Oleh :
Devita Khulqiah Rusydiana
101411131159
Telaah :
Jurnal tersebut menganalisis hubungan antara stesor kerja dengan
insomnia pada pekerja bergilir bagian Central Processing Area (CPA) Joint
Operating Body Pertamina-Petrochina East Java (JOB P-PEJ) Tuban. Hal ini
diakibatkan pekerja pada bagian tersebut dinilai mulai mengeluhkan jenuh, mudah
lelah, mengantuk pada siang hari, dan keluhan yang menandakan terjadinya stres
dan gejala insomnia. Insomnia merupakan gejala gangguan sistem metabolik
tubuh yang mana tubuh mengeluarkan respon seperti pusing, gangguan
konsentrasi dan susah tidur dimalam hari. Padahal, pekerja memiliki sistem shift
yaitu jam 06.00-18.00 WIB dan 18.00-06.00 dengan menggunakan sistem kerja
2:1, 2 minggu bekerja dan 1 minggu tidak bekerja. Gejala tersebut tentunya sangat
tidak diharapakan terjadi pada pekerja karena dapat menurunkan performa pekerja
serta menurunkan produktifitas, sehingga sebagai upaya pencagahan ilmu
kesehatan masyarakat dapat diterapkan sebagai pengatur beban kerja yang
diterima oleh bekerja agar tidak menimbulkan stesor yang berlebihan pada
pekerja.
Ilmu Administrasi dan Kebijakan Kesehatan (AKK) mengenai metode
penghitungan beban kerja Workload Indicator Staffing Need (WISN) dapat
digunakan untuk menganalisis kebutuhan perencanaan SDM di bagian Central
Processing Area (CPA) Joint Operating Body Pertamina-Petrochina East Java
(JOB P-PEJ) Tuban. Perencanaan SDM adalah serangkaian kegiatan atau aktivitas
yang dilakukan secara sistematis dan strategis yang berkaitan dengan peramalan
kebutuhan tenaga kerja/pegawai dimasa yang akan datang dalam suatu organisasi
(publik,bisnis) dengan menggunakan sumber informasi yang tepat guna
penyediaan tenaga kerja dalam jumlah dan kualitas sesuai yang dibutuhkan.
Perencanaan SDM yang baik tentunya memiliki dampak besar bagi kesuksesan
suatu perusahaan. Sedangkan, yang dimaksud metode WISN merupakan metode
penghitungan beban kerja yang didsarkan pada waktu kerja yang tersedia, standar
beban kerja, dan standar kelonggaran yang menghasilkan kebutuhan tenaga per
unit kerja. Metode WISN nantinya digunakan sebagai penetapan kebutuhan
masing-masing sumber daya pada setiap unit agar tidak terjadi konflik peran antar
pekerja melalui job decription dan job spesification yang jelas.
Pada kasus diatas, perusahaan telah menerapakan perencanaan SDM
melalui pembagian 2 shift. Akan tetapi, beberapa gangguan kesehatan tetap saja
timbul pada pekerja akibat konflik peran yang terjadi di unit Central Processing
Area (CPA) Joint Operating Body. Jurnal tersebut menunjukkan beberapa
korelasi, diantaranya: 1) terdapat hubungan antara beban kerja dengan kejadian
insomnia yang berbeda pada pekerja shift pagi dan malam, 2) Ada hubungan
antara beban kerja berlebih kualitatif (overload qualitative) dengan insomnia saat
bekerja shift siang maupun shift malam, dan 3) Ada hubungan antara antara
konflik peran (role of conflict) dengan insomnia saat bekerja shift siang, dan tidak
ada hubungan antara antara konflik peran (role of conflict) dengan insomnia saat
bekerja shift malam. Pada beberapa korelasi tersebut, perencanaan SDM
perusahaan berperan dalam menangani konflik peran yang terjadi di unit. Konflik
peran terjadi pada beberapa pekerja shift siang akibat job description dan job
spesification yang kurang jelas. Beberapa pekerja shift siang memiliki tanggung
jawab lebih pada pekerjaan akibat pekerjaan pada shift malam yang tidak
terselesaikan, sehingga memiliki beban kerja yang lebih dan berakibat
menimbulkan stesor kerja. Hal ini tidak dapat dihindarkan karena manusia
memiliki fisiologis tubuh yang normal, yaitu lebih bekerja optimal pada pagi hari
hingga sore hari dibandingkan dengan malam hari. Keadaan fungsional tubuh
yang tidak normal akan menimbulkan respon, seperti lelah fisik, setres, bosan,
ataupun hingga menimbulkan gangguan psikologis pekerja.
Oleh karena itu, melalui metode WISN sebagai upaya pengendalian
administratif diharapakan beban kerja pada setiap unit dapat diidentifikasi,
sehingga diketahui pula kebutuhan sumber daya manusia pada unit tersebut agar
bekerja secara optimal. Selain itu, perusahaan dapat menentukan job decription
dan job spesification yang lebih jelas pada setiap unit, sehingga produktivitas
pekerja pada setiap unit meningkat dan taget perusahaan dapat tercapai tanpa
adanya kecelakaan kerja, penyakit hubungan kerja, dan penyakit akibat kerja.
Referensi
Finanta Gaffar Rifai, Tri Martiana. 2014. HUBUNGAN ANTARA STRESOR
KERJA DENGAN INSOMNIA PADA PEKERJA BERGILIR
BAGIAN CENTRAL PROCESSING AREA DI JOB P-PEJ TUBAN.
Departemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja Fakultas Kesehatan
Masyarakat Universitas Airlangga. Volume 3 No. 1