Anda di halaman 1dari 20

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Energi yang ada disekitar kita pasti kekal, dimana energi yang ada
jumlahnya tetap sama dari sebelumnya, tidak dapat diciptakan maupun
dimusnahkan, melainkan dapat dikonversi menjadi bentuk lain. Di alam ini
banyak sekali energi yang dapat dimanfaatkan. Dan memang sudah banyak
konversi yang dilakukan oleh manusia, namun tidak semua energi yang
digunakan terkonversi seluruhnya menjadi kerja, sehingga ada energi yang
terbuang begitu saja. Seperti contohnya Air Conditioner, yang memiliki Freon
untuk menyerap kalor diruangan dan dibuang ke lingkungan untuk membantu
mendinginkan suhu ruangan. Energi yang terbuang ini (dalam bentuk panas
terbuang) dapat dimanfaatkan kembali. Oleh karena itu dilakukan percobaan ini
untuk mengetahui konversi energi yang terjadi.

1.2 Identifikasi Masalah


1.2.1 Apa saja bagian-bagian penyusun AC?
1.2.2 Bagaimana prinsip kerja mesin AC?
1.2.3 Bagaimana cara kerja mesin AC?
1.2.4 Bagaimana konversi energi yang terjadi pada mesin AC?

1.3 Tujuan Percobaan


1.3.1 Memahami prinsip kerja mesin AC
1.3.2 Memahami cara kerja mesin AC
1.3.3 Memahami konversi energi
1.3.4 Menentukan temperatur air didalam tangki pemanas
1.4 Metoda Percobaan

Mencari referensi untuk melakukan percobaan

Menyusun rangkaian seperti gambar 1 di modul praktikum

Mengukur debit aliran di


beberapa titik

Mengamati kenaikan temperatur


air dalam tangki terhadap waktu

Mengukur COP sebelum


dihubungkan dengan pemanas

Mengukur COP setelah


dihubungkan dengan pemanas

1.5 Sistematika Penulisan


Pada laporan ini terdapat cover, lembar pengesahan, Bab I yaitu Pendahuluan
yang terdiri dari subbab; latar belakang, identifikasi masalah, tujuan percobaan,
metoda percobaan, sistematika penulisan, dan waktu dan tempat percobaan.
Kemudian Bab II yaitu tinjauan pustaka. Bab III yaitu metoda percobaan yang
terdiri dari 3 subbab; alat dan bahan percobaan, prosedur percobaan dan tugas
pendahuluan. Dan yang terakhir adalah daftar pustaka.

1.6 Waktu dan Tempat Percobaan


Percobaan dilakukan di Laboratorium Fisika Energi, Jurusan Fisika FMIPA
Unpad pada hari Selasa, 15 Maret 2016 pukul 13.00 15.30 WIB.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Air Conditioner (AC)


AC (Air Conditioner) merupakan seperangkat alat yang mampu
mengkondisikan ruangan yang kita inginkan, terutama mengkondisikan
ruangan menjadi lebih rendah suhunya dibanding suhu lingkungan sekitarnya.
Seperangkat alat tersebut diantaranya kompresor, kondensor, orifice tube,
evaporator, katup ekspansi, dan evaporator dengan penjelasan sebagai berikut:
a. Kompresor :
Kompresor adalah power unit dari sistem sebuah AC. Ketika AC
dijalankan, kompresor mengubah fluida kerja/refrigent berupa gas dari yang
bertekanan rendah menjadi gas yang bertekanan tinggi. Gas bertekanan tinggi
kemudian diteruskan menuju kondensor.
b. Kondensor :
Kondensor adalah sebuah alat yang digunakan untuk
mengubah/mendinginkan gas yang bertekanan tinggi berubah menjadi cairan
yang bertekanan tinggi. Cairan lalu dialirkan ke orifice tube.
c. Orifice Tube :
di mana cairan bertekanan tinggi diturunkan tekanan dan suhunya
menjadi cairan dingin bertekanan rendah. Dalam beberapa sistem, selain
memasang sebuah orifice tube, dipasang juga katup ekspansi.
d. Katup ekspansi :
Katup ekspansi, merupakan komponen terpenting dari sistem. Ini
dirancang untuk mengontrol aliran cairan pendingin melalui katup orifice yang
merubah wujud cairan menjadi uap ketika zat pendingin meninggalkan katup
pemuaian dan memasuki evaporator/pendingin
e. Evaporator/pendingin :
refrigent menyerap panas dalam ruangan melalui kumparan pendingin
dan kipas evaporator meniupkan udara dingin ke dalam ruangan. Refrigent
dalam evaporator mulai berubah kembali menjadi uap bertekanan rendah, tapi
masih mengandung sedikit cairan. Campuran refrigent kemudian masuk ke
akumulator / pengering. Ini juga dapat berlaku seperti mulut/orifice kedua bagi
cairan yang berubah menjadi uap bertekanan rendah yang murni, sebelum
melalui kompresor untuk memperoleh tekanan dan beredar dalam sistem lagi.
Biasanya, evaporator dipasangi silikon yang berfungsi untuk menyerap
kelembapan dari refrigent.
Jadi, cara kerja sistem AC dapat diuraikan sebagai berkut :

Gambar 2.1. Cara Kerja Sistem AC

Kompresor yang ada pada sistem pendingin dipergunakan sebagai alat


untuk memampatkan fluida kerja (refrigent), jadi refrigent yang masuk ke
dalam kompresor dialirkan ke condenser yang kemudian dimampatkan di
kondenser.
Di bagian kondenser ini refrigent yang dimampatkan akan berubah fase
dari refrigent fase uap menjadi refrigent fase cair, maka refrigent mengeluarkan
kalor yaitu kalor penguapan yang terkandung di dalam refrigent. Adapun
besarnya kalor yang dilepaskan oleh kondenser adalah jumlahan dari energi
kompresor yang diperlukan dan energi kalor yang diambil evaparator dari
substansi yang akan didinginkan.
Pada kondensor tekanan refrigent yang berada dalam pipa-pipa
kondenser relatif jauh lebih tinggi dibandingkan dengan tekanan refrigent yang
berada pada pipi-pipa evaporator.
Setelah refrigent lewat kondenser dan melepaskan kalor penguapan dari
fase uap ke fase cair maka refrigent dilewatkan melalui katup ekspansi, pada
katup ekspansi ini refrigent tekanannya diturunkan sehingga refrigent berubah
kondisi dari fase cair ke fase uap yang kemudian dialirkan ke evaporator, di
dalam evaporator ini refrigent akan berubah keadaannya dari fase cair ke fase
uap, perubahan fase ini disebabkan karena tekanan refrigent dibuat sedemikian
rupa sehingga refrigent setelah melewati katup ekspansi dan melalui evaporator
tekanannya menjadi sangat turun.
Hal ini secara praktis dapat dilakukan dengan jalan diameter pipa yang
ada dievaporator relatif lebih besar jika dibandingkan dengan diameter pipa
yang ada pada kondenser.
Dengan adanya perubahan kondisi refrigent dari fase cair ke fase uap
maka untuk merubahnya dari fase cair ke refrigent fase uap maka proses ini
membutuhkan energi yaitu energi penguapan, dalam hal ini energi yang
dipergunakan adalah energi yang berada di dalam substansi yang akan
didinginkan.
Dengan diambilnya energi yang diambil dalam substansi yang akan
didinginkan maka enthalpi substansi yang akan didinginkan akan menjadi
turun, dengan turunnya enthalpi maka temperatur dari substansi yang akan
didinginkan akan menjadi turun. Proses ini akan berubah terus-menerus sampai
terjadi pendinginan yang sesuai dengan keinginan.
Dengan adanya mesin pendingin listrik ini maka untuk mendinginkan
atau menurunkan temperatur suatu substansi dapat dengan mudah dilakukan.[1]

2.2. Kinerja Sistem Kompresi Uap


Dari sekian banyak jenis-jenis sistem refigerasi, namun yang paling
umum digunakan adalah refrigerasi dengan sistem kompresi uap.Komponen
utama dari sebuah siklus kompresi uap adalah kompresor, evaporator,
kondensor dan katup expansi.

Gambar 2.2. Skema Siklus Kompresi Uap (Himsar Ambarita, 2010)

Pada siklus kompresi uap, di evaporator refrigeran akan menghisap


panas dari lingkungan sehingga panas tersebut akan menguapkan refrigeran.
Kemudian uap refrigeran akan dikompres oleh kompresor hingga mencapai
tekanan kondensor, dalam kondensor uap refrigeran dikondensasikan dengan
cara membuang panas dari uap refrigeran ke lingkungannya. Kemudian
refrigeran akan kembali di teruskan ke dalam evaporator.

Gambar 2.3. Diagram P h siklus kompresi uap ideal (Himsar Ambarita, 2010)
Proses-proses yang terjadi pada siklus kompresi uap seperti pada gambar
2.3 diatas adalah sebagai berikut:
a. Proses kompresi (1-2)
Proses ini dilakukan oleh kompresor dan berlangsung secara isentropik
adiabatik. Kondisi awal refrigeranpada saat masuk ke dalam kompresor adalah
uap jenuh bertekanan rendah, setelah mengalami kompresi refrigeranakan
menjadi uap bertekanan tinggi. Karena proses ini berlangsung secara
isentropik, maka temperatur ke luar kompresor pun meningkat.
b. Proses kondensasi (2-3)
Proses ini berlangsung didalam kondensor. Refrigeran yang bertekanan
tinggi dan bertemperatur tinggi yang berasal dari kompresor akan membuang
kalor sehingga fasanya berubah menjadi cair. Hal ini berarti bahwa di dalam
kondensor terjadi pertukaran kalor antara refrigeran dengan lingkungannya
(udara), sehingga panas berpindah dari refrigeran ke udara pendingin yang
menyebabkan uap refrigeran mengembun menjadi cair.
c. Proses expansi (3-4)
Proses expansi ini berlangsung secara isoentalpi. Hal ini berarti tidak
terjadi perubahan entalpi tetapi terjadi drop tekanan dan penurunan temperatur,
atau dapat dituliskan dengan:
3 = 4 (1)
Proses penurunan tekanan terjadi pada katup expansi yang berbentuk
pipa kapiler atau orifice yang berfungsi untuk mengatur laju aliran refrigeran
dan menurunkan tekanan.
d. Proses evaporasi (4-1)
Proses ini berlangsung secara isobar isothermal (tekanan konstan,
temperatur konstan) di dalam evaporator. Panas dari lingkungan akan diserap
oleh cairan refrigeran yang bertekanan rendah sehingga refrigeran berubah fasa
menjadi uap bertekanan rendah. Kondisi refrigeran saat masuk evaporator
sebenarnya adalah campuran cair dan uap
Selanjutnya, refrigeran kembali masuk ke dalam kompresor dan
bersirkulasi lagi. Begitu seterusnya sampai kondisi yang diinginkan tercapai.
Refrigerant adalah fluida kerja utama pada suatu siklus refrigerasi yang
bertugas menyerap panas pada temperatur dan tekanan rendah dan membuang
panas pada temperatur dan tekanan tinggi. Umumnya refrigerant mengalami
perubahan fasa dalam satu siklus.
2.3. Siklus Kompresi Uap dengan Water Heater
Water heater di letakan di antara setelah bagian kompresor dan sebelum
kondensor karena proses pemanasan air pada water heater tersebut
menggunakan panas buangan dari kondensor dimana pada umumnya suhu
Freon yang keluar dari kompresor AC dibuang pada kondensor.
Dengan adanya water heater, aliran panas itu dibelokkan dulu kedalam
tangki air dingin sebelum masuk ke kondensor sehingga terjadi kontak
perpindahan panas dari pipa AC dan air di dalam tangki. Pipa AC yang keluar
dari kompresor langsung di alirkan dahulu ke dalam heat exchanger berupa
pipa spiral dalam tangki dan air yang semula dingin pun memanas, begitupula
sebaliknya suhu Freon yang panas menurun, setelah melewati pipa spiral dalam
tangki barulah kemudian pipa AC kembali diarahkan ke kondensor. [2]
BAB III
METODE PERCOBAAN

3.1 Alat dan bahan percobaan


1. Seperangkat peralatan mesin Air Conditioner (AC)
Mesin AC yang digunakan adalah tipe split dengan kapasitas 1 hp, adapun
data spesifikasi dari mesin ini adalah sebagai berikut :
Model DG-09Gz
Kapasitas 1 hp (9000 btu/h) = 2636,98 W
Daya listrik 980 Watt
Jenis Refrigerant R-22
Tekanan kondensor = 2,7 Ma
Tekanan evaporator = 0,65 Mpa
Arus listrik = 4,5 5,5 Ampere
Tegangan listrik = 220 240 V
2. Alat ukur temperatur ruang
3. Alat ukur kelembaban
4. Alat ukur tegangan dan arus
5. Alat ukur waktu
6. Alat ukur penukar panas. Alat ukur penukar panas yang digunakan dari
bahan tembaga dan mempunyai konfigurasi koil tipe heliks dengan diameter
pipa inchi dan panjang 12 m
7. Tangki air

3.2 Prosedur percobaan


1. Menyusun rangkaian seperti gambar 1 di modul praktikum
2. Mengukur debit aliran di beberapa titik
3. Mengamati kenaikan temperatur air dalam tangki terhadap waktu
4. Mengukur COP (Coefficient of Performance) sebelum dihubungkan
dengan pemanas
5. Mengukur COP setelah dihubungkan dengan pemanas
Gambar 3.1. Blok diagram mesin AC beserta alat pemanasnya

3.3 Tugas Pendahuluan


1. Jelaskan prinsip dan cara kerja Mesin Refrigerasi Kompresi Uap!
Jawab:
Secara umum gambaran mengenai prinsip kerja Mesin Refrigerasi Kompresi
Uap :
Pemompaan panas oleh kompresor
Pelepasan panas oleh kondensor
Penurunan tekanan saat proses ekspansi
Penyerapan panas oleh evaporator

Gambar 3.2. Sistem kerja mesin pendingin


Cara kerja Mesin Refrigerasi Kompresi Uap:
1. Udara di dalam ruangan dihisap oleh kipas sentrifugal yang ada dalam
evaporator dan udara bersentuhan dengan pipa coil yang berisi cairan
refrigerant. Dalam hal ini refrigerant akan menyerap panas udara sehingga
udara menjadi dingin dan refrigerant akan menguap dan dikumpulkan dalam
penampung uap.
2. Tekanan uap yang berasal dari evaporator disirkulasikan menuju kondensor,
selama proses kompresi berlangsung, temperatur dan tekanan uap refrigerant
menjadi naik dan ditekan masuk ke dalam kondensor.
3. Untuk menurunkan tekanan cairan refrigerant yang bertekanan tinggi
digunakan katup ekspansi untuk mengatur laju aliran refrigerant yang masuk
dalam evaporator.
4. Pada saat udara keluar dari condensor udara menjadi panas. Uap refrigerant
memberikan panas kepada udara pendingin dalam condensor menjadi embun
pada pipa kapiler. Dalam mengeluarkan panas pada condensor, dibantu oleh
kipas propeller.
5. Pada sirkulasi udara dingin terus-menerus dalam ruangan, maka perlu adanya
thermostat untuk mengatur suhu dalam ruangan atau sesuai dengan keinginan.
6. Udara dalam ruang menjadi lebih dingin dibanding diluar ruangan sebab
udara di dalam ruangan dihisap oleh sentrifugal yang terdapat pada
evaporator kemudian terjadi udara bersentuhan dengan pipa/coill evaporator
yang didalamnya terdapat gas pendingin (freon). Di sini terjadi perpindahan
panas sehingga suhu udara dalam ruangan relatif dingin dari sebelumnya.
7. Suhu di luar ruangan lebih panas dibanding di dalam ruangan, sebab udara
yang di dalam ruangan yang dihisap oleh kipas sentrifugal dan bersentuhan
dengan evaporator, serta dibantu dengan komponen AC lainnya, kemudian
udara dalam ruangan dikeluarkan oleh kipas udara kondensor. Dalam hal ini
udara di luar ruangan dapat dihisap oleh kipas sentrifugal dan masuknya
udara melalui kisi-kisi yang terdapat pada AC.
8. Gas refrigerant bersuhu tinggi saat akhir kompresi di condensor dengan
mudah dicairkan dengan udara pendingin pada sistem air cooled atau uap
refrigerant menyerap panas udara pendingin dalam condensor sehingga
mengembun dan menjadi cairan di luar pipa evaporator.
9. Karena air atau udara pendingin menyerap panas dari refrigerant, maka air
atau udara tersebut menjadi panas pada waktu keluar dari kondensor. Uap
refrigerant yang sudah menjadi cair ini, kemudian dialirkan ke dalam pipa
evaporator melalui katup ekspansi. Kejadian ini akan berulang kembali.

Untuk mengetahui kemampuan mesin pendingin maka digunakan koefisien


performansi (Coefficient of Performance, COP), yang dimaksud dengan COP
adalah perbandingan antara efek pendinginan dan kerja yang dilakukan oleh
kompresor.

2. Jelaskan siklus Mesin Refrigerasi Kompresi Uap!


Jawab :
Terdapat di tinjauan pustaka.

3. Jelaskan energi termal pada siklus Mesin Refrigerasi Kompresi Uap!


Jawab:
Energi panas thermal pada siklus mesin refrigrasi kompresi uap disebabkan
oleh adanya pemberian panas yang terjadi pada kompresor. Selain itu juga
panas yang ada di dalam ruangan diserap dan masuk kedalam sistem mesin
refrigrasi.
BAB IV
DATA DAN PEMBAHASAN

4.1. Data Percobaan


a. AC tanpa menggunakan Water Heater
t P1 P2 P3 T1 T2 T3 T4
(menit) (psi) (psi) (psi) (C) (C) (C) (C)
3 49,5 185,5 205 45 55 24 30
6 50 190 210 48 59 25 30
9 51 195 210 51 63 25 30
12 51,5 195 210 52 65 25 31
15 51,5 197,5 212,5 53 66 26 31
18 52 200 215 54 68 26 31
21 53 200 215 55 69 26 31
24 53 200 215 55 69 26 31
27 53 200 215 56 70 26 31
30 53 200 215 56 70 26 32
b. AC dengan membuka katup untuk Water Heater
t P1 P2 P3 T1 T2 T3 T4 T5 T6
(menit) (psi) (psi) (psi) (C) (C) (C) (C) (C) (C)
3 53 190 220 36 67 26 30 57 35
6 53 195 220 36 68 25 30 62 35
9 54 195 220 36 69 25 30 64 36
12 54 195 220 36 70 25 30 57 35
15 54,5 195,5 225 36 70 25 30 59 36
18 54,5 200 225 36 71 25 30 60 36
21 55 200 225 36 71 26 30 59 36
24 55,5 200 225 37 71 26 31 69 37
27 55,5 200 225 37 71 26 31 57 37
30 55,5 200 225 37 71 26 31 60 37

4.2. Pengolahan Data dan Analisa Grafik


Menginterpolasi dan ekstrapolasi untuk memperoleh nilai entalpi h yang
tidak diketahui
Untuk interpolasi data digunakan rumus:
(1 0 )
= 0 + ( 0 )
(1 0 )
Sedangkan untuk ekstrapolasi:
( 0 )
= 0 + ( 0 )
(1 0 ) 1
Dengan:
h = entalpi yang dicari
T = suhu yang diketahui
h0 = nilai entalpi di atas nilai suhu yang diketahui di tabel
h1 = nilai entalpi di atas nilai suhu yang diketahui di tabel
T0 = nilai entalpi di atas nilai suhu yang diketahui di tabel
T1 = nilai entalpi di atas nilai suhu yang diketahui di tabel
Sehingga diperoleh:
a. AC
t T1 T2 T3 T4
h1 h2 h4
(menit) (C) (C) (C) (C)
3 45 55 24 30 261,46 261,93 81,595
6 48 59 25 30 261,724 261,954 81,595
9 51 63 25 30 261,906 261,978 81,595
12 52 65 25 31 261,912 261,99 82,8675
15 53 66 26 31 261,918 261,996 82,8675
18 54 68 26 31 261,924 262,008 82,8675
21 55 69 26 31 261,93 262,014 82,8675
24 55 69 26 31 261,93 262,014 82,8675
27 56 70 26 31 261,936 262,02 82,8675
30 56 70 26 32 261,936 262,02 84,14
b. AC dan Water Heater
t T1 T2 T3 T4 T5 T6
(menit) (C) (C) (C) (C) (C) (C) h1 h2 h4
3 36 67 26 30 57 35 260,11 262,002 81,595
6 36 68 25 30 62 35 260,11 262,008 81,595
9 36 69 25 30 64 36 260,11 262,014 81,595
12 36 70 25 30 57 35 260,11 262,02 81,595
15 36 70 25 30 59 36 260,11 262,02 81,595
18 36 71 25 30 60 36 260,11 262,026 81,595
21 36 71 26 30 59 36 260,11 262,026 81,595
24 37 71 26 31 69 37 260,28 262,026 82,8675
27 37 71 26 31 57 37 260,28 262,026 82,8675
30 37 71 26 31 60 37 260,28 262,026 82,8675
Nilai h3 tidak dicari karena nilainya tidak dipergunakan dalam
perhitungan COP.

b. Menghitung COP (Coefficient of Performance)


Digunakan rumus:
1 4
=
2 1
Sehingga:
261,46 81,595
=
261,93 261,46
= 382,619
Selanjutnya didapat:
AC AC dan Water Heater
t t (menit) COP
COP
(menit)
3 94,35254
3 382,6915
6 94,05427
6 783,1696
9 93,75788
9 2504,319
12 93,46335
12 2295,442
15 93,46335
15 2295,519
18 93,17067
18 2131,625
21 93,17067
21 2131,696
24 101,6108
24 2131,696
27 101,6108
27 2131,768
30 101,6108
30 2116,619

Analisa grafik tekanan P terhadap waktu t

Grafik Tekanan P1 terhadap t


56

54
Tekanan P (psi)

52 AC
50
AC+Water
48 Heater
46
3 6 9 12 15 18 21 24 27 30
Waktu t (menit)
205
Grafik Tekanan P2 terhadap t
200
Tekanan P (psi) 195
AC
190
185 AC+Water
Heater
180
175
3 6 9 12 15 18 21 24 27 30
Waktu t (menit)

230
Grafik Tekanan P3 terhadap t
Tekanan P (psi)

220
AC
210

200 AC+Water
Heater
190
3 6 9 12 15 18 21 24 27 30
Waktu t (menit)

Analisa:
Dari grafik P terhadap t di atas, grafik terbagi atas saat P1, P2, dan
P3. Dimana P1 adalah tekanan refrigeran di antara evaporator dan
kondensor, yang nilainya untuk kedua situasi (tanpa pemasangan water
heater dan dengan water heater) kecil karena pada saat itu tekanan udara
dan suhunya masih rendah. Pada saat dipasang water heater tekanan P1
lebih besar karena sebelumnya dilakukan percobaan tanpa water heater
sehingga tekanan dalam sistem sudah naik terlebih dahulu. Untuk P2
terhadap t, untuk kedua situasi tidak ada perbedaan nilai yang signifikan,
dimana P2 terjadi saat kompresor menekan uap jenuh refrigeran
bertekanan rendah menjadi tinggi. Dari P1 ke P2 terlihat kenaikan tekanan
yang cukup signifikan. Saat P3 adalah tekanan yang memasuki kondensor.
Tekanan P3 saat dipasang water heater lebih tinggi dibandingkan tanpa
water heater.
Analisa grafik suhu T terhadap waktu t

Grafik Suhu T terhadap Waktu t


AC tanpa Water Heater
80
60
Axis Title

T1
40
T2
20
T3
0
3 6 9 12 15 18 21 24 27 30 T4
Axis Title

Grafik Suhu T terhadap Waktu t


AC dengan Water Heater
80
Suhu T (C)

60
40
20
0
3 6 9 12 15 18 21 24 27 30
Waktu t (menit)

T1 T2 T3 T4 T5 T6

Analisa:
Untuk grafik suhu T terhadap waktu t ini, dibagi berdasarkan
pemasangan water heater. Untuk kedua grafik jelas terlihat suhu T2 sangat
tinggi karena uap refrigeran telah di kompresi oleh kondensor sehingga
suhunya naik dan lebih tinggi dibandingkan suhu T1 yang berwarna biru
tua. Dan dapat dilihat suhu terendah adalah T3 dimana T3 adalah suhu
setelah keluar dari kondensor, di kondensor terjadi pelepasan kalor
sehingga suhunya menjadi jauh lebih rendah. Sedangkan untuk T5 dan T6
pada pemasangan water heater, suhu dibagian bawah tabung air T5 lebih
besar dari pada di atas tabung T6 karena pemanasan terjadi di bagian
bawah tabung. Suhu T5 naik turun karena pelepasan kalor antara
kondensor dan kompresor tidak tetap.
Analisa grafik COP terhadap t

Grafik COP terhadap Waktu t


3000

2500

2000
AC
COP

1500

1000 AC+Water
Heater
500

0
3 6 9 12 15 18 21 24 27 30
Waktu t (menit)

Analisa:
Pada grafik COP terhadap t ini dibandingkan antara saat tanpa
pemasangan water heater dan saat pemasangan water heater. Dapat dilihat,
saat tanpa water heater, nilai COP meningkat drastis dan kemudian turun
saat menit ke-12, setelah itu COP nya terhitung tetap setiap pertambahan
waktu. Dapat disebabkan karena AC tersebut tekanan dan suhu saat
mengalami siklus kembali nilainya sama saja ataupun naik sangat sedikit.
Lain halnya ketika di pasang water heater. COP nya naik, tetapi
kenaikannya sangat kecil, dapat disebabkan juga karena siklusnya sudah
sama saja dari awal sampai menit ke 30. Dilihat juga COP dengan
pesangan water heater lebih rendah dibandingkan dengan COP tanpa
pemasangan water heater. Disebabkan karena uap refrigeran yang berputar
dahulu ke tangki air baru memasuki kondenser.
BAB V
KESIMPULAN

1. Prinsip kerja mesin AC adalah sistem refrigerasi kompresi uap


2. Cara kerja mesin AC adalah refrigeran menguap di evaporator karena udara
panas ruangan, kemudian uap jenuh tekanan rendah memasuki kompresor
sehingga uap jenuhnya memiliki tekanan dan suhu tinggi. Kemudian
memasuki kondenser untuk membuang kalor dan mengubah uap menjadi cair
dan suhunya rendah. Lalu memasuki katup ekspansi sehingga tekanan cairan
refrigeran turun. Setelah itu kembali ke kondenser dan udara dingin
dihembuskan dengan bantuan air blower ke ruangan dan siklus dimulai
kembali.
3. Terjadi konversi energi listrik menjadi gerak pada komponen utama AC
(kompresor, kondenser, evaporator, katup ekspansi) sehingga mendukung
sistem kompresi-uap pada AC.
4. Temperatur pada tangki pemanas dinyatakan dalam dua parameter, yaitu
T5dan T6, dengan T5 berkisar 57C sampai 64C. Sedangkan T6 berkisar
35C sampai 37C.
DAFTAR PUSTAKA

[1] Tim ASTRO. Cara Kerja Sistem AC Ruangan. https://cvastro.com/cara-kerja-


sistem-ac-ruangan.htm (diakses 11 Maret 2016, 11:28 WIB)
[2] Tambunan, Tulus. 2015. ANALISA WAKTU SIMPAN AIR TERHADAP
KINERJA AC SPLIT SATU PK DENGAN ALAT PENUKAR KALOR
DENGAN TIPE SERPENTINE. Medan: Universitas Sumatera Utara.

Anda mungkin juga menyukai