Anda di halaman 1dari 10

Analisis Vegetasi

Eri Nainggolan, A1c410024


Pendidikan Biologi, Jurusan Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan,
Universitas Jambi, 2013

Abstrak
Analisa vegetasi adalah cara mempelajari susunan komposisi jenis dan bentuk atau struktur
vegetasi atau masyarakat tumbuhan. Praktikum ini dilakukan dengan membuat plot dan
diamati morfologi serta identifikasi vegetasi yang ada. Pengamatan dilakukan pada hari
kamis, 20 desember 2012 di hutan Universitas Jambi dengan alat ataupun bahan yang
digunakan pada praktikum ini adalah tali rapia, meteran, dan lain sebagainya. Metode yang
dilakukan yaitu analisis vegetasi untuk menentukan jumlah populasi pohon yang terdapat
pada suatu wilayah. Analisis yang dilakukan menunjukkan bahwa terdapat 11 spesies dengan
jumlah keseluruhan spesies adalah 15 pada seluruh plot. Dominansi vegetasi tebesar adalah
pada spesies K dengan Indeks Nilai Penting (INP) sebesar 58,09 % dan terendah pada
Spesies C sebesar 15,34 %.
Kata kunci: Analisis Vegetasi, Vegetasi, Indeks Nilai Penting

Pendahuluan
Analisis vegetasi ialah suatu cara mempelajari susunan dan atau komposisi vegetasi
secara bentuk (struktur) vegetasi dari masyarakat tumbuh-tumbuhan. Unsur struktur vegetasi
adalah bentuk pertumbuhan, stratifikasi dan penutupan tajuk. Untuk keperluan analisis
vegetasi diperlukan data-data jenis, diameter dan tinggi untuk menentukan indeks nilai
penting dari penyusun komunitas hutan tersebut. Dengan analisis vegetasi dapat diperoleh
informasi kuantitatif tentang struktur dan komposisi suatu komunitas tumbuhan (Greig-
Smith, 1983 dalam Heriyanto, 2009).
Analisis vegetasi merupakan cara mempelajari susunan (komposisi jenis) dan bentuk
(struktur) vegetasi atau masyarakat tumbuh-tumbuhan. Analisis vegetasi dapat digunakan
untuk mempelajari susunan dan bentuk vegetasi atau masyarakat tumbuh-tumbuhan:
1) Mempelajari tegakan hutan, yaitu pohon dan permudaannya.
2) Mempelajari tegakan tumbuhan bawah, yang dimaksud tumbuhan bawah adalah suatu
jenis vegetasi dasar yang terdapat di bawah tegakan hutan kecuali permudaan pohon hutan,
padang rumput/alang-alang dan vegetasi semak belukar.
Dari segi floristis ekologis pengambilan sampling dengan cara random sampling
hanya mungkin digunakan apabila lapangan dan vegetasinya homogen, misalnya padang
rumput dan hutan tanaman. Pada umumnya untuk keperluan penelitian ekologi hutan lebih
tepat dipakai systematic sampling, bahkan purposive sampling pun boleh digunakan pada
keadaan tertentu. Luas daerah contoh vegetasi yang akan diambil datanya sangat bervariasi
untuk setiap bentuk vegetasi mulai dari 1 dm2 sampai 100 m2. Suatu syarat untuk daerah
pengambilan contoh haruslah representatif bagi seluruh vegetasi yang dianalisis. Keadaan ini
dapat dikembalikan kepada sifat umum suatu vegetasi yaitu vegetasi berupa komunitas
tumbuhan yang dibentuk oleh populasi-populasi. Jadi peranan individu suatu jenis tumbuhan
sangat penting. Sifat komunitas akan ditentukan oleh keadaan individu-individu tadi, dengan
demikian untuk melihat suatu komunitas sama dengan memperhatikan individu-individu atau
populasinya dari seluruh jenis tumbuhan yang ada secara keseluruhan. Ini berarti bahwa
daerah pengambilan contoh itu representatif bila didalamnya terdapat semua atau sebagian
besar dari jenis tumbuhan pembentuk komunitas tersebut (Setiadi, 1984 dalam Heriyanto
2009).
Dengan demikian pada suatu daerah vegetasi umumnya akan terdapat suatu luas
tertentu, dan daerah tadi sudah memperlihatkan kekhususan dari vegetasi secara
keseluruhan.yang disebut luas minimum (Syafeyi, 1990 dalam Heriyanto, 2009). Dalam hal
ini praktikan melakukan penelitian terhadap unit penyusun vegetasi pohon di hutan
Universitas Jambi. Unit penyusun vegetasi (komunitas) adalah populasi, sedangkan unit
penyusun populasi adalah semua individu yang berada di tempat praktikan dilakukan. Oleh
karena itu, dalam penelitian mengenai vegetasi tumbuhan dilakukan dengan cara mengamati
individu-individu yang terdapat dalam populasi tersebut. Kajian mengenai vegetasi
mengungkapkan sifat dari setiap populasi sehingga dapat menggambarkan vegetasi
berdasarkan karakteristik suatu populasi tersebut. Dalam hal ini kami mengadakan praktikum
tentang analisis vegetasi pohon
Metode yang kami lakukan dalam praktikum analisis vegetasi pohon adalah metode
kuadrat. Pohon yang kami dapat dalam plot adalah pohon yang diameter batangnya mencapai
31,5 cm. Dengan adanya hal tersebut kami melakukan praktikum tentang analisis vegetasi
pohon yang selanjutnya kami akan menentukan nama pohon yang kami temukan dengan cara
identifikasi, kemudian menentukan kerapataan populasi, dominansi populasi, frekuensi
populasi, nilai penting suatu komunitas tumbuhan serta analisis vegetasi.
Vegetasi merupakan kumpulan tumbuh-tumbuhan, biasanya terdiri dari beberapa jenis
yang hidup bersama-sama pada suatu tempat. Dalam mekanisme kehidupan bersama tersebut
terdapat interaksi yang erat, baik diantara sesama individu penyusun vegetasi itu sendiri
maupun dengan organisme lainnya sehingga merupakan suatu sistem yang hidup dan tumbuh
serta dinamis.
Vegetasi tanah dan iklim berhubungan erat dan pada tiap-tiap tempat mempunyai
keseimbangan yang spesifik. Vegetasi di suatu tempat akan berbeda dengan vegetasi di
tempat 1ain karena berbeda pula faktor lingkungannya. Vegetasi hutan merupakan sesuatu
sistem yang dinamis, selalu berkembang sesuai dengan keadaan habitatnya.
Analisis vegetasi adalah suatu cara mempelajari susunan dan atau komposisi vegetasi
secara bentuk (struktur) vegetasi dari masyarakat tumbuh-tumbuhan. Unsur struktur vegetasi
adalah bentuk pertumbuhan, stratifikasi dan penutupan tajuk. Untuk keperluan analisis
vegetasi diperlukan data-data jenis, diameter dan tinggi untuk menentukan indeks nilai
penting dari penvusun komunitas hutan tersebut. Dengan analisis vegetasi dapat diperoleh
informasi kuantitatif tentang struktur dan komposisi suatu komunitas tumbuhan. Berdasarkan
tujuan pendugaan kuantitatif komunitas vegetasi dikelompokkan kedalam 3 kategori yaitu:
1. Pendugaan komposisi vegetasi dalam suatu areal dengan batas-batas jenis dan
membandingkan dengan areal lain atau areal yang sama namun waktu pengamatan berbeda
2. Menduga tentang keragaman jenis dalam suatu areal
3. Melakukan korelasi antara perbedaan vegetasi dengan faktor lingkungan tertentu atau
beberapa faktor lingkungan (Greig-Smith, 1983 dalam Heriyanto 2009).
Gambaran tentang suatu vegetasi dapat dilihat dari keadaan unit penyusun vegetasi
yang di cuplik. Berbagai karakter tumbuhan dapat di ukur, biasanya parameter vegetasi yang
umum diukur adalah densitas (kerapatan), dominansi, dan frekuensi (kekerapan), Indeks Nilai
Penting (INP). Densitas, dominan, frekuensi, dan INP dapat di peroleh dengan berbagai cara
metode sampling. Parameter vegetasi tersebut dapat diukur secara kuantitatif sebagai berikut :
1. Densitas seluruh spesies
Densitas seluruh spesies = Jumlah cacah individu seluruh spesies / Luas daerah cuplikan
2. Densitas spesies A
Densitas spesies A = Jumlah cacah individu spesies A / Luas area cuplikan
3. Luas area cuplikan
Luas area cuplikan = Jumlah plot x Luas plot
4. Densitas relatif spesies A
Densitas relatif spesies A = Total cacah individu spesies A / Total cacah individu seluruh
spesies x 100%
5. Frekuensi absolute
Frekuensi absolut = Jumlah plot yang ada spesies A/ Jumlah seluruh plot x 100%
6. Frekuensi spesies A
Frekuensi adalah pengukuran distribusi atau agihan spesiesyang ditemukan pada plot
yang dikaji. Frekuensi menjawab pertanyaan pada plot mana saja spesies tersebut ditemukan
atau beberapa kali munculnya suatu spesies pada plot yang di teliti. Frekuensi diekspresikan
sebagai prosentase munculnya cacah plot tempat suatu spesies ditemukan.
Frekuensi spesies A = jumlah plot terdapatnya spesies A x 100 %
jumlah seluruh plot yang dicuplik
Misalnya spesies A dalam 10 plot yang di teliti ditemukan 2 kali atau muncul 2 kali, Jadi

frekuensi spesies A = x 100 % = 20 %

Frekuensi dapat di nyatakan dalam pecahan atau dalam persen. Frekuensi dapat juga
di ekspresikan dengan istilah relatif.
Frekuensi relatif spesies A = total frekuensi spesies A x 100 %
Jumlah total frekuensi spesies A

7. Frekuensi relatif
Frekuensi relatif = Frekuensi spesies A / Frekuensi spesies x 100 %
8. Kerapatan (K)
Kerapatan populasi di definisikan sebagai ukuran besar populasi yang berhubungan
dengan satuan ruang. Kerapatan kasar merupakan cacah individu per satuan ruang total
sedangkan kerapatan ekologik adalah cacah individu per satuan habitat (luas daerah yang
sesungguhnya dapat di huni populasi). Bisa juga dinyatakan bahwa kerapatan adalah jumlah
individu per unit area.
Individu dalam populasi mungkin diagihkan menurut tiga pola yaitu : acak, seragam
dan berkelompok (tidak teratur dan tidak teracak). Dominasi adalah pengendalian nisbi yang
di terapkan oleh makhluk atas komposisi spesies dalam komunitas.

ID = n.

Indeks dominansi dapat di hitung dengan rumus :

ID : indeks dominansi
n : jumlah plot yang di dalamnya terdapat spesies A
N : jumlah X (spesies A)
Tipe penyebaran
jika id = 1, maka distribusi populasi adalah random
jika id > 1, maka distribusi populasi adalah seragam
jika id < maka distribusi populasi adalah mengelompok.
9. Dominansi absolute spesies
Dominansi absolute diperoleh dengan cara sebagai berikut :
10. Basal area
Basal area merupakan penutupan areal hutan mangrove oleh batang pohon. Basal area
didapatkan dari pengukuran batang pohon mangrove yang diukur secara melintang (Cintron
dan Novelli, 1984). Diameter batang tiap spesies tersebut kemudian diubah menjadi basal
area dengan menggunakan rumus :

Dimana : BA = Basal Area


= 3,14
d = Diameter batang
11. Kerapatan absolute
Kerapatan absolute = Luas area / P2
P = Total jarak / jumlah point center
12. Kerapatan relative
Kerapatan relative = Jumlah spesies / Total seluruh spesies x 100 % (Bambang, 2012).

Bahan Dan Metode


Adapun alat ataupun bahan yang digunakan praktikum analisis vegetasi adalah tali
rapia, meteran, buku, pena dan lain sebagainya. Percobaan Analisis Vegetasi dilaksanakan
pada hari kamis, 20 desember 2012 pada area hutan Universitas Jambi. Pengamatan
dilakukan dengan cara menghitung seberapa luas penyebaran populasi vegetasi suatu
tumbuhan yang terdapat di suatu lahan. Percobaan dilakukan dengan membuat plot berukuran
5 x 5 meter. Setiap kelompok melakukan pengamatan terhadap dua buah plot membentuk
pola berseberangan, sehingga antara plot satu dan plot lainnya membentuk arah diagonal
dengan vegetasi yang berbeda-beda tiap plot. Didalam tiap plot yang telah dibuat diamati
vegetasi yang ada, kemudian dilakukan pengukuran dan pengambilan sampel dengan catatan
diameter vegetasi yang dipilih memiliki diameter lebih dari 10 cm. Sampel yang didapat di
identifikasi jenisnya berdasarkan strutur morfologi yang terlihat seperti daun, dahan, buah,
dan biji.
Keseluruhan data vegetasi yang diperoleh dari setiap kelompok dikumpulkan untuk di
identifikasi apakah terdapat spesies yang serupa. Sampel yang diperoleh dibuat dalam bentuk
tabel data kelas dan dihitung jumlah spesies vegetasi yang berhasil di identifikasi. Dilakukan
pula penghitungan terhadap kerapatan, frekuensi, dominansi dan Indeks Nilai Penting (INP).
Hasil dan Pembahasan
Hasil
Tabel 3.1 Lembar data pengamatan analisis vegetasi dengan metode kuadran

No Nama Jumlah pada plot


spesies 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
1 A - 1 1 - - - - - - - 2
2 B 1 - - - - - - - - - 1
3 C 1 - - - - - - - - - 1
4 D - - 1 - - - - - - - 1
5 E - 1 - - - - - - - - 1
6 F - - - 1 - - - - - - 1
7 G - - - - - - - 1 - - 1
8 H - - - - - - - 1 - - 1
9 I - - - - - - - 1 - - 1
10 J - - - - - - - 1 - 1 2
11 K - - - - - - - - 1 2 3
Tabel 3.2 Lembar data keliling, jari-jari, dan luas bidang dasar suatu jenis

No Spesies keliling (m) r (m) Luas bidang dasar


(m2)
1 A1 0,57 0,090 0,025
2 A2 0,37 0,058 0,010
3 B 0,82 0,130 0,053
4 C 0,345 0,054 0,009
5 D 0,47 0,074 0,017
6 E 0,81 0,128 0,052
7 F 0,429 0,068 0,014
8 G 0,37 0,059 0,010
9 H 0,754 0,120 0,045
10 I 0,389 0,062 0,012
11 J1 1,039 0,165 0,086
12 J2 0,779 0,124 0,048
13 K1 1,6 0,127 0,050
14 K2 0,434 0,069 0,015
15 K3 0,829 0,132 0,054

Tabel 3.3 Kerapatan mutlak dan Kerapatan relatif

No Spesies KM (pohon/ ha) KR(%)

1 A 80 13.33
2 B 40 6,66
3 C 40 6,66
4 D 40 6,66
5 E 40 6,66
6 F 40 6,66
7 G 40 6,66
8 H 40 6,66
9 I 40 6,66
10 J 80 13.33
11 K 120 20
Tabel 3.4 Frekuensi mutlak dan frekuensi relatif

No Spesies FM FR (%)
1 A 0,2 14,28
2 B 0,1 7,14
3 C 0,1 7,14
4 D 0,1 7,14
5 E 0,1 7,14
6 F 0,1 7,14
7 G 0,1 7,14
8 H 0,1 7,14
9 I 0,1 7,14
10 J 0,2 14,28
11 K 0,2 14,28

Tabel 3.5 Dominansi mutlak dan dominansi relatif

No Spesies DM (m2/ ha) DR(%)


1 A 1,47 7,23
2 B 2,12 10,43
3 C 1,312 1,53
4 D 0,6 2,95
5 E 2,12 10,43
6 F 0,6 2,95
7 G 0,45 2,21
8 H 1,81 8,91
9 I 0,48 2,36
10 J 5,52 27,17
11 K 4,48 13,81
Tabel 3.6 Indeks Nilai Penting dan SDR (Summed Dominance ratio) setiap spesies pohon

No Spesies INP SDR


1 A 34,84 11,61
2 B 24,24 8,08
3 C 15,34 5,11
4 D 16,76 5,59
5 E 24,24 8,08
6 F 16,76 5,59
7 G 16,02 5,34
8 H 22,72 7,57
9 I 16,17 5,39
10 J 54,78 18,26
11 K 58,09 19,36

Pembahasan
Pengamatan vegetasi yang telah dilakukan memperlihatkan data dengan hasil jumlah
vegetasi yang ditemukan adalah 15 spesies yang terdiri dari 11 jenis spesies, dimana spesies
yang tersebut belum teridentifikasi. Perhitungan lebih kompleks dari vegetasi yang didapat
dan di identifikasi meliputi kerapatan, kerapatan relatif, frekuensi, frekuensi relatif, dominasi,
dominasi relatif, dan indeks nilai penting disajikan pada tabel lampiran. data menunjukkan
bahwa komposisi dan struktur tumbuhan yang nilainya bervariasi pada setiap jenis karena
adanya perbedaan karakter masing-masing pohon.
Menurut Kimmins (1987), variasi struktur dan komposisi tumbuhan dalam suatu
komunitas dipengaruhi antara lain oleh fenologi, dispersal, dan natalitas. Keberhasilannya
menjadi individu baru dipengaruhi oleh vertilitas dan ekunditas yang berbeda setiap spesies
sehingga terdapat perbedaan struktur dan komposisi masing-masing spesies.
Kerapatan relatif setiap vegetasi berbeda-beda. Terlihat dari data yang dihitung bahwa
kerapatan vegetasi tertinggi adalah pada Spesies A sebesar 13,33%, kemudian diikuti Spesies
J dengan kerapatan sebesar 13,33%, serta spesies B sama dengan spesies C, spesies D,
spesies E, spesies F, spesies G, spesies H, spesies I vegetasi dengan kerapatan rendah sebesar
6,67% dan kerapatan tertinggi terdapat pada spesies K dengan kerapatan relatif sebesar 20 %
Kerapatan suatu spesies menunjukkan jumlah individu spesies dengan satuan luas
tertentu, maka nilai kerapatan merupakan gambaran mengenai jumlah spesies tersebut pada
lokasi pengamatan. Nilai kerapatan belum dapat memberikan gambaran tentang bagaimana
distribusi dan pola penyebarannya. Gambaran mengenai distribusi individu pada suatu jenis
tertentu dapat dilihat dari nilai frekwensinya sedangkan pola penyebaran dapat ditentukan
dengan membandingkan nilai tengah spesies tertentu dengan varians populasi secara
keseluruhan (Arrijani, 2006).
Frekuensi terbesar ditemukan pada vegetasi spesies A, spesies J dan K sebesar
14,28% dari 10 plot yang diamati,. Jenis ini merupakan jenis yang nilai kerapatan dan
frekuensinya tertinggi sehingga dapat dianggap sebagai jenis yang rapat serta tersebar luas
pada hampir seluruh lokasi pengamatan. Kedua nilai ini penting artinya dalam analisis
vegetasi karena saling terkait satu dengan yang lainnya.
Menurut Greig-Smith (1983) nilai frekuensi suatu jenis dipengaruhi secara langsung
oleh densitas dan pola distribusinya. Nilai distribusi dapat memberikan informasi tentang
keberadaan tumbuhan tertentu dalam suatu plot dan belum dapat memberikan gambaran
tentang jumlah individu pada masing-masing plot.
Dominansi pada setiap vegetasi yang ditemukan terbesar pada spesies J sebesar 27,17
% dan Spesies K sebesar 23,81 %, sementara dominansi terendah terdapat pada vegetasi jenis
spesies C, Spesies G dan Spesies I.
Indeks nilai penting merupakan hasil penjumlahan nilai relatif ketiga parameter
(kerapatan, frekwensi dan dominasi) yang telah diukur sebelumnya, sehingga nilainya juga
bervariasi. Nilai INP tertinggi ditemukan pada jenis pesies K sebesar 58,09 %. Besarnya
indeks nilai penting menunjukkan peranan jenis yang bersangkutan dalam komunitasnya atau
pada lokasi penelitian. Sehingga dari pengamatan yang telah dilakukan diperoleh hasil bahwa
vegetasi dominan yang tersebar pada hutan Universitas jambi adalah dari Spesies K.

Simpulan
Berdasarkan data hasil pengamatan dan pembahasan diatas, dapat disimpulkan bahwa
dalam analisis komunitas tumbuhan terdapat parameter-parameter yang harus dilakukan
untuk kepentingan analisis komunitas tumbuhan. Parameter yang digunakan dalam praktikum
ini yaitu parameter kualitatif yang didalamnya terdapat densitas yaitu jumlah individu per
unit luas atau per unit volume, frekuensi yaitu besarnya intensitas ditemukannya suatu
species organisme dalam pengamatan keberadaan organisme pada komunitas atau ekosistem,
luas penutupan yaitu proporsi antara luas tempat yang ditutupi oleh species tumbuhan
dengan luas total habitat, indeks nilai penting yaitu parameter kuantitatif yang dapat dipakai
untuk menyatakan tingkat dominansi species-spesies dalam suatu komunitas tumbuhan,
indeks dominansi yaitu parameter menyatakan tingkat terpusatnya dominansi species dalam
suatu komunitas, indeks keragaman yaitu ciri tingkatan komunitas berdasarkan organisasi
biologinya. Berdasarkan percobaan analisis vegetasi yang telah dilkukan diperoleh
kesumpulan sebagai berikut: Terdapat 15 jenis vegetasi dari 10 plot area pada hutan
Universitas jambi, setiap jenis vegetasi memiliki kerepatan, frekuensi, dominansi dan INP
yang berbeda-beda
Kerapatan vegetasi tertinggi terdapat pada Spesies K sebesar 20% dan terendah terdapat
pada spesies B sampai I, Frekuensi vegetasi tertinggi terdapat pada Spesies A, spesies J, dan
spesies K sebesar 14,28%, dan terendah terdapat pada spesies B sampai I dengan frekuensi
relatif sebesar 7, 14 %. Dominansi vegetasi tertinggi terdapat pada Spesies J sebesar 27,17%
dan terendah terdapat pada spesies C sebesar 1,53 %, INP vegetasi tertinggi terdapat pada
Spesies K sebesar 58,09% dan terendah terdapat pada spesies C sebesar 15,34 %.
Analisis Vegetasi dilakukan untuk mengetahui seberapa besar pesatnya penyebaran
suatu spesies pada suatu area pangamatan/penelitian. Sehingga dapat diketahui kerapata,
frekuensi, dominansi, dan INP dari spesies itu sendiri.

Daftar Pustaka
Arrijani, dkk .2006. Analisis Vegetasi. Hulu DAS Cianjur Taman Nasional Gunung Gede-Pangrango
Bambang, dkk. 2012. Penuntun Praktikum Ekologi Umum. Jambi: UNJA
Greig-Smith, P. 1983. Quantitative Plant Ecology, Studies in Ecology. Volume 9. Oxford: Blackwell Scientific
Publications
Kimmins, J.P. 1987. Forest Ecology. New York: Macmillan Publishing Co.
Setiadi, D. 1984. Inventarisasi Vegetasi Tumbuhan Bawah dalam Hubungannya dengan Pendugaan Sifat
Habitat Bonita Tanah di Daerah Hutan Jati Cikampek, KPH Purwakarta, Jawa Barat. Bogor
: Bagian Ekologi, Departemen Botani, Fakultas Pertanian IPB.
Syafei, Eden Surasana. 1990. Pengantar Ekologi Tumbuhan. Bandung. ITB

Anda mungkin juga menyukai