BANDUNG
Disusun Oleh :
PENDIDIKAN BIOLOGI
YOGYAKARTA
2017
A. Definisi ekosistem
Istilah ekosistem pertama kali diusulkan oleh ahli ekologi inggris A.G.
Transley tahun 1935. Karl Mobios tahun 1877 dalam bahasa jerman menulis
komunitas organisme dalam karang oyster sebagai suatu biocoenosis. Ahli
ekologi perintis bangsa rusia V.V. Dockuchaev dan muridnya G.F. Morozof
mengembangkan istilah beogeogenesis atau geobiocoeneosis sebagai istilah
dari ekosistem. Beberapa istilah lain yang telah digunakan untuk menyatakan
pandangan holistik adalah holocoen (Friederrichs,1930), biositem
(Thienemann,1939) dan bioenet (Vernadsky,1944).
Ekosistem merupakan hubungan timbal balik antara komponen biotik
dengan komponen abiotik yang membentuk suatu sistem. Ini berarti bahwa
baik dalam struktur maupun fungsi fungsi komponen tadi merupakan satu
kesatuan yang tidak bisa dipisahkan. Sebagai konsekuensinya adalah apabila
salahsatu komponennya terganggu, maka komponen komponen lainnya
secara cepat atau lambat akan terpengaruh (Ardhana, 2012).
Kawasan konservasi mempunyai peran yang sangat besar terhadap
perlindungan keanekaragaman hayati. Kawasan konservasi juga merupakan
pilar dari hampir semua strategi konservasi nasional dan internasional yang
berfungsi sebagai penyedia jasa ekosistem, melindungi spesies yang terancam
dan mitigasi perubahan iklim (Dudley, 2008). International Union for
Conservation of Nature (IUCN) pada tahun 1978 kemudian
mengklasifikasikan kawasan konservasi berdasarkan tujuan pengelolaannya
menjadi 10 kategori kawasan konservasi yang kemudian disempurnakan di
tahun 1994 menjadi 6 kategori.
Merujuk kategorisasi kawasan konservasi oleh IUCN, pengukuhan
kawasan konservasi di Indonesia diatur dalam Undang-Undang Republik
Indonesia Nomor 5 Tahun 1990. Pengukuhan kawasan konservasi di Indonesia
merupakan upaya konservasi sumber daya alam hayati yang dilakukan melalui
kegiatan perlindungan sistem penyangga kehidupan, pengawetan
keanekaragaman jenis tumbuhan dan satwa beserta ekosistemnya dan
pemanfaatan secara lestari sumber daya alam dan ekosistemnya. Kawasan
Konservasi di Indonesia meliputi Kawasan Suaka Alam, Kawasan Pelestarian
Alam dan Taman Buru. Kawasan Suaka Alam disini meliputi Cagar Alam dan
Suaka Margasatwa dimana berperan penting dalam usaha konservasi sumber
1
daya alam hayati dan penyedia jasa ekosistem yang tentunya bermanfaat luas
bagi masyarakat.
Cagar Alam didefinisikan sebagai kawasan suaka alam dengan keadaan
alamnya yang mempunyai kekhasan tumbuhan, satwa, dan ekosistemnya atau
ekosistem tertentu yang perlu dilindungi dan perkembangannya berlangsung
secara alami. Pengertian cagar alam dalam Undang-Undang Nomor 5 Tahun
1990 tersebut sejalan dengan pengertian Strict Nature Reserve menurut IUCN.
Strict Nature Reserve didefinisikan sebagai kawasan yang sangat protektif
dengan tujuan untuk melindungi keanekaragaman hayati serta aspek geologis
dan geomorfologis di dalamnya, dimana tidak diperbolehkan campur tangan
manusia dan terdapat kontrol yang sangat ketat terhadap pemanfaatan dan
pengaruh dari luar. Kawasan ini dapat juga berfungsi sebagai lokasi penelitian
dan monitoring untuk dijadikan sebagai kawasan acuan.
2
lampau merupakan danau yang dikenal dengan sebutan Danau Bandung.
Keadaan yang sekarang terlihat merupakan pedataran yang biasa disebut
dengan istilah Cekungan Bandung. Daerah sekitar cekungan tersebut,
diperkirakan dahulu merupakan tepian danau sehingga banyak diperoleh
sisa-sisa aktivitas manusia masa lampau.
Danau Purba ini mempunyai peran yang sangat penting dalam
perkembangan manusia dan kebudayaan masyarakatnya. Secara alami,
Bandung berada dikuali raksasa Cekungan Bandung. Ke dalam cekungan ini
mengalir sungai-sungai yang bersumber dari gunung-gunung yang berada di
pinggiran Pinggiran Cekungan Bandung terdiri dari rangkaian gunung-
gunung. Di utara, ada Gunung Burangrang, Gunung Sunda, Gunung
Tangkuban Parahu, Bukit Tunggul, dan Gunung Putri. Sebelah timur ada
Gunung Manglayang, di selatan ada Gunung Patuha, Gunung Tilu, Gunung
Malabar, Gunung Mandalawangi. Di bagian tengah ada rangkaian gunung
api tua, dan di barat dibentengi rangkaian bukit-bukit kapur Rajamandala.
Bandung memang dikelilingi oleh banyak gunung.
Kota Bandung secara geografis dikelilingi oleh pegunungan, dan ini
menunjukkan bahwa pada masa lalu kota Bandung memang merupakan
sebuah telaga atau danau. Akibatnya, daerah antara Padalarang hingga
Cicalengka dan daerah antara Gunung Tangkuban Parahu hingga Soreang
terendam air menjadi ebuah danau besar yang kemudian dikenal dengan
sebutan Danau Bandung atau Danau Bandung Purba. Proses keringnya
danau Bandung sehingga meninggalkan cekungan seperti sekarang ini,
menurut legenda keringnya di akibatkan karena mengalirnya air dari danau
Bandung atau Danau Bandung Purba melalui sebuah gua yang bernama
Sangkyang Tikoro.
3. Keanekaragaman hayati dan ekosistem
Tumbuhan obat dan fungsinya telah ditemukan sejak sekitar tahun 4000
sebelum masehi (Triastuti, 2006). Menurut Anonim (2007), dikatakan
bahwa pada tahun 2700 sebelum masehi telah ditemukan sekitar 365 jenis
tumbuhan obat dan fungsinya. Saat ini, jenis tumbuhan obat yang telah
ditemukan semakin banyak. Lebih dari 35.000 spesies tumbuhan dunia yang
3
memiliki nilai medis telah ditemukan. Selain itu, sekitar 7000 senyawa
kimiawi medis didapat dari tumbuhan (Ismael, 2001).
Menurut Departemen Kehutanan dan Perkebunan Kantor Wilayah
Propinsi Jawa Barat (2000), Indonesia merupakan salah satu diantara negara
yang memiliki keanekaragaman hayati terkaya (Mega Biodiversity)
bersama-sama Brazil, Zaire, dan Meksiko. Indonesia memiliki
keanekaragaman tumbuhan berbunga (10%), mamalia (12%), reptilia dan
amphibia (16%), burung (17%), dan ikan (25%) dari yang dimiliki dunia.
Keanekaragaman tumbuhan terpelihara melalui cagar alam (Departemen
Kehutanan dan Perkebunan Kantor Wilayah Propinsi Jawa Barat, 2000).
Daerah Situ Lembang, yang masih termasuk dalam wilayah cagar alam
Burangrang adalah salah satu contohnya.
Salah satu kegiatan pengelolaan potensi kawasan yaitu kegiatan
inventarisasi dan identifikasi potensi kawasan seperti tumbuhan, hewan, dan
ekosistem (Departemen Kehutanan dan Perkebunan Kantor Wilayah
Propinsi Jawa Barat, 2000). Hal ini sejalan dengan keunggulan tumbuhan
obat untuk mengisi RPPK dan sebagai alternatif pengobatan. Inventarisasi
dan identifikasi tumbuhan survival, termasuk tumbuhan obat, telah
dilakukan di kawasan Situ Lembang, tetapi hanya terbatas pada Blok
Cicaruk dan Blok Legok Linda, padahal Blok Legok Jero juga termasuk dari
salah satu blok yang membagi daerah Situ Lembang. Identifikasi tumbuhan
di Blok Legok Jero perlu dilakukan untuk melengkapi informasi tentang
tumbuhan obat di daerah Situ Lembang.
4
Flora Vegetasi kawasan cagar alam burangrang merupakan hutan tropik
dimana sebagian besar tersusun oleh tumbuh tumbuhan berkayu, juga
dilengkapi dengan berbagai jenis liyana dan ephipyt. Jenis jenis pohon
yang ada diantaranya : Puspa (Schima walichii), Pasang (Quercus sp), Huru
(Litsea angulata), Taritin (Parinarium corymbosh), Gelam (Melalueca
leucadendron), Saninten (Castanopsi argentea), Jamuju (Podocarpus
imbricatus), Rasamala (Altingia ekscelsa). Penyebaran jenis vegetasi ini
pada umumnya terdapat pada ketinggian 1.000 1.400 mdpl, khususnya
pada formasi hutan primer. Sedangkan pada hutan sekunder hanya terdapat
beberapa vegetasi pionir antara lain Hamerang, Mara, Kibanen dan lain
lain.
5
Saat ini wilayah gunung burangrang telah dikelola oleh PT
PERHUTANI dimana sebagian kawasannya telah dijadikan pula sebagai
lokasi latihan militer oleh KOPASUS. Untuk itu untuk masuk kawasan
gunung burangrang, anda harus memiliki izin terlebih dahulu dari pos
penjagaan.
6
7
DAFTAR PUSTAKA