PENDAHULUAN
Gambar 2.3. Diagram P h siklus kompresi uap ideal (Himsar Ambarita, 2010)
Proses-proses yang terjadi pada siklus kompresi uap seperti pada gambar
2.3 diatas adalah sebagai berikut:
a. Proses kompresi (1-2)
Proses ini dilakukan oleh kompresor dan berlangsung secara isentropik
adiabatik. Kondisi awal refrigeranpada saat masuk ke dalam kompresor adalah
uap jenuh bertekanan rendah, setelah mengalami kompresi refrigeranakan
menjadi uap bertekanan tinggi. Karena proses ini berlangsung secara
isentropik, maka temperatur ke luar kompresor pun meningkat.
b. Proses kondensasi (2-3)
Proses ini berlangsung didalam kondensor. Refrigeran yang bertekanan
tinggi dan bertemperatur tinggi yang berasal dari kompresor akan membuang
kalor sehingga fasanya berubah menjadi cair. Hal ini berarti bahwa di dalam
kondensor terjadi pertukaran kalor antara refrigeran dengan lingkungannya
(udara), sehingga panas berpindah dari refrigeran ke udara pendingin yang
menyebabkan uap refrigeran mengembun menjadi cair.
c. Proses expansi (3-4)
Proses expansi ini berlangsung secara isoentalpi. Hal ini berarti tidak
terjadi perubahan entalpi tetapi terjadi drop tekanan dan penurunan temperatur,
atau dapat dituliskan dengan:
3 = 4 (1)
Proses penurunan tekanan terjadi pada katup expansi yang berbentuk
pipa kapiler atau orifice yang berfungsi untuk mengatur laju aliran refrigeran
dan menurunkan tekanan.
d. Proses evaporasi (4-1)
Proses ini berlangsung secara isobar isothermal (tekanan konstan,
temperatur konstan) di dalam evaporator. Panas dari lingkungan akan diserap
oleh cairan refrigeran yang bertekanan rendah sehingga refrigeran berubah fasa
menjadi uap bertekanan rendah. Kondisi refrigeran saat masuk evaporator
sebenarnya adalah campuran cair dan uap
Selanjutnya, refrigeran kembali masuk ke dalam kompresor dan
bersirkulasi lagi. Begitu seterusnya sampai kondisi yang diinginkan tercapai.
Refrigerant adalah fluida kerja utama pada suatu siklus refrigerasi yang
bertugas menyerap panas pada temperatur dan tekanan rendah dan membuang
panas pada temperatur dan tekanan tinggi. Umumnya refrigerant mengalami
perubahan fasa dalam satu siklus.
2.3. Siklus Kompresi Uap dengan Water Heater
Water heater di letakan di antara setelah bagian kompresor dan sebelum
kondensor karena proses pemanasan air pada water heater tersebut
menggunakan panas buangan dari kondensor dimana pada umumnya suhu
Freon yang keluar dari kompresor AC dibuang pada kondensor.
Dengan adanya water heater, aliran panas itu dibelokkan dulu kedalam
tangki air dingin sebelum masuk ke kondensor sehingga terjadi kontak
perpindahan panas dari pipa AC dan air di dalam tangki. Pipa AC yang keluar
dari kompresor langsung di alirkan dahulu ke dalam heat exchanger berupa
pipa spiral dalam tangki dan air yang semula dingin pun memanas, begitupula
sebaliknya suhu Freon yang panas menurun, setelah melewati pipa spiral dalam
tangki barulah kemudian pipa AC kembali diarahkan ke kondensor. [2]
BAB III
METODE PERCOBAAN
54
Tekanan P (psi)
52 AC
50
AC+Water
48 Heater
46
3 6 9 12 15 18 21 24 27 30
Waktu t (menit)
205
Grafik Tekanan P2 terhadap t
200
Tekanan P (psi) 195
AC
190
185 AC+Water
Heater
180
175
3 6 9 12 15 18 21 24 27 30
Waktu t (menit)
230
Grafik Tekanan P3 terhadap t
Tekanan P (psi)
220
AC
210
200 AC+Water
Heater
190
3 6 9 12 15 18 21 24 27 30
Waktu t (menit)
Analisa:
Dari grafik P terhadap t di atas, grafik terbagi atas saat P1, P2, dan
P3. Dimana P1 adalah tekanan refrigeran di antara evaporator dan
kondensor, yang nilainya untuk kedua situasi (tanpa pemasangan water
heater dan dengan water heater) kecil karena pada saat itu tekanan udara
dan suhunya masih rendah. Pada saat dipasang water heater tekanan P1
lebih besar karena sebelumnya dilakukan percobaan tanpa water heater
sehingga tekanan dalam sistem sudah naik terlebih dahulu. Untuk P2
terhadap t, untuk kedua situasi tidak ada perbedaan nilai yang signifikan,
dimana P2 terjadi saat kompresor menekan uap jenuh refrigeran
bertekanan rendah menjadi tinggi. Dari P1 ke P2 terlihat kenaikan tekanan
yang cukup signifikan. Saat P3 adalah tekanan yang memasuki kondensor.
Tekanan P3 saat dipasang water heater lebih tinggi dibandingkan tanpa
water heater.
Analisa grafik suhu T terhadap waktu t
T1
40
T2
20
T3
0
3 6 9 12 15 18 21 24 27 30 T4
Axis Title
60
40
20
0
3 6 9 12 15 18 21 24 27 30
Waktu t (menit)
T1 T2 T3 T4 T5 T6
Analisa:
Untuk grafik suhu T terhadap waktu t ini, dibagi berdasarkan
pemasangan water heater. Untuk kedua grafik jelas terlihat suhu T2 sangat
tinggi karena uap refrigeran telah di kompresi oleh kondensor sehingga
suhunya naik dan lebih tinggi dibandingkan suhu T1 yang berwarna biru
tua. Dan dapat dilihat suhu terendah adalah T3 dimana T3 adalah suhu
setelah keluar dari kondensor, di kondensor terjadi pelepasan kalor
sehingga suhunya menjadi jauh lebih rendah. Sedangkan untuk T5 dan T6
pada pemasangan water heater, suhu dibagian bawah tabung air T5 lebih
besar dari pada di atas tabung T6 karena pemanasan terjadi di bagian
bawah tabung. Suhu T5 naik turun karena pelepasan kalor antara
kondensor dan kompresor tidak tetap.
Analisa grafik COP terhadap t
2500
2000
AC
COP
1500
1000 AC+Water
Heater
500
0
3 6 9 12 15 18 21 24 27 30
Waktu t (menit)
Analisa:
Pada grafik COP terhadap t ini dibandingkan antara saat tanpa
pemasangan water heater dan saat pemasangan water heater. Dapat dilihat,
saat tanpa water heater, nilai COP meningkat drastis dan kemudian turun
saat menit ke-12, setelah itu COP nya terhitung tetap setiap pertambahan
waktu. Dapat disebabkan karena AC tersebut tekanan dan suhu saat
mengalami siklus kembali nilainya sama saja ataupun naik sangat sedikit.
Lain halnya ketika di pasang water heater. COP nya naik, tetapi
kenaikannya sangat kecil, dapat disebabkan juga karena siklusnya sudah
sama saja dari awal sampai menit ke 30. Dilihat juga COP dengan
pesangan water heater lebih rendah dibandingkan dengan COP tanpa
pemasangan water heater. Disebabkan karena uap refrigeran yang berputar
dahulu ke tangki air baru memasuki kondenser.
BAB V
KESIMPULAN