Anda di halaman 1dari 6

Analisis Mobilisasi Sel T CD4+ dan CD8+ pada Timus Ayam Pedaging Pasca Infeksi

Salmonella typhimurium dan Pemberian Simplisia Polyscias obtusa

Swastika Pinca1, Muhammad Sasmito Djati1, Muhaimin Rifai1


1
Laboratorium Fisiologi Hewan, Jurusan Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Universitas Brawijaya, Malang
Swastika Pinca: swastika.pinca@gmail.com
M. Sasmito Djati: msdjati@ub.ac.id
ABSTRAK
Penggunaan antibiotik dalam pakan sebagai perlindungan bagi ternak dari penyakit memiliki
dampak negatif yakni adanya kandungan residu sehingga diperlukan adanya bahan substitusi antibiotik.
Simplisia daun kedondong laut (Polyscias obtusa) diduga mengandung senyawa flavonoid yang diduga
dapat berperan sebagai agen imunomodulator dalam sistem imun seluler. Tujuan dari penelitian ini
adalah untuk mengetahui peran kandungan simplisia daun Polyscias obtusa dalam pakan ayam sebagai
imunomodulator pada ayam yang telah diinfeksi bakteri Salmonella typhimurium, ditinjau dari profil
ekspresi CD4+, CD8+ dan B220+ yang dianalisis melalui Flowcytometri. Tahapan penelitian meliputi uji
konfirmasi bakteri S.typhimurium, persiapan kultur bakteri dan simplisia daun P. obtusa, infeksi bakteri
secara oral 500 l, pembuatan pakan konversi dengan perlakuan simplisia dosis 1 (0.08%), dosis 2
(0.16%) dan dosis 3 (0.26%), isolasi organ timus dan sel T-limfosit dan analisis flowcytometri. Hasil yang
diperoleh menunjukan bahwa jumlah relatif CD4+, CD8+ dan B220+ mengalami peningkatan pada
perlakuan pakan pabrik+infeksi bakteri Salmonella dan perlakuan penambahan simplisia dosis 2
(0.16%) dengan hasil yang berbeda nyata berdasarkan waktu pemberian pada jumlah relatif sel CD8 +.
Hal ini membuktikan bahwa simplisia daun P. obtusa memiliki kemampuan dalam memaksimalkan
fungsi sistem imun.

Kata Kunci : Ayam Pedaging, Polyscias obtusa, Salmonella typhimurium, T-limfosit dan Timus

ABSTRACT

Antibiotics usually use to protect the animals from pathogens, but antibiotics have a residues
which have negative side efect. Antibiotics can substituted with Polyscias obtusa simplicia because this
plant contains a chemical compound called Flavonoid which can play role immune system as
immunomodulator. This study aimed to determine the mobilization and development of CD4+, CD8+ and
B220+ T Cells lymphocytes from thymus of broiler that have been given additional feed Polyscias obtusa
after infected Salmonella typhimurium and determine the optimum dose of the addition of simplicias
Polyscias obtusa which can influence the mobilization of T Cells lymphocyte in Thymus. The procedure
are confirmation of the Salmonella typhimurium isolates, prepare the simplicias Polyscias obtusa and
Salmonella typhimurium bacterial culture, orally infections in 500 l, prepare supplemented feeds by
three doses there are dose 1 (0.08%), dose 2 (0.16%) and dose 3 (0.26%), thymus and T Cells lymphocytes
isolation and Flow Cytometry analysis. The results showed that feeding with antibiotical feed+Salmonella
infection and natural feed with additional Polyscias obtusa simplicias dose 2 (0.16%) have to incarase the
relativity amount CD4+, CD8+ and B220+ T Cells lymphocytes of thymus with that time feeding period
have significantly differences for relativity amount of CD8+. This result give evidence Polyscias obtusa
simplicias have an ability and influence to increasing the body's immune system.

Keywords : Broiler, Polyscias obtusa, Salmonella typhimurium, T-Cells lymphocyte and Thymus

PENDAHULUAN dampak negatif yakni adanya kandungan residu


sehingga diperlukan adanya bahan substitusi
Penggunaan antibiotik Bacitracin,
antibiotik karena antibiotik kimiawi dalam pakan
kuramicin, higramomicin, kolistin, kiamisin,
ayam dapat terakumulasi dalam tubuh dan dapat
spiramisin, tiamulin, virginiamisin, aviamisin
menyebabkan resistensi [2]. Simplisia daun
,flavomisin dan tetrasiklin biasa ditambahkan
kedondong laut (Polyscias obtusa) diduga
kedalam dalam pakan sebagai perlindungan bagi
mengandung senyawa flavonoid yang diduga
ternak dari penyakit [1]. Hal tersebut memiliki

27
dapat berperan sebagai agen imunomodulator dan tempat minum ayam, sekam, tabung reaksi,
dalam sistem imun seluler. cawan petri, oose, bunsen, pipet volume, bola
Senyawa dalam P. obtusa diduga memiliki hisap, Erlenmeyer, mikropipet dan blue tip.
kemampuan sebagai imunomodulator karena sedangkan bahan-bahan yang digunakan antara
berdasarkan hasil fitokimia sebagian besar lain adalah media XLD, KIA, LIA, NB, NA, cat
tanaman Polyscias mengandung flavonoid yang gram A, B, C dan D, larutan H2O2, aquades,
berupa senyawa steroid dan glikosida pakan pabrik BR1, ransum (jagung kuning, DL
triterpenoid. Senyawa flavonoid dikenal Metionin, tepung ikan, precampuran, bungkil
berperan sebagai agen imunomodulator, antiviral kopra, bungkil kedelai dan garam) dan air
dan antioksidan [3]. Kandungan flavonoid dalam mineral.
daun kedondong laut diharapkan dapat menjadi
induksi bagi produksi sel imunnomodulator Uji Konfirmasi
khususnya sel CD4+ dan CD8+ pada organ timus. Uji Media XLD
Senyawa flavonoid diduga mempunyai Koloni hasil peremajaan diinokulasikan
aktivitas seperti IFN- yang menginduksi dan pada media XLD (Xylose Lysine Deoxycholate)
mengaktivasi makrofag dan limfosit T. Aktivasi dan diinkubasi selama 24 jam 370C. Koloni
makrofag akan mensekresi sitokin (IL-1, IL-6, positif pada media XLD ditunjukkan dengan
IL-12 dan TNF-) dan mengaktivasi sel T. koloni berwarna hitam, diambil dan dilanjutkan
Aktivasi sel T tersebut mensekresi IFN- yang pada uji selanjutnya.
menginhibisi diferensiasi produksi antibodi oleh
sel B. Aktivitas IFN- yang mampu memediasi Uji Katalase
respon imun seluler teraktivasi, ketika respon Isolat bakteri murni hasil diletakkan pada
imun humoral ditekan produksinya [4]. Senyawa gelas obyek yang telah ditetesi dengan hidrogen
flavonoid diduga juga dapat memacu proliferasi peroksida (H2O2) 3% sebanyak satu tetes. Uji
limfosit, meningkatkan jumlah sel T dan positif ditunjukkan ketika terdapat gelembung
meningkatkan aktivitas IL-2 [5]. gas pada hasil akhir.
Sistem kekebalan pada unggas terdiri dari
innate immunity (kekebalan nonspesifik) yakni Uji Pewarnaan Cat Gram
heterophils, sel makrofag dan sel NK, sedangkan Koloni positif pada XLD diapus diatas
sistem kekebalan spesifik terdiri dari dua gelas objek steril, kemudian gelas objek difiksasi
kelompok utama, yaitu kekebalan humoral dan diatas api dan ditetesi cat gram A (Hucker's
Cell Mediated Immunity (CMI) [6]. Sistem imun crystal violet), cat gram B (Lugol'siodine), cat
ayam dalam penelitian ini ditantang dengan gram C (alkohol), cat gram D (safranin) secara
infeksi bkteri Salmonella typhimurium yang berurutan masing-masing selama 1 menit dan
merupakan bakteri penyebab penyakit dicuci dengan air mengalir kemudian dibiarkan
pencernaan pada hewan ternak. Bakteri ini hingga kering dan diamati morfologinya. Hasil
bersifat patogen, tahapan yakni infeksinya menunjukan bahwa bakteri bersifat gram
meliputi proses perusakan dinding usus dengan negative karena menunjukkan warna merah.
degramadasi epitel dan infeksi dinding usus yang
dapat menyebabkan ganguan metabolism dan Uji KIA LIA
pertumbuhan mikroflora [7]. Koloni positif diambil dengan jarum enten
dan ditusukkan pada media KIA dan LIA slant
METODE PENELITIAN dan ditarik garis hingga terbentuk belahan pada
slant, kemudian diinkubasi pada suhu 370C
Waktu dan Tempat
selama 24-48 jam dan diamati perubahannya.
Kegiatan penelitian dilakukan pada Maret-
Koloni hitam pada media menandakan hasil
September 2012 di laboratorium Mikrobiologi,
positif.
Laboratorium Fisiologi Hewan, Fakultas MIPA,
Jurusan Biologi, serta Laboratorium Lapang
Kurva Pertumbuhan
Sumber Sekar-DAU Fakultas Peternakan,
Kultur bakteri diambil 1 ose kemudian
Universitas Brawijaya, Malang.
ditumbuhkan pada media Nutrien Broth 10 ml
dan diinkubasi suhu 370C selama 24 jam. 6 ml
Alat dan Bahan
kultur dan dicampur 54 ml media NB. Kemudian
Alat yang digunakan dalam penelitian ini
dilakukan sampling setiap 1 jam, dengan
antara lain adalah kandang, lampu, tempat pakan
mengambil 4 ml dan ditambah 500 l formalin

28
yang selanjutnya dihitung absorbansinya dengan pembedahan pada umur 35 hari. Timus hasil
spektrofotometer pada panjang gelombang isolasi digerus dengan pangkal spuit diatas wire
600nm dan diukur jumlah selnya dengan steril sebagai filter. Homogenat yang didapatkan
haemocytometer. dimasukkan kedalam tabung propilen 15 ml dan
ditambahkan PBS yang kemudian disentrifugasi
Kurva Standar dengan kecepatan 2500 rpm, pada suhu 40C,
Suspensi isolate dikultur dengan media selama 5 menit hingga didapatkan pellet
Nutrien Broth dengan perbandingan konsentrasi kemudian disentrifugasi kembali hingga
berbeda (Pengenceran). Masing-masing suspensi didapatkan pellet yang merupakan sel limfosit.
dihitung absorbansinya dengan spektrofotometer
pada panjang gelombang 600 nm dan diukur Analisis Flowcytometri
jumlah selnya dengan haemocytometer. Tabel 1 Sel-sel hasil isolasi dari organ timus yang
menunjukkan Perbandingan antara media steril telah ditambahkan antibodi Mouse anti-CD4,
dan kultur. Mouse anti-CD8 dan Mouse anti-B220
dikonjugasi dengan label PE untuk CD8, PerCP
Tabel 1. Perbandingan stok bakteri Salmonella untuk CD45 atau B220, dan FITC untuk CD4.
typhimurium dengan media steril Sampel tersebut kemudian ditambah 1 ml PBS
Stok kultur Media Steril dan ditempatkan pada kuvet flowcytometer.
Perbandingan
(ml) (ml) Flowcytometer akan menghitung jumlah sel total
8:0 0 4 serta jumlah sel yang terdeteksi oleh label
7:1 0,5 3,5 antibody, kemudian hasil yang diperoleh diolah
6:2 1 3 dengan program BD cellquest Pro TM.
5:3 1,5 2,5
4:4 2 2 Analisis Statistika
3:5 2,5 1,5 Analisis data dilakukan dnegan
2:6 3 1 menggunakan metode One Way ANOVA RAL-
1:7 3,5 0,5 Faktorial pada program SPSS 16 for Windows.
0:8 4 ml 0 Analisis selanjutnya dengan menggunakan
analisis varian ganda. Apabila diperoleh hasil
Pembuatan Pakan Konversi yang signifikan maka dilakukan uji lanjut
Daun P. obtusa dicuci, dikering Duncan.
anginkan dan dihaluskan dengan blender kering,
kemudian ditimbang untuk bahan tambahan pada HASIL DAN PEMBAHASAN
pakan konversi sesuai perlakuan yakni dosis 1
0,08% dari total jumlah pakan, dosis 2 0,16% Analisis Jumlah Relatif Sel CD4+ dan CD8+
dan dosis 3 sebanyak 0,26% simplisia dari total pada organ Timus Fase Starter dengan
jumlah pakan. Pembuatan pakan konversi Flowcytometry
Hasil jumlah relatif sel CD4+ dan CD8+
dilakukan secara bertahap yakni dengan
komposisi pakan dengan persentase paling dengan analisa Flowcytometry tidak menunjukan
rendah hingga paling tinggi. perbedaan yang signifikan dari masing-masing
perlakuan pada timus hasil pembedahan fase
starter. Perlakuan pemberian pakan pabrik
Infeksi Oral Salmonella typhimurium
Bakteri Salmonella typhimurium dalam (A1B1) dan pemberian pakan pabrik+infeksi
Nutrient Broth disentrifuse dengan kecepatan S.typhimurium (A2B1) menunjukkan jumlah
10.000 rpm selama 10 menit suhu 250 C. Pellet relatif sel CD8+ yang lebih tinggi dari jumlah
yang diperoleh diresuspensi dengan larutan CD4+ yakni sebesar 0,31% dan 0,5%. Perlakuan
garam fisiologis NaCl 0,9% yang kemudian pemberian pakan konversi dosis 1, dosis 2 dan
diambil sebanyak 500 l dan dicekokkan secara dosis 3 (A3B1, A4B1 dan A5B1) juga
oral (melewati mulut) pada pada ayam perlakuan menunjukkan jumlah sel CD8+ yang lebih tinggi
infeksi. dari jumlah CD4+ secara berturut-turut yakni
0,6%, 0,7% dan 0,5% .
Isolasi Sel Limfosit
Isolasi sel limfosit dilakukan dalam 2
tahap yakni tahap starter yaitu pembedahan pada
umur 17 hari dan tahap finisher yaitu

29
P.Pabrik+ Dosis 1(0,8%)+
P.Pabrik
S.typhimurium S.typhimurium
Pemberian antigen S. typhimurium pada
Data.081 Data.085
Data.077

anak ayam umur 12 minggu hanya


menimbulkan respon antibodi yang lemah.
Kondisi ini mungkin disebabkan oleh sifat
100 101 102
CD4-Height
103 104 100 101 102
CD4-Height
103 104 100 101 102
CD4-Height
103 104
hiporesponsif sel-sel pada system imunitas yang
belum berfungsi secara mature, atau diseminasi
Dosis Dosis 3(0,26%)+
2(0,16%)+ S.typhimurium jaringan limfoid masih sangat muda dan fungsi
S.typhimurium Data.082 Data.084
pembentukan antibodi belum sempurna,
sehingga antibodi yang terbentuk pada anak
ayam rendah [9].

100 101 102 103 104 100 101 102 103 104
Perbandingan Rata-rata Jumlah Relatif Sel
CD4+ dan CD8+ pada organ Timus Fase
CD4-Height CD4-Height

+ +
Gambar 1. Profil Jumlah Relatif Sel CD4 dan CD8
Fase Starter Starter dan Finisher
Hasil yang didapatkan dari hasil
Analisis Jumlah Relatif Sel CD4+ dan CD8+ perbandingan jumlah relatif sel CD4+ fase starter
pada organ Timus Fase Finisher dengan dan finisher menunjukkan jumlah yang tidak
Flowcytometry signifikan. Jumlah rata-rata tertinggi baik pada
Hasil jumlah relatif sel CD4+ dan CD8+ fase starter dan finisher didapatkan pada
dengan analisa Flowcytometry menunjukan perlakuan A2 yakni pemberian pakan pabrik dan
bahwa jumlah relatif sel limfosit dari masing- infeksi S.typhimurium yaitu 0,81% pada fase
masing perlakuan pada timus hasil pembedahan starter dan 1,79% pada fase finisher.
fase finisher tidak menunjukan perbedaan yang
Persentase

signifikan. Jumlah relatif sel CD8+ tertinggi Rerata Jumlah Relatif CD4+ di
Jumlah

terdapat pada perlakuan kontrol negatif (A1B2) Timus


yakni dengan pemberian pakan pabrik saja yaitu P.Pabr Pakan Pakan Pakan
sebesar 1,6%, sedangkan jumlah relatif sel CD4+ Pakan ik+ dosis 1 dosis 2 dosis 3
tertinggi terdapat pada perlakuan pemberian Pabrik S.typhi (0,08% (0,16% (0,26%
pakan konversi dosis 2 (A4B2) yaitu sebesar muri )+ )+ )+
0,9%. Dosis Starter 0,66 0,81 0,64 0,74 0,88
P.Pabrik+
S.typhimurium 1(0,08%)+
P.Pabrik
Data.063
Data.087
S.typhimurium
Data.064 Finisher 1,48 1,79 1,32 1,46 1,23
+
Gambar 3. Rata-rata Jumlah Sel T CD4 (%) fase
Starter dan Finisher (p<0.05)

Hasil yang didapatkan dari hasil


perbandingan jumlah relatif sel CD8+ fase starter
100 101 102 103 104 100 101 102 103 104 100 101 102 103 104
CD4 FITC CD4 FITC CD4 FITC

Dosis 2(0,16%)+ Dosis 3(0,26%)+ dan finisher juga menunjukkan jumlah yang
S.typhimurium S.typhimurium
Data.072 Data.077
tidak signifikan. Jumlah rata-rata tertinggi baik
pada fase starter dan finisher didapatkan pada
perlakuan A2 yakni pemberian pakan pabrik dan
infeksi S.typhimurium yaitu 1,24% pada fase
starter dan 2,56% pada fase finisher.
100 101 102 103 104 100 101 102 103 104
CD4 FITC CD4 FITC

Gambar 2. Profil Jumlah Relatif Sel CD4+ dan CD8+


Fase Finisher
Rerata Jumlah
Persentase
Jumlah

Hasil jumlah relatif sel limfosit yang


menunjukkan perbedaan yang tidak signifikan Relatif CD8+ diPakan
P.Pabr Pakan Pakan

Pakan ik+ dosis 1 dosis 2 dosis 3
ini diduga karena waktu perlakuan yang masih Pabrik S.typhi (0,08% (0,16% (0,26%
dalam tahap adaptasi. Respon antibodi pada muri )+ )+ )+
hewan muda mungkin hanya terbatas pada Starter 0,92 1,24 1,22 1,24 1,26
epitop antigen tertentu karena pada hewan muda
Finisher 1,45 2,56 1,84 1,85 1,84
respon imunologiknya masih berada pada
tingkatan imunologis paling rendah [8].

30
Gambar 4. Rata-rata Jumlah Sel T CD8+ (%) fase Bapak Dr. Ir. Moch.Sasmito Djati.,MS dan
Starter dan Finisher (p<0.05) Bapak Muhaimin Rifai.,PhD.Med.Sc selaku
Sifat flavonoid sebagai imunomodulator dosen pembimbing. Bapak Widodo.,PhD.,
dapat berubah menjadi imunosupressan terhadap Med.Sc selaku dosen penguji, Ibu Nanik Utami
rerata indeks daya fagosit makrofag, ketika dan Bapak Djatmiko E.S. selaku kedua orang
diberikan dalam dosis yang besar dan dalam tua, Mbak Dewi Satwika, Mbak Septi Utami,
jangka waktu yang lama. Hal ini diduga Andi Rizky, Mutya Farsely, Erin Kurnianingtyas
mempengaruhi hasil jumlah relatif CD8+ yang selaku partner tim penelitian, S. Fatiyatur
berbeda nyata (signifikan) antara fase starter dan Rahmah, Roudotul Jannah dan Bayu Hendra
finisher. Perbandingan jumlah relatif yang tidak sebagai sahabat yang selalu mendukung, Teman-
berbeda nyata pada CD4+ diduga diakibatkan teman BIO 2009 serta semua pihak lain yang
adanya produksi hormon kortisol akibat stres turut mendukung kelancaran penelitian, serta
pada hewan coba (ayam), ketika jumlah hormon Jurusan Biologi, FMIPA, Universitas Brawijaya
kortisol naik maka dapat menghambat produksi Malang sebagai almamater tercinta
IL-1 pada makrofag dan IL-2 pada sel T, hal ini
mengakibatkan respon sel T terhadap antigen
menjadi berkurang dan menurunkan jumlah sel T DAFTAR PUSTAKA
dan sel B [10]. [1] [1]Direktorat Jenderal Peternakan. 1991.
Perbandingan jumlah relatif sel CD8+ pada Ringkasan imbuhan pakan (Feed
fase starter dan finisher setelah dilakukan Additive) untuk hewan. Edisi II.
analisis ANOVA menunjukkan hasil yang Direktorat Jenderal Peternakan. Jakarta.
berbeda nyata yakni sebesar 0,001 pada lama
perlakuan yang dibedakan menjadi starter dan [2] Zhang. X, Roland, D. A. and S. K. Roat.
finisher, hal ini menunjukkan bahwa lamanya 1999. Effect of naturphos phytase
perlakuan dapat menimbulkan hasil yang supllementation to feed on performance
berbeda nyata pada jumlah relatif sel CD8+. and ileal digestibility of protein and amino
acid of broiler. Poultry Sci.
Tabel 2. Hasil Analisis Ragam ANOVA Jumlah
Relatif Sel T CD4+ pada Timus fase Starter [3] Francis, G., Zohar K., Harinder, P.S.M., dan
dan Finisher (p<0.05) Klaus B. 2002. The biological action of
flavonoids in animal sistems. British
Journal of Nutrition Vol.88, 587605.

[4]Takagi, Y., Choi, I., Yamashita, T.,


Nakamura, T., Suzuki, I., hasegawa, T.,
Oshima, M., Gu, Y. 2005. Immune
Activation and Radioprotection by
Propolis. The American Journal of
Chinese Medicine. Vol 33 No. 3 231-240
KESIMPULAN
hasil yakni tidak terdapat perbedaan yang [5] Abbas AK, Litchman AH, Pober JS. 1994.
signifikan dari jumlah relatif sel limfosit ditinjau Cellular Immunology in: Cellular and
dari profil sel CD4+ dan CD8+ berdasarkan molecular immunology, 2nd ed.
analisis flowcytometry. Perlakuan yang paling Philadelphia: WB. Saunders Company.
berperan dalam peningkatan jumlah sel limfosit
adalah perlakuan A2 yakni perlakuan dengan [6] Schat, K.A. 1994. Cell-Mediated Immune
pemberian pakan pabrik dengan infeksi bakteri Effector Functions In Chickens. Poult.
Salmonella typhimurium dan dari analisis Sci. 73: 1077 1081.
ANOVA diketahui bahwa pengaruh lama
perlakuan menghasilkan hasil yang berbeda [7]Lay B. W. dan Hastowo S. 1992.
nyata pada jumlah relatif sel CD8+. Mikrobiologi. Rajawali Press: Jakarta.

UCAPAN TERIMA KASIH [8] Thorns, C.J., I.M. Mc Laren And M.G. Sojka
1994. The Use Of Latex Agglutination To

31
Specifically Detect Salmonella Enteritidis. [17] Z Shi, Y Okuno, M Rifa'i, AT Endharti, K
Int. J. Food Microbiol. 21: 47 49. Akane, K Isobe, H Suzuki . 2009. Human
CD8+CXCR3+ T cells have the same
[9] Jeurissen, S.H.M., E.M. Janse, G. Koch And function as murine CD8+CD122+ Treg
G.F. Deboer. 1989. Post Natal European journal of immunology 39 (8), 2106-
Development Of Mucosa-Associated 2119
Lymphoid Tissue In Chickens. Cell Tissue
Res. 258: 119 124. [18] Z Shi, M Rifai, YH Lee, H Shiku, K Isobe,
H Suzuki. 2008. Importance of
[10] Mc Cance K.L. and J. Shelby. 1995. Stress CD80/CD86CD28 interactions in the
and Disease. In : Pathophisiology. The recognition of target cells by
Biologic Basis in Adult and Children, CD8+CD122+ regulatory T cells.
London. Immunology 124 (1), 121-128

[11]Rifai, M., Lee, YH (2011), [19] Rifai'i, M. 2010. Andrographolide


CD4+CD25+FOXP3+ Regulatory T Cells ameliorate rheumatoid arthritis by
In Allogeneic Hematopoietic Cell promoting the development of regulatory
Transplantation, Jtrolis., 1 (2), 69-75. T cells. Journal of Tropical Life Science 1
(1), pp. 5-8
[12] YH Lee, Y Ishida, M Rifai, Z Shi, K Isobe,
H Suzuki . 2008. Essential role of CD8+ [20] YH Lee, M Rifa'i. 2011. CD4+CD25+
CD122+ regulatory T cells in the recovery FOXP3+ Regulatory T Cells In
from experimental autoimmune Allogeneic Hematopoietic Cell
encephalomyelitis. The Journal of Transplantation. Journal of Tropical Life
Immunology 180 (2), 825-832 Science 1 (2), 69-75

[13] M Rifai, Y Kawamoto, I Nakashima, H


Suzuki . 2004. Essential roles of
CD8+CD122+ regulatory T cells in the
maintenance of T cell homeostasis. The
Journal of experimental medicine 200 (9),
1123-1134

[14] Endharti AT, Rifa'i M, Shi Z, Fukuoka Y,


Nakahara Cutting edge: CD8+CD122+
regulatory T cells produce IL-10 to
suppress IFN-gamma production and
proliferation of CD8+ T cells. Journal of
immunology 175 (11), 7093-7097

[15] YH Lee, Y Ishida, M Rifai, Z Shi, K Isobe,


H Suzuki . 2008. Essential role of
CD8+CD122+ regulatory T cells in the
recovery from experimental autoimmune
encephalomyelitis. The Journal of
Immunology 180 (2), 825-832

[16] M Rifai, Z Shi, SY Zhang, YH Lee, H


Shiku, K Isobe, H Suzuki . 2008.
CD8+CD12+ regulatory T cells recognize
activated T cells via conventional MHC
class ITCR interaction and become IL-
10-producing active regulatory cells.
International immunology 20 (7), 937-947

32

Anda mungkin juga menyukai