Anda di halaman 1dari 13

BAB I

PENDAHULUAN

Struma diartikan sebagai pembesaran kelenjar tiroid yang disebabkan oleh


penambahan jaringan kelenjar tiroid itu sendiri. Pembesaran kelenjar tiroid ini ada yang
menyebabkan perubahan fungsi pada tubuh dan ada juga yang tidak mempengaruhi fungsi.
Struma merupakan suatu penyakit yang sering dij umpai sehari-hari, dengan
anamnesis dan pemeriksaan fisik yang teliti, struma dengan atau tanpa kelainan fungsi
metabolisme dapat didiagnosis secara tepat. S u r v e y e p i d e m i o l o g i untuk struma
e n d e m i k s e r i n g d i t e m u k a n d i d a e r a h pegunungan seperti pegunungan Alpen,
Himalaya, Bukit Barisan dan daerah pegununganlainnya. Untuk struma toksika prevalensinya 10
kali lebih sering pada wanita dibanding pria. Pada wanita ditemukan 20-27 kasus dari 1.000
wanita, sedangkan pria 1-5 dari 1.000 pria
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Kelenjar tiroid terdiri dari tiga lobus, yaitu lobus dextra, lobus sinistra dan isthmus yang terletak
di bagian tengah. Kadang- kadang dapat ditemukan bagian keempat yaitulobus piramidalis yang
letaknya di atas isthmus agak ke kiri dari garis tengah. Lobus inimerupakan sisa jaringan embrional
tiroid yang masih tertinggal.Kelenjar tiroid mempunyai berat sekitar 25 30 gram dan terletak antara
tiroideadan cincin trakea keenam. Seluruh jaringan tiroid dibungkus oleh suatu
lapisan yangdisebut true capsule.

Vaskularisasi kelenjar tiroid berasal dari :

1) A. Tiroidea superior yang merupakan cabang dari A. Carotis


Externa

2) A. Tiroidea Inferior yang merupakan cabang dari A. Subclavia

3) A. Tiroidea Ima yang merupakan cabang dari Arcus Aorta

2.2 Fisiologi Tiroid


Kelenjar tiroid merupakan suatu kelenjar endokrin yang mensekresikan hormon Tiroksinatau T4,
triiodotironin atau T3 dan kalsitonin. Di dalam darah sebagian besar T3 dan T4 terikat o l e h
p r o t e i n p l a s m a y a i t u a l b u m i n , T h yr o x i n B i n d i n g P r e A l b u m i n ( T B PA) d a n
T h y r o x i n Binding Globulin (TGB). Sebagian kecil T3 dan T4 bebas beredar dalam
darah dan berperandalam mengatur sekresi TSH. Hormon tiroid dikendalikan oleh
thyroid-stimulating hormone ( TSH ) yang dihasilkan lobus anterior glandula hypofise
dan pelepasannya dipengaruhi oleh thyrotropine-releasing hormone( TRH ). Kelenjar thyroid
juga mengeluarkancalcitonin dari parafolicular cell yang dapat menurunkan kalsium serum
berpengaruh pada tulang. Fungsi hormon tiroid antara lain :
1)meningkatkan kecepatan metabolism
2)efek kardiogenik
3)simpatogenik
4)pertumbuhan dan sistem saraf
Pembesaran kelenjar tiroid atau struma diklasifikasikan berdasarkan
e f e k fisiologisnya, klinis, dan perubahan bentuk yang terjadi. Struma dapat dibagi menjadi :
1) Struma Toksik, yaitu struma yang menimbulkan gejala klinis pada
tubuh, berdasarkan perubahan bentuknya dapat dibagi lagi menjadi.
a. Diffusa, yaitu jika pembesaran kelenjar tiroid meliputi seluruh lobus, seperti yang
ditemukan pada Graves disease.

b.Nodosa, yaitu jika pembesaran kelenjar tiroid hanya mengenai salah satu lobus, seperti yang
ditemukan pada Plummers disease.

2) Struma Nontoksik, yaitu struma yang tidak menimbulkan gejala klinis pada tubuh,
berdasarkan perubahan bentuknya dapat dibagi lagi menjadia.

a. Diffusa, seperti yang ditemukan pada endemik goiter

b.Nodosa, seperti yang ditemukan pada keganasan tiroid

Pembesaran kelenjar tiroid dapat disebabkan oleh :

1)Hiperplasia dan Hipertrofi

Setiap organ apabila dipicu untuk bekerja akan mengalami kompensasidengan cara
memperbesar dan memperbanyak jumlah selnya. Demikian juga dengan kelenjar tiroid
pada saat pertumnuhan akan dipacu untuk bekerja memproduksi hormon tiroksin sehingga lama
kelamaan akan membesar, misalnya saat pubertas dan kehamilan.

2 ) I n f l a m a s i a t a u I n f e k s i Proses peradangan pada kelenjar tiroid seperti pada tiroiditis akut,


tiroiditissubakut (de Quervain) dan tiroiditis kronis (Hashimoto)

3 ) N e o p l a s m a Jinak dan ganasStruma menimbulkan gejala klinis dikarenakan oleh perubahan kadar
hormon tiroiddi dalam darah. Kelenjar tiroid dapat menghasilkan hormon tiroid dalam kadar
berlebih atau biasa disebut hipertiroid maupun dalam kadar kurang dari normal atau biasa
disebuthipotiroid. Gejala yang timbul pada hipertiroid adalah :
Peningkatan nafsu makan dan penurunan berat badan

Tidak tahan panas dan hyperhidrosis

Palpitasi,

s i s t o l i k y a n g t i n g g i d a n d i a s t o l i k y a n g r e n d a h s e h i n g g a menghasilkan
tekanan nadi yang tinggi (pulsus celler) dan dalam jangka panjang dapat menjadi fibrilasi atrium

Tremor
Diare
Infertilitas, amenorrhae pada wanita dan atrofi testis pada pria
Exophtalmus
Gejala yang timbul pada hipotiroid adalah kebalikan dari hipertiroid :
Nafsu makan menurun dan berat badan bertambah
kulit kering bersisik
Gerak tubuh menjadi lamban dan edema pada wajah, kelopak mata dan tungkai

Struma Difusa Toksik


3.1.1 DefinisiStruma difusa toksik dapat kita temukan pada Graves Disease. Penyakit ini juga
biasa disebut Basedow. Trias Basedow meliputi pembesaran kelenjar tiroid difus,
hipertiroidi daneksoftalmus. Penyakit ini lebih sering ditemukan pada orang muda dengan
gejala seperti berkeringat berlebihan, tremor tangan, menurunnya toleransi terhafap panas,
penurunan berat badan, ketidakstabilan emosi, gangguan menstruasi berupa amenorrhea,
dan polidefekasi ( sering buang air besar ). Klinis sering ditemukan adanya pembesarankelenjar
tiroid, kadang terdapat juga manifestasi pada mata berupa exophthalmos danmiopatia
ekstrabulbi. Walaupun etiologi penyakit Graves tidak diketahui pasti, tampaknya terdapat peran dari suatu
antibodi yang dapat ditangkap reseptor TSH, yang menimbulkans t i m u l u s terhadap
p e n i n g k a t a n h o r m o n t i r o i d . P e n y a k i t i n i j u g a d i t a n d a i d e n g a n peningkatan
absorbsi yodium radiokatif oleh kelenjar tiroid. Patofisiologi Graves Disease merupakan suatu
penyakit yang disebabkan oleh kelainan system imun dalam tubuh, di mana terdapat suatu
zat yang disebut sebagai Thyroid Receptor Antibodies. Zat ini menempati reseptor TSH di
sel-sel tiroid dan menstimulasinya secara berlebiham, sehingga TSH tidak dapat menempati
reseptornya dan kadar hormone tiroid dalam tubuh menjadi meningkat.3.1.3 Gejala KlinisGejala dan tanda
yang timbul merupakan manifestasi dari peningkatan metabolism di semua sistem tubuh dan organ yang
mungkin secara klinis terlihat jelas. Peningkatanmetabolisme menyebabkan peningkatan
kebutuhan kalori, dan seringkali asupan ( intake) kalori tidak mencukupi kebutuhan sehingga terjadi
penurunan berat badan secara drastic Peningkatan metabolisme pada sistem
k a r d i o v a s k u l e r t e r l i h a t d a l a m b e n t u k peningkatan sirkulasi darah, antara lain dengan
peningkatan curah jantung/ cardiac output sampai dua-tiga kali normal, dan juga dalam keadaan
istirahat. Irama nadi meningkat dan
tekanan denyut bertambah sehingga menjadi pulsus celer penderita akan
mengalamitakikardia dan palpitasi. Beban pada miokard, dan rangsangan saraf
autonom dapatmengakibatkan kekacauan irama jantung berupa ektrasistol, fibrilasi atrium, dan
fibrilasiventrikel.Pada saluran cerna sekresi maupun peristaltik meningkat sehingga sering
timbul polidefekasi dan diare.Hipermetabolisme susunan saraf biasanya menyebabkan tremor,
penderita sulittidur, sering terbangun di waktu malam. Penderita mengalami
ketidakstabilan emosi, k e g e l i s a h a n , k e k a c a u a n p i k i r a n , d a n k e t a k u t a n y a n g
tidak beralasan yang s a n g a t menggangu.Pada saluran napas, hipermetabolisme
menimbulkan dispnea dan takipnea yangtidak terlalu mengganggu. Kelemahan otot terutama
otot-otot bagian proksimal, biasanyacukup mengganggu dan sering muncul secara tiba-tiba. Hal
ini disebabkan oleh gangguanelektrolit yang dipicu oleh adanya hipertiroidi tersebut.Gangguan
menstruasi dapat berupa amenorea sekunder atau metrorhagia. Kelainanmata disebabkan oleh
reaksi autoimun berupa ikatan antibodi terhadap reseptor pada jaringan ikat dan otot
ekstrabulbi dalam rongga mata. Jaringan ikat dan jaringan lemaknyam e n j a d i h i p e r p l a s t i k
s e h i n g g a b o l a m a t a t e r d o r o n g k e l u a r d a n o t o t m a t a t e r j e p i t . Akibatnya
terjadi eksoftalmus yang dapat menyebabkan kerusakan bola mata akibat keratitis.
Gangguan gerak otot akan menyebabkan strabismus.
Terapi penyakit Graves ditujukan pada pengendalian keadaan
tirotoksisitas/hipertiroidi dengan pemberian antitiroid, seperti propil-tiourasil ( PTU ) atau
karbimazol.Terapi definitif dapat dipilih antara pengobatan anti-tiroid jangka panjang, ablasio
denganyodium radiokatif, atau tiroidektomi. Pembedahan terhadap tiroid dengan
hipertiroididilakukan terutama jika pengobatan dengan medikamentosa gagal dengan kelenjar
tiroid besar. Pembedahan yang baik biasanya memberikan kesembuhan yang permanen
meskipunkadang dijumpai terjadinya hipotiroidi dan komplikasi yang minimal.

Struma Nodosa Toksik


3.2.1 Definisi
Struma nodosa toksik adalah pembesaran kelenjar tiroid pada salah satu lobus
yangdisertai dengan tanda-tanda hipertiroid. Pembesaran noduler terjadi pada usia
dewasa muda sebagai suatu struma yang nontoksik. Bila tidak diobati, dalam 15-20 tahun dapat
menjadi toksik. disebut juga Plummer sdisease. Patofisiologi Penyakit ini diawali dengan
timbulnya pembesaran noduler pada kelenjar tiroid yang tidak menimbulkan gejala-
gejala toksisitas, namun jika tidak segera diobati, dalam 15-20 tahun dapat menimbulkan
hipertiroid. Faktor-faktor yang mempengaru hi perubahan dari nontoksik menjadi
toksik antara lain adalah nodul tersebut berubah menjadi otonom sendiri (berhubungan dengan
penyakit autoimun), pemberian hormon tiroid dari luar, pemberian yodium
radioaktif sebagai pengobatan
Gejala Klinis
Saat anamnesis, sulit untuk membedakan antara Graves disease dengan
Plummersdisease karena sama-sama menunjukan gejala-gejala hipertiroid. Yang membedakan
adalah saat pemeriksaan fisik di mana pada saat palpasi kita dapat merasakan pembesaran yang
hanya terjadi pada salah satu lobus.
TatalaksanaTerapi yang diberikan pada Plummers Disease juga sama dengan Graves yaitu
ditujukan pada pengendalian keadaan tirotoksisitas/ hipertiroidi dengan
pemberianantitiroid, seperti propil-tiourasil ( PTU ) atau karbimazol. Terapi definitif dapat
dipilihantara pengobatan anti-tiroid jangka panjang, ablasio dengan yodium
radiokatif, atautiroidektomi. Pembedahan terhadap tiroid dengan hipertiroidi
dilakukan terutama jika pengobatan dengan medikamentosa gagal dengan kelenjar tiroid
besar.
Pembedahan yang baik biasanya memberikan kesembuhan yang permanen meskipun kadang
dijumpaiterjadinya hipotiroidi dan komplikasi yang minimal
Struma Difusa Nontoksik (struma endemik)

3.3.1 Definisi

Struma endemik adalah penyakit yang ditandai d e n g a n pembesaran


kelenjar tiroid yang terjadi pada suatu populasi, dan diperkirakan berhubungandengan defisiensi
konsumsi yodium. Struma endemik terjadi karena defisiensi yodium dalamdiet. Kejadian
goiter endemik sering terjadi di der ah pegnungan, seperti di hima laya,a l p e n s ,
daerah dengan ketersediaan yodiu m alam dan cakupan pemberian
y o d i u m tambahan belum terlaksana dengan baik.

Patofisiologi

Umumnya, mekanisme terjadinya goiter disebabkan


oleh a d a n y a defisiensi intake iodin oleh tubuh. Selain itu, goiter juga dapat disebabkan
oleh kelainan s i n t e s i s h o r m o n t i r o i d k o n g e n i t a l a t a u p u n g o i t r o g e n
( a g e n p e n y e b a b g o i t e r seperti intake k a l s i u m b e r l e b i h a n m a u p u n s a y u r a n
f a m i l i Brassica). Kurangnya iodin menyebabkan kurangnya hormon tiroid yang dapat
disintesis. Hal ini akan memicu peningkatan pelepasan TSH (thyroid-stimulating hormone) ke
dalam darah sebagai efek kompensatoriknya. Efek tersebut menyebabkan terjadinya hipertrofi dan
hiperplasi dari selfolikuler tiroid, sehingga terjadi pembesaran tiroid secara makroskopik.
Pembesaran ini dapat menormalkan kerja tubuh, oleh karena pada efek kompensatorik tersebut
kebutuhanhormon tiroid terpenuhi. Akan tetapi, pada beberapa kasus, seperti
defisiensi iodinendemik, pembesaran ini tidak akan dapat mengompensasi penyakit yang ada.
Kondisiitulah yang dikenal dengan goiter hipotiroid. Derajat pembesaran tiroid mengikuti level dandurasi
defisiensi hormon tiroid yang terjadi pada seseorang.

Goiter Difus
Goiter difus adalah bentuk goiter yang membentuk satu buah pembesaran yang
tampak tanpa membentuk nodul. Benttuk ini biasa ditemukan dengan sifat non-
toksik (fungsi tiroid normal), oleh karena itu bentuk ini disebut juga goiter simpel. Dapat
jugadisebut sebagai goiter koloid karena sel folikel yang membesar tesebut umumnya dipenuhioleh koloid.
Kelainan ini muncul pada goiter endemik dan sporadik.
Goiter endemik muncul di tempat yang tanah, air, maupun suplai
m a k a n a n n y a mengandung sedikit iodin, sehingga terjadi defisiensi iodin secara
meluas di daerahteresebut. Contoh daerahnya adalah daerah pegunungan Alps, Andes atau
Himalaya.Sementara itu, goiter sporadik muncul lebih jarang dan dapat disebabkan
oleh berbagai hal, yaitu konsumsi bahan yang menghambat sintesis hormon tiroid ataugangguan
enzim untuk sintesis hormon tiroid yang turun secara herediter.Pada goiter simpel, terdapat dua fase
evolusinya, yaitu hiperplastik dan involusi koloid.Pada fase hiperplastik, kelenjar tiroid
membesar secara difus dan simetris, walaupun pembesarannya tidak terlalu besar (hingga
100-150 gram). Folikel-folikelnya dilapisi olehsel kolumner yang banyak dan berdesakan.
Akumulasi sel ini tidak sama di keseluruhankelenjar. Apabila setelah itu konsumsi iodin
ditingkatkan atau kebutuhan tubuh akan hormon tiroid menurun, terjadi involusi sel epitel
folikel sehingga terbentuk folikel yang besar dan dipenuhi oleh koloid. Biasanya secara
makroskopik tiroid akan terlihat coklatdan translusen, sementara secara histologis akan terlihat bahwa
folikel dipenuhi oleh koloidserta sel epitelnya gepeng dan kuboid.
Gejala Klinis
Sebagian besar manifestasi klinik berhubungan deng an pembesaran kelenjar
tiroid.Sebagian besar pasien tetap menunjukkan keadaan eutiroid, namun sebag ian
lagi mengalamikeadaaan hipotiroid. Hipotiroidisme lebih sering terjadi pada anak-anak dengan
defek biosintetik sebagai penyebabnya, termasuk defek pada transfer yodium.3.3.4 Tatalaksana
Tujuan dari pengobatan struma endemik adalah untuk mengecilkan struma dan
mengatasihipotiroidisme yang mungkin ada, yaitu dengan pemberian SoL Lugoli
selama 4-6 bulan. Bilaada perbaikan, pengobatan dilanjutkan sampai tahun dan kemudian
tapering off dalam 4 minggu.Bila 6 bulan sesudah pengobatan struma tidak juga mengecil maka
pengobatan medikamentosatidak berhasil dan harus dilakukan tindakan operatif.
Definisi
Struma nodosa non toksik adalah pembesaran kelenjar tiroid yang secara klinik teraba nodul satu
atau lebih tanpa disertai tanda-tanda hypertiroidisme
Istilah struma nodosa m e n u n j u k k a n a d a n y a s u a t u p r o s e s , b a i k f i s i o l o g i s m a u p u n
p a t o l o g i s y a n g m e n y e b a b k a n pembesaran asimetris dari kelenjar tiroid. Karena tidak
disertai tanda-tanda toksisitas pada tubuh, maka pembesaran asimetris ini disebut sebagai
struma nodosa nontoksik. Kelainan ini sangat sering dijumpai sehari-hari, dan harus
diwaspadai tanda-tanda keganasan yang mungkin ada
Patofisiologi S N N T d a p a t j u g a d i s e b u t s e b a g a i g o i t e r s p o r a d i s . J i k a g o i t e r
e n d e m i s t e r j a d i 1 0 % populasi di daerah dengan defisiensi yodium, maka goiter sporadis
terjadi pada seseorang yang t i d a k t i n g g a l d i d a e r a h e n d e m i k b e r y o d i u m r e n d a h .
P e n y e b a b n y a s a m p a i s e k a r a n g b e l u m diketahui dengan jelas, bisa terdapat gangguan
enzim yang penting dalam sintesis hormon tiroida t a u k o n s u m s i o b a t - o b a t a n y a n g
m e n g a n d u n g l i t i u m , p r o p i l t i o u r a s i l , f e n i l b u t a z o n e , a t a u aminoglutatimid.
Gejala Klinis
Pada umumnya struma nodosa non toksik tidak mengalami keluhan karena tidak ada hipo- atau
hipertiroidisme. Yang penting pada diagnosis SNNT adalah tidak adanya gejala toksik yang
disebabkan oleh perubahan kadar hormon tiroid, dan pada palpasi dirasakan adanya
pembesaran kelenjar tiroid pada salah satu lobus. Biasanya tiroid mulai membesar pada usia
muda dan berkembang menjadi multinodular pada saat dewasa. Karena pertumbuhannya
berangsur-angsur, struma dapat menjadi besar tanpa gejala. Walaupun sebagian struma
nodosa tidak mengganggu pernafasan karena menonjol ked e p a n , s e b a g i a n l a i n
d a p a t m e n y e b a b k a n p e n y e m p i t a n t r a k e a b i l a p e m b e s a r a n n y a bilateral. Struma
nodosa unilateral dapat menyebabkan pendorongan sampai jauh ke arahkontra lateral. Pendorongan
demikian mungkin tidak mengakibatkan gangguan pernafasan. Keluhan yang ada ialah rasa berat di leher.
Sewaktu menelan trakea naik untuk menutupl a r i n g d a n e p i g l o t i s s e h i n g g a
terasa berat karena terfiksasi pada trakea

TatalaksanaTindakan operatif masih merupakan pilihan utama pada SNNT. Macam-macamteknik


operasinya antara lain :
a. Lobektomi, yaitu mengangkat satu lobus, bila subtotal maka kelenjar disisakanseberat 3 gram
b. Isthmolobektomi, yaitu pengangkatan salah satu lobus diikuti oleh isthmus. Tiroidektomi total,
yaitu pengangkatan seluruh kelenjar tiroidd. Tiroidektomi subtotal bilateral, yaitu pengangkatan
sebagian lobus kanan dansebagian kiri, sisa jaringan 2-4 gram di bagian posterior dilakukan untuk
mencegahkerusakan pada kelenjar paratiroid atau N. Rekurens Laryngeus

Pada anamnesis, keluhan utama yang diutarakan oleh pasien bisa berupa benjolan di leher yang
sudah berlangsung lama, maupun gejala-gejala hipertiroid atau hipotiroidnya. Jika
pasienmengeluhkan adanya benjolan di leher, maka harus digali lebih jauh apakah pembesaran
terjadis a n g a t p r o g r e s i f a t a u l a m b a n , d i s e r t a i d e n g a n g a n g g u a n m e n e l a n ,
g a n g g u a n b e r n a f a s d a n perubahan suara. Setelah itu baru ditanyakan ada tidaknya gejala-
gejala hiper dan hipofungsi darik e l e n j e r t i r o i d . P e r l u j u g a d i t a n y a k a n t e m p a t
tinggal pasien dan asupan garamn ya u n t u k mengetahui apakah ada
kecendrungan ke arah struma endemik. Sebaliknya jika pasien datang dengan keluhan
ke arah gejala-gejala hiper maupun hipofungsi dari tiroid, harus digali lebih jauhke arah hiper
atau hipo dan ada tidaknya benjolan di leher.

Pemeriksaan Fisik Pada pemeriksaan fisik status lokalis pada regio coli anterior, yang
paling pertama dilakukan adalah inspeksi, dilihat apakah pembesaran simetris atau
tidak, timbul tanda-tanda gangguan pernapasan atau tidak, ikut bergerak saat menelan atau
tidak Pada palpasi sangat penting untuk menentukan apakah bejolan tersebut benar adalah
kelenjar tiroid atau kelenjar getah bening. Perbedaannya terasa pada saat pasien diminta
untuk menelan. Jika benar pembesaran tiroid maka benjolan akan ikut bergerak saat menelan,
sementara jika tidak ikut bergerak maka harus dipikirkan kemungkinan pembesaran kelenjar
getah bening leher.
Pembesaran yang teraba harus dideskripsikan :
- Lokasi: lobus kanan, lobos kiri, ismus
- Ukuran: dalam sentimeter, diameter panjang- Jumlah nodul: satu (uninodosa) atau lebih dari satu (multinodosa)
- Konsistensinya: kistik, lunak, kenyal, keras
- Nyeri: ada nyeri atau tidak pada saat dilakukan palpasi
- Mobilitas: ada atau tidak perlekatan terhadap trakea, muskulus sternokleidomastoidea
- Kelenjar getah bening di sekitar tiroid : ada pembesaran atau tidak
Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan laboratorium yang digunakan dalam mendiagnosis penyakit tiroid terbagi atas :
1.Pemeriksaan untuk mengukur fungsi tiroid. Pemeriksaan
u n t u k mengetahui kadar T3 dan T4 serta TSH paling sering menggunakanteknik
radioimmunoassay (RIA) dan ELISA dalam serum atau plasmadarah. Kadar normal T4 total pada orang dewasa
adalah 50-120 ng/dl. Kadar normal untuk T3 pada orang dewasa adalah 0,65-1,7 ng/dl

.2 . P e m e r i k s a a n untuk menunjukkan penyebab gangguan tiroid.


A n t i b o d i terhadap macam-macam antigen tiroid yang ditemukan pada serum penderita dengan
penyakit tiroid autoimun. Seperti antiboditiroglobulin dan thyroid stimulating hormone antibody

3. P e m e r i k s a a n r a d i o l o g i s

F o t o r o n t g e n d a p a t m e m p e r j e l a s a d a n y a d e v i a s i t r a k e a a t a u pembesaran
struma retrosternal yang pada umumnya secara klinis punsudah bisa diduga. Foto rontgen leher
posisi AP dan lateral biasanyamenjadi pilihan.
USG tiroid yang bermanfaat untuk menentukan jumlah nodul, membedakan antara
lesi kistik maupun padat, mendeteksi adanya jaringan kanker yang tidak menangkap
iodium dan bisa dilihat denganscanning tiroid.
Scanning Tiroid dasarnya adalah presentasi uptake dari I 131 yang didistribusikan tiroid. Dari uptake
dapat ditentukan teraan ukuran, bentuk lokasi dan yang utama ialah fungsi bagian-bagian
tiroid(distribusi dalam kelenjar). Uptake normal 15-40% dalam 24 jam. Dari hasil
scanning tiroid dapat dibedakan 3 bentuk, yaitu cold nodule bila uptake nihil atau kurang dari normal
dibandingkan dengan daerah disekitarnya, ini menunjukkan fungsi yang rendah dan sering
terjadi pada neoplasma. Bentuk yang kedua adalah warm nodule bila uptakenya sama dengan
sekitarnya, menunjukkan fungsi yang nodulsama dengan bagian tiroid lain. Terakhir adalah hot nodule bila
uptake l e b i h dari normal, berarti aktifitasn ya berlebih dan jarang
p a d a neoplasma.
P e m e r i k s a a n h i s t o p a t o l o g i s a k u r a s i n y a 8 0 % . H a l i n i perlu diingat agar jangan
sampai menentukan terapi definitif hanya berdasarkan hasil FNAB saja.

Tindakan Pembedahan
Indikasi operasi pada struma adalah :

1.Struma difus toksik yang gagal dengan terapi medikamentosa

2.Struma uni atau multinodosa dengan kemungkinan keganasan

3.Struma dengan gangguan kompresi

4 . K o s m e t i k

Kontraindikasi pada operasi struma :

1.Struma toksika yang belum dipersiapkan sebelumnya Struma dengan dekompensasi


kordis dan penyakit sistemik lain yang belum terkontrol

2. Struma besar yang melekat erat ke jaringan leher sehingga sulitdigerakkan yang biasanya karena
karsinoma. Karsinoma yang demikian biasanya sering dari tipe anaplastik yang jelek prognosisnya.
Perlekatan pada trakea ataupun laring dapat sekaligus dilakukanreseksi trakea ataularingektomi,
tetapi perlekatan dengan jaringan lunak leher yang luassulit dilakukan eksisi yang baik

Pertama-tama dilakukan pemeriksaan klinis untuk menentukan apakahnodul tiroid tersebut suspek maligna atau
suspek benigna. Bila nodul tersebutsuspek maligna, maka dibedakan apakah kasus tersebut operable atau
inoperable.Bila kasus yang dihadapi adalah inoperable maka dilakukan tidakan biopsiinsisi untuk keperluan
pemeriksaan histopatologis. Dilanjutkan dengan tindakandebulking dan radiasi eksterna atau kemoradioterapi.
Bila nodul tiroid suspek maligna yang operable atau suspek benigna dapat dilakukan tindakanisthmolobektomi
atau lobektomi. Jika setelah hasil PA membuktikan bahwa lesitersebut jinak maka operasi selesai, tetapi jika ganas
maka harus ditentukan terlebihdahulu jenis karsinoma yang terjadi

Komplikasi pembedahan tiroid :

a . P e r d a r a h a n d a r i A. Ti r o i d e a s u p e r i o r

b.Dispneu
c. Paralisis N. Rekurens Laryngeus. Akibatnya otot-otot laring terjadi kelemahan
d.Paralisis N. Laryngeus Superior. Akibatnya suara penderita menjadi lemah dan sukar
mengontrol suara nada tinggi, karena terjadi pemendekan pita suara oleh karena relaksasi M.
Krikotiroid.

Anda mungkin juga menyukai