Anda di halaman 1dari 1

Berbicara perihal nilai, angka pada rapot siswa.

Nilai yang bagaimana yang sebetulnya diharapkan oleh para


pengajar ?
Sebaliknya, nilai yang bagaimana pula yang sebetulnya dibutuhkan
oleh mereka, para siswa ?

Kemungkinan bagi beberapa pengajar, ada mereka yang sedemikian


menuntut siswanya untuk mendapat nilai besar, nilai yang tinggi jauh
melampaui batas minimal kelulusan tapi tidak memperhatikan atau
bahkan tidak peduli bagaimana cara dan proses siswa mendapatkan
nilai tersebut. Mereka yang sepenuhnya mengutamakan hasil dan
mengesampingkan proses.
Yang seperti ini yang menurut saya (dan beberapa yang lain) memicu
adanya tragedi contek mencontek di kalangan siswa. Sebab siswa
dituntut mendapatkan hasil akhir berupa nilai yang tinggi namun tidak
disertai dengan pemahaman penuh terhadap materi yang diujiankan.

Dalam kasus ini, yang perlu disadarkan bukan hanya siswa tapi juga
pengajar. Sebab tragedi contek mencontek terjadi juga atas adanya
toleransi yang diberikan oleh pengajar. Mereka yang secara sukarela
mempersilakan siswanya saling mengintip lembar jawaban dan
menghalalkan siswanya bebas bertukar jawaban ketika ujian
berlangsung.
Loh kok ?
Apakah dibenarkan adanya toleransi pada tragedi contek-mencontek ?
Lalu bagaimana siswa nanti mempertanggungjawabkan nilai tinggi
yang mereka dapat dari kegiatan yang diilegalkan tersebut ?

Anda mungkin juga menyukai