Anda di halaman 1dari 3

Geografi Perkotaan

Pemahaman Arti Kota

Nama : Gading Dita Indasari


NIM : 150722603511/G

1.1 Pendahuluan
Dewasa ini istilah kota menjadi sesuatu yang umum bagi masyarakat, baik bagi
masyarakat umum ataupun masyarakat yang mengkaji tentang kota. Sebagian masyarakat
berpemahaman bahwa keadaan kota identik dengan kepadatan lalu lintas, serta
keramaian. Banyaknya persepsi masyarakat tentang definisi kota menyebabkan semakin
bervariasinya makna suatu kota. Sehingga muncullah definisi kota berdasarkan perspektif
morfologinya (Morphological perspective) serta definisi berdasarkan perspektif legal atau
yuridis administratif, selain itu muncullah 6 perspektif baru dalam memahami makna
kota, meliputi : yuridis administratif, fisik morfologis, jumlah penduduk, kepadatan
penduduk, fungsi dalam wilayah organik dan sosial-ekonomi.

1.2 Kota ditinjau dari segi yuridis-administratif


Menekankan pada pemahaman kota berdasarkan batas-batas yang diatur menurut undang-
undang. Perspektif ini banyak menimbukan kekeliruan, sebab terdapat sebagian daerah
yang terdapat dalam batas pedesaan tetapi memiliki kenampakan kota, ataupun
sebaliknya. Meski sering menimbulkan kekeliruan, tetapi persepsi pertama inilah yang
paling tepat untuk perencanaan wilayah kota. Menurut Sujarto(1970) kota adalah suatu
wilayah negara/suatu areal yang dibatasi batas-batas administrasi tertentu.

1.3 Kota ditinjau dari segi fisik morfologis


Kota ditinjau dari segi morfologis memiliki makna yang relatif luas, karena morfologis
sendiri berarti bentuk. Dalam istilah kota sendiri, morfologis sering dikaitkan dengan
urban morphology/ morfologi kota. Morfologi sebuah kota merujuk pada 3 indikator,
yaitu : indikator kekhasan penggunaan lahan, kekhasan pola bangunan danfungsinya,
serta kekhasan pola sirkulasi. Menurut Sujarto(1970) kota menurut tinjauan morfologi
adalah suatu wilayah yang luas dan merupakan konsentrasi penduduk padat, bangunan
yang didominasi oleh struktur permanen dan kegiatan fungsional lainnya.

1.4 Kota ditinjau dari jumlah penduduk


Urban population threshold merupakan jumlah penduduk minimal yang ditentukan oleh
suatu negara untuk mendefinisikan suatu aglomerasi penduduk sebagai suatu kota.
Kesulitan dalam penerapan persepsi ini berkaitan dengan penentuan batas-batas kota
apabila sebaran pemukiman yang kompak sangat besar, namun kepadatan nya sangat
jarang serta sejumlah penduduk minimal namun terkonsentrasi dalam suatu wilayah
yang sempit. Pengertian kota ditinjau dari jumlah penduduk memiliki definisi yang
berbeda pada setiap negara. Misal, dinegara barat penamaan kota didasarkan atas jumlah
penduduk yang ada dikota tersebut.
1.5 Kota ditinjau dari kepadatan penduduk
Berdasarkan tinjauan ini kota adalah suatu daerah dalam wilayah negara yang ditandai
oleh sejumlah kepadatan penduduk minimal tertentu, kepadatan penduduk mana tercatat
dan teridentifikasi dalam suatu pemukiman yang kompak. Dalam menghitung kepadatan
penduduk kekotaan dikenal 3 macam teknik, yaitu : administrative population density,
urban population density, dan housing population density. Kepadatan penduduk
administrasi berkaitan dengan rasio antara jumlah penduduk yang tinggal dalam wilayah
administrasi dengan luas wilayah administrasi. Kepadatan penduduk urban merupakan
konsep yang digunakan sebagai indikator apakah suatu daerah sudah masuk dalam
kategori kekotaan dalam artian morfologis atau belum, sedangkan dalam menghitung
kepadatan urban semua kenampakan kekotaan dalam wilayah yang diamati dihitung
luasnya sebagai denominator dan semua kenampakan bukan kekotaan secara fisikal akan
dikeluarkan dari perhitungan. (bahasa mudah dipahami)

1.6 Kota ditinjau dari fungsinya dalam suatu wilayah organik


Pendekatan keberadaan kota berdasarkan tinjauan ini menekankan pada perannya dalam
suatu wilayah organik yang luas. Maksud dari wilayah organik adalah wilayah
fungsional, wilayah heterogin dan wilayah nodal. Wilayah organik merupakan bagian
dari pemukiman bumi yang dicirikan oleh kesatuan sistem kegiatan dan kegiatan mana
yang memiliki keterkaitan fungsional satu sama lain.

1.7 Kota ditinjau dari segi sosio-kultural


Sujarto(1970) kota merupakan kesatuan masyarakat yang heterogen dan masyarakat kota
mempunyai tingkat tuntutan kebutuhan yang lebih banyak apabila dibandingkan dengan
penduduk pedesaan, sedangkan menurut Bintarto (1977) kota merupakan suatu bentang
budaya yang ditimbulkan oleh unsur-unsur alami dan non alami dengan gejala
pemusatan penduduk yang cukup besar dan corak kehidupan heterogen dan matrealistis
dibandingkan daerah belakangnya. Tinjauan lebih rinci dikemukakan oleh Amiruddin et.
Al (1970) yang mengemukakan tentang ciri-ciri kota, yaitu ; ukuran relatif besar,
permanen, padat, dan hubungan sosialnya heterogen. (gak dijelaskan maksudnya)
Dalam tinjauan ini dikemukakan juga tentang rural (pedesaan / perdukuhan) ataupun
rurban.

1.8 Definisi Kota di Indonesia


Di Indonesia, khususnya diluar DKI Jakarta, sebuah kota dari segi hukum dapat
dikelompokkan menjadi 4 golongan (Sandy, 1983), yaitu : Kotamadya, Kota Madya
Administratif, Kota Administratif dan Kota. Yang dimaksud dengan Kotamadya adalah
sebuah kota yang jelas batas hukum kewenangan pemerintah daerahnya. Kotamadya
administratif adalah sebuah kota yang tidak mempunyai Dewan Perwakilan Rakyat,
sebagai contoh adalah Kota Batam.
Kota administratif adalah sebuah kota yang meskipun dipimpin oleh seorang
walikota, tetapi masih tetap merupakan bagian dari pada sebuah Daerah Tingkat II. Kota
administratif tidak mempunyai dewan, tetapi batas-batas wilayah hukum walikotanya
jelas ditetapkan, sedangkan Kota, seperti layaknya sebuah kabupaten, keberadaannya
hanya ditandai oleh bagian-bagiannya yang sudah dibangun umum namun kewenangan
hukum pemerintahan daerahnya tidak terbatas pada daerah terbangun saja, tetapi
termasuk wilayah yang belum terbangun yang berada dalam batas-batas wilayah yang
sudah ditetapkan.

1.9 Permasalahan identifikasi wilayah perkotaan


Berdasarkan pengertian-pengertian tentang kota, para pembaca dapat memahami
betapa rumitnya perumusan sebuah definisi sehingga memberikan kejelasan yang
normatif. Dari sekian banyak pengertian tersebut, hampir tidak ada yang membahas
tentang delimitasi wilayah yang disebut sebagai kota tersebut. Dalam wacana ilmiah
maupun praktis, hal ini akan mencuat sedemikian penting manakala seseorang mulai
membahas mengenai kerangka penelitian dan analisis.
Istilah penting menyangkut kota yang perlu dipahami terlebih dahulu, yaitu
penggunaan istilah perkotaan dan kekotaan. Kata perkotaan adalah sifat yang mengacu
kepada suatu wilayah dalam lingkup kewenangan yurisdiksi dalam pemerintahan untuk
mengatur segala sesuatu yang berkenaan dengan penyelenggaraan pemerintahan dengan
segala aspeknya.
Kata kekotaan juga mengacu pada suatu sifat yang berkaitan dengan performa gejala
geosfera yang inheren dengan kota, namun bukan dalam artian yurisdiksi.

Anda mungkin juga menyukai