Makalah Imunisasi
Makalah Imunisasi
IMUNISASI
DISUSUN OLEH:
Nama NIM
Erni Setyawati 1720333697
Farell Anugrah 1720333698
Haris Indra Jaya 1720333699
Khoiril Liana 1720333700
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Imunisasi sebagai salah satu pencegahan upaya preventif yang berdampak positif
terhadap kesehatan masyarakat harus dilaksanakan secara terus menerus, menyeluruh dan
sesuai standar sehingga mampu memutus mata rantai penularan penyakit serta menimbulkan
dan meningkatkan kekebalan seseorang secara aktif terhadap suatu penyakit (Depkes 2005).
Pemberian imunisasi pada anak bertujuan agar tubuh kebal terhadap penyakit tertentu.
Kekebalan tubuh juga dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya tingginya kadar antibodi
pada saat dilakukan imunisasi, potensi antigen yang disuntikkan, waktu antara pemberian
imunisasi. Mengingat antigen yang disuntikkan, waktu antara pemberian imunisasi.
Mengingat efektif dan tidaknya imunisasi tersebut akan tergantung dari faktor yang
mempengaruhi sehingga kekeblan tubuh dapat diharapkan pada diri anak. Imunisasi
bertujuan untuk mencegah penyakit berbahaya (Hidayat 2005).
Angka infeksi pada bayi dan anak-anak usia di bawah lima tahun di Indonesia relatif
tinggi. Bahkan, beberapa penyakit infeksi seperti diare dan pneumonia bisa menyebabkan
kematian pada anak. Sehat bukan berarti hanya bebas dari penyakit atau hanya sehat fisik,
mental atau sosial. Anak sehat berarti mereka mempunyai kemampuan memperoleh potensi
tertinggi di dalam hidupnya. Masalah perinatal dan infeksi masih menjadi masalah utama
kesehatan anak di Indonesia, saat ini imunisasi bisa mencegah beberapa penyakit infeksi
menyebabkan kematian dan kecacatan, dan penyebaran infeksi.
Program imunisasi telah dilakukan sejak lama dan di hampir seluruh negara di dunia
dengan pola pemberian dan jadwal imunisasi disesuaikan dengan pola epidemiologi penyakit,
imunisasi merangsang sistem imunologi tubuh membentuk antibodi spesifik sehingga dapat
melindungi tubuh dari serangan penyakit. Imunisasi merupakan bentuk tanggung jawab orang
tua untuk kesehatan anaknya, saat ini di Indonesia ada lima imunisasi yang wajib diberikan
sesuai program imunisasi pemerintah yaitu polio, BCG, hepatitis B, DPT dan campak.
Adapun jenis imunisasi yang dianjurkan untuk bayi dan balita meliputi MMR, Hib, tifoid,
hepatitis A, varisela dan pneumokokus.
Namun ada beberapa kendala dalam imunisasi bayi antara lain, negara-negara
berkembang sangat tertinggal dalam imunisasi karena sulitnya menjangkau populasi yang
tidak dapat terakses dan yang menolak imunisasi. Kendala lain adalah, adanya persepsi
negatif terhadap imunisasi, kegagalan vaksin baru, dan keraguan tentang keamanan
imunisasi. Pemberian vaksin merupakan upaya preventif untuk mencegah beberapa penyakit
infeksi berat yang dapat menimbulkan kematian atau kecacatan, mencegah penyebaran
penyakit, sehingga suatu saat penyakit tersebut terbasmi. Imunisasi tidak hanya penting untuk
mencegah infeksi bagi bayi atau anak-anak. Pemberian vaksin juga terbukti efektif mencegah
penyebaran dan penularan bakteri atau virus ke anak-anak lain dan orang dewasa di
lingkungan sekitar sehingga wabah penyakit berat yang mematikan bisa dihindari.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana pemberian imunisasi yang tepat ?
2. Bagaimana pentingnya imunisasi bagi anak ?
3. Apa sajakah program imunisasi yang dianjurkan oleh pemerintah?
C. Tujuan
1. Mengetahui bagaimana pemberian imunisasi yang tepat
2. Mengenalkan pentingnya imunisasi bagi anak
3. Mengenalkan program imunisasi yang dianjurkan oleh pemerintah
BAB II
PEMBAHASAN
1. Definisi
Imunisasi sebagai salah satu pencegahan upaya preventif yang berdampak positif
terhadap kesehatan masyarakat harus dilaksanakan secara terus menerus, menyeluruh dan
sesuai standar sehingga mampu memutus mata rantai penularan penyakit serta menimbulkan
dan meningkatkan kekebalan seseorang secara aktif terhadap suatu penyakit (Depkes 2005).
Pemberian imunisasi pada anak bertujuan agar tubuh kebal terhadap penyakit tertentu.
Kekebalan tubuh dapat dimiliki secara pasif maupun aktif. Keduanya dapat diperoleh secara
alami maupun buatan. Kekebalan pasif yang didapatkan secara alami adalah kekebalan yang
didapatkan transplasenta, yaitu antibodi diberikan ibu kandung secara pasif melalu plasenta
kepada janin yang dikandungnya. Sedangkan, kekebalan pasif (buatan) adalah pemberian
antibodi yang sudah disiapkan dan dimasukkan ke dalam tubuh anak.
Kekebalan aktif dapat diperoleh secara alami maupun buatan. Kekebalan tubuh
(alami) didapatkan apabila anak terjangkit suatu penyakit, yang berarti masuknya antigen
yang akan merangsang tubuh anak membentuk antibodi sendiri secara aktif dan menjadi
kebal karenanya. Sedangkan, kekebalan aktif (buatan) adalah pemberian vaksin yang
merangsang tubuh manusia secara aktif membentuk antibodi dan kebal secara spesifik
terhadap antigen yang diberikan.
Istilah imunisasi dan vaksinasi seringkali diartikan sama. Imunisasi pasif adalah suatu
pemindahan atau transfer antibodi secara pasif. Vaksinasi adalah imunisasi aktif dengan
pemberian vaksin (antigen) yang dapat merangsang pembentukan imunitas (antibodi) oleh
sistem imun di dalam tubuh.
2. Manfaat Imunisasi
Adapun manfaat yang didapat dari vaksinasi, yaitu : pertahanan tubuh yang terbentuk
oleh beberapa vaksin akan dibawa seumur hidup, cost-effective karena murah dan efektif dan
tidak berbahaya (reaksi serius sangat jarang terjadi, jauh lebih jarang daripada komplikasi
yang timbul apabila terserang penyakit tersebut secara alami).
Angka kesakitan yang menurun, akan menurun pula biaya pengobatan dan perawatan di
rumah sakit. Mencegah seorang anak dari penyakit infeksi yang berbahaya, berarti akan
meningkatkan kualitas hidup anak dan meningkatkan daya produktivitas di kemudian hari.
3. Respon Imun
Sistem imun merupakan jaringan kerja kompleks dan interaksi berbagai sel tubuh yang
pada dasarnya bertujuan untuk mengenal dan membedakan antigen, serta mengeliminasi
antigen yang dianggap asing. Secara garis besar respon imun dibedakan menjadi respon imun
non-spesifik dan respon imun spesifik. Respon imun non-spesifik tidak ditujukan terhadap
antigen tertentu sedangkan respon imun spesifik ditujukan khusus untuk struktur antigen
tertentu dan tidak dapat bereaksi terhadap struktur antigen lain.
Respon imun non-spesifik (non-adaptif, innate immunity) diperankan oleh sel
makrofag, sel dendrit, neutrofil, dan polimorfonuklear lainnya, sel natural killer, sel-sel
jaringan tubuh (epitel, endotel, sel makrofag jaringan, fibroblast, keratinosit), serta berbagai
produk seperti sitokin, interferon, kemokin, CRP, komplemen, dan lain-lain. Respon imun
non-spesifik dapat teraktivasi dalam beberapa menit atau jam setelah infeksi dan pajanan
antigen dan kemudian akan mengaktivasi sistem imun spesifik dalam hitungan waktu lebih
lama.
Dikutip dari Abbas, Lichtman, & Pillai : Basic Immunology: Functions and Disorders of
Immune System www.studentconsult.com2
6. Ada 9 jenis imunisasi yang diberikan pada bayi sebelum usia 1 tahun
Saat lahi Hepatitis B-1 HB-1 harus diberikan dalam waktu 12 jam setelah lahir,
r
dilanjutkan pada umur 1 dan 6 bulan.
4 bulan DTP-2 DTP-2 (DTwp atau DTap) dapat diberikan secara terpisah
7. Jadwal Imunisasi
8. Dampak Imunisasi Tidak Lengkap
1) Penyakit Akan Mudah Menyerang
Jika anak hanya mendapatkan Imunisasi yang seperlunya seperti DTP dan HIB, bukan
berarti anak kebal terhadap penyakit menular secara umum. Penyakit berbahaya seperti
Hepatitis A, Hepatitis B, Campak bahkan Polio akan sangat mudah dan beresiko menyerang
anak. Jadi kekebalannya sama dengan kekebalan anak yang tidak di Imunisasi.
2) Mudah Tertular Orang yang Sakit
Anak tidak memiliki sistem kekebalan tubuh yang optimal maka akan sangat mudah
terserang penyakit. Adanya imunisasi sangat penting untuk mempertahankan dan
meningkatkan sistem kekebalan tubuh anak dalam berbagai penyakit. Dalam
mempertahankan sistem imun anak, imunisasi tidak boleh dilakukan hanya beberapa atau
satu jenis imunisasi saja karena masing-masing vaksin memiliki fungsinya sendiri-sendiri.
3) Ada Efek Samping
Vaksin sengaja diberikan secara bertahap karena mengikuti kemampuan dari bayi
untuk menerima vaksin tersebut. Beberapa vaksin awal bersifat aman untuk jangka waktu
tertentu setelah itu akan menimbulkan efek samping. Karena itu ada bentuk vaksin-2, vaksin-
3, vaksin-4 dan seterusnya, karena selain memperpanjang usia vaksin dapat juga berguna
untuk menghilangkan efek samping dari vaksin yang ada sebelumnya. Ini merupakan salah
satu bahaya jika anak tidak diberikan imunisasi yang lengkap, yang sering tidak ketahui oleh
para orang tua.
1. Vaksin BCG
Vaksin BCG mengandung kuman BCG yang masih hidup namun telah dilemahkan.
Penyimpanan : Lemari es, suhu 2-8 C
Dosis : 0,05 ml
Kemasan : Ampul dengan bahan pelarut 4 ml (NaCl Faali)
Masa kadaluarsa : Satu tahun setelah tanggal pengeluaran (dapat dilihat pada label).
Reaksi imunisasi : Biasanya tidak demam Efek samping :jarang dijumpai, bisa terjadi
pembengkakan kelenjar getah bening setempat yang terbatas dan biasanya menyem-buh
sendiri walaupun lambat.
Kontraindikasi : Tidak ada larangan, kecuali pada anak yang berpenyakit TBC atau uji
mantoux positif dan adanya penyakit kulit berat/menahun.
3. Vaksin Poliomielitis
Terdapat 2 jenis vaksin dalam peredaran, yang masing-masing mengandung virus
polio tipe I, II dan III; yaitu
(1) vaksin yang mengandung virus polio yang sudah dimatikan (salk), biasa diberikan dengan
cara injeksi
(2) vaksin yang mengandung virus polio yang hidup tapi dilemahkan (sabin), cara pemberian
per oral dalam bentuk pil atau cairan (OPV) lebih banyak dipakai di Indonesia.
Penyimpanan : OPV : Freezer, suhu -20 C
Dosis : 2 tetes mulut
Kemasan : vial, disertai pipet tetes
Masa kadaluarsa : OPV : dua tahun pada suhu -20C
Reaksi imunisasi : biasanya tidak ada, mungkin pada bayi ada berak-berak ringan
Efek samping : hampir tidak ada, bila ada berupa kelumpuhan anggota gerak seperti polio
sebenarnya.
Kontra Indikasi : diare berat, sakit parah, gangguan kekebalan.
4. Vaksin Campak
Mengandung vaksin campak hidup yang telah dilemahkan. Kemasan untuk program
imunisasi dasar berbentuk kemasan kering tunggal. Namun ada vaksin dengan kemasan
kering kombinasi dengan vaksin gondong/ mumps dan rubella (campak jerman) disebut
MMR.
Penyimpanan : Freezer, suhu -20 C
Dosis : Setelah dilarutkan, diberikan 0.5 ml
Kemasan : Vial berisi 10 dosis vaksin yang dibekukeringkan, beserta pelarut 5 ml (aquadest)
Masa kadaluarsa :2 tahun setelah tanggal pengeluaran (dapat dilihat pada label)
Reaksi imunisasi :biasanya tidak terdapat reaksi. Mungkin terjadi demam ringan dan sedikit
bercak merah pada pipi di bawah telinga pada hari ke 7-8 setelah penyuntikan, atau
pembengkakan pada tempat penyuntikan.
Efek samping :sangat jarang, mungkin dapat terjadi kejang ringan dan tidak berbahaya pada
hari ke 10-12 setelah penyuntikan. Dapat terjadi radang otak 30 hari setelah penyuntikan tapi
angka kejadiannya sangat rendah.
Kontraindikasi : Sakit parah, penderita TBC tanpa pengobatan, kurang gizi dalam derajat
berat, gangguan kekebalan, penyakit keganasan. Dihindari pula pemberian pada ibu hamil.
5. Vaksin Hepatitis B
Imunisasi aktif dilakukan dengan suntikan 3 kali dengan jarak waktu satu bulan antara
suntikan 1 dan 2, lima bulan antara suntikan 2 dan 3. Namun cara pemberian imunisasi
tersebut dapat berbeda tergantung pabrik pembuat vaksin. Vaksin hepatitis B dapat diberikan
pada ibu hamil dengan aman dan tidak membahayakan janin, bahkan akan membekali janin
dengan kekebalan sampai berumur beberapa bulan setelah lahir.
Reaksi imunisasi : Nyeri pada tempat suntikan, yang mungkin disertai rasa panas atau
pembengkakan. Akan menghilang dalam 2 hari.
Dosis : 0.5 ml sebanyak 3 kali pemberian
Kemasan : HB PID
Efek samping : Selama 10 tahun belum dilaporkan ada efek samping yang berarti
Kontraindikasi : Anak yang sakit berat.
E. Pengelolaan Vaksin
Vaksin harus dikelola dengan baik, baik dalam penyimpanan maupun saat transportasi
ke tempat lain, supaya tetap memiliki potensi yang baik (imunogenisitas tinggi). Perlu
diketahui, bahwa vaksin adalah produk biologis yang sentitif terhadap perubahan suhu. Ada
vaksin yang sensitif terhadap panas misalnya vaksin polio, campak dan BCG. Ada vaksin
yang sensitif terhadap pembekuan misalnya vaksin heparitis B, DPT, TT dan DT. Namun
secara umum, semua vaksin akan rusak bila terpapar suhu panas, namun vaksin polio,
campak dan BCG akan lebih mudah rusak pada paparan panas bila dibanding vaksin hepatitis
B, DPT, DT dan TT. Setiap unit pelayanan diharuskan memiliki tempat penyimpanan vaksin.
Demikian juga dalam pendistribusiannya penting untuk diperhatikan. Faktor yang dapat
merusak vaksin antara lain sinar matahari, suhu dan kelembaban.
Efektifitas vaksin di Indonesia selalu dimonitor oleh badan POM dengan mengambil
sampel secara acak, atau dengan alat Vaccine Vial Monitor/ VVM, yaitu sejenis stiker yang
ditempelkan pada botol vaksin. Bila vaksin rusak maka VVM akan berubah warna, namun
karena mahal, belum semua vaksin ditempel VVM.
BAB III
PENUTUP
1. KESIMPULAN
Kesimpulan yang dapat ditarik dari makalah ini adalah :
1. Imunisasi sebagai salah satu pencegahan yang berdampak positif terhadap kesehatan
masyarakat harus dilaksanakan secara terus menerus, menyeluruh dan sesuai standar
sehingga mampu memutus mata rantai penularan penyakit serta menimbulkan dan
meningkatkan kekebalan seseorang secara aktif terhadap suatu penyakit.
2. Manfaat yang diberikan yaitu : pertahanan tubuh yang terbentuk oleh beberapa
vaksin, mennurunkan angka kesakitan, mencegah seorang anak dari penyakit infeksi
yang berbahaya, sehingga dapat meningkatkan kualitas hidup anak.
3. Terdapat Macam macam Imunisasi yaitu Imunisasi BCG, Imunisasi Hepatitis B,
Imunisasi Polio, Imunisasi DTP, Imunisasi Campak, Imunisasi HIB (Haemophillus
influenza tipe b), Imunisasi Rotavirus, Imunisasi Pnemokokus, Imunisasi influenza.
4. Ada 9 jenis imunisasi yang diberikan pada bayi sebelum usia 1 tahun dan terdapat
BIAS (Bulan Imunisasi Anak Sekolah).
5. Dampak Imunisasi Tidak Lengkap yaitu Penyakit Akan Mudah Menyerang dan
Mudah Tertular Orang yang Sakit.
6. Imunisasi kadang mengakibatkan efek samping. Ini adalah tanda yang membuktikan
bahwa vaksin benar-benar bekerja secara tepat. Efek samping yang biasa terjadi
adalah : pembengkakan kecil dan merah di tempat suntikan, panas, nyeri.
2. Saran
- Sebaiknya orang tua memberikan anaknya imunisasi secara rutin. Supaya anak-
anak tidak terkena dampak efek samping yang buruk pada anak.
Daftar Pustaka
1. Abbas, A.K., Lichtman, A.H., Pillai, S. 2014. Basic Immunology: Functions and
Disorders of Immune System. 4th Edition. Philadelpia : Elsevier.
2. Ranuh, IG.N.G., Suyitno, H., Hadinegoro, S.R.S., et al. 2014. Pedoman Imunisasi di
Indonesia Edisi Kelima. Jakarta : Badan Penerbit Ikatan Dokter Anak Indonesia.
3. Depkes RI. 2005. Pedoman Penyelenggaraan Imunisasi. Jakarta: Depkes RI.
4. Dinkes, 2002, Buku Kesehatan Ibu Dan Anak. Jakarta.
5. Hidayat, 2005, Pengantar Ilmu Keperawatan Anak 1, Penerbit Salemba Medika,
Jakarta.
6. Huliana, A. Md.Keb, 2003, Perawatan Ibu Pasca Melahirkan. Puspa Swara, Jakarta.
7. Kurniasih, dkk, 2006, Panduan Imunisasi, PT. Gramedia, Jakarta.
8. Notoatmodjo, 2002, Metodologi Penelitian Kesehatan. PT. Rhineka Cipta, Jakarta.
9. Probandari, A.N., Handayani, S., Laksono, N.J.D.N. 2013. Keterampilan Imunisasi.
Fakultas Kedokteran. Universitas Sebelas Maret. Surakarta.