Rka PDF
Rka PDF
APLIKASI
RKAKL DIPA
2013
2
Kepada Yth.
Para Kepala Satuan Kerja di Lingkungan Kementerian PU
Dalam rangka meningkatkan kualitas dokumen Rencana Kerja dan Anggaran (RKA-K/L)
Kementerian Pekerjaan Umum, perlu ditetapkan Panduan Teknis Penyusunan Rencana Kerja
dan Anggaran (RKA-K/L) di Lingkungan Kementerian Pekerjaan Umum dengan penjelasan
sebagai berikut:
I. UMUM
Panduan teknis ini diterbitkan dalam rangka penyusunan Kertas Kerja RKA-K/L yang
merupakan tugas seluruh Satuan Kerja di lingkungan Kementerian Pekerjaan Umum.
Dengan terbitnya Panduan Teknis ini diharapkan dapat meningkatkan pemahaman
operator dan penyelia/supervisor terhadap substansi dan teknis penyusunan Kertas
Kerja RKA-K/L, sehingga kemudian dapat menyeragamkan struktur Kertas Kerja RKA-
K/L, meningkatkan ketepatan penggunaan akun belanja, serta meningkatkan kesiapan
dalam proses penelaahan RKA-K/L dan pelaksanaan kegiatan di lingkungan Kementerian
Pekerjaan Umum dengan lebih baik.
Panduan teknis ini diberlakukan dalam rangka penyusunan Kertas Kerja RKA-K/L oleh
seluruh Satuan Kerja di lingkungan Kementerian Pekerjaan Umum.
Kebutuhan terhadap Panduan Teknis ini cukup penting mengingat Kertas Kerja RKA-K/L yang
disusun oleh seluruh Satuan Kerja di lingkungan Kementerian PU selama ini masih terdapat
banyak kekurangan, baik dari sisi teknis penyusunan maupun penggunaan akun belanja.
Panduan Teknis ini menjadi semakin penting mengingat data yang terinci dalam RKA-K/L
selain menjadi dasar dalam penyusunan profil kegiatan Kementerian PU, juga terkait dengan
keperluan audit dan pelaporan keuangan serta evaluasi program dan kegiatan tahunan.
Panduan Teknis ini utamanya diperuntukkan bagi operator penyusun Kertas Kerja RKA-
K/L, Petugas Penelaah Internal Unit Eselon-I, serta Pejabat dan Staf yang terkait dengan
penyusunan program dan anggaran tahunan. Dengan adanya pengaturan ini diharapkan
dapat mengurangi kesalahan-kesalahan di level teknis operasional penyusunan RKA-K/L.
ii
Kami menyadari bahwa Buku Panduan ini belumlah sempurna. Untuk itu kami sangat terbuka
terhadap koreksi dan masukan semua pihak untuk perbaikan Panduan Teknis mendatang
maupun dalam penyusunan pedoman terkait Program dan Anggaran lainnya.
Semoga Buku Panduan Teknis ini dapat bermanfaat bagi banyak pihak. Terima kasih.
BAGIAN I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang............................................................................................................. 2
1.2 Tujuan............................................................................................................................. 3
1.3 Lingkup Pengaturan.................................................................................................. 3
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Diagram Struktur Anggaran Penerapan PBK.............................................................. 10
Gambar 2. Kesalahan Penggunaan Sub-Output............................................................................. 14
Gambar 3. Kesalahan Penggunaan Sub-Komponen..................................................................... 14
Gambar 4. Belum Dilakukannya Standardisasi Kode Output..................................................... 15
Gambar 5. Tersebarnya Komponen-komponen 1 (Satu) Output.............................................. 16
Gambar 6. Struktur Kertas Kerja RKA-K/L........................................................................................... 17
Gambar 7. Contoh Penggunaan Seluruh Bagian Struktur Anggaran...................................... 18
Gambar 8. Contoh Kesalahan Input Volume Output..................................................................... 34
Gambar 9. Input Volume Output pada Level Sub-output............................................................ 36
Gambar 10. Pilihan Hitung Volume Output Secara Otomatis....................................................... 37
Gambar 11. Laporan Rekapitulasi Output............................................................................................ 38
Gambar 12. Penggunaan Atribut Lokasi Pada Perekaman Output............................................. 40
Gambar 13. Laporan Alokasi per Provinsi dalam Aplikasi RKA-K/L............................................. 41
vi Gambar 14. Penulisan Lokasi Pekerjaan pada Detil Kegiatan....................................................... 42
Gambar 15. Penulisan Lokasi pada Sub-komponen dan Detil Pekerjaan................................ 42
Gambar 16. Penulisan Lokasi Pekerjaan pada Judul Paket Pekerjaan........................................ 43
Gambar 17. Penulisan Lokasi Pekerjaan yang Belum Seragam.................................................... 43
Gambar 18. Contoh Kertas Kerja yang Menggunakan Lokasi
Output sebagai Lokasi Pekerjaan.................................................................................... 46
Gambar 19. Contoh Kesalahan Input Prakiraan Maju...................................................................... 46
Gambar 20. Contoh Pengisian Prakiraan Maju pada Perekaman Output................................ 48
Gambar 21. Pengisian Prakiraan Maju pada Perekaman Komponen......................................... 48
Gambar 22. Bagian yang Perlu Diperiksa dari Laporan KPJM RKA-K/L...................................... 49
Gambar 23. Input Sumber Pendanaan dari PNBP.............................................................................. 53
Gambar 24. Ilustrasi Input Target Pendanaan PNBP......................................................................... 54
Gambar 25. Ilustrasi Perekaman Output untuk Memilih DK atau TP.......................................... 58
Gambar 26. Ilustrasi Perekaman Satker................................................................................................. 61
Gambar 27. Ilustrasi Perekaman/Pemilihan Nama Output............................................................ 62
Gambar 28. Ilustrasi Pemilihan Kode Inisiatif Baru............................................................................ 63
Gambar 29. Ilustrasi Pemilihan Lokasi Output/Pekerjaan.............................................................. 64
Gambar 30. Ilustrasi Pemilihan Jenis Kewenangan........................................................................... 65
Gambar 31. Ilustrasi Pengisian Volume Output................................................................................. 66
Gambar 32. Tahun Awal dan Akhir Pencapaian Output per Lokasi............................................ 67
Gambar 33. Volume KPJM.......................................................................................................................... 68
vii
Penyusunan RKA-K/L dilakukan berdasarkan Pagu Anggaran K/L yang ditetapkan oleh
Menteri Keuangan. Pagu Anggaran K/L disampaikan oleh Menteri Keuangan kepada setiap
K/L paling lambat akhir bulan Juni dan penelaahan RKA-K/L diselesaikan paling lambat akhir
bulan Juli. Finalisasi RKA-K/L dilakukan berdasarkan hasil pembahasan Rancangan APBN dan
RUU tentang APBN dengan DPR yang harus diselesaikan paling lambat akhir bulan Oktober.
Dalam penyusunan RKA-K/L, terdapat 3 (tiga) landasan hukum utama yang perlu dipahami
dan menjadi acuan, yaitu: (i) Undang-undang No.17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara,
khususnya pada Bab III Penyusunan dan Penetapan APBN Pasal 14; (ii) Peraturan Pemerintah
2 Republik Indonesia No.90 Tahun 2010 tentang Penyusunan Rencana Kerja dan Anggaran
K/L; serta (iii) Peraturan Menteri Keuangan (PMK) No. 112/PMK.02/2012 tentang Petunjuk
Penyusunan dan Penelaahan Rencana Kerja dan Anggaran K/L.
Namun demikian ketiga landasan hukum, termasuk Peraturan Menteri Keuangan tersebut
di atas, belum dapat memberikan panduan secara teknis dalam penyusunan RKA-K/L yang
sesuai dengan karakteristik dan kebutuhan database program dan anggaran Kementerian
PU. Misalnya dengan tidak diaturnya keseragaman penulisan lokasi pekerjaan, maka akan
menyulitkan penyusunan profil program dan kegiatan per Wilayah Provinsi/ Kabupaten/Kota.
Sebaliknya, keseragaman penulisan lokasi akan mempermudah pengendalian konsistensi
antara perencanaan dan penyusunan program dengan pengalokasian anggarannya dalam
RKA-K/L.
Untuk menjawab kebutuhan terhadap pengaturan yang lebih teknis tersebut, maka
disusunlah buku Panduan Teknis Penyusunan Rencana Kerja dan Anggaran (RKA-K/L)
di Lingkungan Kementerian Pekerjaan Umum ini. Pengaturan dalam Panduan Teknis ini
diupayakan tetap sejalan dengan PMK Petunjuk Penyusunan RKA-K/L yang berlaku serta
peraturan terkait penganggaran lainnya, agar terhindar dari komplikasi permasalahan
dalam penelaahan Kertas Kerja RKA-K/L, pelaksanaan pekerjaan, proses pencairan anggaran,
maupun terkait pelaporan dan audit keuangannya.
1.2 Tujuan
Tujuan disusunnya Panduan Teknis ini adalah untuk menyempurnakan Kertas Kerja RKA-K/L
dari sisi Struktur Kertas Kerja yang mengikuti struktur anggaran yang berlaku, penerapan
Bagan Akun Standar (BAS) yang tepat, penerapan Kerangka Pengeluaran Jangka Menengah
(KPJM), serta tata cara input datanya. Dengan demikian diharapkan RKA-K/L yang dihasilkan
dapat dimanfaatkan secara maksimal sebagai database profil program dan anggaran untuk
berbagai keperluan, termasuk terkait dengan pengendalian dan evaluasi program.
Untuk mencapai tujuan tersebut terdapat tantangan yang kemungkinan dihadapi yaitu
bagaimana mengubah kebiasaan dalam penyusunan Kertas Kerja RKA-K/L dari yang selama
ini dilakukan, dengan ketidakseragaman tata cara penulisannya, menjadi lebih disiplin
mengikuti peraturan dan pedoman yang berlaku.
Lingkup pengaturan dalam Panduan Teknis ini difokuskan untuk menyempurnakan RKA-K/L
dari beberapa aspek, yaitu:
Beberapa landasan hukum yang terkait dengan penyusunan RKA-K/L antara lain sebagai
berikut.
Dasar hukum yang terkait dengan proses Penyusunan RKA-K/L:
1. Undang-Undang No.17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara;
2. Peraturan Pemerintah No.90 Tahun 2010 tentang Penyusunan Rencana Kerja dan
Anggaran Kementerian Negara/Lembaga;
3. Peraturan Menteri Keuangan No.112/PMK.02/2012 tentang Petunjuk Penyusunan
dan Penelaahan Rencana Kerja dan Anggaran Kementerian Negara/Lembaga;
2.2 Hal-hal yang Harus Diperhatikan dalam Penyusunan Kertas Kerja RKA-K/L
Dalam PMK No. 112/PMK.02/2012 dinyatakan bahwa penyusunan rincian anggaran belanja
Satker dalam Kertas Kerja (KK) RKA-K/L merupakan tugas Satuan Kerja. Kertas Kerja tersebut
10
3. Hasil (Outcome)
a. Hasil merupakan prestasi kerja yang berupa segala sesuatu yang mencerminkan
berfungsinya output dari Kegiatan dalam satu Program.
b. Secara umum kriteria dari hasil sebuah Program adalah :
1) Mencerminkan Sasaran Kinerja unit Eselon I sesuai dengan visi, misi dan tugas-
fungsinya;
2) Mendukung Sasaran Strategis K/L;
3) Dapat dilakukan evaluasi.
c. Rumusan Hasil dalam dokumen RKA-K/L harus sesuai dengan rumusan hasil yang ada
dalam dokumen Renja-K/L.
4. Kegiatan
a. Kegiatan merupakan penjabaran dari Program yang rumusannya mencerminkan
tugas dan fungsi Satker atau penugasan tertentu K/L yang berisi komponen Kegiatan
untuk mencapai output dengan indikator kinerja yang terukur. 11
b. Rumusan Kegiatan merupakan hasil restrukturisasi tahun 2011 dan penyesuaiannya.
c. Rumusan Kegiatan dalam dokumen RKA-K/L harus sesuai dengan rumusan Kegiatan
yang ada dalam dokumen Renja-K/L.
6. Output
a. Output merupakan prestasi kerja berupa barang atau jasa yang dihasilkan oleh suatu
Kegiatan yang dilaksanakan untuk mendukung pencapaian sasaran dan tujuan
program dan kebijakan.
b. Rumusan output dalam dokumen RKA-K/L mengambil dari rumusan output yang ada
dalam dokumen Renja-K/L.
Pengaturan dalam Panduan Teknis ini lebih diarahkan untuk menjaga konsistensi penyusunan
Struktur Kertas Kerja sesuai dengan tingkatan/level dan peruntukkannya dalam Struktur
Anggaran. Pengaturan akan difokuskan pada penyeragaman struktur, standardisasi kode
output, dan penulisan komponen-komponen yang seharusnya tidak terpisah.
Permasalahan umum terkait Struktur Kertas Kerja RKA-K/L antara lain sebagai berikut.
14
Sub-komponen digunakan untuk penulisan
lokasi pekerjaan; bukan merupakan
kelompok dari detil belanja
15
Dengan demikian sudah semestinya dalam penulisan dokumen anggaran, maupun dalam
rangka evaluasi program, komponen-komponen pendukung disatukan penulisannya di
bawah output per lokasi. Salah satu contoh kurang tepatnya pengaturan pengelompokkan
rincian pekerjaan yang mengganggu kesesuaian struktur Kertas Kerja dengan struktur
anggaran sebagaimana digambarkan berikut ini.
16
3.3 Penyeragaman Struktur Kertas Kerja RKA-K/L
Secara skematis, Struktur Kertas Kerja beserta peruntukan tiap tingkatannya sebagaimana
gambar berikut ini.
Di bawah ini merupakan salah satu contoh Struktur Kertas Kerja yang menggunakan seluruh
bagian/level struktur anggaran secara lengkap.
18
Bagian yang tidak kalah penting adalah pembebanan rincian pekerjaan ke dalam akun yang
harus dilakukan dengan tepat yang mengacu pada Bagan Akun Standar (BAS) yang berlaku.
Peraturan teknis yang paling terkini adalah Peraturan Direktur Jenderal Perbendaharaan No.
Per-80/PB/2011 tentang Penambahan dan Perubahan Akun Pendapatan, Belanja dan Trans-
fer pada Bagan Akun Standar.
Dalam PMK No.112/PMK.02/2012 diatur mengenai standardisasi kode output, yaitu terhadap:
1. Output-output yang digunakan dalam rangka pemenuhan kebutuhan dasar dan sarana
penunjang yang secara umum dibutuhkan oleh instansi/perkantoran.
2. Output-output sebagai penunjang pelaksanaan tusi dan penunjang aktifitas-aktifitas
perkantoran.
Sub-Output/
No Jenis Output Satuan Komponen/Detil Keterangan
19
1 Layanan Bulan 1. Output Layanan Perkantoran,
Perkantoran Layanan komponennya terdiri dari Komponen
001 dan/atau Komponen 002.
2. Output Layanan Perkantoran,
dimungkinkan hanya mempunyai 1
(satu) komponen saja (Komponen 001
atau Komponen 002 saja)
1. Komponen 001: a. Komponen 001, hanya digunakan
Pembayaran Gaji untuk output Layanan Perkantoran
dan Tunjangan b. Komponen 001 adalah anggaran
yang dialokasikan untuk memenuhi
kebutuhan biaya operasional antara
lain pembayaran gaji, tunjangan yang
melekat pada gaji, uang makan, dan
pembayaran yang terkait dengan
belanja pegawai.
Khusus untuk Output Layanan Perkantoran, walaupun dalam aplikasi RKA-K/L 2013
masih memungkinkan menggunakan kode Output selain 994, namun dianjurkan agar
tetap menggunakan kode 994. Kelompok rincian pekerjaan Administrasi Kegiatan dapat
menggunakan kode Komponen 011 Administrasi Kegiatan, sedangkan untuk alokasi
pekerjaan rutin perkantoran lainnya tetap menggunakan kode Komponen 001 dan 002.
Salah satu isu yang menjadi bahasan adalah seberapa detil rincian pekerjaan harus dituliskan
dalam Kertas Kerja RKA-K/L. Diskusi tersebut terus bergulir karena memang tidak dapat
disamakan antara satu kertas kerja dengan kertas kerja lainnya, tergantung dari konteks
keperluan dokumennya. Artinya, tidak ada aturan atau standar baku dalam penulisan rincian
pekerjaan tersebut.
22
Beberapa pertimbangan yang dapat dijadikan pertimbangan dalam memutuskan tingkat
kedetilan penulisan rincian pekerjaan dalam Kertas Kerja RKA-K/L adalah sebagai berikut:
1. Penulisan yang tidak detil, dengan rincian lebih detil dalam Rancangan Anggaran Biaya
(RAB), akan mempermudah dalam melakukan revisi anggaran. Misalnya, pekerjaan
swakelola yang penulisan judul workshop atau sosialisasinya tidak ditulis dalam Kertas
Kerja RKA-K/L-nya, sehingga memudahkan realokasi rincian anggaran antar workshop
atau sosialisasi di dalam Swakelola tersebut.
2. Penulisan rincian pekerjaan secara detil dapat dilakukan untuk pekerjaan rutin tahunan
yang penghitungan kebutuhannya dilakukan berdasarkan Standar Biaya (SB) dan Standar
Biaya Keluaran (SBK). Hal ini dapat mempermudah penyusunan Kertas Kerja pada tahun-
tahun mendatang, termasuk untuk melakukan review angka dasar.
Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) memberikan perhatian khusus terkait penerapan Bagan
Akun Standar (BAS) ini, dengan temuan untuk kegiatan tahun 2011 antara lain sebagai
berikut:
1. Pengelompokan Jenis Belanja pada saat penganggaran tidak sesuai dengan kegiatan yang
dilakukan, antara lain penganggaran belanja modal yang belum sesuai dengan kegiatan
yang dilaksanakan dan atas realisasi belanja modal tersebut belum dicatat sebagai aset
tetap.
2. Penganggaran belanja barang tidak sesuai dengan kegiatan yang dilaksanakan dan
realisasi belanja konsultan dengan kode akun 52 yang dapat diklasifikasi sebagai aset
tetap belum dicatat sebagai aset tetap.
2. Belanja Barang 25
Belanja Barang merupakan Pengeluaran untuk menampung pembelian barang dan jasa
yang habis pakai untuk memproduksi barang dan jasa yang dipasarkan maupun yang
tidak dipasarkan serta pengadaan barang yang dimaksudkan untuk diserahkan atau
dijual kepada masyarakat dan belanja perjalanan. Belanja ini terdiri dari belanja barang
dan jasa, belanja pemeliharaan dan belanja perjalanan dinas.
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam alokasi Belanja Barang adalah sebagai berikut:
a) Belanja Barang difokuskan untuk membiayai kebutuhan operasional kantor (barang
dan jasa), pemeliharaan kantor dan aset tetap lainnya serta biaya perjalanan. Jenis
pekerjaannya harus dipastikan tidak mengakibatkan kapitalisasi asset.
b) Disamping itu, belanja barang juga dialokasikan untuk pembayaran honor-honor bagi
para pengelola anggaran (KPA, PPK, Bendahara dan Pejabat Pembuat/Penguji SPM
serta Penyusun Laporan Keuangan/UAKPA).
c) Sesuai dengan penerapan konsep nilai perolehan maka pembayaran honor untuk
para pelaksana kegiatan menjadi satu kesatuan dengan kegiatan induknya.
d) Selain itu, Belanja Barang juga meliputi hal-hal:
Pengadaan Aset Tetap yang nilai persatuannya di bawah nilai minimum kapitalisasi;
Belanja pemeliharaan aset tetap yang tidak menambah masa manfaat/umur
ekonomis, peningkatan kapasitas atau standar kinerja;
Belanja perjalanan dalam rangka perolehan barang habis pakai.
3. Belanja Modal
Pengeluaran anggaran yang digunakan dalam rangka memperoleh atau menambah aset
tetap dan/atau aset lainnya yang memberi manfaat lebih dari satu periode akuntansi
serta melebihi batasan minimal kapitalisasi aset tetap atau aset lainnya yang ditetapkan
pemerintah. Aset Tetap tersebut dipergunakan untuk operasional kegiatan sehari-hari
suatu satuan kerja bukan untuk dijual.
Untuk mengetahui apakah suatu jenis belanja dapat dikategorikan sebagai belanja
modal atau tidak maka perlu diketahui definisi Aset Tetap/Aset Lainnya dan kriteria
pengakuannya sebagai berikut: 27
a. Dimiliki dan Berwujud (untuk Aset Lainnya bisa tidak berwujud);
b. Mempunyai masa manfaat lebih dari 12 bulan;
c. Digunakan dalam kegiatan operasional pemerintah atau dimanfaatkan oleh
masyarakat umum;
d. Memenuhi kriteria nilai satuan minimum kapitalisasi (untuk jenis Asset Tetap yang ada
pembatasan nilai minimum kapitalisasinya).
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam alokasi Belanja Modal adalah sebagai berikut:
a) Belanja Modal meliputi keseluruhan pengeluaran/biaya untuk pembelian/konstruksi/
perolehan dan biaya-biaya lainnya yang dikeluarkan sampai dengan aset tetap (tanah,
peralatan dan mesin, gedung dan bangunan, jalan, irigasi dan jaringan serta modal fisik
lainnya) siap digunakan.
b) Pengadaan aset tetap yang dilaksanakan dengan metode swakelola, keseluruhan
biaya yang dikeluarkan dituangkan dalam belanja modal;
c) Belanja perawatan untuk peralatan dan mesin, gedung dan bangunan, jalan, irigasi
28 dan jaringan yang mengakibatkan bertambahnya umur ekonomis/masa manfaat atau
kapasitas dan nilainya memenuhi syarat kapitalisasi dituangkan dalam belanja modal.
d) Sementara itu, untuk pengadaan aset tetap (tanah, peralatan dan mesin, gedung
dan bangunan, jalan, irigasi dan jaringan serta Aset Tetap Lainnya) yang akan
diberikan kepada pihak ketiga (entitas di luar pemerintah pusat) atau diserahkan
kepada masyarakat maka tidak dituangkan dalam akun belanja modal, melainkan
menggunakan akun belanja barang.
e) Selanjutnya secara prinsip akuntansi, belanja modal yang dialokasikan dalam dokumen
anggaran pada laporan keuangan akan menambah nilai Aset Tetap atau Aset Lainnya
K/L yang bersangkutan.
4. Bantuan Sosial
Bantuan Sosial merupakan pengeluaran berupa transfer uang, barang atau jasa yang
diberikan oleh Pemerintah Pusat/Daerah kepada masyarakat guna melindungi masyarakat
dari kemungkinan terjadinya risiko sosial, meningkatkan kemampuan ekonomi dan/
atau kesejahteraan masyarakat. Transfer uang/barang/jasa tersebut memiliki ketentuan
sebagai berikut:
a. Belanja bantuan sosial dapat langsung diberikan kepada anggota masyarakat dan/
atau lembaga kemasyarakatan termasuk di dalamnya bantuan untuk lembaga non
pemerintah bidang pendidikan dan keagamaan.
b. Belanja bantuan sosial bersifat sementara atau berkelanjutan.
c. Belanja bantuan sosial ditujukan untuk mendanai kegiatan rehabilitasi sosial,
Risiko sosial yang dimaksud adalah kejadian atau peristiwa yang dapat menimbulkan
potensi terjadinya kerentanan sosial yang ditanggung oleh individu, keluarga, kelompok
dan/atau masyarakat sebagai dampak krisis sosial, krisis ekonomi, krisis politik, fenomena
alam dan bencana alam yang jika tidak diberikan belanja bantuan sosial akan semakin
terpuruk dan tidak dapat hidup dalam kondisi wajar.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pemilihan akun belanja, selain terhadap 31
peruntukan masing-masing belanja sebagaimana dijabarkan di atas, antara lain sebagai
berikut:
Pemilihan jenis belanja harus benar-benar didasarkan atas karakteristik pekerjaan yang
akan dilakukan;
Pemilihan jenis belanja juga harus mempertimbangkan keperluan audit dan pelaporan
keuangan;
Pemilihan pembebanan pada jenis belanja modal harus mempertimbangkan pencatatan
dan pengelolaan asset kedepan;
Penggunaan belanja bantuan sosial harus benar-benar selektif sesuai dengan ketentuan
yang berlaku.
Agar dapat terus mengikuti pemutakhiran peraturan-peraturan terkait penerapan Bagan
Akun Standar.
Pengisian volume output merupakan salah satu bagian penting dalam penyusunan Kertas Kerja
RKA-K/L. Hal ini dikarenakan selain sebagai alat pengukuran kinerja per Satuan Kerja, juga dalam skala
nasional menjadi alat pengendalian pemenuhan target-target yang telah ditetapkan sebelumnya,
terutama output yang menjadi prioritas nasional dalam Rencana Kerja Pemerintah (RKP).
Dalam aplikasi RKA-K/L terdapat menu laporan yang menjabarkan total volume sasaran
tiap-tiap Output beserta alokasi anggarannya. Namun demikian, laporan tersebut dapat
memberikan informasi yang kurang tepat akibat adanya kemungkinan tidak sama dengan
rincian pekerjaan di dalam Kertas Kerja. Hal ini mengingat pengisian total volume Output
dalam suatu Satuan Kerja dapat dilakukan dengan melakukan input/mengetik langsung saat
perekaman Output, yang berpotensi berbeda dengan rincian pekerjaannya.
34
Pengisian volume output dalam rekam Output RKA-K/L 2013 dapat dilakukan dengan
2 (dua) cara, yaitu dengan input total volume pada level Sub-Output atau memilih agar
penghitungannya dilakukan secara otomatis terhadap satuan-satuan yang sama dari rincian
pekerjaan dalam komponen utama output yang bersangkutan. Kedua cara di atas tidak dapat
disatukan karena akan mengakibatkan penghitungan ganda (double counting).
Kedua cara tersebut memiliki potensi untuk terjadinya kesalahan, terutama dalam hal akurasi
konsistensi antara rincian dengan total output yang terdapat dalam menu laporan dalam
aplikasi RKA-K/L. Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam pengisian volume Output
melalui kedua cara tersebut adalah sebagai berikut:
1. Input Total Volume pada Level Sub-output
Kesalahan yang kerap terjadi adalah tidak dilakukannya update terhadap isian total
volume dalam menu rekam output, walaupun terjadi penambahan atau pengurangan
target volume dalam rincian pekerjaan.
2. Penghitungan Otomatis terhadap Komponen Utama
Penghitungan secara otomatis ini merupakan fasilitas baru dalam aplikasi RKA-K/L 2013.
Beberapa kemungkinan kesalahan yang terjadi antara lain pengetikan satuan volume
35
yang tidak sama dengan satuan volume dalam aplikasi, misalnya seharusnya Kawasan
namun ditulis Kws. Kemungkinan lain adalah penempatan rincian pekerjaan utama pada
komponen yang tidak dijadikan sebagai komponen utama.
Penggunaan fasilitas hitung otomatis ini terbatas hanya untuk Output dengan jumlah
huruf satuan volume paling banyak 5 (lima) huruf. Contohnya berlaku untuk satuan km
(2 huruf ), namun tidak berlaku untuk satuan kawasan (7 huruf ).
Volume Output
38
Terkait dengan input data lokasi kegiatan, aplikasi RKA-K/L yang ada saat ini masih belum
sepenuhnya mengakomodir kebutuhan data program dan anggaran Kementerian PU,
antara lain karena data lokasi yang diinput pada saat melakukan perekaman Output bukan
ditujukan sebagai lokasi pekerjaan, namun lebih kepada Lokasi kantor Satuan Kerja yang
berkenaan berada.
40
Penggunaan Lokasi sebagai atribut Output yang menunjukkan Lokasi Satker, seperti
yang selama ini diterapkan, mengakibatkan kurang akuratnya Laporan alokasi anggaran
per provinsi yang merupakan salah satu menu laporan dalam aplikasi RKA-K/L. Salah satu
contohnya adalahn alokasi anggaran di DKI Jakarta/Pusat yang sangat besar, padahal angka
41
Sebagian besar alokasi
di DKI Jakarta (Pusat)
diperuntukkan bagi
investasi di daerah lain
Tata cara penulisan lokasi kegiatan yang selama ini dilakukan sedikit banyak tidak sesuai
dengan struktur anggaran yang sudah diatur oleh Kementerian Keuangan akan menyulitkan
pengelolaan database terutama penyusunan profil program dan anggaran per wilayah dan
penghitungan investasi di daerah. Termasuk dalam hal ini adalah pekerjaan-pekerjaan yang
merupakan bagian dari satu kesatuan output yang dituliskan terpisah-pisah. Kondisi ini juga
berdampak pada terkendalanya evaluasi program yang akan dilakukan.
Beberapa cara penulisan lokasi pekerjaan dalam Kertas Kerja RKA-K/L yang selama ini
dilakukan sebagaimana digambarkan berikut ini:
Cara penulisan lokasi kabupaten/kota menggunakan header di bawah komponen dan detil
lokasi menggunakan header di bawah akun;
43
Cara penulisan lokasi dalam rincian pekerjaan;
Sebagaimana juga telah disampaikan pada Bagian III sebelumnya, Lokasi Pekerjaan akan
menggunakan pilihan Lokasi Output yang telah disediakan dalam Aplikasi RKA-K/L, dimana
pengisiannya dilakukan pada saat melakukan perekaman Output. Untuk itu diperlukan
pengulangan perekaman untuk lokasi-lokasi Output pada kabupaten/kota yang berbeda.
Contoh kertas kerja yang telah menggunakan pola seperti ini sebagaimana digambarkan di
bawah ini.
Lokasi pekerjaan
dengan
menggunakan
Lokasi Output
44
Gambar 18. Contoh Kertas Kerja yang Menggunakan Lokasi Output sebagai
Lokasi Pekerjaan
Untuk keperluan penulisan lokasi yang lebih detil, misalnya di tingkat Kecamatan/Desa/
Kelurahan termasuk lokasi-lokasi khusus lainnya, dapat dituliskan pada level Sub-komponen
setelah nama Paket Pekerjaan. Adapun untuk penulisan lokasi pekerjaan yang meliputi lebih
dari 1 (satu) kabupaten/kota, maka lokasi yang dipilih pada saat perekaman output adalah
pada tingkat provinsi yang berkenaan dengan pemberian keterangan kabupaten/kota yang
dilingkupi dapat diinputkan pada level Sub-komponen.
Berbagai keuntungan yang akan didapatkan dari penyeragaman penulisan lokasi pekerjaan
ini antara lain dalam database pengelolaan database khususnya dalam penyusunan profil
wilayah sampai pada tingkat kedetilan kabupaten/kota. Dengan semakin baiknya pengelolaan
database berupa profil kegiatan yang berbasis kewilayahan, maka akan memudahkan dalam
melakukan penilaian konsistensi antara perencanaan, pemrograman, dan penganggarannya.
Hal ini tentunya juga akan memudahkan evaluasi kegiatannya.
Saat ini penerapan Kerangka Pengeluaran Jangka Menengah (KPJM) semakin disiplin.
Penerapan KPJM secara teknis adalah pada input prakiraan maju dalam Renja-K/L maupun
RKA-K/L. Hasil prakiraan maju 1 (satu) kedepan akan menjadi angka baseline/dasar dalam
penyusunan program dan anggaran tahun berikutnya. Oleh karena itu, penghitungan dan
input data prakiraan maju harus dilakukan dengan cermat dan disiplin.
Salah satu bentuk kesalahan dalam input data prakiraan maju digambarkan di bawah ini.
Kesalahannya adalah melakukan input data untuk Output Layanan Perkantoran yang tidak
menerus.
46
Input prakiraan maju dalam RKA-K/L dapat dilakukan dalam 2 (dua) tahap yaitu pada saat
perekaman Output dan perekaman Komponen. Pada saat perekaman Output dimasukkan
tahun akhir dari Output tersebut beserta volume Output tiap tahunnya. Pada saat peremana
Komponen dilakukan penentuan indeks yang digunakan apakah Indeks KPJM atau Indeks
Output.
48
Pemeriksaan prakiraan maju untuk masing-masing Satuan Kerja maupun pada level Program
harus dilakukan agar terhindar dari angka Prakiraan Maju yang jauh dari rencana awal,
misalnya akibat dari kesalahan input data. Hasil prakiraan maju tersebut dapat diperiksa
melalui menu Form KPJM yang memperlihatkan angka prakiraan maju per tahun selama
3 (tiga) tahun kedepan. Pemeriksaan ini juga perlu dilakukan mengingat penghitungan
prakiraan maju dalam RKA-K/L 2013 dilakukan dengan perkalian terhadap indeks-indeks
khusus yang telah ditetapkan oleh Kementerian Keuangan.
!"#$%"$#&'())'#'(&*'(&+,#$("$%%'((-'&
Prakiraan maju per Output
49
Gambar 22. Bagian yang Perlu Diperiksa dari Laporan KPJM RKA-K/L
Penyusunan RKA-K/L untuk kegiatan yang alokasi dananya bersumber dari PNBP (bukan
satker BLU) diatur sebagai berikut:
1. Nomenklatur kegiatan yang anggarannya bersumber dari PNBP menggunakan
nomenklatur kegiatan sesuai dengan tabel referensi pada Aplikasi RKA-K/L;
2. Penuangan kegiatan dan besaran anggarannya dalam RKA-K/L mengacu pada:
a. Peraturan Pemerintah tentang tata cara penggunaan PNBP yang bersumber dari
kegiatan tertentu;
b. Keputusan Menteri Keuangan/Surat Menteri Keuangan tentang Persetujuan
Penggunaan Sebagian Dana yang berasal dari PNBP;
c. Angka Pagu penggunaan PNBP dari Direktorat PNBP.
3. Penggunaan dana yang bersumber dari PNBP difokuskan untuk kegiatan dalam
rangka peningkatan pelayanan kepada masyarakat dan/atau sesuai ketentuan tentang
Persetujuan Penggunaan Sebagian Dana yang berasal dari PNBP;
4. Pembayaran honor pengelola kegiatan PNBP (honor atasan langsung bendahara,
52 bendahara dan anggota sekretariat) menggunakan akun belanja barang operasional
yaitu honor yang terkait dengan operasional satker (akun 521115), sedangkan honor
kegiatan non-operasional yang bersumber dari PNBP masuk dalam akun honor yang
terkait dengan output kegiatan (akun 521213).
Input data yang menunjukkan bahwa suatu pekerjaan didanai dari PNBP adalah pada saat
melakukan perekaman akun, dimana terdapat pilihan Beban termasuk yang bersumber dari
PNBP. Ilustrasi input data saat perekaman/edit akun sebagaimana tergambar di bawah ini.
Selain dari penggunaan PNBP, data target PNBP per tahun juga diperlukan. Data target PNBP
tersebut diinput melalui menu Form Pendapatan sebagaimana tergambar di bawah ini.
Angka yang dimasukkan sebagai Target PNBP merupakan angka yang disepakati dengan
Direktorat PNBP, Direktorat Jenderal Anggaran Kementerian Keuangan. Penentuan Jenis dan
Tarif PNBP di lingkungan Kementerian PU diatur dalam Peraturan Pemerintah No.38 Tahun
2012 tentang Jenis dan Tarif atas Jenis Penerimaan Negara Bukan Pajak yang Berlaku pada
Kementerian Pekerjaan Umum.
58
Gambar 25. Ilustrasi Perekaman Output untuk Memilih DK atau TP
PANDUAN TEKNIS
Sebelum melakukan input data untuk penyusunan Kertas Kerja RKA-K/L 2013, terlebih dahulu
perlu dilakukan pemeriksaan terhadap versi aplikasi yang akan kita gunakan. Versi terbaru
aplikasi RKA-K/L dapat diunduh melalui website Direktorat Jenderal Anggaran dengan
alamat: www.anggaran.kemenkeu.go.id.
Pemutakhiran aplikasi RKA-K/L perlu terus dilakukan untuk menghindari agar data yang
pernah disusun dengan menggunakan versi aplikasi yang lama tidak terbaca oleh versi
aplikasi yang baru. Penyempurnaan aplikasi, termasuk database pendukungnya, masih
terus dilakukan mengingat aplikasi ini digunakan oleh seluruh K/L dengan perkembangan
kebutuhan yang dapat terus berkembang. Walaupun demikian perubahan yang dilakukan
pada aplikasi bukan merupakan perubahan besar-besaran seperti perubahan struktur
anggaran, namun lebih kepada penyempurnaan database pendukungnya saja.
Langkah awal dalam proses penyusunan Kertas Kerja RKA-K/L adalah melakukan pemilihan
kode dan/atau nama Satuan Kerja. Perekaman Satker dilakukan melalui menu Form Belanja.
Selain dengan cara melakukan input dari awal, dapat juga dilakukan dengan cara melakukan
konversi dari data RKA-K/L 2012, khususnya untuk kegiatan-kegiatan yang rutin, menerus,
dan sudah menggunakan Standar Biaya pada saat input data sebelumnya, seperti untuk
Output Layanan Perkantoran pada Komponen 001 Pembayaran Gaji dan Tunjangan dan
Komponen 002 Penyelenggaraan Operasional dan pemeliharaan Perkantoran.
61
Gambar 26. Ilustrasi Perekaman Satker
Dalam aplikasi RKA-K/L 2013, perekaman Program dan Kegiatan tidak dilakukan secara
langsung, namun dengan memilih Output di bawah Program dan Kegiatan yang
bersangkutan. Dengan demikian Program dan Kegiatan terpilih secara otomatis. Perekaman
Output Non-SBK akan membutuhkan perincian lebih lanjut, namun untuk Output dengan
SBK tidak memerlukan perincian karena sudah terintegrasi dalam aplikasi RKA-K/L.
Output Non-SBK ditampilkan dalam aplikasi RKA-K/L dengan tulisan warna hitam, sedangkan
Output dengan SBK ditampilkan dengan warna hijau. Ilustrasi pemilihan Output sebagaimana
gambar berikut ini.
Selain memilih Output yang akan digunakan, juga terdapat atribut-atribut atau kelengkapan
data Output yang sebagian besarnya harus diisikan pada saat perekaman Output, yang
terdiri dari Kode Inisiatif Baru (IB), Lokasi, Jenis Satuan Kerja, Kewenangan, Volume Output,
Tahun Awal dan Tahun Akhir, dan Volume KPJM. Penjelasan masing-masing atribut Output
adalah sebagai berikut.
63
2. Lokasi Output
Sebagaimana juga dijelaskan pada Bagian III sebelumnya, Lokasi Output digunakan sebagai
Lokasi Pekerjaan dengan kedetilan pada tingkat Kabupaten/Kota. Untuk itu diperlukan
pengulangan input untuk Output-output yang berbeda lokasi kabupaten/kota-nya. Dengan
kata lain, bila input item-item pekerjaan di suatu kabupaten/kota telah selesai dilakukan,
maka kemudian dilakukan perekaman Output kembali untuk Lokasi Output pada kabupaten/
kota lainnya. Pembahasan Input lokasi pekerjaan secara lebih detil terdapat pada Bagian VI.
4. Volume Output
Volume Output yang terlihat pada saat perekaman Output tidak dapat diisikan secara
langsung pada saat perekaman, namun datanya diinputkan pada level Sub-Output maupun
dengan menggunakan fasilitas hitung otomatis untuk pekerjaan-pekerjaan pada komponen
utama dan dengan satuan yang sama namun yang kurang dari 6 (enam) huruf. Pembahasan
lebih lengkap pada Bagian V.
Gambar 32. Tahun Awal dan Akhir Pencapaian Output per Lokasi
67
6. Volume KPJM
Volume KPJM perlu diisi dan disesuaikan dengan tahun awal dan tahun akhir Output, namun
khusus untuk Output dalam rangka penugasan/ Prioritas Nasional, angka prakiraan maju untuk
TA 2015 dan TA 2016 agar dikosongkan (volume Output 0). Hal ini sesuai dengan kebijakan
dalam RPJMN yang berakhir pada tahun 2014 dan diatur dalam PMK No.112/PMK.02/2012
tentang Petunjuk Penyusunan dan Penelaahan Rencana Kerja dan Anggaran K/L.
Tahapan perekaman berikutnya adalah perekaman Komponen, yang merupakan tahapan atau
bagian dari proses pencapaian Output, misalnya Perencanaan, Desain, Pembangunan, dan
Evaluasi. Komponen merupakan bagian yang harus diisi.
Sebagian besar input Kode dan Nama Komponen dilakukan dengan mengetikkan dalam form
isian, kecuali untuk Komponen Output Layanan Perkantoran (kode 001 dan 002) yang dilakukan
dengan memilih. Adapun pemilihan jenis belanja dilakukan secara otomatis oleh aplikasi RKA-K/L
yang mengacu pada Output dan Komponen yang telah diisi sebelumnya.
Atribut Komponen yang harus dipilih adalah Sifat Biaya (Utama atau Pendukung), untuk Output
selain Layanan Perkantoran. Juga perlu memilih terkait dengan prakiraan maju tahun-tahun
berikutnya, apakah menggunakan Indeks KPJM atau menggunakan Indeks Output. Selain itu,
harus dipastikan juga agar tahun yang direncanakan yaitu 2013 telah dicontreng (P).
Harus dipastikan
tercontreng ( )
Dalam aplikasi RKA-K/L DIPA 2013, Akun memiliki beberapa atribut yaitu Kode dan Nama
Akun, Kode KPPN, Sumber Pendanaan, Kode Register untuk Pinjaman/Hibah Luar Negeri
(PHLN), Cara Hitung Pendanaan melalui PHLN, Catatan Akun, dan Catatan Blokir. Penjelasan
masing-masing atribut adalah sebagai berikut:
71
2. Kode KPPN
Kode KPPN dipilih yang sesuai dengan Kantor Bayar Ditjen Perbendaharaan. Pengisiannya
harus dilakukan secara teliti agar tidak mengakibatkan permasalahan pada saat pelaksanaan
dan pencairan anggarannya. Kode KPPN dalam aplikasi RKA-K/L DIPA 2013 disesuaikan
dengan data kantor bayar pada tahun 2012 dari Direktorat Jenderal Perbendaharaan.
Nomor register PHLN dipilih sesuai dengan kode register yang diterbitkan oleh Kementerian
Keuangan. Di bawah ini merupakan tampilan daftar Register dalam aplikasi RKA-K/L DIPA
2013.
75
Setelah melakukan perekaman akun, maka tahap selanjutnya adalah merekam detil/item
pekerjaan untuk masing-masing akun. Pendetilan penulisan agar disesuaikan dengan
kebutuhan masing-masing Output Kegiatan karena tidak ada standar baku dalam penulisan
detil kegiatan. Beberapan pertimbangan kedetilan penulisan item pekerjaan terdapat pada
Sub-bagian 3.4 sebelumnya.
Beberapa atribut Detil Pekerjaan yang harus diisi adalah Uraian Detil Pekerjaan, Volume
Pekerjaan (Volkeg), Satuan Pekerjaan/Output (Satkeg), Harga Satuan, Blokir, dan Waktu
Pelaksanaan Pekerjaan. Untuk item pekerjaan yang memiliki Standar Biaya Masukan agar
pengisiannya menggunakan menu SBM sebagaimana tampak pada ilustrasi di bawah ini.
Bila memerlukan perincian volume kegiatan, dapat dilakukan dengan menekan Esc pada
saat akan melakukan input data Volkeg maka akan keluar isian yang lebih rinci untuk
pekerjaan dengan satuan yang lebih dari 1 (satu), misalnya untuk satuan Orang-Hari (OH).
4. Blokir
Blokir diisi bila pekerjaan yang berkenaan belum dapat disetujui oleh petugas penelaah
RKA-K/L Direktorat Jenderal Anggaran. Pengisian blokir/pemblokiran pekerjaan lebih
merupakan domain dari Kementerian Keuangan.
Mulai Tahun Anggaran 2013, penyusunan dan pengesahan DIPA merupakan lingkup tugas
Direktorat Jenderal Anggaran, yang dirancang dengan Format 1 (satu) DIPA untuk tiap
Program yang dilengkapi dengan petikan DIPA untuk masing-masing Satuan Kerja. Oleh
karena itu beberapa data untuk kelengkapan DIPA yang pada tahun-tahun sebelumnya
dapat tidak diisi kedalam aplikasi RKA-K/L, mulai DIPA tahun 2013 data-data tersebut harus
sudah diinputkan dalam aplikasi RKA-K/L.
Beberapa data kelengkapan DIPA yang harus diisi antara lain Data Kuasa Pengguna Anggaran
(KPA), Bendahara, Pejabat SPM, termasuk alamat e-mail resmi Satuan Kerja. Data e-mail tersebut
diperlukan oleh Direktorat Jenderal Anggaran untuk menyampaikan pemberitahuan resmi
khususnya terhadap proses penelaahan dan persetujuan RKA-K/L beserta revisi anggarannya.
78 Pengisian data tersebut merupakan bagian dari validasi kelengkapan data RKA-K/L. Ilustrasi
input data kelengkapan DIPA tersebut sebagaimana digambarkan di bawah ini.
Validasi RKA-K/L merupakan proses verifikasi otomatis oleh aplikasi RKA-K/L terhadap
kelengkapan dan kesesuain data yang diinput sebelumnya, mulai dari perekaman Program/
Kegiatan/Output sampai pada pengisian data kelangkapan DIPA. Harus dipastikan agar
seluruh Kertas Kerja lolos dari proses validasi ini.
Apabila terdapat kesalahan atau tidak lengkapnya data yang diinput, maka Kertas Kerja tidak
akan lolos dari validasi. Oleh karena itu diperlukan perbaikan data sampai data dalam Kertas
Kerja bersih dari kesalahan. Hal ini sangat diperlukan karena apabila belum lolos dari proses
validasi maka ada kemungkinan DIPA tidak dapat tercetak.
Proses validasi dilakukan secara otomatis oleh aplikasi RKA-K/L melalui menu RKAKL2013/
Validasi Data. Validasi ini meliputi keseluruhan rincian data dalam Kertas Kerja RKA-K/L,
dengan kode dan keterangan kegagalan validasi sebagaimana Tabel berikut ini.
81
Berikut ini terdapat 2 (dua) contoh tampilan Kertas Kerja RKA-K/L yang mengikuti Panduan
Teknis. Contoh yang pertama adalah untuk Pekerjaan Swakelola Non-Fisik dan contoh yang
kedua adalah untuk Pekerjaan Fisik.
82
Lebih dari itu, belum siapnya rencana penyerapan anggaran pada saat penyusunan RKA-
K/L dan DIPA dapat mengakibatkan tertundanya penetapan POK oleh Pejabat Eselon I di
Kementerian PU. Hal ini kemudian dapat berdampak pada terhambatnya pelaksanaan
pekerjaan dan penyerapan anggaran.
Rencana penyerapan anggaran disusun sesuai dengan rencana pelaksanaan kegiatan yang
benar-benar realistis namun menantang untuk dilaksanakan. Dalam penyusunan penyerapan
anggaran bulanan agar tidak dilakukan simplifikasi dengan membagi rata pengeluaran
selama 12 (dua belas) bulan, kecuali untuk pengeluaran yang rutin operasional kantor dan
84 kegiatan rutin lainnya.
Rencana penyerapan anggaran disusun dengan kedetilan menurut jenis belanja per Output
Kegiatan. Oleh karena itu penghitungan rencana penyerapan harus dilakukan dalam lembar
kerja yang berbeda untuk tiap-tiap Output-nya, sebelum dilakukan input kedalam Aplikasi
RKA-K/L. Ada baiknya penghitungan rencana penyerapan dapat dilakukan pada level detil
pekerjaan di bawah akun, sehingga dapat mempermudah dalam penyusunan POK-nya.
Dalam aplikasi RKA-K/L DIPA 2013, input data Rencana Penyerapan Anggaran diisi melalui
menu Rencana Penarikan. Rincian rencana penarikan disusun berdasarkan rencana
penyerapan anggaran tiap kelompok Jenis Belanja (2 digit awal) untuk tiap bulannya. Ilustrasi
Input Rencana Penyerapan Anggaran sebagaimana digambarkan di bawah ini.
Dalam PMK No.112/PMK.02/2012 diuraikan mengenai data dukung yang diperlukan terutama
dalam proses penelaahan Kertas Kerja RKA-K/L di Direktorat Jenderal Anggaran Kementerian
Keuangan. Data-data dukung yang utama antara lain berupa:
1. Hasil cetakan Kertas Kerja RKA-K/L dan Arsip Data Komputer-nya (ADK);
2. Kerangka Acuan Kerja (KAK/TOR) dan Rancangan Anggaran Biaya (RAB);
3. Gender Budget Statement (GBS) apabila berkenaan dengan ARG. Penyusunan GBS
mengacu pada format sebagaimana tercantum dalam Bab 8 PMK No.112/PMK.02/2012;
4. Rencana Bisnis dan Anggaran Badan Layanan Umum (RBA BLU) apabila berkenaan dengan
Satker BLU;
5. Surat Pernyataan Tanggung Jawab Mutlak (SPTJM) yang ditandatangani oleh Kuasa
Pengg una Anggaran (KPA) apabila satuan biaya yang tercantum dalam KK RKA-K/L tidak
terdapat dalam Standar Biaya. Penyusunan SPTJM mengacu pada format dan tatacara
pengisian sebagaimana tercantum dalam Bab 8 PMK No.112/PMK.02/2012;
6. Data pendukung untuk pembangunan/renovasi bangunan/gedung negara, berupa:
a) Perhitungan kebutuhan biaya pembangunan/renovasi bangunan/ gedung negara
atau yang sejenis dari Kementerian Pekerjaan Umum atau Dinas Pekerjaan Umum
setempat sebagaimana Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 45/PRT/M/2007
86 tentang Pedoman Teknis Pembangunan Bangunan/ gedung Negara untuk pekerjaan
pembangunan/renovasi bangunan/ gedung negara yang berlokasi di dalam negeri
dan pekerjaan renovasi bangunan/gedung negara yang berlokasi di luar negeri
(kantor perwakilan) yang mengubah struktur bangunan; atau
b) Perhitungan kebutuhan biaya pembangunan/renovasi bangunan/ gedung negara
atau yang sejenis dari konsultan perencana setempat dan SPTJM KPA kantor perwakilan
setempat untuk pekerjaan renovasi bangunan/gedung negara yang berlokasi di
luar negeri (kantor perwakilan) yang tidak merubah struktur bangunan. Informasi
mengubah atau tidak struktur bangunan dijelaskan dalam dokumen tersebut.
7. Data dukung teknis dalam suatu kasus tertentu antara lain: peraturan perundangan/
keputusan pimpinan K/L yang mendasari adanya kegiatan/output, surat persetujuan dari
Menteri PAN dan RB untuk alokasi dana satker baru, dan lain sebagainya;
8. Data dukung terkait lainnya sehubungan dengan alokasi suatu output.
Diharapkan agar seluruh data pendukung yang diperlukan sudah siap sebelum dilakukannya
penelaahan di Direktorat Jenderal Anggaran Kementerian Keuangan, sehingga dapat
meminimalisir alokasi anggaran yang diblokir akibat kurangnya data pendukung. Hal
ini tentunya akan dapat mendukung percepatan pelaksanaan kegiatan di lingkungan
Kementerian Pekerjaan Umum.