Anda di halaman 1dari 7

PENGARUH JENIS BAWANG, PERBEDAAN KONSENTRASI

LARUTAN EKSTRAK BIJI BENGKOANG (Pachyrizus erosus) DAN


WAKTU PEMOTONGAN TERHADAP FASE MITOSIS AKAR
BAWANG MERAH (Allium cepa) DAN BAWANG PUTIH (Allium
sativum)

LAPORAN PROYEK
UNTUK MEMENUHI TUGAS MATAKULIAH
Genetika 1
yang dibina oleh Prof. Dr. H. Agr. M. Amin, M.si dan Andik Wijayanto, M.Si

Oleh:
Kelompok 9 / Offering H
Rina Fiji Lestari (150342602674)
Sugi Hartono (150342608273)

UNIVERSITAS NEGERI MALANG


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
JURUSAN BIOLOGI
April 2016
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Setiap makhluk hidup pasti mengalami pembelahan sel. Pembelahan sel itu
sendiri dibagi menjadi dua, yaitu pembelahan langsung (amitosis), dan pembelahan
tak langsung yang teridiri dari mitosis dan meiosis. Pembelahan yang terjadi secara
amitosis hanya terjadi pada organisme prokariotik dan uniseluler seperti Amoeba,
bakteri dan ganggang dan pada pembelahan tersebut tidak tampak adanya kromosom
(Pratiwi, 2003). Pembelahan sel yang terjadi secara mitosis dan meiosis pada
umumnya berlangsung pada organisme eukariotik dan multiseluler yang meliputi
pembagian inti sel (kariokinesis) dan pembagian sitoplasma (sitokinesis). Setiap kali
pembelahan memiliki tahapan-tahapan yang didasarkan pada perubahan letak
kromosom selama berlangsungnya proses pembelahan (Jai, 2011).

Pembelahan mitosis merupakan pembelahan inti yang berhubungan dengan


pembelahan sel somatik dan terdiri dari beberapa fase, yaitu profase, metafase,
anafase, dan telofase (Satrosumarjo, 2006). Pada pembelahan mitosis setiap induk
yang diploid (2n) akan menghasilkan dua buah sel anakan yang masing-masing tetap
diploid serta memiliki sifat keturunan yang sama (identik) dengan sel induknya
(Crowder, 1986). Pembelahan mitosis terjadi pada jaringan meristematik atau
jaringan yang aktif membelah seperti ujung akar (Sudjadi, 2002). Ujung akar yang
digunakan dalam penelitian ini adalah ujung akar bawang merah (Allium cepa) dan
bawang putih (Allium sativum). Terdapat beberapa faktor yang dapat mempercepat
atau menghambat pembelahan sel lantara lain hormon dan zat-zat kimia lain misalnya
insektisida atau zat sitotoksik yang dapat menyebabkan mutasi (Novizan, 2002).
Salah satu yang menghambat pembelahan sel adalah rotenon yang merupakan
senyawa kimia dalam tanaman Leguminoceae misalnya bengkoang.

Tanaman bengkuang merupakan tanaman yang berpotensi sebagai sumber


biopstisida terutama sebagai insektisida nabati yang berspektrum luas (Faradita dkk,
2010) dalam (Aisah, S dkk, 2013). Hal tersebut dikarenakan adanya senyawa rotenon
yang terkandung di dalamnya. Berdasarkan bobot kering, kandungan rotenon pada
batang adalah 0,03%, daun 0,11%, polong 0,02%, dan biji 0,66% (Martono dkk,
2004) dalam (Aisah, S dkk, 2013). Larutan rotenon itu sendiri memiliki fungsi
sebagai zat antimitotik. Hal tersebut sesuai dengan (Mollinedo & Gajate, 2003)
yang menyatakan sebagian besar senyawa antimitotik berasal dari
tanaman, seperti halnya rotenon yang didapatkan dari ekstrak biji
bengkuang. Senyawa antimitotik dapat mempengaruhi dinamika
mikrotubulus dari sel dan menginduksi modifikasi proses biologi dan
jalur sinyal yang akhirnya menyebabkan kematian sel.
Penjelasan mengenai berbagai permasalahan yang telah
dikemukakan di atas akan dijelaskan dengan suatu proses
penelitian. Oleh karena itu dalam penyusunan laporan proyek ini,
peneliti mengambil judul Pengaruh Jenis Bawang, Konsentrasi Rotenon dari
Ekstrak Biji Bengkuang (Pachyrizus erosus), dan Waktu Pemotongan Akar terhadap
Jumlah Sel Akar Bawang Merah (Allium cepa) Dan Bawang Putih (Allium sativum)
yang Mengalami Mitosis.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang di atas maka rumusan masalah dalam laporan
penelitian ini sebagai berikut.
1. Apakah ada pengaruh konsentrasi rotenon dari ekstrak biji bengkuang
(Pachyrizus erosus) terhadap jumlah sel akar bawang putih (Allium sativum)
yang mengalami mitosis?
2. Apakah ada pengaruh konsentrasi rotenon dari ekstrak biji bengkuang
(Pachyrizus erosus) terhadap jumlah sel akar bawang merah (Allium cepa)
yang mengalami mitosis?
3. Apakah ada pengaruh waktu pemotongan akar terhadap jumlah sel akar
bawang putih (Allium sativum) yang mengalami mitosis?
4. Apakah ada pengaruh waktu pemotongan akar terhadap jumlah sel akar
bawang merah (Allium cepa) yang mengalami mitosis?
5. Apakah ada pengaruh interaksi konsentrasi rotenon dari ekstrak biji
bengkuang (Pachyrizus erosus) dan waktu pemotongan akar terhadap jumlah
sel akar bawang putih (Allium sativum) yang mengalami mitosis?
6. Apakah ada pengaruh interaksi konsentrasi rotenon dari ekstrak biji
bengkuang (Pachyrizus erosus) dan waktu pemotongan akar terhadap jumlah
sel akar bawang merah (Allium cepa) yang mengalami mitosis?

1.3 Tujuan Penelitian


Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian sebagai berikut.
1. Untuk mengetahui pengaruh konsentrasi rotenon dari ekstrak biji bengkuang
(Pachyrizus erosus) terhadap jumlah sel akar bawang putih (Allium sativum)
yang mengalami mitosis.
2. Untuk mengetahui pengaruh konsentrasi rotenon dari ekstrak biji bengkuang
(Pachyrizus erosus) terhadap jumlah sel akar bawang merah (Allium cepa)
yang mengalami mitosis.
3. Untuk mengetahui pengaruh waktu pemotongan akar terhadap jumlah sel akar
bawang putih (Allium sativum) yang mengalami mitosis.
4. Untuk mengetahui pengaruh waktu pemotongan akar terhadap jumlah sel akar
bawang merah (Allium cepa) yang mengalami mitosis.
5. Untuk mengetahui pengaruh interaksi konsentrasi rotenon dari ekstrak biji
bengkuang (Pachyrizus erosus) dan waktu pemotongan akar terhadap jumlah
sel akar bawang putih (Allium sativum) yang mengalami mitosis.
6. Untuk mengetahui pengaruh interaksi konsentrasi rotenon dari ekstrak biji
bengkuang (Pachyrizus erosus) dan waktu pemotongan akar terhadap jumlah
sel akar bawang merah (Allium cepa) yang mengalami mitosis.

1.4 Manfaat penelitian


Manfaat dari penelitian adalah sebagai berikut
1. Manfaat bagi penulis
a. Menambah pemahaman penulis mengenai pengaruh jenis bawang,
perbedaan konsentrasi larutan ekstrak biji bengkoang (pachyrizus erosus)
dan waktu pemotongan terhadap fase mitosis akar bawang merah (allium
cepa) dan bawang putih (allium sativum).
b. Hasi dari penelitian ini diharapkan menambah dan memperluas wawasan
penulis mengenai pengaruh jenis bawang, perbedaan konsentrasi larutan
ekstrak biji bengkoang (pachyrizus erosus) dan waktu pemotongan
terhadap fase mitosis akar bawang merah (allium cepa) dan bawang putih
(allium sativum).
2. Manfaat bagi pembaca
a. Memberikan informasi bagaimana pengaruh jenis bawang, perbedaan
konsentrasi larutan ekstrak biji bengkoang (pachyrizus erosus) dan waktu
pemotongan terhadap fase mitosis akar bawang merah (allium cepa) dan
bawang putih (allium sativum).
b. Penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan penambah ilmu pengetahuan,
serta dapat dijadikan sebagai bahan perbandingan untuk melakukan
penelitian di masa yang akan datang.

1.5 Ruang lingkup dan batasan masalah


Ruang lingkup dan batasan masalah dari penelitian ini adalah sebagai berikut
1. Proyek penelitian ini menggunakan tudung akar bawang merah (Allium cepa)
dan bawang putih (Allium sativum).
2. Pengamatan yang dilakukan yaitu pada fase-fase pembelahan mitosis akar
bawang merah (Allium cepa) maupun bawang putih (Allium sativum) yang
meliputi profase, metafase, anafase, dan telofase dengan cara menghitung
masing-masing jumlahnya.
3. Dalam setiap perlakuan diambil dua kali ulangan dan setiap ulangan terdiri dari
tiga bidang pandang.
4. Konsentrasi perasan biji bengkoang yang dipakai sebagai perlakuan adalah
0%, 25%, 50%, 75% yang diambil dari larutan stok yang dianggap memiliki
konsentrasi 100%.
5. Waktu pemotongan yang digunakan sebagai perlakuan adalah pemotongan
pada jam 21.00 WIB, 00.00 WIB, dan 03.00 WIB, sehingga dapat diketahui
perbandingan hasil diantara ketiganya.
1.6 Asumsi penelitian
Asumsi dari penelitian ini adalah sebagai berikut
1. Kondisi tanaman bawang merah (Allium cepa) dan bawang putih (Allium
sativum) meliputi umur, ukuran, panjang akar, dan kondisi medium dianggap
sama.
2. Biji bengkoang yang diambil sebagai sampel mempunyai kandungan rotenon
yang sama.

1.7 Definisi operasional


1. Pembelahan mitosis merupakan pembelahan inti yang berhubungan dengan
pembelahan sel somatik dan terdiri dari beberapa fase, yaitu profase,
metafase, anafase, dan telofase.
2. Bawang merah (Allium cepa) dan bawang putih (Allium sativum) merupakan
tanaman semusim dan memiliki umbi yang berlapis.
3. Biji bengkoang (Pachyrhizus erosus) merupakan bagian dari tanaman
bengkoang yang memiliki senyawa antimitotik karena mengandung rotenon.
4. Konsentrasi larutan biji bengkoang (Pachyrhizus erosus) adalah larutan biji
bengkoang (Pachyrhizus erosus) berupa bubukan hasil blender dari biji
bengkoang (Pachyrhizus erosus) yang ditambahkan dengan akuades sesuai
dengan konsentrasi, dengan takaran perbedaan yang dibuat yaitu 0%, 25%,
50%, dan 75%.
5. Waktu pemotongan adalah waktu yang dilakukan untuk memotong akar
bawang merah maupun bawang putih. Waktu pemotongan yang digunakan
adalah pada jam 21.00 WIB, 00.00 WIB, dan 03.00 WIB.

Daftar Rujukan

Aisah, S., Sulistyowati, E., Sari, A.D.Y. 2013. Potensi Ekstrak Biji Bengkuang
(Pachyrrhizus erosus Urb.) Sebagai Larvasida Aedes aegypti L. Instar III.
Kaunia, Vol IX. No. 1. 1-11.
Crowder, L.V. 1986. Genetika Tumbuhan. Yogyakarta : Gadjah mada university press
Jai. 2011. Degreening and Chiling Injuring pada cabai dan jeruk nipis.
http://jai.staf.ipb.ac.id/2011/02/04/degreening-and-chiling-injuringpada-cabai-
danjeruk-nipis

Mollinedo, F., dan Gajate, C., 2003, Microtubules, Microtubule-interfering Agents


and Apoptosis, Apoptosis, 8: 413-450

Novizan. 2002. Membuat dan Memanfaatkan Pestisida Ramah.Lingkungan. Jakarta:


Agromedia Pustaka.
Pratiwi, D.A. 2003. Penuntun Biologi. Jakarta: Erlangga.

Sastrosumarjo, S. 2006. Panduan laboratorium. Bogor: IPB Press.

Sudjadi, B. 2002. Biologi Sains dalam Kehidupan. Surabaya: Yudhistira.

Anda mungkin juga menyukai