Anda di halaman 1dari 24

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Angka kematian ibu dan angka kematian bayi merupakan indikator yang
paling penting untuk melakukan penilaian kemampuan suatu negara untuk
menyelenggarakan pelayanan kesehatan, khususnya dalam bidang obstetri.
Menurut Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) dan data Biro Pusat
Statistik (BPS) angka kematian ibu dalam kehamilan dan persalinan di seluruh
dunia mencapai 515 ribu jiwa pertahun. Ini berarti seorang ibu meninggal hampir
setiap menit karena komplikasi kehamilan dan persalinannya. Sedangkan angka
kematian bayi di Indonesia pada tahun 2007 2-5 kali lebih tinggi mencapai 34 per
1000 kelahiran hidup atau 2 kali lebih besar dari target WHO yaitu sebesar 15%
per kelahiran hidup (Suprayitno, 2007).
Adapun penyebab kematian perinatal adalah kelainan kongenital,
prematuritas, trauma persalinan, infeksi, gawat janin dan asfiksia neonatorum.
Terjadinya gawat janin di sebabkan oleh induksi persalinan, infeksi pada ibu,
perdarahan, insufisiensi plasenta, prolapsus tali pusat, kehamilan dan persalinan
preterm dan postterm.
Kehamilan umumnya berlangsung 40 minggu atau 280 hari dihitung dari
haid pertama haid terakhir. Kehamilan aterm ialah usia kehamilan antara 38-42
minggu dan ini merupakan periode terjadinya kehamilan normal. Namun sekitar
3,4 -14% atau rata-rata 10% kehamilan berlangsung sampai 42 minggu atau
lebih (Hidayat, 2009).
Kehamilan postterm mempunyai pengaruh terhadap perkembangan janin
sampai kematian janin karena kekurangan zat makanan dan oksigen. Kehamilan
posterm merupakan salah satu penyebab kematian perinatal.
Data statistik menunjukkan, angka kematian ibu dan janin dalam kehamilan
lewat waktu lebih tinggi ketimbang dalam kehamilan cukup bulan, di mana angka
kematian kehamilan lewat waktu mencapai 5-7%. Karena resiko bagi ibu dengan
kehamilan posterm dapat berupa pendarahan pasca kehamilan atau tindakan
obstertrik yg meningkat.
Bertolak dari hal tersebut dapat kita ketahui bahwa perlunya pemahaman
dan penatalaksanaan yang tepat terhadap kehamilan postterm upaya yang tepat
untuk mengurangi kasus ini adalah dengan memberikan Asuhan Antenatal Care
yang berkualitas dan berkesinambungan pada ibu hamil. Selain itu juga penting
bagi bidan untuk mengetahui bagaimana cara memberikan manajemen asuhan
kebidan pada ibu hamil Postterm.

B. Batasan Masalah
Dalam penulisan kasus ini penulis membatasi masalah yaitu bagaiamana
manajemen asuhan kebidanan pada kasus kehamilan posterm.
C. Tujuan Penulisan

1. Tujuan Umum
Untuk mendapatkan pengalaman serta dapat menerapkan dan
mengembangkan pola pikir ilmiah dalam melaksanakan manajemen asuhan
kebidanan pada kasus kehamilan postterm.

2. Tujuan Khusus

a. Dapat melaksanakan pengkajian data dengan cara wawancara,


observasi dan pemeriksaan pada pada kasus kehamilan postterm.

b. Dapat melakukan interpretasi data yaitu, mengkaji masalah dan


kebutuhan pada kasus kehamilan postterm.

c. Dapat mengidentifikasi masalah potensial yang mungkin terjadi pada


kasus kehamilan postterm.

d. Dapat menentukan tindakan segera pada kasus kehamilan postterm.


e. Dapat membuat rencana asuhan pada kasus kehamilan postterm
sebagai dasar untuk melaksanakan asuhan kebidanan.

f. Dapat melakukan implementasi secara efektif dan efisien pada kasus


kehamilan postterm.

g. Dapat mengevaluasi asuhan yang telah diberikan pada kasus kehamilan


postterm.

D. Manfaat Penulisan

1. Menambah wawasan dan pengetahuan, serta agar penulis dapat


melaksanakan manajemen asuhan kebidanan pada kasus kehamilan
postterm.

2. Berperan secara profesional sehingga dapat memberikan pelayanan yang


berkualitas pada klien.

3. . Mengembangkan kemampuan berfikir dalam menemukan masalah dan


dalam mencari pemecahan masalah tersebut
BAB II
LANDASAN TEORITIS

A. Kehamilan Postterm
1. Pengertian
Kehamilan postterm adalah kehamilan melampaui umur hamil 42 minggu dan
pada janin terdapat tanda postmaturitas (Manuaba, 2007).
Definisi standar untuk kehamilan dan kehamilan lewat bulan adalah 294
hari setelah hari pertama menstruasi terakhir, atau 280 hari setelah ovulasi. Istilah
lewat bulan (postdate) digunakan karena tidak menyatakan secara langsung
pemahaman mengenai lama kehamilan dan maturitas janin ( Varney Helen,2007).
Kehamilan postterm menunjukkan kehamilan berlangsung sampai 42
minggu (294 hari) atau lebih, dihitung dari hari pertama haid terakhir menurut
rumus Naegele dengan siklus haid rata-rata 28 hari (Prawirohardjo, 2008).

2. Etiologi
Menurut Sarwono Prawirohardjo dalam bukunya (Ilmu Kebidanan, 2008)
faktor penyebab kehamilan postterm adalah :
a. Pengaruh Progesteron
Penurunan hormon progesteron dalam kehamilan dipercaya merupakan
kejadian perubahan endokrin yang penting dalam memacu proses biomolekuler
pada kehamilan dan meningkatkan sensitivitas uterus terhadap oksitosin ,
sehingga terjadinya kehamilan dan kehamilan postterm adalah karena masih
berlangsungnya pengaruh progesteron.
b. Teori Oksitosin
Pemakaian oksitosin untuk induksi kehamilan pada kehamilan postterm
memberi kesan atau dipercaya bahwa oksitosin secara fisiologis memegang
peranan penting dalam menimbulkan kehamilan dan pelepasan oksitosin dari
neurohipofisis ibu hamil yang kurang pada usia kehamilan lanjut diduga sebagai
salah satu faktor penyebabnya.
c. Teori Kortisol/ACTH janin
Dalam teori ini diajukan bahwa sebagai pemberi tanda untuk
dimulainya kehamilan adalah janin, diduga akibat peningkatan tiba-tiba kadar
kortisol plasma janin. Kortisol janin akan mempengaruhi plasenta sehingga
produksi progesteron berkurang dan memperbesar sekresi estrogen, selanjutnya
berpengaruh terhadap meningkatnya produksi prostaglandin. Pada cacat bawaan
janin seperti anansefalus, hipoplasia adrenal janin, dan tidak adanya kelenjar
hipofisis pada janin akan menyebabkan kortisol janin tidak diproduksi dengan
baik sehingga kehamilan dapat berlangsung lewat bulan.
d. Saraf Uterus
Tekanan pada ganglion servikalis dari pleksus Frankenhauser akan
membangkitkan kontraksi uterus. Pada keadaan di mana tidak ada tekanan pada
pleksus ini, seperti pada kelainan letak, tali pusat pendek dan bagian bawah
masih tinggi kesemuanya diduga sebagai penyebabnya.
e. Heriditer
Beberapa penulis menyatakan bahwa seseorang ibu yang mengalami
kehamilan postterm mempunyai kecenderungan untuk melahirkan lewat bulan
pada kehamilan berikutnya. Mogren (1999) seperti dikutip Cunningham,
menyatakan bahwa bilamana seseorang ibu mengalami kehamilan postterm saat
melahirkan anak perempuan, maka besar kemungkinan anak perempuannya
mengalami kehamilan postterm.
3. Diagnosa

Tidak jarang seorang bidan mengalami kesulitan dalam menentukan diagnosis


karena diagnosis ditegakkan berdasarkan umur kehamilan, bukan terhadap
kondisi kehamilan. Diagnosis dapat ditentukan melalui (Sarwono Prawirohardjo,
2008) :

A. Riwayat Haid

Diagnosis tidak sulit untuk ditegakkan apabila hari pertama haid terakhir
(HPHT) diketahui dengan pasti. Untuk riwayat haid yang dapat dipercaya,
diperlukan beberapa kriteria antara lain:

1) Penderita harus yakin betul dengan HPHT-nya


2) Siklus 28 hari dan teratur
3) Tidak minum pil antihamil setidaknya 3 bulan terakhir

Selanjutnya diagnosis ditentukan dengan menghitung menurut rumus


Naegele. Berdasarkan riwayat haid, seseorang penderita yang ditetapkan sebagai
kehamilan dan persalinan postterm kemungkinan adalah sebagai berikut:
a. Terjadi kesalahan dalam menetukan tanggal haid terakhir atau akibat
menstruasi abnormal
b. Tanggal haid terakhir diketahui jelas, tetapi terjad kelambatan ovulasi.
c.Tidak ada kesalahan menentukan haid terakhir dan kehamilan memang
berlangsung lewat bulan (keadaan ini sekitar 20-30% dari seluruh penderita yang
diduga kehamilan postterm).

B. Riwayat Pemerikasaan Antenatal


1) Tes Kehamilan
Bila pasien melakukan tes imunologik sesudah terlambat 2 minggu, maka dapat
diperkirakan kehamilan memang telah berlangsung 6 minggu.
2) Gerak Janin
Gerak janin atau quickening pada umumnya dirasakan ibu pada umur kehamilan
18-20 minggu. Pada primigravida dirasakan sekitar umur kehamilan 18 minggu,
sedangkan pada multigravida pada 16 minggu. Petunjuk umum untuk
menentukan persalinan adalah quickening ditambah 22 minggu pada
primigravida atau ditambah 24 minggu pada multigravida.
3) Denyut Jantung Janin (DJJ)
Dengan stetoskop Laenec DJJ dapat didengar mulai umur 18-20 minggu,
sedangkan dengan Doppler dapat terdengar pada umur kehamilan 10-12 minggu.
Kehamilan dapat dinyatakan sebagai kehamilan postterm bila didapat 3 atau lebih
dari 4 kriteria hasil pemeriksaan sebagai berikut:
1) Telah lewat 36 minggu sejak tes kehamilan positif.
2) Telah lewat 32 minggu sejak DJJ pertama terdengar dengan Doppler.
3) Telah lewat 24 minggu sejak dirasakan gerakan janin pertama kali.
4) Telah lewat 22 minggu sejak terdengarnya DJJ pertama kali dengan stetoskop
Laennec.

C. Tinggi Fundus Uteri


Dalam trimester pertama pemeriksaan tinggi fundus uteri serial dalam
sentimeter dapat bermanfaat bila dilakukan pemeriksaan secara berulang tiap
bulan. Lebih dari 20 minggu, tinggi fundus uteri dapat menentukan umur
kehamilan secara kasar.
D. Pemeriksaan Ultrasonografi (USG)
Bila telah dilakukan pemeriksaan ultrasonografi serial terutama sejak
trimester pertama,hamper dapat dipastikan usia kehamilan. Pada trimester
pertamapemeriksaan panjang kepala-tungging (crown-rump length/CRL)
memberikan ketepatan kurang lebih 4 hari dari taksiran persalinan

4. Komplikasi
Kemungkinan komplikasi pada persalinan postterm adalah:
a. Terhadap Ibu
Persalinan postterm dapat menyebabkan distosia persalinan karena aksi
uterus tidak terkoordinir karena tulang tengkorak menjadi lebih keras, janin besar,
moulding kepala kurang. Maka akan sering dijumpai seperti partus lama,
kesalahan letak, inersia uteri, distosia bahu, robekan luas jalan lahir, dan
perdarahan postpartum. Hal ini akan menaikkan angka mordibitas dan mortalitas
(Prawirohardjo, 2006).
b. Terhadap Janin
Permasalahan kehamilan lewat waktu adalah plasenta tidak sanggup
memberikan nutrisi dan pertukaran CO2/O2 sehingga mempunyai risiko asfiksia,
hipoksia, hipovolemia, asidosis, hipoglikemia, hipofungsi adrenal sampai
kematian dalam rahim (Saifuddin, 2002).

5. Tanda Bayi Postmatur


Tanda postmatur dapat di bagi dalam 3 stadium (Prawirohardjo, 2008) :
a. Stadium I
Kulit menunjukkan kehilangan verniks kaseosa dan maserasi berupa kulit
kering, rapuh dan mudah mengelupas.
b. Stadium II
Gejala diatas disertai pewarnaan mekonium (kehijauan) pada kulit.
c. Stadium III
Terdapat pewarnaan kekuningan pada kuku, kulit dan tali pusat.
Menurut Manuaba 2007, tanda bayi postmatur adalah:
a. Biasanya lebih berat dari bayi matur ( > 4000 gram).
b. Tulang dan sutura kepala lebih keras dari bayi matur.
c. Rambut lanugo hilang atau sangat kurang.
d. Verniks kaseosa di badan berkurang.
e. Kuku-kuku panjang.
f. Rambut kepala agak tebal.
g. Kulit agak pucat dengan deskuamasi epitel.

6. Penatalaksanaan
Tindakan yang penting dilakukan (Saifuddin, 2002) adalah:
A. Setelah usia kehamilan > 40-42 minggu yang penting adalah monitoring janin
sebaik-baiknya.
B. Apabila tidak ada tanda-tanda insufisiensi plasenta, persalinan spontan dapat
ditunggu dengan pengawasan ketat.
C. Lakukan pemeriksaan dalam untuk menilai kematangan serviks, kalau sudah
matang boleh dilakukan induksi persalinan dengan atau tanpa amniotomi.
D. Bila :
1) Riwayat kehamilan yang lalu ada kematian janin dalam rahim.
2) Terdapat hipertensi, pre-eklampsia.
3) Kehamilan ini adalah anak pertama karena infertilitas.
4) Pada kehamilan > 40-42 minggu.
Maka ibu dirawat di rumah sakit :
E. Tindakan operasi seksio sesarea dapat dipertimbangkan pada.
1) Insufisiensi plasenta dengan keadaan serviks belum matang.
2) Pembukaan yang belum lengkap, persalinan lama dan terjadi gawat janin.
3) Pada primigravida tua, kematian janin dalam kandungan, pre-eklampsia,
hipertensi menahun, anak berharga (infertilitas) dan kesalahan letak janin.
F. Pada persalinan pervaginam
Harus diperhatikan bahwa partus lama akan sangat merugikan bayi, janin
postmatur kadang-kadang besar dan kemungkinan diproporsi sefalo-pelvik dan
distosia janin perlu dipertimbangkan. Selain itu janin postmatur lebih peka
terhadap sedatif dan narkosa, jadi pakailah anestesi konduksi.

7. Pencegahan

Pencegahan dapat dilakukan dengan melakukan pemeriksaan kehamilan


yang teratur, minimal 4 kali selama kehamilan, 1 kali pada trimester pertama
(sebelum 12 minggu), 1 kali pada trimester ke dua (antara 13 minggu sampai 28
minggu) dan 2 kali trimester ketiga (di atas 28 minggu). Bila keadaan
memungkinkan, pemeriksaan kehamilan dilakukan 1 bulan sekali sampai usia 7
bulan, 2 minggu sekali pada kehamilan 7-8 bulan dan seminggu sekali pada bulan
terakhir. Hal ini akan menjamin ibu dan dokter mengetahui dengan benar usia
kehamilan, dan mencegah terjadinya kehamilan serotinus yang berbahaya.
Perhitungan dengan satuan minggu seperti yang digunakan para dokter
kandungan merupakan perhitungan yang lebih tepat. Untuk itu perlu diketahui
dengan tepat tanggal hari pertama haid terakhir seorang (calon) ibu itu.
BAB III

TINJAUAN KASUS

KASUS

ASUHAN KEBIDANAN
PADA NY T G2P1A0H1 UK 42+3 MINGGU
DI PUSKESMAS ANAK AIR PADANG
TANGGAL 06 APRIL 2016
I. PENGKAJIAN DATA
A. Identitas / Biodata
Nama Ibu : Ny. T
Umur : 23 Tahun
Agama : Islam
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Alamat Rumah : Kampuang Jambak, Kec. Koto Tangah.
Telp Rumah / Hp : 082334988870
No MR : 0000284572809

Nama Suami : Tn. L


Umur : 30 Tahun
Agama : Islam
Pendidikan : SMU
Pekerjaan : Supir
Alamat Rumah : Kampuang Jambak, Kec. Koto Tangah
Telp Rumah / Hp : 081263899014

Nama keluarga dekat yang mudah di hubungi : Ny. M (Ibu)


Alamat Rumah : Kampuang Jambak
Telp. Rumah / HP : 085363098765

B. DATA SUBYEKTIF

Pasien Masuk tanggal : 06-04-2016

Pukul : 10.00 WIB

1. Alasan Kunjungan ini : Ibu mengatakan ingin memeriksakan


kehamilanya
Usia Kehamilan : 42 minggu

2. Keluhan Utama : Ibu mengatakan kehamilan sudah lewat


bulan dari TP
3. Riwayat Menstruasi
a. Haid Pertama : ketika ibu berumur 12 tahun
b. Siklus : 28 hari
c. Banyaknya : 2-3 x ganti pembalut perhari
d. Lamanya : 7 hari
e. Sifat darah : Encer
f. Teratur/Tidak : Teratur
g. Dissmenorreae : Sakit perut dan nyeri pinggang
4. Riwayat Kehamilan sekarang

a. HPHT : 22-06-2015

b. Usia Kehamilan saat di periksa berdasarkan HPHT : 42 Minggu

c. Taksiran Persalinan : 29 -03-2016


d. Keluhan Pada

a) Trimester I : Mual, Badan Lemas

b) Trimester II : Normal

c) Trimester III :Sering BAK

e. Pergerakan anak pertama kali dirasakan ibu : Pada usia 20


minggu

f. Obat yang di konsumsi termasuk jamu : Tidak ada

g. Keluhan yang dirasakan

1. Rasa 5 L ( lesu, lemah, letih, lelah, lunglai) : letih dan


lelah.

2. Mual muntah yang lama : tidak ada

3. Panas Mengigil : tidak ada

4. Nyeri Perut : tidak ada

5. Sakit Kepala berat / terus menerus : tidak ada

6. Penglihatan Kabur : tidak ada

7. Rasa nyeri/panas waktu BAK : tidak ada

8. Rasa gatal pada vulva, vagina dan sekitarnya : tidak ada

9. Pengeluaran cairan pervaginam : tidak ada

10. Nyeri, kemerahan, tegang pada tungkai : tidak ada


11. Edem di kaki, tibia , muka, dan jari-jari tangan : tidak ada

12. Obat-obatan yang di konsumsi : tidak ada

5. Pola Makan

Makan sehari-hari

a. Pagi : 1 piring nasi sedang+ lauk pauk +


mangkok sayur dan 1 gelas air putih

b. Siang : 1 piring nasi sedang + 1 butir telu +


mangkok sayur+satu gelas air.

c. Malam : 1 piring nasi sedang + lauk pauk+


mangkok sayur+ 1 gelas air.

6. Perubahan pola makan yang dialami (termasuk ngidam, nafsu makan dll) :

Pada TM 1nafsu makan berkurang, tetapi pada TM II dan TM III nafsu makan
mulai bertambah)

7. Pola Eliminasi

a. BAB

1. Frekuensi : 1-2x / hari


2. Warna : kuning

3. Intensitas : normal

4. Keluhan : Tidak ada

b. BAK

1. Frekuensi : 8-9x/ hari

2. Warna : kuning jernih

3. Keluhan : Tidak ada

8. Aktivitas sehari-hari

a. Pekerjaan : melakukan pekerjaan rumah seperti menyuci


piring, menyapu rumah dll.

9. Pola Istirahat dan Tidur

a. Siang : 2 jam

b. Malam : 8 jam

10. Imunisasi

TT 1 : 10/ 10/2011

TT 2 : 01/04 / 2012
11. Riwayat Kehamilan, Persalinan, Nifas yang Lalu

N Tgl Usia Jenis Tem Penol Bayi Menyusui A.Kontrasepsi


O Lahi Keh Pers Pat ong
r milan Alina Persa JK PB Asi Disa jenis Lama
n linan /BB Saja pih dilepas

1 04/0 40 N RB Bidan P 45c Iya tida suknti 6 bulan


5/12 mingg m/ k k
u 300
. 0 gr

12. Riwayat Kesehatan


a. Riwayat Penyakit

1. Jantung : tidak ada

2. Hipertensi : ada

3. Ginjal : tidak ada

4. DM : tidak ada

5. Asma : tidak ada

6. TBC : tidak ada

7. Epilepsi : tidak ada

b. Riwayat Alergi :

1. Jenis Makanan : tidak ada

2. Jenis obat-obatan : tidak ada

c. Riwayat transfusi darah : tidak ada

d. Riwayat pernah kelainan jiwa : tidak ada

13. Riwayat Kesehatan Keluarga

a. Penyakit yang pernah di derita :

1. Jantung : tidak ada

2. Hipertensi : tidak ada

3. Ginjal : tidak ada

4. DM : tidak ada
5. Asma : tidak ada

6. TBC : tidak ada

7. Epilepsi : tidak ada

b. Riwayat kehamilan :

1. Gemeli (lebih dari satu) : tidak ada

2. Lebih dari dua : tidak ada

c. Kelainan psikologi : tidak ada

14. Keadaan Sosial

a. Status Perkawinan : sah menikah

1. Perkawinan ke :1

2. Kawin I tahun : 20 januari 2010

3. Setelah kawin berapa lama baru hamil : 2 tahun

b. Kehamilan :

1. Direncanakan : Iya

2. Diterima : Iya

c. Hubungan dengan anggota keluarga : baik

d. Hubungan dengan tetangga masyarakat : baik

e. Jumlah anggota keluarga : 3 orang

15. Keadaan Ekonomi


a. Penghasilan Perbulan : 2.500.000

b. Penghasilan perkapita : 750.000

C. DATA OBJEKTIF

1. Pemeriksaan Umum
Keadaan Umum : Baik
Kesadaran : Composmetis
Status Emosional : Stabil

a. BB sebelum hamil : 69 kg
b. BB sekarang : 85 kg
c. TB : 158 cm
d. Lila : 33 cm
1. Tanda vital
a. Tekanan darah : 123/84 mMHg
b. Pernapasan : 21x/ menit
c. Nadi : 81x/ menit
d. Suhu : 36,5 C
2. Pemeriksaan Khusus
a. Inspeksi
1. Kepala
Rambut : lurus, hitam, tidak rontok, dan tidak
ada ketombe
Mata : simetris, konjungtiva merah muda,
sklera putih.
Muka : oval, tidak pucat, tidak odem, tidak
ada bekas luka
Mulut : tidak ada caries
2. Leher : tidak ada pembesaran kelenjar
parotis, tiroid,limfe.
3. Dada : simetris,tidak ada retraksi dinding
dada
4. Adbdomen : tidak ada bekas operasi
5. Genitalia :
a. Kemerahan : tidak dilakukan
b. Pembengkekan : tidak dilakukan
c. Oedema : tidak dilakukan
d. Varices : tidak dilakukan

6. Ekstremitas
a. Atas
Oedema : tidak ada
Sianosis pada ujung jari : tidak ada
b. Bawah :
Oedema : tidak ada
Varices : tidak ada
a. Leher
Kelenjer thyroid : tidak ada
Kelenjer limpa : tidak ada

b. Payudara
Pembengkakkan : Tidak ada

c. Abdomen
Leopold I : pada fundus teraba, bulat , lunak , tidak
lenting kemungkinan bokong
Leopold II : Bagian kanan teraba tonjolan-tonjolan
kecil, kemungkinan ekstremitas, bagian kiri teraba
memanjang seperti papan,ada tahanan kemungkina
punggung.
Leopold III : Bagian bawah perut ibu teraba bulat, tidak
melenting, keras, tidak bisa di goyangkan .
Leopold IV: posisi tangan divergent. Kemungkinan
sudah Masuk 1/5 bagian kepala kedalam PAP
c. Auskultasi
1. DJJ : 142x/ menit
2. Frekuensi : normal
3. Irama : teratur
4. Intensitas : baik
d. Perkusi
1. Reflek patella kanan : + (positif)
2. Reflek patella kiri : + (positif)
e. Pemeriksaan Panggung luar
1. Distansia Spinarum : Tidak dilakukan
2. Distansia cristarum : Tidak dilakukan
3. Conjugata eksterna : tidak dilakukan
4. Distansia intertuberum : tidak dilakukan
5. Lingkar panggul : tidak dilakuakan

f. Pemeriksaan Laboratorium
1. Kadar HB : 10,2 dl/g
2. Golongan Darah : B
3. Reduksi : -
4. Protein Urin : +

.
II. INTEPRETASI DATA
A. Diagnosa kebidanan
Seorang Ny T umur 23 tahun G2P1A0H1 Uk 42 minggu, janin tunggal,
hidup intrauteri, puki, preskep, janin hidup, jalan lahir normal , KU ibu dan janin
baik.ibu dengan anemia ringan.

Ds : - ibu memgtakan ini kehamilan yang kedua


- ibu mengatakan hamilnya sudah lewat dari TP
- ibu mengatakan anak pertamanya lahir normal

Do : - KU : baik
-Kesadaran : composmetis
- vital sign : TD :123/84 mMHg S :36,5 C
N :21x/ menit R :81x/menit

- TFU : 32 cm
-BB : 85kg
- DJJ : 142 x/ menit, kuat
- Leopod I : teraba bokong
- Leopod II : teraba punggung disebelah kiri
- Leopod III : teraba kepala
- Leopod IV : divergent

B. Masalah
Ibu cemas kehamilannya sudah lewat dari TP
D. Kebutuhan
1. informasikan hasil pemeriksaan
2. KIE mengenai :
- hubungan seksual
-Istirahat yang cukup
-nutrisi yang seimbang pada ibu hamil
-mengetahui gerak anak
-melakukan rujuakan ke dokter SPOG
III. IDENTIFIKASI DIAGNOSA / MASALAH POTENSIAL
- Potensial terjadinya Anemia berat, pre eklampsi ringan
IV. ANTISIPASI TINDAKAN SEGERA
- Lakukan rujukan ke RS atau dokter SPOG bila keadaan ibu dan janin
memburuk

V. PERENCANAAN
1. Beritahu ibu tentang hasil pemeriksaan/kondisi ibu
2. Anjurkan ibu untuk melakukan hubungan seksual
3. Anjurkan ibu untuk istirahat, rileks dan tidak melakukan aktivitas yang
terlalu berat
4. Beri KIE nutrisi ibu hamil
5. Pantau adanya tanda dan gejala syok hipovelemik
6. Lakukan rujukan

VI. PELAKSANAAN
1. Memberitahu ibu hasil pemeriksaan
TD :123/ 84 mMHg S :36,5 C
N :21x/ menit R :81x/menit
TFU :32 cm DJJ : 142 x/ menit, kuat
BB : 85kg
2. Menganjurkan ibu untuk melakukan hubungan seksual, karena hormon
prostaglandin dapat merangsang kontraksi supaya terjadi tanda-tanda persalinan.
3. Menganjurkan ibu untuk perbanyak istirahat, rileks dan mengurangi aktifitas
yang berat.
4. Memberitahu ibu untuk makan,makanan yang bergizi yang mengadung
protein misalnya tahu, tempe, telor dan ikan. Karbohidrat misalnya nasi, roti,
jagung, singkong dan lain-lain. Vitamin misalnya buah-buahan dan sayuran.
Mineral misalnya susu dan sayuran hijau-hijauan. Memberitahu ibu agar tidak
makan makanan yang mengganggu kesehatan misalnya bahan makanan yang
banyak mengadung bahan pengawet, minum minuman berakohol, minum jamu
dan merokok.
5. Memantau adanya tanda syok hipovelemik dan per eklampsi dengan cara
melalukan pemeriksaan tanda-tanda vital sign,KU.
6. Melakukan rujukan ke dokter SPOG

VII. EVALUASI
1. Ibu mengatakan sudah mengetahui tentang keadaanya
2. Ibu mengatakan sudah mengerti tentang anjuran yang diberikan oleh bidan
3. Ibu bersedia untuk melakukan istirahat total ditempat tidur dan mengurangi
aktivitas yang berat.
4. Ibu mengatakan sudah mengetahui tentang nutrisi ibu hamil dan ibu dapat
menjelaskan kembali
5. Sudah dilakukan pemantuan pda ibu
6. Sudah dilakukan pemantauan DJJ
7. Sudah dilakukan rujukan ke RS atau dokter SPOG
8. Sudah dilakukan dokumentasi
BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan

Kehamilan lewat waktu merupakan salah satu kehamilan yang beresiko


tinggi, dimana dapat terjadi komplikasi pada ibu dan janin. Kehamilan umumnya
berlangsung 40 minggu atau 280 hari dari Hari Pertama haid terakhir. Kehamilan
lewat waktu juga biasa disebut serotinus atau postterm pregnancy, yaitu kehamilan
yang berlangsung selama lebih dari 42 minggu atau 294 hari.
Penyebab pasti kehamilan lewat waktu sampai saat ini belum kita ketahui.
Diduga penyebabnya adalah siklus haid yang tidak diketahui pasti, kelainan pada
janin (anenefal, kelenjar adrenal janin yang fungsinya kurang baik, kelainan
pertumbuhan tulang janin/osteogenesis imperfecta; atau kekurangan enzim
sulfatase plasenta).
Kehamilan lewat bulan dapat juga menyebabkan resiko pada ibu, antara lain
distosia karena aksi uterus tidak terkoordinir, janin besar, dan moulding (moulage)
kepala kurang. Sehingga sering dijumpai partus lama, kesalahan letak, inersia
uteri, distosia bahu, dan perdarahan postpartum.
Pencegahan dapat dilakukan dengan melakukan pemeriksaan kehamilan
yang teratur, minimal 4 kali selama kehamilan, 1 kali pada trimester pertama
(sebelum 12 minggu), 1 kali pada trimester ke dua (antara 13 minggu sampai 28
minggu) dan 2 kali trimester ketiga (di atas 28 minggu). Bila keadaan
memungkinkan, pemeriksaan kehamilan dilakukan 1 bulan sekali sampai usia 7
bulan, 2 minggu sekali pada kehamilan 7 8 bulan dan seminggu sekali pada
bulan terakhir. Hal ini akan menjamin ibu dan dokter mengetahui dengan benar
usia kehamilan, dan mencegah terjadinya kehamilan serotinus yang berbahaya.
B. Saran

DAFTAR PUSTAKA

Manuaba. 2007. Pengantar Kuliah Obstetri. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran


:EGC

Prawiroharjo, Sarwono.2008. Ilmu Kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka


Sarwono Prawiroharjo.
_____. 2006. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal Dan
Neonatal. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawiroharjo.
Saifuddin, Abdul Bari. 2002. Kesehatan Maternal dan Neonatal. Jakarta:
Yayasan Bina Pustaka
Varney, Helen Dkk.2007. Buku Ajar Asuhan Kebidanan ed.4 vo1. Jakarta.EGC
Wiknjosastro. 2000. Ilmu Bedah Kebidanan. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka
Sarwono Prawiroharjo.
APN. 2008. Pelayanan Obstetri dan Neonatal Emergensi Dasar. Jakarta:
Institusi DEPKES RI

Anda mungkin juga menyukai