator, musculus abductor poicis
longus, musculus extensor policis brevis, musculus extensor policis longus,
dan musculus extensor indicis.- Pendarahan: arteriae interosseus anterior
dan posterior.
- Persarafan otot: Ramus profundus nervi radialis.
FRAKTUR RADIUS ULNA8.1. Introduksia. DefinisiFraktur yang mengenai
tulang radius ulna karena rudapaksa termasuk fraktur dislikasi proximal atau
distal radioulnar joint ( Fr.Dislokasi Galeazzi dan Montegia ) Fraktur
Galeazzi : adalah fraktur radius distal disertai dislokasi atau subluksasi sendi
radioulnar distal.
Fraktur Monteggia: adalah fraktur ulna sepertiga proksimal disertai
dislokasi ke anterior dari kapitulum radius
Klasifikasi Bado:
Fraktur 1/3 tengah / proksimal ulna dengan angulasi anterior disertai
dislokasi anterior kaput radius
Fraktur 1/3 tengah / proksimal ulna dengan angulasi posterior disertai
dislokasi posterior kaput radii dan fraktur kaput radii
Fraktur ulna distal processus coracoideus dengan dislokasi lateral kaput
radii
Fraktur ulna 1/3 tengah / proksimal ulna dengan dislokasi anterior
kaput radii dan fraktur 1/3 proksimal radii di bawah kiberositas bicipitalis
b. Ruang lingkupL* Fraktur dial-isis radius dan ulna* Fraktur-dislokasi
Galea771* Fraktur-dislokasi Monteggia.c. .Pemeriksaan
KlinisPatofisiologisMekamsme trauma pada antebrachii yang paling sering
adalah jatuh dengan outstreched hand atau trauma langsung. Gaya twisting
menghasilkan frak-tur spiral pada level tulang yang berbeda.Trauma langsung atau
gaga angulasi menyebabkan fraktur transversal pada level tulang van , , sama.Bila
salah sate tulang antebrachii mengalami frakfur dan mengiami angulasi,
maka tulang tersebut menjadi lebih pendek terhadap tulang alinnya. Bila
perlekatan dengan wrist jomt'dan humerus intak, tulang van( , lain akan
-nengalami dislokasi (frakturdislokasi GalcaVzi/Monteggia)
Penierikswin KiinisFraktur radius ulna Deformitas di daerah yang
fraktur: angulasi, rotasi (pronasi atau supinasi) atau shorthening
Nyeri
Bengkak
Pemeriksaan fisik harus meliputi evaluasi neurovascular dan
pemeriksaan elbow dan wrist. Dan evaluasi kemungkinan adanya sindrom
kompartemen-
Fraktur GaleazziFraktur sepertiga distal radius dengan dislokasi radioulnar Joint
distal.Fragmen distal angulasi ke dorsal. Pada pergelangan tangan dapat diraba
tonjolan Ujung distal ulna. Fraktur dislokasi Galeazzi terjadi akibat trauma
langsung pada wrist, khususnya pada aspek dorsolateral atau akibat jatuh
dengan outstreched hand dan pronasi forearm. Pasien dengan nyeri pada wrist
atau midline forearm dan diperberat oleh penekanan pada distal radioulnar
joint_ Fraktur MonteggiaFraktur setengan proksimal ulna dengan dislokasi
radioulnar joint proksimal. Pasien dengan fraktur-dislokasi Monteggia datang
dengan siku yang bengkak, deformitas serta terbatasnya ROM karena nyeri
khususnya supinasi dan pronasi. Kaput radius bisanya dapat di palpasi.Harus
dilakukan pemeriksaan neurovascular dengan teliti oleh karena Bering terjadi
cedera saraf periper n radialis atau PIN. Klasifikasi Fraktur dislokasi Monteggia
menurut Bado:1. Fraktur 1/3 tengah / proksimal ulna dengan angulasi anterior
disertai dislokasi anterior
kaput radius2. Fraktur 1/3 tengah / proksimal ulna dengan angulasi
posterior disertai dislokasi
posterior kaput radii dan fraktur kaput radii3. Fraktur ulna distal processes
coracoideus dengan dislokasi lateral kaput radio
4. Fraktur ulna 1/3 tengah / proksimal ulna dengan dislokasi anterior
kaput radii dan fraktur 1/3 proksimal radii di bawah kiberositas bicipitalis
d. Kontra indikasi Operasi Keadaan umum jeleke. Diagnosis Banding
Tidak adaf. Pemeriksaan Penunjang X Ray dengan dua proyeksi Tehnik
Penanganan terapi konservatif dan operasi Metode Penanganan
KonservatifPrinsipnya dengan melakukan traksi ke distal dan kembalikan
posisi tangan berubah akibat rotasiPosisi tangan dalam arah benar dilihat
letak gans patahnya- 1/3 proksinal posisi fragmen proksimal dalam
supinasi untuk dapat kesegarisan fragmen distal supinasi- 1/3 tengah
posisi radius netral maka posisi distal netral- 1/3 distal radius pronasi
maka posisi seluruh lengan pronasi, setelah itu dilakukan immobilisasi
dengan gips atas siku Komplikasi Malunion
Kompartemen sindrom
Cross union
Atropi sudeck
Trauma N. Medianus Rupture tendo ekstensor sendi pergelangan
tangan, pronasi, supinasi, fleksi palmar, pergerakan serta ekstensi

Posted 6th October by Helen Sonita

0
Add a comment

3.

May

30

LAPORAN PRAKTIKUM TABLET


PARACETAMOL

DAFTAR ISI

I. PENDAHULUAN

II. TINJAUAN PUSTAKA


III. DATA PREFORMULASI

3.1 Morfologi
3.1.1 Zat khasiat Paracetamol
3.1.2 Zat tambahan
3.1.2.1 Laktosa
3.1.2.2 Talcum
3.1.2.3 Amylum
3.1.2.4 Aerosil
3.2 farmakologi
3.2.1 Farmakokinetik
3.2.2 Farmakodinamik

IV. PELAKSANAAN PRAKTIKUM

4.1 Peralatan
4.2 Bahan
4.3 Alasan pemilihan bahan
4.4 Tujuan
4.5 Perhitungan
4.5.1 Formula yang di rencanakan
4.5.2 Formula yang di buat
4.5.3 Formula standar
4.5.4 Formula yang beredar
4.5.5 Penimbangan bahan
4.6 Cara kerja
4.6.1 Pembuatan larutan bahan pengikat
4.6.2 Pembuatan masa granul
4.6.3 Pembuatan tablet

4.7 Evaluasi bahan


4.7.1 Evaluasi granul
4.7.2 Evaluasi tablet

V. HASIL DAN DISKUSI

5.1 Hasil
5.2 Permasalahan

VI. KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan
6.2 Saran
VII. DAFTAR PUSTAKA

BAB I
PENDAHULUAN

Tablet merupakan salah satu sediaan formasi yang paling banyak dibuat atau
diproduksi dewsa ini.karena bentuk tablet dapat menjamin kesetabilan sifat fisika dan
kimia bahan obat. Sebab dia merupakan sediaan kering,mudah dalam
pengemasan,pengepakan, transportasi dan penggunannya. Disamping itu takaran
obatnya pun ckup teliti dan serba sama untuk setiap tablet.
Makanya dewasa ini telah diperkirakaan paling tidak 40% dari seluruh obat
yang beredar di pasaran di buat dalam bentuk tablet ini. Dan Pada umumnya sebagian
besar bahan obat yang dikenal dalam bidang farmasi dapat diproses menjadi menjadi
tablet.

Secara garis besar bahan obat yang digunakan per oral atau lewat mulut untuk
sediaan tablet terdiri dari bahan obat yang tidak larut an bekerja local pada saluran
pencernaan (seperti antasida dan absorben) dan bahan yang larut,terdisolusi dalam
usus dan bekerja local pada saluran pencernaan (seperti antasida dan absorben) dan
bahan yang larut terdisalusi dalam usus dan bekerja secara sistematik.

BAB II

TINJAUAN PUSTKA

Menurut farmakope Indonesia edisi III. Tablet adalah sediaan padat, kompak,
dibuat secara kempa cetak dalam bentuk tabung pipih atau sirkuler, kedua
permukaannya rata atau cembung, mengandung satu jenis obat atau lebih dengan atau
tanpa zat tambahan.
Dimana zat tambahan yang digunakan dapat berfungsi sebagai bahan pengisi,
zat pengikat, zat pelincir, zat pengembang, zat pembasah atau zat lain yang cocok.
Tablet adalah bentuk sediaan farmasi yang paling banyak dibuat / diproduksi
karena memiliki banyak kelebihan dibandingkan dari bentuk sediaan lainnya yaitu :
1. Takaran obat cukup teliti dan serba sama untuk setiap tablet.
2. Pembebasan obat dapat diatur sesuai dengan efek terapi yang diinginkan
3. Rasa dan bau yang tidak menyenangkan dapat ditutupi dengan penyalutan
4. Bahan obat yang dapat rusak oleh cairan atau enzim dalam saluran
pencernaan dapat diatasi dengan penyalutan.
5. Mudah dalam pengemasan, pengepakan, transportasi dan penggunaannya
6. Biaya produksi relaatif mudah dibandingkan dengan bentuk sediaan lain.
Dan memiliki kerugian / kelemahan yaitu :
1. Sukar diberikan pada anak-anak dan penderita yang sukar menelan
2. Biasanya efek terapi yang diinginkan lebih lambat
3. Bentuk yang menarik dan rasa yang enak dapat menyebabkan anak-anak
semaunya saja.
Persyaratan khusus untuk sediaan tablet dalam farmakope Indonesia edisi III :
1. Mengandung zat berkhasiat sesuai yang tertera pada etiket.
2. Mempunyai keseragam ukuran yaitu diameter tidak lebih dari 3x dan tidak
kurang dari 11/3 tablet tebalnya.
3. Mempunyai keseragam bobot.
4. Kecuali dinyatakan lain, waktu hancur dari tablet tidak lebih dari 15 menit
untuk tablet tidak bersalut dan tidak lebih dari 60 menit untuk tablet
bersalut selaput.

Berdasarkan sifat fisika kimia dari bahan obat, maka tablet dapat dibuat dengan
berbagai cara :
1. Cara kering
a. Cetak langsung
Yang dimaksud dengan cetak langsung disini adalah proses
pembuatan tablet yang dilakukan dengan mencetak langsung bahan obat
dengan atau tanpa penambahan bahan pembantu. Dimana cara ini dapat
digunakan untuk zat aktif yang mempunyai sifat seperti :
Mudah mengalir
Dapat dimampatkan
Mudah dibasahi
Dan untuk tablet yang mempunyai bahan aktif 10% dari bobot
tablet, maka sifat tablet tergantung dari sifat bahan pembantu, dan jika
bahan aktifnya <10% maka yang menentukan sifat tablet adalah sifat
dari bahan aktifnya.
Cara pembuatan tablet cetak langsung :
Menghaluskan bahan aktif / aktif / eksipien
Mencampur semua komponen untuk tablet
Pencetakan tablet

b. Granulasi kering / prekompresi


Cara ini merupakan proses pembuatan granul tanpa melibatkan air
sama sekali. Di manna campuran serbuk dicetak menjadi tablet besar
dan keras (slug), kemudian slug di ayak menjadi granul yang
diinginkan. Cara slugging ini sangat cocok untuk bahan aktif yang sifat
alirnya kurang baik, peka terhadap panas dan kelembaban.
Pada penyusunan formula untuk tablet yang dibuat dengan cara
prekompresi ini perlu dipertimbangkan bahn-bahan pembantu yang
dipilih haruslah dapat menghasilkan slug yang keras. Kegagalan akan
terjadi pada waktu membuat granul dari slug akan terbentuk serbuk
bukan granul.
Cara pembuatan tablet granulasi kering :
Menghaluskan bahan aktif / aktif / eksipien
Mencampur semua komponen untuk tablet
Mencetak menjadi tablet besar dan keras untuk membuat slug
Pengayakan slug menjadi granul
Mencampur granul dengan bahan penghancur dan pelincir
Pencetakan tablet

2. Cara basah
a. Granulasi basah
Merupakan cara yang paling umum dan banyak dilakukan, karena
hamper semua jenis bahan aktif dapat diproses secara granulasi basah.
Disebut granulasi basah karena di dalam proses pembuatan granulnya
mempergunakan larutan bahan pengikat, dimana campuran serbuk
ditambah dengan larutan bahan pengikat atau dalam bentuk mucilage
sampai terbentuk masa yang konsistensinya dapat dikepal.
Cara pembuatan tablet granulasi basah :
Menghaluskan bahan aktif / aktif / eksipien
Mencampur semua komponen untuk tablet
Membuat larutan pengikat
Mencampur larutan pengikat dengan campuran bahan
komponen obat, untuk membentuk masa yang basah.
Mengayak secara kasar masa basah, dengan ayakan ukuran
mesh 14.
Mengeringkan granul basah
Mengayak granul kering melalui ayakan ukuran mesh 16
Mencampur granul kering yang sudah diayak dengan bahan
pelincir dan penghancur luar.
Pencetakat tablet.
b. Granulasi dasar
Tablet yang dibuat dengan granulasi dasar yaitu bahan obat yang
tidak stabil dengan adanya air atau terurai dengan adanya panas. Sifat
aliran dan daya kompresibilitasnya jelek, dimana tahap-tahap
pengerjaannya sama dengan cara granulasi basah. Hanya pada granulasi
dasar bahan obat tidak di granulasi bersama-sama dengan bahan
pembantu, seperti bahan pengisi, penghancur dalam tetapi ditambahkan
pada tahap lubrikasi dalam bentuk serbuk halus atau fine kedalam
granul bersama-sama dengan penghancur luar dan bahan lubrikan.
Pada cara granulasi dasar ini perlu diperhitungkan terlebih dahulu
jumlah fine dalam masa cetak ini karena dapat menimbulkan kesulitan
selama proses pencetakan. Fine dalam cara ini berasal dari bahan obat,
bahan penghancur luar, bahan lubrikan juga berasal dari hasil
pengayakan granul yang dikeringkan.

c. Cara-cara khusus
Cara-cara khusus ini juga bertujuan untuk menghasilkan granul
baik yang mengandung bahan obat sendiri maupun granul-granul dari
bahan pembantu tablet. Granul-granul yang dihasilkan dengan cara ini
digunakan untuk kondisi-kondisi tertentu karena harganya mahal.
Cara-cara khusus ini ada tiga cara pengerjaannya :
Soray congealing
Cara ini juga dikenal sebagai cara spray chilling yang
mirip dengan cara spray drying tetapi tanpa menggunakan
panas.
Bahan obat yang dapat diproses dengan cara ini terlebih
dahulu dilarutkan atau disuspensikan dalam lelehan malam.
Lelehan ini disemprotkan kedalam udara yang mengalir, udara
yang mengalir ini sejuk / dingin tergantung pada titik beku dari
produk, sebagai contoh monogliserida memerlukan udara
dingin sekitar 10oC. granul yang dihasilkan dengan cara ini
memiliki sifat mudah mengalir dan sifat kemudahan dalam
pencetakan.

Spray drying
Serbuk bahan obat / bahan-bahan pembantu tablet dalam
keadaan halus ditiup dengan angin turbulensi kemudian
disemprotkan bahan penyalut dalam bentuk larutan disperse
secara berkala. Serbuk-serbuk yang baru dibasahi ini
dikeringkan dengan udara hangat yang telah disaring terlebih
dahulu kemudian hasil kering ini dibawa bersama udara
tersebut ketempat penampungan.
Bahan obat dalam bentuk padat ataupun cairan dapat dip
roses secara spray drying ini seperti Vitamin A dan Vitamin D
yang larut di dalam minyak dapat disalut dengan larutan bahan
pengikat sehingga tidak mudah terurai.
Bahan pembantu yang sering dip roses dengan cara ini
adalah laktosa dan pati, hasilnya berupa granul-granul yang
dapat digunakan sebagai bahan pengisi, bahan pengikat kering
ataupun bahan penghancur.

Speronisasi
Proses pembuatan masa granul basah sama dengan cara
granulasi basah dimana bahan obat, bahan pengisi (bila perlu)
digranulasi dengan larutan bahan pengikat, masa basah ini
dilewatkan terlebih dahulu kedalam alat Extrude machine untuk
membentuk batang silinder dengan diameter 0,5-12 mm,
melalui ayakan ukuran mesh tertentu baru dilewatkan kedalam
Marumerizer dimana batang-batang tersebut akan dirubah
bentuknya menjadi bentuk spheris, akibat gya sentrifugal dan
gaya gesek dari ayakan yang berputar. Granul-granul spheris ini
kemudian dikeringkan.
Keuntungan cara spheronisasi ini adalah menghasilkan
granul dengan keseragaman bentuk dan ukuran disamping
jumlah fine nya minimal.
BAB III
DATA PREFORMULASI

3.1 MONOGRAFI
3.1.1 Zat khasiat Paracetamol (Acethaminophen)
Rumus bangun

Rumus molekul = C8H9NO2

Berat molekul = 151,16

Pemerian
Serbuk halus, putih, tidak berbau, rasa sedikit pahit.

Kelarutan
Larut dalam air mendidih dan dalam Natrium Hidroksida 1 N,
mudah larut dalam etanol.

Identifikasi
A. Spektrum serapan IR zat yang telah dikeringkan diatas
pengering yang cocok dan didipersikan di dalam Kalium
Bromida (p) menunjukkan hanya max pada yang sama seperti
pada Paracetamol BPFI.
B. Spektrum serapan UV larutan (1 dalam 200.000) dalam
campuran asam chloride 0,1 N dalam methanol P (1 dalam 100)
menunjukkan max dan min pada yang sama seperti
Paracetamol BPFI.
C. Memenuhi uji identifikasi secara kromatografi lapis tipis,
gunakan laritan 1 mg/ml dalam methanol P dalam fase gerak
Diklorometana P metanhol P.

Jarak lebur = Antara 168 dan 172

Sisa pemijaran = Tidak lebih dari 0,1%

Penetapan kadar
Larutan baku timbang seksama sejumlah Paracetamol BPFI,
larutkan dalam air hingga kadar lebih kurang 12 g/ml.
Larutan uji timbang seksama lebih kurang 120 mg, masukkan
kedalam labu ukur 500 ml, larutkan dalam 10 ml methanol P,
encerkan dengan air sampai tanda batas dan campur.

(AU)

Ukur serapan larutan uji dan larutan baku pada serapan max 200 nm terhadap air
sebagai blanko, hitung jumlah dalam mg C8H9NO2 dengan rumus :

AU

10oC =

Wadah dan penyimpanan


Dalam wadah tertutup rapat, tidak tembus cahaya.

Khasiat = Analgetik dan Antipiretik

3.1.2 Zat tambahan


3.1.2.1 Laktosa
Rumus bangun
O

Rumus molekul = C12H22011.H2O

Berat molekul = 342,30

Pemerian
Serbuk atau masa hablur, keras, putih atau putih crea, tidak berbau
dan rasa sedikit manis, stabil di udara, tetapi mudah menyerap bau.

Kelarutan
Mudah larut dalam air dan lebih mudah larut dalam air mendidih,
sangat sukar larut dalam etanol, tidak larut dalam kloroform dan
dalam eter.

Wadah dan penyimpanan


Dalam wadah tertutup baik

Khasiat = zat tambahan

3.1.2.2 Talcum
Pemerian
Serbuk hablur sangat halus, putih dan putih kelabu, berkilat, mudah
melekat pada kulit dan bebas dari butiran.

Kelarutan
Tidak larut dalam hamper semua pelarut.

Identifikasi
A. Campur dengan 500 ml lebih kurang daalm 200 mg
Na.karbonat anhidrat dengan 2 g kalium karbonat anhidrat p
dan lebur dalam krus platina.
B. setelah melebur tambahkan 100 mg zat uji dan teruskan
pemanasan sampai melebur sempurna, dinginkan dan
pindahkan campuran tersebut kedalam gelas piala atau cawan
dengan pertolongan 50 ml air panas + HCl P kedalam larutan,
hingga tidak terbentuk gas lagi.
C. kemudian + lagi 10 ml HCl P dan uapkan campuran diatas
tangas uap sampai kering, dinginkan + 20 ml air, dinginkan dan
saring sisa larutan dalam silica.
D. Larutan dalam filtrate 2 g NH 4Cl P dan 5 ml NH4OH 6 N
saring, bila perlu pada filtrate + Na Fosfat di basakan Lp
termasuk endapan hablur putih Mg ammonium fosfat.

Wadah dan penyimpanan


Dalam wadah tertutup baik

Kadar = 1-5%

Khasiat = Zat tambahan

3.1.2.3 Amylum
Pemerian
Serbuk sangat halus, putih.

Kelarutan
Praktis tidak larut dalam air dingin dan dalam etanol

Identifikasi
A. panaskan sampai mendidih selama 1 menit suspense 1g dalam
50 ml air, dinginkan, terbentuk larutan kanji yang encer.
B. campur 1 ml larutan kanji yang diperoleh pada identifikasi A
dengan 0,05 ml Iodium 0,005 M terjadi warna biru tua yang
hilang pada pemanasan dan tibul kembali pada pendinginan.

Susut pengeringan = Tidak lenih dari 15%, pengeringan pada suhu


100o-105o.

Sisa pemijaran = Tidak lebih dari 0,6% (Metoda II)

Wadah dan penyimpanan


Dalam wadah tertutup rapat
3.1.2.4 Mg. stearat
Pemerian
Serbuk halus, putih, licin dan mudah melekat pada kulit, bau lemah
khas.

Kelarutan
Praktis tidak larut dalam air, etanol (95%), dan dalam eter P.

Identifikasi
Panaskan 1 gr dengan campuran 25 ml air dan 5 ml HCl P,
dinginkan lapisan minyak memadat pada suhu lebih kurang 50o dan
lapisan air menunjukkan reaksi Mg

Wadah dan penyimpanan


Dalam wadah tertutup baik

Khasiat = zat tambahan

3.2 FARMAKOLOGI
3.2.1 Farmakokinetik
Pemberian Paracetamol secara oral sangat efektif, Paracetamol
memberikan efek analgetik yang mirip dengan salisilat, yang dapat
menghilangkan atau mengurangi nyeri ringan sampai sedang. Efek ini
disebabkan oleh aktifitas pada system saraf pusat dengan menghambat
sintesa prostaglandin disusunan saraf pusat. Secara perifer mencegah
sensitasi reseptor rasa sakit terhadap rangsangan mekanik dan kimiawi.
Paracetamol didalam tubuh akan mengalami proses ADME,
dimana diekresi sebagian besar melalui feses atau urin. Paracetamol
yang diberikan secara oral akan diabsorbsi dalam saluran cerna sangat
cepat dan hamper sempurna. Konsentrasi dalam plasma mencapai
puncak maksimum dalam waktu 30-60 menit, dan waktu paruh dalam
plasma antara 1-3 jam. Obat ini tersebar keeseluruh cairan tubuh dalam
plasma sebagian terikat oleh protein plasma (25%).

3.2.2 Farmakodinamik
Metabolism terjadi di hati yang dilakukan enzyme-enzym
mikrosom hati. Umumnya dalam bentuk konjugasi dihati dengan asam
glukoronat (60%), asam sulfat (3%) dengan sistein (3%) dan
sebagian Paracetamol ditransformasikan menjadi derivat hidroksi dan
diasetil. Diduga terjadinya metabolit hidroksi merupakan indikasi
hepatotoksik pada pemakaian dosis sangat berlebihan.
Paracetamol dieliminasi melalui ginjal, pada penderita gagal
ginjal terjadi akumulasi metabolit terkonjugasi dalam darah. Efek
toksik dari Paracetamol pada pemberian dosis terapetik dapat ditolerir,
kadang-kadang dapat terjadi ruam pada kulit dan alergi lain.

BAB IV
PELAKSANAAN PRAKTIKUM

4.1
Becker glas
Batang
pengaduk
Cawan
Hardnes
tester
Gelas ukur
Sarung
tangan
Ayakan
mesh 10
Oven

Peralatan

Gelas ukur
Corong
Timbangan
Piknometer
Lumpang dan alu
Perkamen
Jangka sorong
Penggaris

4.2 Bahan
Paracetamol
Laktosa
Amylum
Aerosil
Talcum

4.3 Alasan pemiliham bahan

1. Paracetamol

Merupakan zat aktif yang memiliki sifat alir kurang baik. Umum digunakan cara
granulasi basah, Paracetamol berkhasiat annalgetik atau anntypiretik.

2. Laktosa

Sebagai bahan pengisi yang memiliki sifat alir kurang baik umum digunakan
untuk granulasi basah, bersifat inert.
3. Amylum

Sebagai pengikat diambil 33,3% karena Paracetamol bersifat


hidrofob.
Sebagai penghancur luar, karena sifatnya mudah mengenbang bila
didispersikan kedalam air, diambil sebanyak 10% karena besarnya
bobot tablet yang dibuat. Maka bahan penghancur yang dibutuhkan
cukup besar, selain itu bahan amylum mudah didapat dan harganya
relative murah.

4. Talcum

Kombinasi kedua bahan ini baik digunakan untuk granulasi basah. Sifat talcum
yang hidrofob akan meningkatkan density sebelum dicetak dan sebagai lubricant.

5. Mg. stearat

digunakan sebagai lubrikan atau pelincir yang berfungsi untuk mencegah atau
mengurangi gesekan antara dua permukaan yang relative bergerak.

4.4 Tujuan
Untuk membuat dan mengevaluasi suatu tablet yang baik, sehingga tablet
yang didapatkan memenuhi persyaratan yang telah ditetapkan.

4.5 Perhitungan
4.5.1 Formula yang direncanakan

R/ Paracetamol 125 mg

Laktosa x

Amylum 10%

Mucillago Amili 15% 33,3%

Amylum 5 %

Talcum 2 %

Mg Stearat 3 %
4.5.2 Penimbangan bahan

Jumlah tablet = 100 buah

Berat tiap tablet = 400 mg

Jumlah sediaan = 400mg x 100 tablet = 40.000 mg = 40 gr

Fasa dalam = 90% x 40 gr = 36 %

Paracetamol = 125 mg x 100 tablet = 12.500 mg = 12,5 gr

x100 % = 31,25

% paracetamol = 125

400

Laktosa = 100 % - ( 31,25 % + 10 % + 33,3 % )

= 100 % - 74,55 % = 25,45 % x 40 gr = 10,18


gr

x40 gr = 4 gr

Amylum = 10

100

Mucillago Amyli dilebihkan menjadi 50 gr =


x50 gr = 7,5 gr

= 15

100

Air = 1,5 x 7,5 gr = 11,25 ml

Air sisa = 11,25 ml 7,5 ml = 3,75 ml

Fase Luar = 10 %

Granul kering = 25,8737 gr

x25,8737 gr = 1,437 gr

Amilum = 5%

90%

x25,8737 gr = 0,574gr

Talk = 2%

90%

x25,8737 gr = 0,862 gr
Mg.stearat = 3%

90%

4.6 Cara kerja

4.6.1 Pembuatan larutan bahan pengikat.

7,5 gr amylum + air 1 kali nya (11,25 ml) aduk sampai homogen,air

sisa dipanaskan. Dispersikan campuran air dan amyli ke dalam air

mendidih,aduk hingga dingin dan bening.

4.6.2 Pembuatan masa granul.

1) Paracetamol digerus + laktosa + amylum (penghancur dalam), gerus


sampai halus dan homogen. MASSA I.

2) Tambahkan mucillago sedikit demi sedikit ke MASSA I sampai


diperoleh massa yang dapat dikepal.

3) Kemudian diayak dengan menggunakan ayakan mesh 14 sehingga


menjadi granul.

4) Timbang granul yang telah jadi.

5) Granul dikeringkan pada suhu kamar.sampai kandungan air nya 5 %.


Selama 24 jam.

6) Setelah kering timbang kembali granul.

7) Lalu diayak dengan mesh 16.

8) Lakukan evaluasi granul


4.6.3 Pembuatan tablet.

1) lalu tambahkan amylum (penghancur luar), + talcum + mg


stearat,homogenkan dalam homogenizer 15 30 menit.

2) Timbang granul ,masing-masing 400 mg untuk dicetakk menjadi 1


tablet.

3) Cetak dengan mesin tablet

4) Lakukan evaluasi tablet

4.7 Evaluasi bahan


4.7.1 Evaluasi granul
1. Bobot jenis
BJ benar
Adalah masa granul dibagi dengan volume granul tanpa volume
rongga antar granul dan volume pori-pori pada granul.
Alat : piknometer
Cara :
Tmbang piknometer kosong (a) = 22,8247
Timbang piknometer + gliserin (d) = 56,0164
Timbang piknometer + serbuk 2 g (b) = 24,8247
Timbang piknometer + serbuK + gliserin (c) = 55,0124

g/ml

d-a

Rumus :

BJ pelarut :
=

BJ granul :

(24,8247- 22,8247) x 1,3276


(24,8247- 22,8247) + (56,0164-55,0124)

= 0,8838

2. BJ nyata
Adalah masa granul dibagi volume granul tanpa volume rongga antar
granul
Cara :
Timbang 20 gr granul masukkan dalam gelas ukur 100 ml
Amati volumenya, VO = 40 ml
Rumus :
W
Vo

BJ nyata :

20
40

= 0,5

3. BJ mampat
Adalah perbandingan antara berat granul dengan volume yang telah
dimampatkan
Cara :
Granul (20 gr) yang terdapat dalam gelas ukur pada pengukuran
BJ nyata diketuk sebanyak 1250x, catat volume (Vt1) = 33,7 ml
Ulangi pengetukan sebanyak 1250x, catat volume (Vt2) = 34 ml
Jika selisih (Vt1) dengan (Vt2) lebih dari 2 maka diambil data
(Vt1).

W
Vt

Rumus :

BJ mampat :

20
34
=

= 0,5882

4. Porositas
Porositas berbanding terbalik dengan waktu hancur, jadi jika
porositas kecil maka waktu hancurnya lambat, dan berbanding lurus
dengan kekerasan tablet, jadi jika porositas kecil tabletnya kurang
keras.
syarat : 37 40%

X 100%

1 BJ mampat

BJ benar

Rumus :

Porositas :

x 100%

= 46,59%
5. Kompresibilitas
syarat : 10 21%
BJ mampat BJ nyata
BJ mampat

X 100%

Rumus :

kompresibilitas = :

X 100% = 14,99%

0,5882 0,5
0,5882

6. Factor hausner (FH)


Syarat : < 1,25

BJ mampat
BJ nyata

Rumus :

FH :
0,5882
0,5

= 1,17

7. Kandungan air
Alat : oven dengan suhu 100o 105oC
Syarat : 2- 4%
Cara :
Timbang cawan penguap kosong = 85, 9673
Tambahkan granul 2 gr, timbang = 87, 9673
Masukkan kedalam oven (dikeringkan) pada suhu 100o 105oC
sampai bobot tetap
Keluarkan dari oven, timbang = 87, 9188

berat awal berat akhir


Berat awal

X 100%

Rumus :

Kandungan :

2 1,9515
2

X 100% = 2,425%
=

Berat awal : 87,9673 85,9673 = 2 gr


Berat akhir : 87,9188 85,9673 = 1,9515

8. Kecepatan alir granul


Alat : corong
Kecepatan aliran granul akan dipengaruhi oleh factor :
Ukuran partikel
Distribusi ukuran
Bentuk
Bobot jenis
Karakteristik permukaan
Geometri dan ukuran relative hopper.
Cara :
Timbang serbuk sebanyak 20g masukkan kedalam corong.
Kemudian buka tutup lobang corong, catat waktu yang
diperlukan untuk mengalirkan serbuk tersebut melalui corong
dengan bebas.
Hitung kecepatan alir serbuk dengan persatuan waktu
pengaliran.
T1 = 17
T2 = 16,8
T3 = 17,8
Trata-rata = 17,2

berat serbuk (g)


waktu (dt)

Rumus :

Kecepatan aliran :

20 gr
17,2
=

= 1,1627

9. Sudut istirahat
Adalah sudut antara permukaan kerucut dan bidang horizontal.
Hubungan sudut istirahat dengan sifat alir (kecepatan alir):
Jika sudut alpha besar dari 60o, serbuk sangat kohesif dan
biasanya menunjukkan sifat alir serbuk yang jelek dan ukuran
partikel antara 70 100 mikron.
Jika sudut alpha kecil dari 20o, serbuk bersifat kohesif dan
biasanya menunjukkkan sifat alir yang baik dan ukuran partikel
biasanya lebih besar dari mesh 60 / 250 mikron.
Syarat : 25-60o
Cara :
Cara silinder
Masukkan granul kedalam tabung silender kaca dgn dm
9,4 cm dan tinggi 20 cm yang terletak diatas permukaan
horizontal, ratakan permukaan granul.
Tabung silinder secara perlahan-lahan dan tegak lurus
diangkat keatas sampai semua granul meninggalkan tabung.
Ukur tinggi puncak timbunan granul serta diameternya.
Cara corong
Isi corong dengan serbuk (20 g) yang akan diukur
Lalu jari dilepaskan dari mulut corong dan serbuk
dibiarkan mengalir bebas keatas ertas grafik yang tersedia.
Maka akan terjadi tumpukkan granul seperti puncak
dimana dapat di ukur tumpukkan granul dengan tinggi (h)
dan dm sehingga di dapat jari-jari (r) maka sudut istirahat
(tangens alpha) dapat diukur.
D1 = 15 D2 = 15,5 D3 = 14,5 Drata-rata = 15 r=
7,5
h1 = 3 h2 = 3,5 h3 = 3 hrata-rata = 3,16

Tingginya pucak timbunan (h)



diameter (r)

Rumus :
Tangens

alpha :

3,16
7,5

= 0,421 = 22,83

Cara drum
Masukkan granul kedalam drum
Kemudian drum digulirkan pada permukaan bidang datar.

10. Kadar fine


Syarat : tidak lebih dari 20%
Cara :
Timbang semua granul atau granul total = 20 gr
Ayak granul selama 5 menit sampai didapat granul kasar,
timbang.
Timbang juga fine yang didapat = 4,0086 gr

X 100%

Berat fine

Berat total granul

Rumus :

Kadar fine :
=

= 20,043%

11. Kekerasan granul


Cara :
Sebutir granul diletakkan diatas bidang datar yang dapat dinaik
turunkan tepat dibawah piring timbangan.
Letakkan sedikit demi sedikit pemberat diatas piring sampai
granul retak atau pecah, kekerasan granul sama dengan berat
dari beban.

12. Distribusi ukuran granul


Cara :
Keatas set ayakan yang masing-masingnya telah ditimbang
seksama dan terdiri dari ayakan No 18, 25, 35, 45, 75, 100, 120
dan 170.
Ayak 10g granul selama 5 menit
Masing-masing fraksi ditimbang dan ditentukan distribusi dan
diameter mediannya.
4.7.2 Evaluasi tablet
1. Keseragaman bobot
20 tablet yang telah dibersihkan dari debu ditimbang satu persatu =
8,3085

Hitung bobot rata-rata = 8,3085 g = 0,4154 g

20

Syarat : tidak boleh lebih dari 2 tablet mempunyai


penyimpangan lebih besar
Timbang berat masing-masing tablet

NO Berat Tablet (x-xi)2


1 0,4584 1,849 x 10-3
2 0,4002 2,3104 x 10-5
3 0,4213 3,841 x 10-5
4 0,4137 2,89 x 10-6
5 0,4106 2,304 x 10-5
6 0,3919 5,5225 x 10-4
7 0,4043 1,2321 x 10-4
8 0,3986 2,8224 x 10-4
9 0,3779 1,40625 x 10-3
10 0,3865 8,3521 x 10-4
11 0,3864 8,41 x 10-4
12 0,3779 1,40625 x 10-3
13 0,3751 1,62409 x 10-3
14 0,3905 6,2001x 10-4
15 0,4149 2,5 x 10-7
16 0,4003 2,2801 x 10 -4
17 0,3872 7,9524 x 10-4
18 0,3819 1,12225 x 10-3
19 0,3921 5,4289 x 10-4
20 0,3752 1,61064 x 10-3
X 8,3085 6,9658 x 10-4

SD = ( X X1)2

SD relatif = SD x 100%

n1 X

= 6,9658 X

10-4 = 0,0549 X 100%

20 1 0,4154

= 3,66 X 10-5 =

13,21%

= 0,0549

BOBOT PENYIMPANGAN
RATA-RATA
BOBOT RATA-RATA (%)
A B
25 mg / kurang 15 30
26 mg - 150 mg 10 20
151 mg 300 7,5 15
5 10
mg
> 300 mg

2. Keseragaman ukuran
Alat : jangka sorong
Syarat : dm tablet tidak boleh melebihi 3x tebal tablet dan tidak
kurang dari 11/3x tebal tablet.
Menggunakan 10 tablet
Letakkan sebuah tablet diantara penjepit yang terdapat pada jangka
sorong, lalu tablet dinyatakan telah ketat setelah timbul bunyi.
Ukur diameter dan tablet.

NO Tebal tablet Diameter


1 0,9 1,5
2 0,9 1,5
3 0,9 1,5
4 0,9 1,5
5 0,9 1,6
6 0,9 1,6
7 0,9 1,5
8 0,9 1,6
9 0,9 1,5
10 0,9 1,6

Tebal tablet rata-rata = 0,9


Diameter tablet rata-rata = 1,5

3. Kekerasan tablet
Alat : Hardnes tester
Syarat : 4 8 mg/cm2
Menggunakan 5 tablet
Letakkan 1 tablet diantara penjepit, lalu jepit tablet dengan cara
menjepit alat tersebut sampai tablet pecah/retak.
Pada saat tablet tersebut mulai pecah/retak yang ditunjukkan oleh
skala, maka kekerasan tablet tersebut mulai dihitung.
Kekerasan tablet rata-rata = 6,2 kg/cm2
N Kekerasan tablet
O
1 7
2 8
3 4
4 8
5 4

4. Kerapuhan tablet
Alat : Rhoche friabilitor
Tujuan : menentukan kemampuan dan daya tahan tablet terhadap
gesekan dan goncangan selama prossesing, packing,
transportasi sampai pada konsumen.
Syarat : menurut lochman = o,8% dan menurut Roche = 1%
20 tablet bebas debu ditimbang bersama (W1g), kemudian
dimasukkan dalam Roche.
Jalankan alat, biarkan berputar selama 4 menit (100x putaran)
Bersihkan kembali 20 tablet tersebut dari debu dan timbang (W2g)

W1- W2
W1

Hitung besarnya kerapuhan tablet

X 100%

Rumus :

5. Waktu hancur tablet


Factor yang mmempengaruhi waktu hancur tablet :
Factor formulasi
Sifat fisik bahan obat
Bahan pembantu
Tekanan yang diberikan pada saat pencetakan
Syarat : kecuali dinyatakan lain dalam FI, untuk tablet tidak bersalut
waktu hancurnya tidak lebih dari dari 15 menit dan untuk
tablet bersalut gula = 60 menit.
Isi bejana dengan campuran yang cocok seperti cairan lambung
spt : Hcl atau cairan usus buatan sesuai dengan tablet yang akan
diukur waktu hancurnya.
Larutan yang digunakan diukur / diatur suhunya sampai 37 +

2oC.
Jumlah cairan ini diatur sedemikian rupa sehingga pada saat
keranjang turun permukaannya tidak tenggelam dalam cairan dan
pada saat keranjang ini naik permukaan disebelahnya tidak
melebihi permukaan cairan.
Masukkan tablet yang akan ditentukan waktu hancurnya satu
persatu pada 6 tabung yang ada, setelah itu kedalam masing-
masing tabung dimasukkan cakram yang terbuat dari tali plastic.
Jalankan alat dan catat waktu saat mulai alat dijalankan sampai
semua tablet telah melewati saringan yang terdapat pada setiap
tabung.
Kecepatan turun naiknya alat diatur sebanyak 30x/ menit.

6. Penetapan kadar
Menurut FI mebutuhkan 30 tablet, 10 tablet ditetapkan kadarnya satu
persatu.
Tablet memenuhi syarat, jika hasilnya antara 95 105% dari
persyaratan diatas, 20 tablet sisa ditetapkan kadarnya.

I. Pembuatan larutan induk

II. Pembuatan kurva kalibrasi

III. Pembuatan larutan sampel

IV. Mengukur absorban dengan spektrofotometer UV

I. Pembuatan larutan induk

Timbang 3 mg paracetamol murni, larutakan dalam 10 ml metanol.


Kemudian dicukupkan sampai 100 ml dengan agua dest.

Konsentrasi larutan induk = 30 g/ml


II. Pembuatan kurva kalibrasi

Dibuat pengenceran larutan induk menjadi 5 seri konsntrasi

1. Dibuat pengenceeran dengan konsentrasi 5 ppm

V1 x C1 = V 2 x C2

V1 X 30 = 10 x 5

V1 = 1,67 ml

2. Dibuat pengenceran dengan konsentrasi 10 ppm

V 1 x C1 = V 2 x C2

V1 X 30 = 10 x 10

V1 = 3,33 ml

3. Dibuat pengenceran dengan konsentrasi 15 ppm

V1 x C1 = V 2 x C2

V1 X 30 = 10 x 15

V1 = 5 ml

4. Dibuat pengenceran dengan konsentrasi 20 ppm

V 1 x C1 = V 2 x C2

V1 X 30 = 10 x 20

V1 = 6,67 ml

5. Dibuat pengenceran dengan konsentrasi 25 ppm


V 1 x C1 = V 2 x C2

V1 X 30 = 10 x 25

V1 = 8,33ml

Larutan induk dengan 5 seri pengenceran di ukur absorbennya didapat hasil:

No Konsentras ABS
i
1. 5 0,157
2. 10 0,184
3. 15 0,218
4. 20 0,264
5. 25 0,325

Dari kurva kalibrasi didapatkan hasil:

0,157
ABS

0,325

5 ppm 25 konsentrasi

ABS

0,153

Dari kurva kalibrasi didapatkan hasil Konsentrasi Paracetamol dalam 100 ml larutan
sampel = 30 g/ml x 100 ml = 3000 g/ml = 3 mg/ml

% kadar Paracetamol dalam tablet = 3 mg/ml x 100% = 0,75%

400 mg

Dari data didapatkan regerasi linearnya yaitu:

a = 0,055

b = 0,0107

r = 0,9967

III. Pembuatan larutan sampel


Tablet digerus dalam lumpang, ditimbang sebanyak 3 mg
kemudian dilarutkan dalam 10 ml metanol kemudian ditambahkan
dengan agua dest. 100 ml.

Stelah diukur dengan spektofotometer UV maka didapat


absorbennya: 0,273

Absorben = 0,273

Didaptakan:

Nilai y = 0,273

y = a + bx

x= y+a =

0,273 + 0,055

b 0,0107

= 30,65g/ml

= 0,03065 mg/ml

% kadar paracetamol dalam tablet adalah:

0,03065 mg/ml x

100% = 1,021%

3 mg

7. Uji disolusi
dapat dilakukan secara invitro
Disolusi adalah suatu proses dimana bahan obat padat melarut kedalam
medium disolusi dan laju disolusi senyawa padat ditentukan
oleh laju difusi suatu lapisan yang sangat tipis dari larutan
jenuh yang terbentuk disekeliling bahan padat.
(CS C)

Hubungan kecepatan disolusi :

Syarat :
Alat : dissolution tester
Menggunakan 5 tablet
Tablet diletakkan dalam keranjang kawat yang dapat berputar 50,
100, 150x/ menit.
Keranjang dimasukkan dalam wadah yang berisi medium pada suhu
37oC.
Putar keranjang dengan kecepatan 50x/ menit.
Dalam selang waktu tertentu cairan medium diambil dengan pipet
melalui sampling port, kemudian kedalam wadah ditambahkan
larutan medium baaru sebagai penggantian yang telah diambil.
Cairan medium yang diambil dalam selang waktu tertentu
ditentukan secara kwantitatif jumlah bahan obat yang larut pada
waktu tertentu.

ABS K.ABS

5 0,254 0,543
10 0,412 0,547
15 0,563 1,703
30 1,264 1,81834
45 1,253 2,112
Maka didapat persamaan linier untuk persamaan diatas :

y = 0,1006 + 0,0309x

a. Pada waktu 5 dimana

Maka y = a +bx

x = y a = 0,254

0,1006

b 0,0309

Konsentrasi = 4,96 g/ml

= 4,96 g/ml x 2,5 ml x 900ml

10 ml

= 1,116 g = 1,116 x 10-2 mg

% terdisolusi = 1,116x 10-2 mg x 100 %

400mg

= 2,79 -3%

b. Pada waktu 10 dimana

Maka y = a + bx

x =ya = 0,412

0,1006
b 0,0309

FK = 10 x 1,116 x 10 -2 =1,24 x 10-4

900

Konsentrasi = 13,007g/ml

= 13,007g/ml x 2,5 ml x 900ml

10 ml

= 2,926 g = 2,926 x 10-3 mg

1,25 x10 -4 + 2,926 x 10-3 = 3,051 x 10-3

% terdisolusi = 3,051x 10-3 mg x 100 %

400mg

= 7,6275 x 10-4%

c. Pada waktu 15 dimana

Maka y = a +bx

x = y a = 0,563-

0,1006

b 0,0309

Konsentrasi = 14,96 g/ml

= 14,96 g/ml x 2,5 ml x 900ml

10 ml

= 3,366 g = 3,366 x 10-3mg

FK = 10 ml x 2,926 x 10-3 mg = 3,251 x 10-3 mg

900ml
3,375 x 10-3mg + 2,5161 x 10-5 mg = 3,253 x 10-3

% terdisolusi = 3,253 x 10-3mg x 100 %

400mg

= 8,1325 x 10-3%

Buat kurva antara % terdisolusi terhadap waktu:

BAB V
HASIL DAN DISKUSI

5.1 HASIL

Dari pratikum yang dilakukan di dapatka hasil, sebagai berikut:


a. Pada evaluasi granul :

Bj benar = 0,8838

Bj nyata = 0,5

Bj mampat = 0,5882

Porositas = 46,59%

Kompresibilitas = 14,99%

Faktor hausner = 1,17

Kandungan air = 2,425%

persyaratan kandungan air = < 5% (tablet memenuhi persyaratan )

Kecepatan alir = 1,1627

persyaratan kecepatan alir = 10 g/detik ( tablet tidak memenuhi


persyaratan )

Sudut istirahat = 22,83oC

persyaratan sudut istirahat = 25 - 60 ( tablet memenuhi persyaratan )

Kadar fine = 20,043%

persyaratan kadar fine tidak lebih dari 20% ( tablet tidak memenuhi
persyaratan)

b. Pada evaluasi tablet :

Keseragaman bobot

SD = 0,0549
SD relatif = 13,21%

Keseragaman ukuran

Diameter rata-rata = 0,9

Ketebalan rata-rata = 1,5

Kekerasan tablet = 6,2 kg/cm2

5.2 DISKUSI

Tablet memenuhi persaratan kandungan air (kecil dari 5%)

Kecepatan alir tablet tidak memenuhi persaratan ( 10 gram /detik)

Pada pnetapan kadar kadar parasetamol didapatkan dari hasil pengujian


adalah 1,021 % ini disebabkan karena kesalahan dalam pembuatan larutan
sampel, penimbangan bahan yang terlalu kecil kesalahan pemipetan

Ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi dalam penetapan kadar ini
yaitu

1. Aliran granul

2. Kemurnian zat aktif

3. Metoda analisa yang digunakan

4. Metoda pembuatan sampel

Pada uji disolusi, didapatkan persen disolusi yang kecil dari 100,
kesalahan ini mungkin terjadi akibat kesalahan dalam pemipetan 10 ml
larutan parasetamol dari tabung diolusi yang tanpa disertai tambahan 10 ml
larutan media disolusi baru dalam tabung disolusi.
BAB VII

KESIMPULAN DAN SARAN

7.1. Kesimpulan

Pembuatan tablet pada pratikum farmasetik III, setelah dilakukan evaluasi


baik terhadap granul atau tablet itu sendiri diperoleh kesimpulan bahwa tablet
yang dibuat secara garis besar belum memenuhi persaratan, yaitu % disolusi(uji
pelarutan tablet) yang akan berpengaruh terhadap pelarutan zat aktif dari tablet
sehinga efek yang dihasilkan akan dipengaruhi dan kecepatan alir yang sangat
lambat yaitu 1.1627 g/detik yang diakibatkan granul yang keras menyebabkan zat
aktif akan lama lepas dari granulnya sehinga efek akan lebih lama.

7.2. Saran

Untuk pratikan selanjutnya disarankan agar dapat memformula sediaan


tablet dengan bahan dan konsentrasi yang baik, tepat dan ketelitian penimbangan
sebelum percetakan tablet, juga diperlukan ketelitian dalam melakukan evaluasi
baik evaluasi granul maupun evaluasi tablet karena hal ini sangat diperlukan
untuk mengetahui apakah tablet yang telah kita buat memenuhi sarat atau tidak.
BAB VIII

DAFTAR PUSTAKA

Depkes RI, 1979, Farmakope Indonesia edisi III, Jakarta

Depkes RI, 1995, Farmakope Indonesia edisi IV, Jakarta

Firmansyah, 1989, Formula tablet, Universitas Andalas press

Bagian Farmakologi FK UI, 1995, Farmakologi dan Terapi edisi IV, Jakarta, UI press

Shargel, L, 1988, Biofarmasetika dan Farmakokinetika Terapan, Surabaya ; Airlangga


university press

Posted 30th May by Helen Sonita

View comments

4.

May
30

RUMUS STRUKTUR SENYAWA


AKTIF OPTIK DEXTRO

1. Dextromethorphan
Molecular formula: C18H25NO =271.4

Chemical name: (+)-3-Methoxy-9a-methylmorphinan; (9S,13S,14S)-6,18-


Dideoxy-7,8-dihydro-3-O-methylmorphine

Chemical Structure of Dextromethorphan

2. Anhydrous Glucose
Synonyms: Anhydrous Dextrose; Anhydrous Glucose; D-Glucose; Dextrosum
Anhydricum; Gliukoz, bevanden; Glucosa anhidra; Glucosum; Glucosum
Anhydricum; Glukoosi, vedetn; Glukos, vattenfri; Glukosa; Vzmentes glkz
Chemical name: D-(+)-Glucopyranose

Molecular formula: C6H12O6 =180.2

Chemical Structure of Anhydrous Glucose

3. Dexamfetamine Sulfate

Synonyms: Dexamphetamine Sulphate; Dexamphetamini Sulfas; Dexanfetamina,


sulfato de; Dextro Amphetamine Sulphate; Dextroamphetamine Sulfate; NSC-
73713 (dexamfetamine)

Chemical name: (S)-Methylphenethylammonium sulphate; (+)-


Methylphenethylamine sulphate

Molecular formula: (C9H13N)2,H2SO4 =368.5

Chemical Structure of Dexamfetamine


RUMUS STRUKTUR SENYAWA AKTIF OPTIK LEVO

1. Hyoscyamine

Synonyms: (-)-Hyoscyamine; l-Hyoscyamine; Hiosciamina; Hyoscyamin;


Hyoscyaminum; Hyoskyamiini
Chemical name: (-)-(1R,3r,5S)-Tropan-3-yl (S)-tropate
Molecular formula: C17H23NO3 =289.4

Chemical Structure of Hyoscyamine

2. Levofloxacin
Chemical name: (-)-(S)-9-Fluoro-2,3-dihydro-3-methyl-10-(4-methyl-1-
piperazinyl)-7-oxo-7H-pyrido[1,2,3-de]-1,4-benzoxazine-6-carboxylic acid
Molecular formula: C18H20FN3O4 =361.4
Chemical Structure of Levofloxacin

3. Levodopa
Chemical name: (-)-3-(3,4-Dihydroxyphenyl)-L-alanine
Molecular formula: C9H11NO4 =197.2

Chemical Structure of Levodopa

4. Norgestrel
Chemical name: ()-13-Ethyl-17-hydroxy-18,19-dinor-17-pregn-4-en-20-yn-
3-one
Molecular formula: C21H28O2 =312.4

Chemical Structure of Norgestrel


5. Levonorgestrel
Chemical name: (-)-13-Ethyl-17-hydroxy-

18,19-dinor-17-pregn-4-en-20-yn-3-one

Chemical Structure of Levonorgestrel

6. Levopropoxyphene Napsilate
Chemical name: (1R,2S)-1-Benzyl-3-dimethylamino-2-methyl-1-phenylpropyl
propionate naphthalene-2-sulphonate monohydrate

Molecular formula: C22H29NO2,C10H8O3S,H2O =565.7


Chemical Structure of Levopropoxyphene

I. Penetapan Kadar Suspensi Oral Paracetamol


Dengan KCKT
Fase Gerak:
Buat campuran air: Metanol (p) 3:1, saring dan awaudarakan. Jika
perlu lakukan penyesuaian sesuai dengan yang tertera pada kromatografi
(931).
Larutan Baku:

Timbang seksama paracetamol BPFI larutkan dalam fase gerak


hingga kadar labih kurang 0,01 mg/mL.
Larutan uji:

Ukur seksama sejumlah volume suspense yang telah dikocok setara


dengan kurang lebih 100 mL fase gerak kocok 10 menit encerkan dengan
fase gerak ad tanda batas. Pipet 5 mL larutan ini ke dalam labu ukur 250
mL, encerkan sampai tanda. Saring melalui penyaring dengan porositas 0,5
um atau lebih, buang 10 mL filtrat pertama gunakan filtrat sebagai larutan
uji.
Prosedur:

Suntikkan secara terpisah volume yang sama (kurang lebih 10 mL)


larutan baku dan larutan uji ke dalam kromatografer, ukur respons puncak
utama. Hitung jumlah mg C8H9NO2 dalam tiap mL suspense dengan
rumus:

Keterangan:
C: Kadar paracetamol BPFI mg/mL larutan baku
V: Volume mL Suspensi
Ru dan rs: Respon puncak dari larutan uji dan larutan baku

II. Tablet Phenobarbital


Larutan pH 4,5 untuk 6,6 g Na Asetat Trihidrat dan 3 mL Asam,
Asetat P dalam 1000 mL. air.
Fase Gerak:

Campuran dapar pH 4,5 metanol (p) (3:2) saring dan awaudarakan.


Larutan baku internal:

Timbang seksama sejlumlah kafein kemudian larutkan methanol (p)


larutan dapar pH 4,5 (1:1) hingga kadar kurang lebih 125 mg/ mL.
Larutan baku:

Timbang kurang lebih 20 mg fenobarbital BPFI larutkan dalam 15


mL larutan baku internal, jika perlu sonikasi.
Larutan Uji:

Timbang dan serbukkan > 20 tablet. Timbang serbuk halus setara


dengan kurang lebih 20 mg Phenobarbital tambahkan 15 mL larutan baku
internal, campur dan sonikasi selama 15 menit dan saring dengan
penyaring membrane porositas 0,5 um atau lebih sebelum digunakan.
Prosedur:

Suntikkan terpisah kurang lebih 10 uL, ukur respon puncak utama.


Waktu retensi relative kafein dan Phenobarbital kurang lebih 0,6-1,0.
Hitung C12H12N2O2

Keterangan:
W= Bobot phenobarbital BPFI (mg)
Ru dan Rs= Perbandingan respon puncak larutan uji dan larutan baku.

III. Antibiotika
Amoxicillin
Pengencer:

13,6 g Kalium Fosfat monobosa P dalam 2 L air, atur pH 5,0 kurang


lebih 0,1 dengan larutan KOH P 45 %.
Fase Gerak :

Campurn pengencer dengan asetonitril p (96:4) saring.


Larutan Baku:

Amoxicillin BPFI timbang dan larutkan tambahkan pengencer


hingga kadar kurang lebih 1,2 mg/mL. Gunakan larutan dalam waktu 6
jam.
Larutan Uji:

Timbang 240 mg dalam labu tentukur 200 mL dan larutkan


encerkan dengan pengencer ad tanda (dalam 6 jam).
Prosedur:

Suntik secara terpisah dengan volume yang sama (kurang lebih 10


uL) rekam dengan kromatogram dan ukur respon puncak utama. Hitung ug
dari C16H19N3O5S /ing dengan rumus:

Keterangan:
C: Kadar Amoxicillin BPFI (mg/ mL) larutan Baku
W= Jumlah zat yang ditimbang
Ru= Respon puncak larutan uji
Rs= Respon Puncak larutan baku

4. Membuat Kurva Kalibrasi

No C (mg/ mL) AuC


1 10 10,725
2 50 14,528
3 90 22,601
4 130 26,124
5 170 29,461

5. Berapa Rotasi spesifik morfin bila 0,45 g/30 mL larutan metanolnya mempunyai
sudut rotasi 4,920 dan panjang 25 cm?

Posted 30th May by Helen Sonita

Add a comment
5.

May

30

Posted 30th May by Helen Sonita

Add a comment

6.

May

30

FARMASIS
Posted 30th May by Helen Sonita

Add a comment

7.

May

30

Rubella atau campak Jerman

Rubella atau campak Jerman adalah penyakit yang disebabkan suatu virus RNA
dari golongan Togavirus. Penyakit ini relatif tidak berbahaya dengan morbiditas dan
mortalitas yang rendah pada manusia normal. Tetapi jika infeksi didapat saat
kehamilan, dapat menyebabkan gangguan pada pembentukan organ dan dapat
mengakibatkan kecacatan.

Sejarah Epidemi

Sebelum dilakukan imunisasi massal mulai tahun 1969, di Amerika terjadi epidemi
rubella tiap 6 9 tahun dengan epidemi terakhir pada tahun 1964 dengan perkiraan
sebanyak lebih dari 20.000 kasus sindroma rubella kongenital dan 11.000 kasus
keguguran. Insidens tertinggi adalah pada umur 5 9 tahun sebanyak 38,5 % dari
kasus pada tahun 1966-1968. Meskipun insiden rubella turun sampai 99 % antara
1966-1968, 32 % dari semua kasus terjadi pada umur 15-29 tahun. Tanpa imunisasi,
10 % - 20% populasi di Amerika dicurigai terinfeksi rubella.
Tujuan imunisasi adalah eradikasi infeksi rubella kongenital. Jumlah kasus
sindroma rubella kongenital yang dilaporkan turun sampai 99 % sejak tahun 1969.
Setelah penurunan yang tajam dari insiden sindroma rubella kongenital, insiden
mendatar sekitar 0.05 per 100.000 kelahiran hidup selama10 tahun terakhir karena
infeksi rubella tetap berlanjut pada wanita usia subur. Bila semua wanita ini telah
divaksinasi (idealnya) insiden sindroma rubella kongenital pasti akan turun sampai
nol.

Penyebaran

Penularan virus rubella adalah melalui udara dengan tempat masuk awal melalui
nasofaring dan orofaring. Setelah masuk akan mengalami masa inkubasi antara 11
sampai 14 hari sampai timbulnya gejala. Hampir 60 % pasien akan timbul ruam.
Penyebaran virus rubella pada hasil konsepsi terutama secara hematogen. Infeksi
kongenital biasanya terdiri dari 2 bagian : viremia maternal dan viremia fetal. Viremia
maternal terjadi saat replikasi virus dalam sel trofoblas. Kemudian tergantung
kemampuan virus untuk masuk dalam barier plasenta. Untuk dapat terjadi viremia
fetal, replikasi virus harus terjadi dalam sel endotel janin. Viremia fetal dapat
menyebabkan kelainan organ secara luas.

Bayi- bayi yang dilahirkan dengan rubella kongenital 90 % dapat menularkan virus
yang infeksius melalui cairan tubuh selama berbulan-bulan. Dalam 6 bulan sebanyak
30 50 %, dan dalam 1 tahun sebanyak kurang dari 10 %. Dengan demikian bayi -
bayi tersebut merupakan ancaman bagi bayi-bayi lain, disamping bagi orang dewasa
yang rentan dan berhubungan dengan bayi tersebut.

Gejala klinis

Gambaran klinis infeksi rubella serupa dengan penyakit lain dan kadang-kadang tidak
tampak gejala dan tanda infeksi. Pada orang dewasa mula-mula terdapat gejala
prodromal berupa malaise, mialgia dan sakit kepala. Pada anak-anak sering tidak
diketahui gejala prodromal ini, atau apabila ada sangat minimal. Onset dari gejala
prodromal sering dilaporkan dengan munculnya limfadenopati postaurikuler, yang
biasanya dilanjutkan dengan munculnya ruam setelah 6-7 hari. Bercak-bercak berupa
exanthema yang khas yaitu makulo papular yang sentrifugal mulai dari dada atas,
abdomen kemudian ekstremitas yang akan menghilang dalam 3 hari. Kadang-kadang
timbul arthralgia yang tergantung dari virulensi virus.

Pada janin, infeksi rubella dapat menyebabkan abortus bila terjadi pada trimester I..
Mula-mula replikasi virus terjadi dalam jaringan janin, dan menetap dalam kehidupan
janin, dan mempengaruhi pertumbuhan janin sehingga menimbulkan kecacatan atau
kelainan yang lain.

Infeksi ibu pada trimester kedua juga dapat menyebabkan kelainan yang luas pada
organ. Menetapnya virus dan dan interaksi antara virus dan sel di dalam uterus dapat
menyebabkan kelainan yang luas pada periode neonatal, seperti anemia hemolitika
dengan hematopoiesis ekstra meduler, hepatitis, nefritis interstitial, ensefalitis,
pankreatitis interstitial dan osteomielitis.

Gejala rubella kongenital dapat dibagi dalam 3 kategori :

1. Sindroma rubella kongenital yang meliputi 4 defek utama yaitu :

a. Gangguan pendengaran tipe neurosensorik. Timbul bila infeksi terjadi sebelum


umur kehamilan 8 minggu. Gejala ini dapat merupakan satu-satunya gejala yang
timbul.

b. Gangguan jantung meliputi PDA, VSD dan stenosis katup pulmonal.

c. Gangguan mata : katarak dan glaukoma. Kelainan ini jarang berdiri sendiri.

d. Retardasi mental

dan beberapa kelainan lain antara lain:

e. Purpura trombositopeni ( Blueberry muffin rash )

f. Hepatosplenomegali, meningoensefalitis, pneumonitis, dan lain-lain

2. Extended sindroma rubella kongenital.. Meliputi cerebral palsy, retardasi mental,


keterlambatan pertumbuhan dan berbicara, kejang, ikterus dan gangguan imunologi
( hipogamaglobulin ).

3. Delayed - sindroma rubella kongenital. Meliputi panensefalitis, dan Diabetes


Mellitus tipe-1, gangguan pada mata dan pendengaran yang baru muncul bertahun-
tahun kemudian.

Diagnosis

Diagnosis infeksi rubella sangat sulit karena gejalanya yang tidak khas. Timbulnya
ruam selama 2-3 hari dan adanya adenopati postaurikuler dapat sebagai diagnosis
awal kecurigaan infeksi rubella, tetapi untuk diagnosis pastinya diperlukan konfirmasi
serologi atau virologi. Virus rubella dapat ditemukan pada struktur jaringan yang
dapat diambil dari hapusan orofaring, tetapi tindakan ini sulit dilakukan.

Antibodi rubella biasanya lebih dahulu muncul saat timbul ruam. Diagnosis rubella
ditegakkan bila titer meningkat 4 kali saat fase akut, dan biasanya imunitas menetap
lama. Apabila pasien diperiksa beberapa hari setelah timbul ruam, diagnosis dapat
ditegakkan dengan analisis antibodi IgM anti rubella dengan menggunakan sistem
ELISA. IgM spesifik rubella dapat terlihat 1 2 minggu setelah infeksi primer dan
menetap selama 1 - 3 bulan. Adanya antibodi IgM menunjukkan adanya infeksi
primer, tetapi bila negatif belum tentu tidak terinfeksi.
Diagnosis prenatal dilakukan dengan memeriksa adanya IgM dari darah janin melalui
CVS ( chorionoc villus sampling ) atau kordosentesis. Konfirmasi infeksi fetus pada
trimester I dilakukan dengan menemukan adanya antigen spesifik rubella dan RNA
pada CVS. Metode ini adalah yang terbaik untuk isolasi virus pada hasil konsepsi.

Berdasarkan gejala klinik dan temuan serologi, sindroma rubella kongenital (CRS,
Congenital Rubella Syndrome) dapat diklasifikasikan sebagai berikut :

1. CRS confirmed. Defek dan satu atau lebih tanda/ gejala berikut :

* Virus rubella yang dapat diisolasi.


* Adanya IgM spesifik rubella
* Menetapnya IgG spesifik rubella..

2. CRS compatible. Terdapat defek tetapi konfirmasi laboratorium tidak lengkap.


Didapatkan 2 defek dari item a , atau masing-masing satu dari item a dan b.

a. Katarak dan/ atau glaukoma kongenital, penyakit jantung kongenital, tuli,


retinopati.

1. Purpura, splenomegali, kuning, mikrosefali, retardasi mental, meningo ensefalitis,


penyakit tulang radiolusen.

3. CRS possible. Defek klinis yang tidak memenuhi kriteria untuk CRS compatible.

4. CRI ( Congenital Rubella Infection ). Temuan serologi tanpa defek.

5. Stillbirths. Stillbirth yang disebabkan rubella maternal

6. Bukan CRS. Temuan hasil laboratorium tidak sesuai dengan CRS:

Tidak adanya antibodi rubella pada anak umur < 24 bulan dan pada ibu..

Kecepatan penurunan antibodi sesuai penurunan pasif dari antibodi didapat.

Pencegahan

Penanggulangan infeksi rubella adalah dengan pencegahan infeksi salah satunya


dengan cara pemberian vaksinasi. Pemberian vaksinasi rubella secara subkutan
dengan virus hidup rubella yang dilemahkan dapat memberikan kekebalan yang lama
dan bahkan bisa seumur hidup.

Vaksin rubella dapat diberikan bagi orang dewasa terutama wanita yang tidak hamil.
Vaksin rubella tidak boleh diberikan pada wanita yang hamil atau akan hamil dalam 3
bulan setelah pemberian vaksin. Hal ini karena vaksin berupa virus rubella hidup yang
dilemahkan dapat berisiko menyebabkan kecacatan meskipun sangat jarang.

Tidak ada preparat kimiawi atau antibiotik yang dapat mencegah viremia pada orang-
orang yang tidak kebal dan terpapar rubella. Bila didapatkan infeksi rubella dalam
uterus, sebaiknya ibu diterangkan tentang risiko dari infeksi rubella kongenital.
Dengan adanya kemungkinan terjadi defek yang berat dari infeksi pada trimester I,
pasien dapat memilih untuk mengakhiri kehamilan, bila diagnosis dibuat secara tepat.

Mengapa wanita atau calon ibu harus tahu..??!!


Menurut DSA kami, campak Jerman atau rubela berbeda dari campak biasa. Pada
anak, campak Jerman jarang terjadi dan dampaknya tak sampai fatal. Kalaupun ada
biasanya terjadi pada anak yang lebih besar, sekitar usia 5 sampai 14 tahun (kok
anakku bisa kena yah dok..???) dan nafsu makan anak akan menurun karena terjadi
pembengkakan pada limpanya, sulit menelan makanan dan akan merasa mual dan
muntah bila makan.
Yang perlu dikhawatirkan jika campak Jerman ini menyerang wanita hamil karena
bisa menular pada janin melalui plasenta (ari-ari). Akibatnya, anak yang dilahirkan
akan mengalami sindrom rubela kongenital. Mata bayi akan mengalami katarak
begitu lahir, ada ketulian, dan ada pengapuran di otak, sehingga anak bisa mengalami
keterbelakangan perkembangan. Bahkan bisa menyebabkan keguguran, kematian bayi
dalam kandungan atau kelainan bawaan pada bayi.
Sebelum hamil sebaiknya setiap ibu-ibu melakukan test laboratorium untuk
mengetahui, apakah mempunyai gen penyakit ini, bila ada harus di suntik vaksinya
dan kira-kira 3 bulan kemudian baru ibu dan bapak merencanakan kehamilan. Karena
penyakit campak jerman ini akan lebih berbahaya dampaknya bila yang terkena
adalah ibu-ibu hamil,sambung DSA kami.
Bagaimana virus rubella menular ?
Virus yang terdapat pada percikan lendir saluran napas dapat disebarkan ke udara saat
anak yang sedang terinfeksi rubella bersin, batuk, atau berbicara. Anak atau orang lain
yang berdekatan dapat tertular jika menghirup udara yang mengandung virus tersebut.
(yang ternyata didapet dari tantenya, dan mungkin juga kondisi anak yang kurang
sehat, sehingga bisa tertular padahal sebelumya tidak ada masalah tuh deket dengan
tantenya tersebut)
Bagaimana mencegah penularan virus rubella?
Cara yang paling efektif adalah dengan pemberian imunisasi. Saat ini imunisasi yang
dapat diberikan untuk mencegah rubella adalah dengan pemberian vaksin MMR
(Measles, Mumps, Rubella) dan sebisa mungkin menjauhkan anak dari orang yang
menjadi perantara penyakit tersebut.
RUBELLA

Penyakit rubella pada anak Campak Jerman adalah penyakit yang disebabkan oleh virus rubella.
biasanya ringan. Rubella disebut juga sebagai campak 3 hari, karena biasanya anak dengan rubella
akan membaik dalam waktu 3 hari.
Keadaan yang paling berbahaya adalah jika virus rubella menginfeksi janin karena hal ini dapat
mengakibatkan sindroma rubella kongenital. Infeksi virus pada janin dapat terjadi jika wanita yang
sedang mengandung terserang virus rubella pada 4 bulan pertama usia kehamilannya.

Bagaimana virus rubella menular?

Virus yang terdapat pada percikan lendir saluran napas dapat disebarkan ke udara saat anak yang
sedang terinfeksi rubella bersin, batuk, atau berbicara. Anak atau orang lain yang berdekatan dapat
tertular jika menghirup udara yang mengandung virus tersebut.

Jika rubella menyerang wanita hamil pada 3 bulan pertama usia kehamilannya, maka ibu ini dapat
menularkan virus pada janinnya melalui plasenta. Keadaan ini disebut sebagai infeksi rubella
kongenital dan dapat menyebabkan sindroma rubella kongenital.

Bagaimana proses perjalanan penyakit rubella?

Masa inkubasi yaitu waktu yang diperlukan sejak masuknya virus rubella kedalam tubuh sampai
timbulnya gejala penyakit berkisar antara 14-21 hari. Biasanya gejala bersifat ringan berupa demam.
Nyeri sendi dapat terjadi pada anak perempuan yang sudah besar dan orang orang dewasa. Tanda yang
paling khas adalah pembesaran kelenjar getah bening di daerah belakang kepala, belakang telinga, dan
leher bagian belakang.

Umumnya pembesaran kelenjar getah bening ini disertai dengan rasa nyeri. Keadaan ini kemudian
diikuti dengan munculnya ruam yang dimulai pada daerah muka dan menyebar dengan cepat ke
seluruh tubuh dalam waktu 1 hari. Ruam dan demam biasanya menghilang dalam waktu 3 hari.

Infeksi rubella kongenital dapat menyebabkan sindroma rubella kongenital yang terdiri dari:

pertumbuhan janin yang terhambat (merupakan kondisi yang paling sering terjadi)
* katarak yang dapat terjadi pada satu atau kedua mata. Katarak adalah pemutihan lensa mata
sehingga mengakibatkan kebutaan menetap. Kelainan katarak ini biasanya disertai dengan
bola mata yang kecil.
* kelainan jantung bawaan
* hilang fungsi pendengaran akibat proses infeksi yang terjadi pada saraf pendengaran
* radang otak dan selaput otak

Bagaimana mengobati infeksi rubella?

Tidak ada obat spesifik untuk mengobati infeksi virus rubella. Obat yang diberikan biasanya
bersifat untuk meringankan gejala yang timbul. Hanya saja pada anak-anak dan orang dewasa,
gejala-gejala yang timbul adalah sangat ringan.
Bayi yang lahir dengan sindroma rubella kongenital, biasanya harus ditangani secara seksama
oleh para ahli. Semakin banyak kelainan bawaan yang diderita akibat infeksi kongenital,
semakin besar pula pengaruhnya pada proses pertumbuhan dan perkembangan anak.

Biasanya infeksi rubella kongenital dipastikan dengan pemeriksaan serologi segera setelah
bayi lahir, yaitu dengan terdeteksinya IgM Rubella (imunoglobulin M) pada darah bayi.

Bagaimana mencegah penularan virus rubella?


Cara yang paling efektif adalah dengan pemberian imunisasi. Saat ini imunisasi yang dapat
diberikan untuk mencegah rubella adalah dengan pemberian vaksin MMR (Measles, Mumps,
Rubella).

Pemberian imunisasi MMR pada wanita usia reproduktif yang belum mempunyai antibody
terhadap virus rubella amatlah penting untuk mencegah terjadinya infeksi rubella kongenital
pada janin. Setelah pemberian imunisasi MMR, penundaan kehamilan harus dilakukan selama
3 bulan.(Sumber :artikel kesehatan)

RUBELLA
oleh : Redaksi [ 2008-08-02 03:21:13 ]

Penyakit rubella pada anak Campak Jerman adalah penyakit yang disebabkan oleh virus rubella.
biasanya ringan. Rubella disebut juga sebagai campak 3 hari, karena biasanya anak dengan rubella
akan membaik dalam waktu 3 hari.
Keadaan yang paling berbahaya adalah jika virus rubella menginfeksi janin karena hal ini dapat
mengakibatkan sindroma rubella kongenital. Infeksi virus pada janin dapat terjadi jika wanita yang
sedang mengandung terserang virus rubella pada 4 bulan pertama usia kehamilannya.

Bagaimana virus rubella menular?

Virus yang terdapat pada percikan lendir saluran napas dapat disebarkan ke udara saat anak yang
sedang terinfeksi rubella bersin, batuk, atau berbicara. Anak atau orang lain yang berdekatan dapat
tertular jika menghirup udara yang mengandung virus tersebut.

Jika rubella menyerang wanita hamil pada 3 bulan pertama usia kehamilannya, maka ibu ini dapat
menularkan virus pada janinnya melalui plasenta. Keadaan ini disebut sebagai infeksi rubella
kongenital dan dapat menyebabkan sindroma rubella kongenital.

Bagaimana proses perjalanan penyakit rubella?

Masa inkubasi yaitu waktu yang diperlukan sejak masuknya virus rubella kedalam tubuh sampai
timbulnya gejala penyakit berkisar antara 14-21 hari. Biasanya gejala bersifat ringan berupa demam.
Nyeri sendi dapat terjadi pada anak perempuan yang sudah besar dan orang orang dewasa. Tanda yang
paling khas adalah pembesaran kelenjar getah bening di daerah belakang kepala, belakang telinga, dan
leher bagian belakang.

Umumnya pembesaran kelenjar getah bening ini disertai dengan rasa nyeri. Keadaan ini kemudian
diikuti dengan munculnya ruam yang dimulai pada daerah muka dan menyebar dengan cepat ke
seluruh tubuh dalam waktu 1 hari. Ruam dan demam biasanya menghilang dalam waktu 3 hari.

Infeksi rubella kongenital dapat menyebabkan sindroma rubella kongenital yang terdiri dari:

pertumbuhan janin yang terhambat (merupakan kondisi yang paling sering terjadi)
* katarak yang dapat terjadi pada satu atau kedua mata. Katarak adalah pemutihan lensa mata
sehingga mengakibatkan kebutaan menetap. Kelainan katarak ini biasanya disertai dengan
bola mata yang kecil.
* kelainan jantung bawaan
* hilang fungsi pendengaran akibat proses infeksi yang terjadi pada saraf pendengaran
* radang otak dan selaput otak
Bagaimana mengobati infeksi rubella?

Tidak ada obat spesifik untuk mengobati infeksi virus rubella. Obat yang diberikan biasanya
bersifat untuk meringankan gejala yang timbul. Hanya saja pada anak-anak dan orang dewasa,
gejala-gejala yang timbul adalah sangat ringan.
Bayi yang lahir dengan sindroma rubella kongenital, biasanya harus ditangani secara seksama
oleh para ahli. Semakin banyak kelainan bawaan yang diderita akibat infeksi kongenital,
semakin besar pula pengaruhnya pada proses pertumbuhan dan perkembangan anak.

Biasanya infeksi rubella kongenital dipastikan dengan pemeriksaan serologi segera setelah
bayi lahir, yaitu dengan terdeteksinya IgM Rubella (imunoglobulin M) pada darah bayi.

Bagaimana mencegah penularan virus rubella?

Cara yang paling efektif adalah dengan pemberian imunisasi. Saat ini imunisasi yang dapat
diberikan untuk mencegah rubella adalah dengan pemberian vaksin MMR (Measles, Mumps,
Rubella).

Pemberian imunisasi MMR pada wanita usia reproduktif yang belum mempunyai antibody
terhadap virus rubella amatlah penting untuk mencegah terjadinya infeksi rubella kongenital
pada janin. Setelah pemberian imunisasi MMR, penundaan kehamilan harus dilakukan selama
3 bulan.(Sumber :artikel kesehatan)

1. Vaksinasi MMR (Measles, Mumps, Rubella).


Rubella adalah infeksi yang ditandai gejala bercak kemerahan (pink-red rash) pada
wajah yang kemudian menyebar ke bagian tubuh lain. Penyakit ini disertai demam
ringan dan pembesaran kelenjar getah bening . Ibu hamil yang terinfeksi virus rubella
pada tiga bulan pertama, beresiko mengalami gangguan pembentukan dan
perkembangan janin sebesar 50-85 persen. Janin yang terinfeksi rubella, mengalami
kelainan yang disebut sindrom rubella kongenital. Kelainan itu dapat berupa
gangguan mata (katarak), jantung, atau lingkar kepala yang mengecil (Mikrosefalus).
Pada umur kehamilan 16-20 minggu, cacat bawaan yang dialami janin adalah
gangguan pendengaran atau tuli. Sedangkan infeksi rubella pada ibu berusia
kehamilan lanjut (lebih dari 20 minggu) jarang menyebabkan cacat bawaan. Bayi
yang mengalami cacat karena rubella akan terus menyandang kelainan tersebut
selama hidupnya. Umumnya 1 dari 10 bayi yang mengalami infeksi rubella akan
meninggal dalam usia satu tahun. Tidak ada yang dapat dilakukan terhadap janin bila
dimasa hamil ibu terinfeksi rubella.

Nama Rubella berasal dari bahasa Latin yang berarti merah kecil. Penyakit ini
disebabkan oleh virus dari genus Rubivirus. Tidak ada obat spesifik untuk mengobati
infeksi virus Rubella. Obat yang diberikan biasanya bersifat untuk meringankan
gejala yang timbul. Bayi yang lahir dengan sindrom Rubella kongenital, biasanya
harus ditangani secara seksama oleh para ahli. Semakin banyak kelainan bawaan yang
diderita akibat infeksi kongenital, semakin besar pula pengaruhnya pada proses
pertumbuhan dan perkembangan anak. Biasanya infeksi Rubella kongenital dipastikan
dengan pemeriksaan serologi segera setelah bayi lahir, yaitu dengan terdeteksinya
IgM Rubella (immunoglobulin M) pada darah bayi (Anonymous, 2006). Seorang ibu
positif Rubella hanya apabila hasil laboratorium menunjukan Rubella IgM-nya positif,
tetapi apabila Rubella IgM-nya negatif dan Rubella IgG-nya positif, itu berarti si ibu
mempunyai antibodi atau daya tahan tubuh terhadap virus Rubella, sedang virus
Rubellanya sendiri tidak ada (Anonymous, 2008).

Cara pencegahan yang paling efektif adalah dengan pemberian imunisasi. Saat
ini imunisasi yang dapat diberikan untuk mencegah Rubella adalah dengan pemberian
vaksin MMR (Measles, Mumps, Rubella). Pemberian imunisasi MMR pada wanita
usia reproduktif yang belum mempunyai antibodi terhadap virus Rubella sangat
penting untuk mencegah terjadinya infeksi Rubella kongenital pada janin. Setelah
pemberian imunisasi MMR, penundaan kehamilan harus dilakukan selama 3 bulan
(Anonymous, 2006). Ahmed et al. (2006) menambahkan bahwa sejak tahun 1969,
cara preventif yang efektif terhadap penyakit Rubella (campak Jerman) adalah dengan
pemberian vaksin berupa virus Rubella aktif yang telah dilemahkan. Dosis tunggal
vaksin Rubella disamakan dengan imunitas seumur hidup. Pernyataan ini berdasarkan
penelitian yang menunjukkan hasil seluruh anak-anak dan wanita dewasa yang diberi
vaksin Rubella, setelah beberapa tahun mereka mengandung dan anak yang dilahirkan
tidak ada yang mengalami infeksi Rubella kongenital. Namun, pemberian vaksin
hidup tidak dianjurkan untuk wanita hamil.

Anonymous (2007) menyatakan bahwa sistem imun humoral dan sistem imun
termediasi akan aktif jika terjadi infeksi virus Rubella. Antibodi IgM dan IgG Rubella
akan aktif setelah 14-18 hari infeksi virus, bersamaan dengan munculnya ruam merah.
Setelah 2 bulan sejak infeksi, IgM Rubella berkurang dengan cepat dan biasanya tidak
terdeteksi, sedangkan IgG Rubella akan terus ada. Setelah 1 minggu terjadi respon
humoral terhadap infeksi virus Rubella, limfosit spesifik termediasi akan aktif
menyerang virus Rubella dan sistem imun ini akan ada seumur hidup.
Rubella yang sering disebut orang dengan Campak Jerman merupakan jenis penyakit
menular yang disebabkan oleh virus. Rubella dapat menyerang siapa saja tidak
pandang bulu. Bisa menyerang orang tua, remaja, anak - anak, bahkan bayi sekalipun.
Sebenarnya Rubella ditemukan oleh Sir Norman Greg dari Eropa sejak tahun 1941,
namun baru dapat disosialisasikan pada tahun 1962. Walaupun penderita Rubella
tidak menampakkan gejala klinis 14-21 hari, namun virus ini sebetulnya telah berada
di beberapa tempat misalnya tenggorokan, bulu hidung, air seni, dan kotoran manusia.
Penyakit ini biasanya menyerang pada bagian saluran pernafasan atau di dalam
tenggorokan. Cara penularannya bisa lewat udara, ludah, kontak kulit, dan dapat juga
lewat kotoran manusia. Virus ini sangat berbahaya bila menyerang ibu hamil karena
bisa mengakibatkan keguguran. Kalau tidak keguguran maka anak yang dilahirkan
bisa terkena penyakit katarak, tuli, hidrosefalus, microsefalus, hypoplasia (gangguan
pertumbuhan organ tubuh seperti jantung, para - paru, dan limpa). Bisa juga
menyebabkan berat bayi tidak normal, keterbelakangan mental, hepatitis, radang
selaput otak, radang iris mata dan beberapa jenis penyakit lainnya.
Serangan Rubella pada anak - anak biasanya menyebabkan panas badan dan sakit di
persendian tubuh. Kemudian tampak bercak - bercak merah yang berdiameter sekitar
2-3 mm. Juga terjadi pembengkakan pada kelenjar getah bening di belakang telinga
atau di bawah leher. Mula - mula bercak - bercak merah menyerang wajah, kemudian
menjalar ke seluruh tubuh secara merata. Gejala pada ibu sama dengan gejala yang
ada pada anak. Bercak - bercak ini seperti campak, makanya di Jerman Rubella sering
disebut German Measless (Campak Jerman).
Pengaruhnya secara langsung kepada janin adalah keguguran spontan yang bisa
mencapai 50%. Sel yang belum mtang lebih mudah terinfeksi virus Rubella. Hal ini
disebabkan antigen yang dibuat janin baru berfungsi setelah kelahirannya. Ini berarti
antigen harus menunggu sampai jangka waktu tertentu. Karena itu, virus mudah
terinfeksi pada kehamilan 3 bulan pertama. Akibatnya yang nampak, kecenderungan
resiko pada bayi keguguran mencapai angka 50%. Biasanya selain menyebabkan
abortus spontan, juga menyebabkan pertumbuhan tengkorak kecil dan penyakit
lainnya. Makin tua kehamilan (terutama setelah 20 minggu) kelainan pada bayinya
lebih sedikit.
Pengobatan virus Rubella terbilang sulit. Sampai sekarang medis belum menemukan
obatnya. Biasanya yang dapat dicapai adalah menghilangkan keluhan pasien seperti
demam atau rasa nyeri. Dibandingkan dengan pemeriksaan bakteri, pemeriksaan virus
Rubella lebih sulit. Cara yang agak mudah mendeteksi dengan teknik Fluorescent.
Pemeriksaan terhadap penderita infeksi Rubella dilakukan dengan cara tes darah
serologi antigen Rubella.
Ada beberapa dokter yang menangani ibu hamil terinfeksi Rubella biasanya diberi
dua pilihan meneruskan kehamilan dengan risiko tertentu atau terminasi (aborsi).
Begitu sulitnya mendeteksi dan mengobati virus Rubella, kadang dokter medis
menganjurkan seorang wanita yang merencanakan kehamilan untuk memeriksakan
darah. Bagi wanita yang terkena virus Rubella biasanya lebih kebal terhadap virus ini.
Setelah vaksin diberikan dianjurkan untuk tidak hamil selama 3 bulan sejak menerima
vaksin.
Namun sekarang ibu hamil yang terkena Rubella tidak perlu khawatir, karena
meskipun secara medis belum mampu mengobati, namun dengan adanya pengobatan
Spesialis TORCH oleh bapak Ir. H. Anda Juanda, Insya Allah virus Rubella
tersebut bisa disembuhkan. Banyak kasus yang telah ditangani, misalnya seorang ibu
meskipun sudah pernah mengalami keguguran 4 kali ke atas, namun dengan secara
rutin pasien meminum formula obat herbal Aquatreat Therapy, maka virus Rubella
yang selama ini menjadikan banyak orang menderita (khususnya ibu hamil) Insya
Allah bisa dihindari. Sehingga keinginan para ibu yang ingin segera mendapatkan
anak pun bisa tercapai.
Infeksi virus Rubella merupakan penyakit infeksi ringan pada anak dan dewasa muda,
tetapi memberi nuansa istimewa seandainya infeksinya mengenai ibu hamil, di mana
virus dapat menembus barier plasenta dan langsung patogenik terhadap janin yang
dikandungnya. Dampak kelainan kongenital setelah kelahiran terutama dapat berupa
katarak mata, kelainan jantung, tuli, diabetes, dan paru - paru.
Biasanya anak lahir dengan berat badan rendah, trombositopenia, purpura,
mikrofthalmi, glaukoma, kornea yang keruh, rettinopati pigmentosa, tuli dan
gambaran radiolusen pada tulang. Virus dapat diekspresikan melalui urin maupun
pernafasan sampai selama 2 tahun, tetapi sebagian menetap dalam tubuh bayi yang
membentuk respons imunitas kuat. Dilaporkan pula bahwa virus Rubella persisten
pada bayi dan anak, dapat menyebabkan kelainan endokrin, misalnya terjadinya hipo.
Rubella dapat ditularkan melalui kontak perpafasan dan memiliki masa inkubasi
antara 2-3 minggu. Penderita dapat menularkan penyakit ini selama seminggu
sebelum dan sesudah timbulnya rash (bercak - bercak merah) pada kulit. Rash pada
Rubella berwarna merah jambu, mengjilang dalam waktu 2-3 hari dan tidak selalu
muncul untuk semua kasus infeksi.

Rubella yang sering disebut orang dengan Campak Jerman merupakan jenis penyakit
menular yang disebabkan oleh virus. Rubella dapat menyerang siapa saja tidak
pandang bulu. Bisa menyerang orang tua, remaja, anak - anak, bahkan bayi sekalipun.
Sebenarnya Rubella ditemukan oleh Sir Norman Greg dari Eropa sejak tahun 1941,
namun baru dapat disosialisasikan pada tahun 1962. Walaupun penderita Rubella
tidak menampakkan gejala klinis 14-21 hari, namun virus ini sebetulnya telah berada
di beberapa tempat misalnya tenggorokan, bulu hidung, air seni, dan kotoran manusia.
Penyakit ini biasanya menyerang pada bagian saluran pernafasan atau di dalam
tenggorokan. Cara penularannya bisa lewat udara, ludah, kontak kulit, dan dapat juga
lewat kotoran manusia. Virus ini sangat berbahaya bila menyerang ibu hamil karena
bisa mengakibatkan keguguran. Kalau tidak keguguran maka anak yang dilahirkan
bisa terkena penyakit katarak, tuli, hidrosefalus, microsefalus, hypoplasia (gangguan
pertumbuhan organ tubuh seperti jantung, para - paru, dan limpa). Bisa juga
menyebabkan berat bayi tidak normal, keterbelakangan mental, hepatitis, radang
selaput otak, radang iris mata dan beberapa jenis penyakit lainnya.
Serangan Rubella pada anak - anak biasanya menyebabkan panas badan dan sakit di
persendian tubuh. Kemudian tampak bercak - bercak merah yang berdiameter sekitar
2-3 mm. Juga terjadi pembengkakan pada kelenjar getah bening di belakang telinga
atau di bawah leher. Mula - mula bercak - bercak merah menyerang wajah, kemudian
menjalar ke seluruh tubuh secara merata. Gejala pada ibu sama dengan gejala yang
ada pada anak. Bercak - bercak ini seperti campak, makanya di Jerman Rubella sering
disebut German Measless (Campak Jerman).
Pengaruhnya secara langsung kepada janin adalah keguguran spontan yang bisa
mencapai 50%. Sel yang belum mtang lebih mudah terinfeksi virus Rubella. Hal ini
disebabkan antigen yang dibuat janin baru berfungsi setelah kelahirannya. Ini berarti
antigen harus menunggu sampai jangka waktu tertentu. Karena itu, virus mudah
terinfeksi pada kehamilan 3 bulan pertama. Akibatnya yang nampak, kecenderungan
resiko pada bayi keguguran mencapai angka 50%. Biasanya selain menyebabkan
abortus spontan, juga menyebabkan pertumbuhan tengkorak kecil dan penyakit
lainnya. Makin tua kehamilan (terutama setelah 20 minggu) kelainan pada bayinya
lebih sedikit.
Pengobatan virus Rubella terbilang sulit. Sampai sekarang medis belum menemukan
obatnya. Biasanya yang dapat dicapai adalah menghilangkan keluhan pasien seperti
demam atau rasa nyeri. Dibandingkan dengan pemeriksaan bakteri, pemeriksaan virus
Rubella lebih sulit. Cara yang agak mudah mendeteksi dengan teknik Fluorescent.
Pemeriksaan terhadap penderita infeksi Rubella dilakukan dengan cara tes darah
serologi antigen Rubella.
Ada beberapa dokter yang menangani ibu hamil terinfeksi Rubella biasanya diberi
dua pilihan meneruskan kehamilan dengan risiko tertentu atau terminasi (aborsi).
Begitu sulitnya mendeteksi dan mengobati virus Rubella, kadang dokter medis
menganjurkan seorang wanita yang merencanakan kehamilan untuk memeriksakan
darah. Bagi wanita yang terkena virus Rubella biasanya lebih kebal terhadap virus ini.
Setelah vaksin diberikan dianjurkan untuk tidak hamil selama 3 bulan sejak menerima
vaksin.
Namun sekarang ibu hamil yang terkena Rubella tidak perlu khawatir, karena
meskipun secara medis belum mampu mengobati, namun dengan adanya pengobatan
Spesialis TORCH oleh bapak Ir. H. Anda Juanda, Insya Allah virus Rubella
tersebut bisa disembuhkan. Banyak kasus yang telah ditangani, misalnya seorang ibu
meskipun sudah pernah mengalami keguguran 4 kali ke atas, namun dengan secara
rutin pasien meminum formula obat herbal Aquatreat Therapy, maka virus Rubella
yang selama ini menjadikan banyak orang menderita (khususnya ibu hamil) Insya
Allah bisa dihindari. Sehingga keinginan para ibu yang ingin segera mendapatkan
anak pun bisa tercapai.
Infeksi virus Rubella merupakan penyakit infeksi ringan pada anak dan dewasa muda,
tetapi memberi nuansa istimewa seandainya infeksinya mengenai ibu hamil, di mana
virus dapat menembus barier plasenta dan langsung patogenik terhadap janin yang
dikandungnya. Dampak kelainan kongenital setelah kelahiran terutama dapat berupa
katarak mata, kelainan jantung, tuli, diabetes, dan paru - paru.
Biasanya anak lahir dengan berat badan rendah, trombositopenia, purpura,
mikrofthalmi, glaukoma, kornea yang keruh, rettinopati pigmentosa, tuli dan
gambaran radiolusen pada tulang. Virus dapat diekspresikan melalui urin maupun
pernafasan sampai selama 2 tahun, tetapi sebagian menetap dalam tubuh bayi yang
membentuk respons imunitas kuat. Dilaporkan pula bahwa virus Rubella persisten
pada bayi dan anak, dapat menyebabkan kelainan endokrin, misalnya terjadinya hipo.
Rubella dapat ditularkan melalui kontak perpafasan dan memiliki masa inkubasi
antara 2-3 minggu. Penderita dapat menularkan penyakit ini selama seminggu
sebelum dan sesudah timbulnya rash (bercak - bercak merah) pada kulit. Rash pada
Rubella berwarna merah jambu, mengjilang dalam waktu 2-3 hari dan tidak selalu
muncul untuk semua kasus infeksi.
Rubella yang sering disebut orang dengan Campak Jerman merupakan jenis penyakit
menular yang disebabkan oleh virus. Rubella dapat menyerang siapa saja tidak
pandang bulu. Bisa menyerang orang tua, remaja, anak - anak, bahkan bayi sekalipun.
Sebenarnya Rubella ditemukan oleh Sir Norman Greg dari Eropa sejak tahun 1941,
namun baru dapat disosialisasikan pada tahun 1962. Walaupun penderita Rubella
tidak menampakkan gejala klinis 14-21 hari, namun virus ini sebetulnya telah berada
di beberapa tempat misalnya tenggorokan, bulu hidung, air seni, dan kotoran manusia.
Penyakit ini biasanya menyerang pada bagian saluran pernafasan atau di dalam
tenggorokan. Cara penularannya bisa lewat udara, ludah, kontak kulit, dan dapat juga
lewat kotoran manusia. Virus ini sangat berbahaya bila menyerang ibu hamil karena
bisa mengakibatkan keguguran. Kalau tidak keguguran maka anak yang dilahirkan
bisa terkena penyakit katarak, tuli, hidrosefalus, microsefalus, hypoplasia (gangguan
pertumbuhan organ tubuh seperti jantung, para - paru, dan limpa). Bisa juga
menyebabkan berat bayi tidak normal, keterbelakangan mental, hepatitis, radang
selaput otak, radang iris mata dan beberapa jenis penyakit lainnya.
Serangan Rubella pada anak - anak biasanya menyebabkan panas badan dan sakit di
persendian tubuh. Kemudian tampak bercak - bercak merah yang berdiameter sekitar
2-3 mm. Juga terjadi pembengkakan pada kelenjar getah bening di belakang telinga
atau di bawah leher. Mula - mula bercak - bercak merah menyerang wajah, kemudian
menjalar ke seluruh tubuh secara merata. Gejala pada ibu sama dengan gejala yang
ada pada anak. Bercak - bercak ini seperti campak, makanya di Jerman Rubella sering
disebut German Measless (Campak Jerman).
Pengaruhnya secara langsung kepada janin adalah keguguran spontan yang bisa
mencapai 50%. Sel yang belum mtang lebih mudah terinfeksi virus Rubella. Hal ini
disebabkan antigen yang dibuat janin baru berfungsi setelah kelahirannya. Ini berarti
antigen harus menunggu sampai jangka waktu tertentu. Karena itu, virus mudah
terinfeksi pada kehamilan 3 bulan pertama. Akibatnya yang nampak, kecenderungan
resiko pada bayi keguguran mencapai angka 50%. Biasanya selain menyebabkan
abortus spontan, juga menyebabkan pertumbuhan tengkorak kecil dan penyakit
lainnya. Makin tua kehamilan (terutama setelah 20 minggu) kelainan pada bayinya
lebih sedikit.
Pengobatan virus Rubella terbilang sulit. Sampai sekarang medis belum menemukan
obatnya. Biasanya yang dapat dicapai adalah menghilangkan keluhan pasien seperti
demam atau rasa nyeri. Dibandingkan dengan pemeriksaan bakteri, pemeriksaan virus
Rubella lebih sulit. Cara yang agak mudah mendeteksi dengan teknik Fluorescent.
Pemeriksaan terhadap penderita infeksi Rubella dilakukan dengan cara tes darah
serologi antigen Rubella.
Ada beberapa dokter yang menangani ibu hamil terinfeksi Rubella biasanya diberi
dua pilihan meneruskan kehamilan dengan risiko tertentu atau terminasi (aborsi).
Begitu sulitnya mendeteksi dan mengobati virus Rubella, kadang dokter medis
menganjurkan seorang wanita yang merencanakan kehamilan untuk memeriksakan
darah. Bagi wanita yang terkena virus Rubella biasanya lebih kebal terhadap virus ini.
Setelah vaksin diberikan dianjurkan untuk tidak hamil selama 3 bulan sejak menerima
vaksin.
Namun sekarang ibu hamil yang terkena Rubella tidak perlu khawatir, karena
meskipun secara medis belum mampu mengobati, namun dengan adanya pengobatan
Spesialis TORCH oleh bapak Ir. H. Anda Juanda, Insya Allah virus Rubella
tersebut bisa disembuhkan. Banyak kasus yang telah ditangani, misalnya seorang ibu
meskipun sudah pernah mengalami keguguran 4 kali ke atas, namun dengan secara
rutin pasien meminum formula obat herbal Aquatreat Therapy, maka virus Rubella
yang selama ini menjadikan banyak orang menderita (khususnya ibu hamil) Insya
Allah bisa dihindari. Sehingga keinginan para ibu yang ingin segera mendapatkan
anak pun bisa tercapai.
Infeksi virus Rubella merupakan penyakit infeksi ringan pada anak dan dewasa muda,
tetapi memberi nuansa istimewa seandainya infeksinya mengenai ibu hamil, di mana
virus dapat menembus barier plasenta dan langsung patogenik terhadap janin yang
dikandungnya. Dampak kelainan kongenital setelah kelahiran terutama dapat berupa
katarak mata, kelainan jantung, tuli, diabetes, dan paru - paru.
Biasanya anak lahir dengan berat badan rendah, trombositopenia, purpura,
mikrofthalmi, glaukoma, kornea yang keruh, rettinopati pigmentosa, tuli dan
gambaran radiolusen pada tulang. Virus dapat diekspresikan melalui urin maupun
pernafasan sampai selama 2 tahun, tetapi sebagian menetap dalam tubuh bayi yang
membentuk respons imunitas kuat. Dilaporkan pula bahwa virus Rubella persisten
pada bayi dan anak, dapat menyebabkan kelainan endokrin, misalnya terjadinya hipo.
Rubella dapat ditularkan melalui kontak perpafasan dan memiliki masa inkubasi
antara 2-3 minggu. Penderita dapat menularkan penyakit ini selama seminggu
sebelum dan sesudah timbulnya rash (bercak - bercak merah) pada kulit. Rash pada
Rubella berwarna merah jambu, mengjilang dalam waktu 2-3 hari dan tidak selalu
muncul untuk semua kasus infeksi.

Klasifikasi Virus Berdasarkan Fisikokimia

Asam Simetri kapsid Sensitivita Famili Virus Diamete Contoh Virus


Nuklea dan amplop s terhadap r
t eter partikel
(nm)
DNA Icosahedral,tida Resisten Parvovirus 18 26 Adeno-
k associated virus
Beramplop Papovavirus 45 55 Papilloma virus

Adenovirus 70 90 Adenovirus

DNA Icosahedral, Sensitif Herpesvirus 100 Virus Herpes


beramplop 150 simplek,
Varicella-zoster,
cytomegaloviru
s,

DNA Kompleks Bervariasi Poxvirus 230 Smallpox


300 (variola),
vaccinia virus,
molluseum
contagiosum
virus
RNA Icosahedral, Resisten Picornavirus 20 30 Enterovirus,
tidak beramplop rhinovirus
Reovirus 60 80 Reovirus,
Orbivirus
RNA Icosahedral, Sensitif Togavirus 40 70 Virus Rubella
beramplop
RNA Heliks, tidak Sensitif Bunyavirus 90 100 California
beramplop Arbovirus,
Bunyamwera
Arbovirus
Coronavirus 100 Coronavirus

Orthomyxviru 80 120 Virus Influenza


s A dan B
Paramyxoviru 100 Parainfluenza
s 200
Retrovirus 100 Animal tumor
200 virus
Rhadbovirus 70 170 Virus Rabies

RNA Heliks, Sensitif Arenavirus 50 300 Lyphocytic


beramplop choriomeningiti
s virus

c. Famili : Togaviridae

Sifat penting :
RNA : rantai tunggal, polaritas positif, segmen tunggal, replikasi RNA
melalui pembentukan RNA komplementer, yang bertindak
sebagai cetakan RNA genom.

Virion : berselubung, nukleokapsid ikosahedral, tersusun atas 3-4 jenis


protein utama. Protein selubung mempunyai aktivitas
hemaglutinasi. Diameter virion 60-70 nm.

Replikasi di sitoplasma dan morfogenesis melalui proses budding di


membran sel.

Spektrum hospes luas.

Contoh : virus Chikungunya, virus rubella

Posted 30th May by Helen Sonita

Add a comment

8.

May

30

Virus Hepatitis

Virus Hepatitis
Virus hepatitis adalah virus yang dapat menyebabkan infeksi pada organ hati.
Samapai saat ini telah dikenal 5 virus hepatitis, yaitu Virus Hepatitis A (HAV), Virus
Hepatitis B (HBV), Virus Hepatitis C (HCV), Virus Hepatitis D (HDV), Virus
Hepatitis E (HEV).

Hepatitis akut merupakan infeksi sistemik yang terutama mengenai hati dan
bersifat akut. Setelah paparan pada virus, terjadi masa inkubasi. Gejala awal adalah
demam yang bervariasi tergantung dari virus penyebab, malaise, anoreksia, nausea,
dan nyeri pada sendi, otot serta kepala. Urin berwarna terdapat 1-5 hari sebelum
terjadi fase ikterus. Dengan timbulnya ikterus, gejala awal biasanya menurun, tetapi
pada beberapa pasien terjadi penurunan berat badan. Gejala lainnya adalah adanya
rasa gatal, hati membesar dan terdapat nyeri tekan, limpa membesar disertai adenopati
pada kelenjar leher.

Kelainan biokimiawi yang ditemui adalah peninggian serum bilirubin dan enzim
alanineeminotransferase dan aspartateaminotransferase. Diagnosis hepatitis anikterik
sukar dilakukan karena didasarkan atas gambaran klinis dan peninggian enzim amino
transferase, meskipun adakalanya kadar bilirubin meninggi.

Pengukuran waktu protrombin sangat penting pada hepatitis akut pleh virus,
karena perpanjangan waktu ini dapat menunjukkan adanya kerusakan hati yang
ekstensif serta mengisyaratkan prognosis yang buruk.

Lesi morfologik terdiri dari infiltrasi panlobular dengan sel mononuklear, nekrosis
sel hati, hyperplasia sel Kupfer dan berbagai derajat kolestasis. Terdapat juga
regenerasi sela hati yang terlihat dengan adanya berbagai gambaran mitosis, sel
multinuklear dan pembentukkan rosette. Infiltrasi mononuklear terdiri terutama dari
sel limfosit kecil, meskipun sel plasma dan eosinofil kadang terlihat. kerusakan sel
hati terdiri dari degenerasi dan nekrosis sel hati, menggembungnya sel,
menghilangnya sel dang degenerasi asidofilik dari hepatosit. Lesi hepatologik yang
berat yang disebut bridging hepatic necrosis atau subacute/confluent necrosis kadang
ditemukan pada beberapa pasien, hati masih membesar, begitu pula masih ditemui
kelainan biokimiawi.
Penyembuhan secara klinik dan biokimiawi diharapkan dalam 1-2 bulan pada
kasus HAV dan HEV serta 3-4 bulan pada HBV dan HCV.

Hepatitis fulminan adalah suatu keadaan dengan gejala dan tanda ensefalopati
hepatic pada pasien hepatitis akut, keadaan sering berlanjut menjadi koma.Gejala
awal berupa gangguan tidur, mimpi buruk, dan perubahan kepribadiaan.
Perkembangan ke arah ensefalopati terlihat dari adanya gangguan kesadaran yang
mula-mula ringan sampai akhirnya koma.

Secara histologis ditemukan nekrosis massif dan hilangnya sel hati pada lobules
disertai kolaps ekstensif dan kondensasi jaringan retikulin. Kelainan yang ditemui
adalah:

- mengecilnya ukuran hati secara mendadak

- demam tinggi

- gangguan kesadaran

- kenaikkan serum bilirubin yang tajam

- pemanjangan waktu protrombin

- kenaikkan aminotransferase secara tajam yang kemudian diikuti penurunan

Sebagian pasien dengan hepatitis akut, akan berkembang menjadi kronik. Ada 3
hepatitis kronik, yaitu hepatitis kronik aktif, persisten, dan lobular yang perbedaannya
dilakukan dengan biopsi hati.

Hepatitis kronik aktif ditemukan nekrosis hati yang berlangsung terus menerus,
peradangan aktif dan fibrosis yang mungkin menuju atau disertai gagal hati, sirosis,
dan kematian. Pemeriksaan biokimiawi menunjukkan kenaikkan dan fluktuasi
aminotransferase, sedangkan bilirubin sedikit meninggi pada kasus yang berat.Waktu
protrombin sering memanjang pada fase akhir. Umumnya ditemukan antibodi
nonspesifik yang beredar dalam darah seperti antibodi terhadap mitokondria, otot
polos, dan lain-lain.
Sirosis adalah istilah patologik yang ada hubungannya dengan spektrum
manifestasi klinik yang khas. Gambaran patoogik yang utama adalah kerusakan
kronik parenkim hati dan terdiri dari fibrosis ekstensif yang berkaitan dengan
pembentukkan nodul regeneratif. Hilangnya fungsi hati dapat menyebabkan keadaan
ikterik, edema, koagulopati, berbagai kelainan metabolik, fibrosis dan gangguan
sistem vaskuler yang menyebabkan hipertensi portal dan gejala sisanya yaitu varises
gastroesofagus dan splenimegali. Asites dan ensefalopati hepatik merupakan akibat
dari insufisiensi hepatoseluler dan hipertensi portal.

Karsinoma hepatoseluler adlah kanker primer pada sel hati. Sering tidak terdeteksi
secara dini pada pasien yang menderita sirosis. Adanya pembesaran hati disertai nyeri
tekan yang ringan pada perut merupakan keluhan utama. Pemeriksaan laboratorik
biasanya menunjukkan adanya anemia dan peningkatan kadar fosfatase alkali.
Diagnosis dilakukan dengan ultrasonografi atau CT scan yang memperlihatkan lesi
dengan kepadatan berbeda dari jaringan hati normal dan pemeriksaan biopsi hati.

1. Virus Hepatitis A (HAV)

HAV dapat menimbulkan penyakit hepatitis akut dan jarang sekali hepatitis
fulminan. Masa inkubasi pendek sekitar 15-40 hari. Virus masuk ke dalam tubuh
terutama melalui oral karena virus banyak ditemukan dalam tinja. Cara penularan
melalui fekal-oral. Deteksi infeksi HAV pada pasien dilakukan dengan:

Menemukan virus dalam tinja dengan mikroskop electron

Menemukan IgM anti HAV dalam darah

Saat ini sedang dikembangkan pembuatan vaksin terhadap HAV, salah satu
diantaranya telah disetujui untuk digunakan.

2. Virus Hepatitis B (HBV)

HBV dapat menimbulkan penyakit hepatitis akut/kronik, fulminan, sirosis, dan


kanker hati. Masa inkubasi lama antara 50-180 hari. Virus masuk melalui darah.
HBV dapat ditemukan dalam darah, saliva, urine, cairan semen, monosit,
leuksosit, sumsum tulang dan pankreas, dan jumlah terbanyak terdapat dalam
darah.

Kelompok orang yang beresiko tinggi terinfeksi adalah tenaga medis dan
dokter gigi, pasien dengan hemodialisis, pemakai obat intravena, homseksual,
pengelana internasional, pekerja pad institusi untuk yang mentalnya terbelakang,
dan bayi yang lahir dari ibu dengan infeksi HBV.

Deteksi HBV dilakukan dengan:

Menemukan virus dalam darah dengan mikroskop electron

Menemukan pertanda serologi

Menemukan HBV DNA dengan hibridsasi atau PCR

Menemukan pertanda infeksi HBV pada jaringan biopsi hati

Untuk pencegahan telah beredar berbagai macam vaksin, baik yang


mengandung HBsAg atau yang dibuat dengan teknik DNA rekombinan. Ada yang
hanya berisi HBsAg dan ada juga yang mengandung protein.

3. Virus Hepatitis C (HCV)

Merupakan penyebab utama hepatitis non A non B (NANB) pasca transfuse.


Masa inkubasi umumnya berkisar antara 6-12 minggu.

Infeksi kaut umumnya lebih ringan daripada hepatitis B dan sevagian besar
tidak terjadi ikterik.Gambaran khas adalah peningkatan SGPT yang berfluktuasi
(polifasik), meskipun pada sebagian kecil peningkatan SGPT bersifat resisten atau
monofasik.

Infeksi yang persisten merupakan cirri khas infeksi HCV; diduga 50% kasus
infeksi HCV pasca transfuse menjadi hepatitis kronik yang ditandai dengan
adanya peningkatan SGPT yang berfluktuasi atau menetap lebih dari 1 tahun
setelah serangan akut. Infeksi kronik umumnya bersifat progresif, karena pada
pemeriksaan biopsi hati ditemukan gambara histologis berupa hepatitis kronik
aktif maupun sirosis.

Infeksi HCV dapat juga menimbulkan karsinoma sel hati. Mekanisme


karsinoma oleh HCV belum diketahui pasti tetapi diduga berkaitan infeksi HCV
persisten yang menyebabkan kerusakan hati kronis dan nekrosis yang diikuti
regenerasi sel hati secara terus menerus. Meningkatnya jumlah sel hati
memperbesar terjadinya mutasi yang dapat menyebabkan sel mengalami
transformasi menuju ke arah keganasan.

4. Virus Hepatitis D (HDV)

Hepatitis karena delta virus umumnya bentuk akut, kronik aktif dan sirosis.
Kadang-kadang dapat menyebabkan bentuk fulminan. Infeksi HDV kronik lebih
banyak menimbulkan sirosis daripada HBV. Secara epidemiologik, infeksi HDV
banyak ditemukan di daerah Timur jauh dan Laut Tengah.

Deteksi infeksi HDV dilakukan dengan:

Menemukan penanda serologik

Adanya RNA HDV pada serum

5. Virus Hepatitis E (HEV)

Masa inkubasi antara 2 sampai 9 minggu. Merupakan penyakit yang self


limiting seperti infeksi HAV. Belum ditemukan bentuk penyakit hati kronis atau
viremia persisten. Menimbulkan banyak kematian pada wanita hamil. Terbanyak
ditemukan pada usia 15-40 tahun. Diduga ada kasus subklinis pada usia yang
lebih muda.

Wabah terjadi pada negara berkembang terutama India. Kasus sporadic


terdapat pada daerah endemik. Penularan melalui air minum dan lingkungan yang
terkontaminasi tinja. Puncak epidemic terjadi kira-kira 6 minggu setelah paparan
primer. Kematian tinggipada wanita hamil yang terinfeksi.

Posted 30th May by Helen Sonita


0

Add a comment

9.

May

30

VIRUS INFLUENZA
Flu sebenarnya merupakan sekumpulan gejala penyakit yang
disebabkan virus. Ada tiga kelompok Virus influenza, yang dapat
menyebabkan gejala Flu, yaitu:
1. Virus Influenza A
2. Virus Influenza B
3. Virus Influenza non A non B
Gejala flu itu sendiri sangat bervariasi, dari mulai yang ringan
sampai yang berat. Yang ringan seperti pilek dan batuk. Sementara
itu, yang berat seperti demam tinggi, sesak napas, sampai radang
paru-paru.
Gejala flu yang muncul pada masing-masing orang tergantung pada
daya tahan dan respons tubuhnya. Bila daya tahan tubuh penderita
baik, gejala yang timbul akan ringan-ringan saja, seperti: Pegal-
pegal, pusing, itupun paling tidak hanya bertahan satu-dua hari
saja. Namun, bila orang tersebut menderita penyakit radang paru
menahun, kurang gizi dan kurang istirahat, gejala flu yang
timbul bisa lebih berat, sampai timbul kesulitan bernafas.
Pada umumnya, virus influenza masuk ke tubuh manusia melalui
saluran napas. Virus itu masuk melalui udara yang berisi droplets,
yang kita hirup saat kita bernapas. Virus akan menyerang saluran
napas atas sampai saluran napas bawah. Saluran napas atas mulai
dari hidung sampai pita suara, sedangkan saluran napas bawah
mulai dari pita suara sampai paru-paru.
Karena Flu termasuk dalam penyakit yang dapat sembuh dengan
sendirinya, sebab virus dapat diatasi oleh daya tahan tubuh kita
sendiri, Virus influenza bisa dihilangkan total dari tubuh kita. Maka
serangan virus yang menyebabkan flu akan hilang dengan
sendirinya sekitar empat sampai tujuh hari kemudian. Penderita
flu hanya perlu meningkatkan daya tahan tubuhnya. Bila
suatu saat kita terkena lagi, biasanya karena virus tersebut berubah
sifat, strain-nya berubah, sehingga tubuh kita tidak mengenali virus
itu lagi. Jadi, kita bisa terkena infeksi berulang bukan karena virus
yang ada di tubuh kita itu aktif lagi, tapi karena ada virus baru. Pada
dasarnya, penderita flu tak perlu minum obat, apalagi minum obat
antibiotika. Karena memang tidak ada antibiotika yang dapat
mematikan virus. Obat-obatan yang diperlukan pun hanya sebatas
obat simptomatis, seperti untuk menghilangkan batuk dan bersin.
Namun, kita harus waspada jika gejala flu yang muncul sangat
berat, seperti:
1. Demam lebih dari dua hari yang tidak sembuh dengan
pengobatan biasa
2. Demam sangat tinggi disertai menggigil yang hebat
3. Sesak napas
4. Gejala gangguan pencernaan
5. Diare
6. Muntah-muntah.
Bila terdapat satu atau lebih dari gejala ini, maka sebaiknya segera
dibawa ke dokter untuk diperiksa lebih lanjut. Hal ini dikarenakan
kemungkinan terjadi komplikasi dengan penyakit lain. Komplikasi
penyakit lain ini biasanya:
1. Infeksi bakteri sekunder
2. Pneumonia
3. Infeksi otak (encephalitis)
Selain yang menderita penyakit menahun dan kronis, yang perlu
waspada juga adalah orang-orang yang memang berisiko tinggi
terserang virus influenza. Mereka antara lain:
1. Bayi berusia enam sampai 23 bulan, termasuk pengawasnya
(baby sitter)
2. Manula (65 tahun keatas)
3. Wanita hamil
4. Pekerja medis yang berhubungan dengan pasien langsung
5. Anak-anak 6 bulan sampai 18 tahun yang sedang menjalani
terapi aspirin dalam waktu yang lama.
Biasanya, orang-orang yang berisiko tinggi terserang virus influenza
itu disarankan oleh dokter untuk menjalani vaksinasi setahun sekali.
Vaksinasi ini memiliki tingkat keberhasilan menghalau flu sampai 70
persen. Tapi, tingkat keberhasilannya akan menurun jika daya tahan
si penerima vaksin melemah. Yang perlu diingat, vaksinasi flu ini
tidak dapat diberikan kepada orang-orang yang alergi terhadap
telur.
Saat ini juga ada vaksin flu nasal, yang berisi virus influenza yang
telah dilemahkan untuk kepentingan vaksinasi. Cara pemakaiannya
hanya disemprotkan ke dalam lubang hidung. Vaksinasi Jenis ini
dapat dimanfaatkan oleh anak berusia lima tahun sampai orang
dewasa yang berusia 49 tahun.
Jenis-Jenis Flu
Bila dilihat dari jenis virus utamanya, flu sebenarnya hanya terbagi
dua, yaitu:
1. Influenza A, yang disebabkan virus influenza A
2. Influenza B, yang disebabkan virus influenza B
Karena sifat virus yang sangat mudah bermutasi, membuat jenis
influenza juga menjadi banyak. Saat ini kitapun mengenal istilah flu
burung, flu Hongkong, flu tulang, dan sebagainya. Itu karena
virusnya memang berbeda-beda, baik jenis maupun strainnya.
Strain itu artinya dari Jenis virus tertentu terbagi lagi menjadi
beberapa jenis virus lain. Seperti flu Hongkong atau flu burung, itu
disebabkan salah satu jenis virus influenza A, tapi strain-nya
macam-macam, tipenya ada beberapa puluh. Misalnya golongan H
atau haemoglobinase dan golongan N atau neoroaminidase.
Flu burung di Hongkong dan yang saat ini menyerang dunia adalah
dari subtipe H5N1. Jadi, tipe itu banyak dan gampang sekali
berubah. Kalau kita sudah terkena tipe tertentu sekarang dan virus
itu kemudian berubah, kita tidak kebal lagi terhadap tipe virus yang
sudah berubah itu. Singkatnya, kita mungkin saja bisa kena lagi.
Pada dasarnya semua virus memang memiliki sifat yang sama, yaitu
menyerang pejamu dan suka melakukan replikasi, yang
berbeda adalah virulensi (derajat infeksi). Bila virulensinya tinggi,
virus tersebut mengakibatkan serangan yang berat. Dengan
sifatnya yang seperti itu, virus yang tadinya tidak berbahaya dan
hanya menyerang burung, misalnya, dapat menyerang dan menjadi
berbahaya bagi manusia. Itu sebabnya akhir-akhir ini kita mengenal
flu tulang (disebabkan virus parvovirus B19), yang merupakan hasil
mutasi berbagai virus flu, antara lain adenovirus dan coxakyvirus.
Gejala yang timbul demam tinggi sampai mengigil terutama malam
hari seperti malaria, dan ketika menjelang pagi hari, tubuh akan
terasa kaku dan ngilu pada setiap persendian. Ini adalah reaksi
antibodi di dalam tubuh untuk melawan antigen virus. Begitupun
rasa ngilu yang menyerang persendian. Biasanya, serangan ngilu itu
muncul setelah gejala flu biasa telah reda dua sampai empat
minggu. Kadang, pada penderita flu tulang juga muncul bercak-
bercak merah pada mulut dan kulit, seperti pada penderita demam
berdarah atau campak jerman (rubella). Hanya pemeriksaan darah
di laboratorium yang dapat memastikan bercak merah itu karena flu
tulang atau karena demam berdarah.
Meski penderita flu tulang biasanya membaik setelah tiga minggu,
ada baiknya jika Anda terserang gejala-gejala flu tulang segera
memeriksakkan diri ke dokter. Pasalnya, selain dapat memicu
timbulnya penyakit lain, pengobatan yang tidak sempurna justru
akan membahayakan diri Anda.
Flu tulang ini dapat menyerang siapa saja, tanpa kecuali. Namun,
yang paling mudah terserang adalah mereka yang sudah lanjut usia.
Karena, biasanya, kondisi tubuhnya sudah menurun dan sistem
cairan sendinya tidak normal lagi.
Selain flu tulang, di masyarakat juga sering dibicarakan atau sering
dilontarkan istilah flu perut. Sebenarnya penyakit ini bukan dise-
babkan oleh virus flu, meski gejalanya memang seperti flu yang
diiringi dengan rasa sakit di perut. Pada orang dewasa, gejalanya
termasuk mual-mual, diare, rasa sakit di perut, dan agak demam.
Influenza DEFINISI
Influenza (flu) adalah suatu infeksi virus yang menyebabkan demam, hidung meler,
sakit kepala, batuk, tidak enak badan (malaise) dan peradangan pada selaput lendir
hidung dan saluran pernafasan.

PENYEBAB
Virus influenza tipe A atau B.
Virus ditularkan melalui air liur terinfeksi yang keluar pada saat penderita batuk atau
bersin; atau melalui kontak langsung dengan sekresi (ludah, air liur, ingus) penderita.

GEJALA
Influenza berbeda dengan common cold.
Gejalanya timbul dalam waktu 24-48 jam setelah terinfeksi dan bisa timbul secara
tiba-tiba.

Kedinginan biasanya merupakan petunjuk awal dari influenza.


Pada beberapa hari pertama sering terjadi demam, bisa sampai 38,9-39,4?Celsius.

Banyak penderita yang merasa sakit sehingga harus tinggal di tempat tidur; mereka
merasakan sakit dan nyeri di seluruh tubuhnya, terutama di punggung dan tungkai.
Sakit kepala seringkali bersifat berat, dengan sakit yang dirasakan di sekeliling dan di
belakang mata. Cahaya terang bisa memperburuk sakit kepala.

Pada awalnya gejala saluran pernafasan relatif ringan, berupa rasa gatal di
tenggorokan, rasa panas di dada, batuk kering dan hidung berair.
Kemudian batuk akan menghebat dan berdahak.
Kulit teraba hangat dan kemerahan, terutama di daerah wajah.
Mulut dan tenggorokan berwarna kemerahan, mata berair dan bagian putihnya
mengalami peradangan ringan.
Kadang-kadang bisa terjadi mual dan muntah, terutama pada anak-anak.

Setelah 2-3 hari sebagian besar gejala akan menghilang dengan segera dan demam
biasanya mereda, meskipun kadang demam berlangsung sampai 5 hari.
Bronkitis dan batuk bisa menetap sampai 10 hari atau lebih, dan diperlukan waktu 6-8
minggu ntuk terjadinya pemulihan total dari perubahan yang terjadi pada saluran
pernafasan.

KOMPLIKASI

Influenza merupakan penyakit serius, tetapi sebagian besar penderita akan kembali
sehat dalam waktu 7-10 hari.
Komplikasi bisa memperberat penyakit ini. Resiko tinggi terjadinya komplikasi
ditemukan pada penderita yang sangat muda, usia lanjut dan penderita penyakit
jantung, paru-paru atau sistem saraf.

Kadang influenza menyebabkan peradangan saluran pernafasan yang berat disertai


dahak berdarah (bronkitis hemoragik).
Komplikasi yang paling berat adalah pneumonia virus; yang bisa berkembang dengan
segera dan menyebabkan kematian dalam waktu 48 jam. Pneumonia virus
kemungkinan akan terjadi selama wabah influenza A.
Komplikasi lainnya dalah pneumonia bakteri yang terjadi karena adanya ganguan
dalam kemampuan paru-paru untuk melenyapkan atau mengendalikan bakteri di
dalam saluran pernafasan.

Meskipun sangat jarang terjadi, virus influenza jgua dihubungkan dengan peradangan
otak (ensefalitis), jantung (miokarditis) atau otot (miositis).
Ensefalitis bisa menyebabkan penderita tampak mengantuk, bingung atau bahkan
jatuh dalam keadaan koma. Miokarditis bisa menyebabkan murmur jantung atau
gagal jantung.

Sindroma Reye merupakan komplikasi serius dan bisa berakibat fatal, yang terjadi
terutama pada anak-anak selama wabah influenza B.
Sindroma Reye terutama terjadi jika anak-anak mendapatkan aspirin atau obat yang
mengandung aspirin.
DIAGNOSA
Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala-gejalanya. Beratnya penyakit dan adanya
demam tinggi membedakan influenza dari common cold.
Untuk memperkuat diagnosis dilakukan pembiakan virus dari sekret penderita.

PENGOBATAN
Pengobatan flu yang utama adalah istirahat dan berbaring di tempat tidur, minum
banyak cairan dan menghindari kelelahan. Tirah baring sebaiknya dilakukan segera
setelah gejala timbul sampai 24-48 setelah suhu tubuh kembali normal.

Untuk penyakit yang berat tetapi tanpa komplikasi, bisa diberikan asetaminofenn,
aspirin, ibuprofen atau naproksen.
Kepada anak-anak tidak boleh diberikan aspirin karena resiko terjadinya sindroma
Reye.
Obat lainnya yang biasa diberikan adalah dekongestan hidung dan penghirupan uap.

Jika segera diberikan pada infeksi influenza A yang belum mengalami komplikasi,
obat rimantadin atau amantadin bisa membantu mengurangi lama dan beratnya
demam serta gejala pernafasan.
Ribavirin (dalam bentuk obat hirup atau tablet) mampu memperpendek lamanya
demam dan mempengaruhi kemampuan virus untuk berkembangbiak, tetapi
pemakaiannya masih bersifat eksperimental. Ribavirin bisa diberikan untuk
meringankan gejala pneumonia virus.

Infeksi bakteri sekunder diobati dengan antibiotik.


Pneumonia bakteri karena pneumokokus, bisa dicegah dengan memberikan vaksin
yang mengandung pneumokokus. Tetapi vaksin ini tidak diberikan kepada seseorang
yang telah menderita influenza.

PENCEGAHAN
Seseorang yang pernah terkana virus influenza, akan membentuk antibodi yang
melindunginya terhadap infeksi ulang oleh virus tertentu.
Tetapi cara terbaik untuk mencegah terjadinya influenza adalah vaksinasi yang
dilakukan setiap tahun.

Vaksin influenza mengandung virus influenza yang tidak aktif (dimatikan) atau
partikel-partikel virus.
Suatu vaksin bisa bersifat monovalen (1 spesies) atau polivalen (biasanya 3 spesies).
Suatu vaksin monovalen bisa diberikan dalam dosis tinggi untuk melawan suatu jenis
virus yang baru, sedangkan suatu vaksin polivalen menambah pertahanan terhadap
lebih dari satu jenis virus.

Amantadin atau rimantadin merupakan 2 obat anti-virus yang bisa melindungi


terhadap influenza A saja.
Obat ini digunakan selama wabah influenza A untuk melindungi orang-orang yang
kontak dengan penderita dan orang yang memiliki resiko tinggi-yang belum
menerima vaksinasi.
Pemakaian obat bisa dihentikan dalam waktu 2-3 minggu setelah menjalani vaksinasi.
Jika tidak dapat dilakukan vaksinasi, maka obat diberikan selama terjadi wabah,
biasanya selama 6-8 minggu.
Oba ini bisa menyebabkan gelisah, sulit tidur dan efek samping lainnya, terutama
pada usia lanjut dan pada penderita kelainan otak atau ginjal.

. Influenza
Penyebab influenza adalah virus orthomyxorius yang berbentuk seperti bola. virus
influenzs ditularkan lewat udara dan masuk ke tubuh manusia melalui alat
pernapasan. virus influeza pada umumnya menyerang pernapasan.
terdapat tiga tipe serologi virus infuenza, yaitu tipe A, B, dan C. Tipe A dapat
menginfeksi manusia dan hewan, sedangkan B dan C hanya menginfeksi manusia.
Gejala infuenza adlah demam, sakit kepala, pegal linu otot, dan kehilangan nafsu
makan. orang yang terserang biasanya akan sembuh dalam 3 sampai 7 hari.
penanggulangan virus ini telah diusahakan oleh beberapa ahli dengan pembuatan
vaksin. pendekatan terbatu adalah dengan pemakaian mutan virus hidup yang telah
dilemahkan untuk mendorong agar respon kekebalan tubuh meningkat. Pencegahan
terhadap penyakit influenza adalah dengan menjaga daya tahan tubuh dan
menghindari kontak dengan penderita influenza.

Struktur virus influenza A mirip sangat mirip satu dengan lainnya. Dengan mikroskop
elektron, virus ini mempunyai bentuk yang pleomorfik, dari bentuk bulat dengan garis
tengah rata-rata 120 nm sampai berbentuk filament.

Virus influenza adalah virus dengan genom asam ribo-nukleat (RNA) serat tunggal
dan berpolaritas negatif yang terpisah dalam 8 dari Familia. Virus-virus dari keiuarga
ini dikelompokkan menjadi klas A, B dan C berdasarkan, perbedaan antigenik protein
nukleoprotein dan matriks protein.

Semua Virus AI diklasifikasikan dalam tipe A. Pembagian sub-tipe lebih lanjut


didasarkan pada struktur antigen dua glikoprotein permukaan virus, yaitu
hemaglutinin (HA) dan neuraminidase (NA).

Sampai saat ini 16 macam HA dan 9 NA telah diidentifikasi pada virus influenza A.
Derajat homologi dari susunan asam amino HA antar subtipe adalah kurang dari 70
persen.

Struktur virus influenza A mirip sangat mirip satu dengan lainnya. Dengan mikroskop
elektron, virus ini mempunyai bentuk yang pleomorfik, dari bentuk bulat dengan garis
tengah rata-rata 120 nm sampai berbentuk filament.

Dua protein yang menentukan patogenitas dan kekebalan suatu virus influenza, serta
sangat mudah mengalami mutasi, yaitu HA dan NA, membentuk penjuluran khas di
permukaan partikel virus dengan panjang sekitar 16 nm. Kedua protein ini adalah
glikoprotein yang vital bagibiologi virus.

HA berperan dalam memulai infeksi pada sel dengan menempel pada reseptor
sialiloligosakarida pada permukaan sel. HA juga menginduksi antibodi penetral yang
penting dalam pencegahan infeksi. Derajat kemudahan pemecahan protein ini dan
tersedianya enzim protease yang sesuai menentukan virulensi Virus AI dan tropisme
jaringan.

Sedangkan NA adalah suatu enzim sialidase yang menghambat agrerasi virion dengan
menghilangkan asam sialat sel. Antibodi terhadap NA juga berperan dalam
perlindungan hewan terhadap infeksi berikutnya.

Protein virus influenza lain tampaknya juga sangat berperan dalam patogenitas strain.
Protein-protein tersebut adalah M1, M2, IMP, tiga enzim polymerase RNA kompleks
(PB1, PB2, dan PA) dan IMS2.

Protein IMS1 yang hanya terdapat pada sel terinfeksi dan tidak diintegrasikan dalam
partikel virus yang berfungsi menekan fungsi interferon hewan/manusia. Fungsi ini
juga vital dalam patogenesis virus.

Dalam hal menginduksi kekebalan yang protektif, protein-protein ini tampaknya juga
tidak dapat diabaikan. Jika protein permukaan, yaitu HA dan NA berperan sebagai
antigen penetralisai dengan menginduksi kekebalan humoral yang mencegah penetrasi
virus pada jaringan, protein yang lain berperan dalam menginduksi kekebalan
berperantara sel.

Protein yang banyak diulas dengan kapasitas seperti itu adalah nukleoprotein (NP)
dan matriks (M1). Karena protein-protein ini secara genetik relatif stabil, maka, jika
kekebalan humoral menginduksi kekebalan terhadap virus yang homolog, CMI
protektif terhadap virus yang heterolog. Hal yang sama tampaknya berlaku untuk
infeksi virus Al H5N.

Struktur antigen virus influenza berubah secara bertahap oleh karena mutasi dan
rekombinasi atau secara drastis karena reassortment. Mutasi terjadi karena enzim
RNA-polimerase virus tidak mempunyai kemampuan memperbaiki kesalahan.

Sedangkan dari inang, cekaman imunologis pada HA dan NA dikatakan sebagai


"motor" penggerak terjadinya hanyutan antigenik. Kajian tentang HA pada strain
virus influenza manusia H3 menunjukkan bahwa mutasi pada satu posisi saja dapat
mengubah struktur glikoprotein tersebut yang menyebabkan terjadinya variasi
antigenik yang signifikan. Mutasi ini merupakan proses yang berlangsung setiap saat.

Tercatat perubahan antigenik yang signifikan pada stud: tentang virus H9N2 yang
diisolasi setiap tahunsejak 1997 sampai 2003 dan H5N1 sejak tahun yang sama
sampai 2004.

Hanyutan antigenik dapat terjadi karena rekombinasi. Fenomena ini terjadi bila RNA
virus influenza terpotong dan disisipipotongan RNAasing yang berasal dari sel.
Meskipun peristiwa ini relatif jarang dilaporkan pada Virus AI, tetapi
kecenderungannya meningkat akhir-akhir ini.

Lompatan antigenik terjadi karena transmisi langsung virus non-manusia ke manusia


atau reassortment genetik dari dua virus influenza yang berbeda setelah menginfeksi
satu sel yang sama. Secara teoritis, 256 kombinasi RNA dapat terbentuk dari tukar-
menukar 8 segmen genom virus.

Reassortment genetik sudah sering dilaporkan di alam maupun laboratorium. Di


samping itu, infeksi campuran sering terjadi di alam yang dapat menyebabkan
terjadim reassortment genetik.

Dalam model reassortment klasil yang dikembangkan 200 babi berperan sebagai
wahana pencampuran. Basis model tersebut adalah spesifisitas strain terhadap
reseptor pada permukaan sel Virus influenza avian dapat menginfeksi sel yang
mempunyai reseptor berbeda dengan influenza manusia.

Kedua macam reseptor ini terdapat pada trakeal babi. Jika dua virus influenza unggas
dan manusia atau mamalia menginfeksi satu sel yang sama pada sel tersebut, maka
progeni virus dapat merupakan kombinasi 8 segmen virus unggas dan 8 segmen virus
manusia atau mamalia.

Mekanisme lain yang memungkinkan virus influenza unggas dapat bereplikasi secara
efisien pada manusia adalah adaptasi untuk berikatan dengan reseptor dalam tubuh
babi. Dengan kata lain, Virus AI asal unggas berevolusi sedemikian rupa sehingga
dapat mengenali reseptor mamalia.

Fakta ini telah terbukti dengan meyakinkan dari studi tentang virus H5N1 dan H9N2
yang menyebabkan wabah di Hong Kong, masing-masing tahun 1997 dan 1999.
Protein HA dari kedua virus tersebut dapat berikatan dengan reseptor unggas dan
manusia.

Di masa depan, teori spesifisitas reseptor untuk virus avian dan mamalia tampaknya
akan mengalami pergeseran yang signifikan. Juga berhasil dibuktikan kedua reseptor
tersebut terdapat pada sel-sel epitel pernafasan manusia.

Lokasinya memang berbeda. Reseptor a2,6 terdapat pada sel-sel yang tidak bercilia,
sementara reseptor a2,3 terdapat pada sel-sel yang bercilia. Temuan ini akan dapat
menjelaskan kemungkinan penularan langsung dari unggas kepada manusia tanpa
hewan perantara.

Dalam banyak kasus wabah, peran babi sering sulit ditelusuri. Bukti ilmiah
menunjukkan bahwa HPAI H5N1 merupakan produk reassortant virus-virus yang
secara alarm bersirkulasi pada puyuh, angsa, dan itik liar dari Cina. Diduga
reassortment terjadi pada burung puyuh di pasar burung atau pasar hewan hidup.

Berbagai jenis hewan dan burung diletakkan dalam kandang-kandang saling


berdekatan atau bahkan bercampur di tempat tersebut, sehingga peluang untuk saling
tukar menukar virus influenza terjadi dengan mudah. Juga berhasil ditunjukkan
perubahan molekul HA sudah menyebabkan adaptasi dan peningkatan kemampuan
suatu virus H9 asal itik untuk menginfeksi burung puyuh.

Dapat pula dibuktikan bahwa burung puyuh menyediakan lingkungan yang


memungkinkan suatu virus asal mamatia, yaitu influenza babi H3N2, dapat
mengalami reassortment dan menghasilkan vius influenza yang berpotensi
menyebabkan pandemi.

Fenomena reassortment telah dapat dibuktikan di alam. Contoh yang paling baru
adalah perbandingan susunan RNA semua gen virus influenza Hong Kong-
H5N1/1997 dengan dalam kandang yang berdekatan turut membantu kesinambungan
virus influenza. Manajemen seperti itu memungkinkan sebagai tempat evolusi virus
influenza yang cepat dan lestari. Hal ini telah dibuktikan pada kasus virus Al H5NI.

Virus influenza dikeluarkan oleh unggas terinfeksi dalam jumlah yang besar bersama
kotoran, leleran, dan udara pernafasan. Karena sifat-sifat virus yang labil dalam udara
terbuka, penularan melalui udara pernafasan dapat terjadi melalui kontak yang sangat
dekat. Penularan melalui kotoran dan leleran lebih besar peluangnya.

Virus influenza dapat bertahan lebih lama dalam material organik seperti dalam
kotoran, darah ayam, atau leleran dan dapat menulari manusia atau hewan lain secara
langsung dari kandang maupun secara tidak langsung melalui pakaian, kendaraan,
atau peralatan yang tercemar.

Virus influenza dapat mencemari produk-produk hasil olahan unggas seperti daging,
telur, dan pupuk kotoran ayam. Salah satu bukti kuat potensi ini adalah isolasi HPAI
H5N1 dari daging itik asal Cina di Korea Selatan. Kerabang telur dapat mengandung
virus influenza menular yang berasal dari kontaminasi kotoran.
Penyakit influenza disebabkan oleh virus influenza. Sebenarnya ada tiga macam virus
influenza, yaitu virus influenza A, B, dan C. Namun, virus influenza yang
menimbulkan penyakit pada manusia adalah virus influenza A dan B.
Gejala penyakit yang ditimbulkan oleh virus influenza B biasanya lebih ringan. Virus
influenza A selain menyerang manusia juga dapat menyerang binatang, di antaranya
unggas dan babi. Pada binatang, virus influenza cepat sekali menular dan juga banyak
menimbulkan kematian.
Virus influenza A yang menyerang burung (flu burung) diberi nama influenza A
H5N1, sementara yang menyerang babi adalah influenza A H1N1. Virus influenza A
yang menyerang manusia ada beberapa macam, misalnya H3N2, tapi juga dapat
H1N1. Virus influenza A H5N1 yang biasanya menyerang burung atau unggas lainnya
juga dapat menular ke manusia. Jika manusia tertular, gejala penyakit dapat berat dan
angka kematiannya tinggi.
Sampai sekarang ini penularan H5N1(flu burung) dari manusia ke manusia belum
terbukti. Kalau itu terjadi, akan terjadi penularan yang amat cepat dan kemungkinan
angka kematian juga tinggi. Ketika perhatian dunia, termasuk kita, di Indonesia
menyiapkan diri menghadapi pandemi H5N1 ternyata yang justru jadi pandemi adalah
H1N1. Untungnya sifat H1N1 berbeda dengan H5N1.
Memang H1N1 dapat menular dari manusia ke manusia bahkan penularan tersebut
cepat terjadi, namun kematiannya jarang. Jadi Anda benar di Indonesia sekarang ada
flu musiman (seasonal flu) yang disebabkan oleh influenza A dan B. Ada juga flu
burung (H5N1) yang kasusnya masih sedikit (meski untuk tingkat dunia kita
terbanyak). Dan H1N1 juga sudah masuk dan tersebar di berbagai provinsi di
Indonesia.
Pencegahan Pencegahan flu
prinsipnya adalah dengan menjaga kekebalan tubuh, menghindari kontak dengan
orang (atau binatang) yang sedang flu dan vaksinasi. Penularan influenza pada
umumnya melalui udara meski sekarang penularan melalui kontak langsung
(misalnya tangan) dianggap semakin penting. Karena itu hindari kontak dengan orang
yang sedang flu.
Jika kita flu, hindari menularkan flu pada orang lain dengan menutup mulut dan
hidung dan membuang tisue yang mengandung ingus atau ludah pada tempat yang
aman sehingga tak terpapar pada orang lain. Cuci tangan merupakan salah satu cara
yang baik untuk menghindari berbagai penyakit termasuk penyakit flu.
Vaksinasi yang tersedia di Indonesia adalah untuk mencegah penularan flu musiman.
Vaksinasi dianjurkan selain untuk kelompok usia lanjut juga untuk anak-anak (umur
6-23 bulan), orang yang mempunyai penyakit kronik (asma, diabetes melitus,
penyakit jantung, penyakit gagal ginjal kronik), yang mempunyai kekebalan tubuh
rendah (penderita infeksi HIV), serta petugas kesehatan.
Vaksinasi influenza dilakukan setahun sekali. Memang penelitian kedokteran telah
berhasil menemukan vaksin H5N1 dan H1N1. Vaksin H5N1 sementara ini masih
disimpan dan akan digunakan jika terjadi pandemi. Sedangkan vaksin H1N1 telah
mulai digunakan di beberapa negara, namun di Indonesia dianggap belum waktunya
untuk digunakan.
Pemerintah tetap memantau penularan influenza, baik influenza musiman, flu burung,
maupun flu babi. Kegiatan tersebut berkesinambungan dan laporannya dikeluarkan
secara berkala.
Obat tamiflu cukup mahal dan jika penggunaannya tak dikendalikan dapat
menimbulkan resistensi. Di Jepang misalnya yang penggunaan tamiflu cukup tinggi
dilaporkan timbulnya resistensi. Jadi pemerintah berhati-hati dalam penggunaan
tamiflu di masyarakat agar penggunaannya dapat terkendali.
k. Famili : Orthomyxoviridae

Sifat penting :

RNA : rantai tunggal, segmen berganda (7 untuk influenza C dan 8 untuk


influenza A dan B), polaritas negatif. Replikasi RNA dimulai
dengan sintesis mRNA dengan bantuan transkriptasa virion.
Dengan bantuan protein produk mRNA, RNa komplementer
dibuat dan dijadikan cetakan pembuatan RNA genom. Sifat
segmentasi genom virus memudahkan terjadinya virus mutan.
Virion : berselubung, nukleokapsid helik, tersusun atas 7-9 protein utama.
Bentuk pleomorfik. Selubung beraktivitas hemaglutinasi.
Diameter virion 90-120 nm. Pada filamentosa panjangnya
mencapai beberapa mikrometer.

Replikasi RNA di inti dan sitoplasma dan morfogenesis melalui proses


budding di membran plasma.

Contoh : virus Influenza A,B, dan C

Virus influenza

KLASIFIKASI VIRUS INFLUENZA

Ordo (Orthomyxovirales)

Familia (Orthomyxoviridae)

Subfamilia (Orthomyxovirinae)

Genus (Orthomyxovirus)

Virus influenza digolongkan dalam kelompok virus RNA (Ribose Nucleic


Acid) dan dibagi atas tiga tipe, yaitu A, B, dan C. Virus dengan tipe A dan B bisa
menyebabkan epidemik, khususnya saat musim salju di negara dengan empat musim.
Sedangkan virus influenza tipe C hanya menyebabkan masalah pernafasan yang
ringan, dan diduga bukan penyebab dari epidemik.

Gejala klinis

Gejalanya timbul dalam waktu 24-48 jam setelah terinfeksi dan bisa timbul
secara tiba-tiba. Kedinginan biasanya merupakan petunjuk awal dari influenza. Pada
beberapa hari pertama sering terjadi demam, bisa sampai 38,9-39,4Celsius. Banyak
penderita yang merasa sakit sehingga harus tinggal di tempat tidur; mereka merasakan
sakit dan nyeri di seluruh tubuhnya, terutama di punggung dan tungkai. Sakit kepala
seringkali bersifat berat, dengan sakit yang dirasakan di sekeliling dan di belakang
mata. Cahaya terang bisa memperburuk sakit kepala.

Pada awalnya gejala saluran pernafasan relatif ringan, berupa rasa gatal di
tenggorokan, rasa panas di dada, batuk kering dan hidung berair. Kemudian batuk
akan menghebat dan berdahak. Kulit teraba hangat dan kemerahan, terutama di daerah
wajah. Mulut dan tenggorokan berwarna kemerahan, mata berair dan bagian putihnya
mengalami peradangan ringan. Kadang-kadang bisa terjadi mual dan muntah,
terutama pada anak-anak. Setelah 2-3 hari sebagian besar gejala akan menghilang
dengan segera dan demam biasanya mereda, meskipun kadang demam berlangsung
sampai 5 hari. Bronkitis dan batuk bisa menetap sampai 10 hari atau lebih, dan
diperlukan waktu 6-8 minggu ntuk terjadinya pemulihan total dari perubahan yang
terjadi pada saluran pernafasan.

Penyebaran dan penularan

Virus ini tersebar di antara sesama manusia lewat butir-butir percikan saat
penderitanya batuk atau bersin. Di tempat orang berkerumun atau tertutup orang lebih
mudah ketularan.

Masa inkubasi dari penyakit ini sekitar satu hingga empat hari (rata-rata dua
hari). Pada orang dewasa, sudah mulai terinfeksi sejak satu hari sebelum timbulnya
gejala influenza hingga lima hari setelah mulainya penyakit ini. Sedangkan anak-anak
dapat menyebarkan virus ini sampai lebih dari sepuluh hari.

Pengobatan

Umumnya penyakit yang diakibatkan oleh virus bisa sembuh sendiri. Yang
perlu diperhatikan adalah infeksi bakteri/kuman lainnya yang biasanya menyertai
infeksi virus (komplikasi). Pengobatan influenza adalah dengan membiarkan tubuh
penderita membentuk antibodinya sendiri. Pengobatan flu yang utama adalah istirahat
dan berbaring di tempat tidur, minum banyak cairan dan menghindari kelelahan.
Istirahat sebaiknya dilakukan segera setelah gejala timbul sampai 24-48 setelah suhu
tubuh kembali normal. Obat flu biasanya terdiri dari komponen untuk menurunkan
panas (parasetamol, ibuprofen), mengurangi pilek atau hidung berair (efedrin, pseudo-
efedrin, atau fenilpropanolamin [maksimal 15 mg/tablet], dan komponen obat batuk
(dekstrometorfan atau noskapin). Namun, bila gejalanya hanya demam saja, tidak
perlu mengonsumsi semua komponen.

Pemberian obat itu akan meredakan gejala sekaligus mengurangi penderitaan


pasien flu. Vitamin dan pengencer dahak tidak mutlak diperlukan dan perlu dinilai
secara individual. Untuk penyakit yang berat tetapi tanpa komplikasi, bisa diberikan
asetaminofen, aspirin, ibuprofen atau naproksen. Kepada anak-anak tidak boleh
diberikan aspirin karena resiko terjadinya sindroma Reye. Obat lainnya yang biasa
diberikan adalah dekongestan hidung dan penghirupan uap.

Bila hanya pilek, pilih obat bebas yang mengandung komponen pilek saja; bila
dicampur dengan komponen antihistamin (CTM, misalnya) masih diperbolehkan.
Pemilihan obat kombinasi tergantung kecocokan individual.

Jika segera diberikan pada infeksi influenza A yang belum mengalami


komplikasi, obat rimantadin atau amantadin bisa membantu mengurangi lama dan
beratnya demam serta gejala pernafasan. Ribavirin (dalam bentuk obat hirup atau
tablet) mampu memperpendek lamanya demam dan mempengaruhi kemampuan virus
untuk berkembangbiak, tetapi pemakaiannya masih bersifat eksperimental.
Posted 30th May by Helen Sonita

Add a comment

10.

May

29

HEALTH

Posted 29th May by Helen Sonita


0

Add a comment

Loading
Send feedback

Anda mungkin juga menyukai