Anda di halaman 1dari 19

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Indonesia merupakan salah satu negara dengan jumlah penduduk yang
besar. Laju pertumbuhan penduduk Indonesia cukup besar, sehingga perlu
dilakukan program pembatasan angka kelahiran. Program pembatasan angka
kelahiran di Indonesia dikenal dengan program keluarga berencana yang
disingkat dengan KB. Pembatasan kelahiran tersebut bertujuan tidak hanya
untuk membatasi angka kelahiran tetapi juga mengurangi angka mortalitas
ibu dan anak, terutama ibu dengan usia tua, yang ketika hamil, angka
morbiditas dan mortalitas cukup tinggi dan juga kemungkinan anak yang
dilahirkan menderita gangguan kromosomal seperti sindrom Down dan
sebagainya cukup tinggi.
Program KB di Indonesia dijalankan dengan cara kontrasepsi yaitu
upaya untuk mencegah terjadinya kehamilan. Upaya tersebut dapat bersifat
sementara, dapat pula bersifat permanen. Namun sampai saat ini belum ada
suatu cara kontrasepsi yang 100% ideal, karena idealnya suatu kontrasepsi
dilihat dari daya guna, aman, murah, estetik, mudah didapat, tidak
memerlukan motivasi terus-menerus, dan efek samping minimal.
Sejak diberlakukannya program KB di Indonesia dan sejak
berkembangnya kontrasepsi di Indonesia, penggunaan kontrasepsi masih
dalam taraf belum cukup memuaskan , sampai saat ini masih banyak
masyarakat Indonesia yang enggan untuk menggunakan kontrasepsi dengan
alasan takut akan efek samping yang merugikan bahkan lebih
memprihatinkan adalah bahwa masih banyak masyarakat Indonesia yang
belum tahu apa itu kontrasepsi, terutama masyarakat Indonesia yang tinggal
di daerah terpencil dan yang tidak berpendidikan. Padahal sampai saat ini
kontrasepsi di Indonesia telah mengalami evolusi yang cukup signifikan
dalam hal daya guna, aman, murah, estetik, mudah didapat dan efek samping
minimal. Dengan mengenal seluk beluk alat kontrasepsi, mulai dari apa itu
kontrasepsi hingga efek samping yang ditimbulkan diharapkan kedepannya

1
kontrasepsi dapat dengan mudah diterima dan jangkau oleh masyarakat
Indonesia terutama masyarakat Indonesia yang tinggal di daerah terpencil.
Untuk itu perlunya digalakkan edukasi yang optimal mengenai kontrasepsi.
Oleh karena itu, adalah sebuah langkah yang baik jika pemahaman tentang
kontrasepsi ditingkatkan oleh seorang calon dokter praktik umum. Sehingga
nantinya diharapkan seorang dokter praktik umum mampu melakukan
edukasi dan penatalaksanaan secara paripurna mengenai kontrasepsi. Dan
pada akhirnya, dengan pemahaman yang baik di kalangan calon dokter
praktik umum, program keluarga berencana di Indonesia dapat berjalan
dengan baik.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa yang disebut dengan kontrasepsi modern?
2. Apa saja macam kontrasepsi modern?

C. TUJUAN
1. Mengetahui dan memahami apa yang dimaksud dengan kontrasepsi.
2. Mengetahui dan memahami pembagian dari kontrasepsi modern.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Kontrasepsi
Kontrasepsi adalah upaya untuk mencegah terjadinya kehamilan
upaya itu dapat bersifat sementara, dapat pula bersifat permanen. Penggunaan
kontrasepsi merupakan salah satu variabel yang mempengaruhi fertilitas.
(Prawirohardjo, 2006)
Kontrasepsi adalah cara untuk mencegah terjadinya konsepsi dengan
menggunakan alat atau obat-obatan.

B. Macam macam Kontrasepsi


1. Kontrasepsi Oral (pil)
Kontrasepsi oral adalah kontrasepsi untuk wanita yang berbentuk
tablet, mengandung hormon estrogen dan progestrone yang digunakan untuk
mencegah hamil.
a. Macam kontrasepsi oral terdiri atas lima macam yaitu :
1) Pil kombinasi, dalam satu pil terdapat estrogen dan progestrone
sintetik yang diminum 3 kali seminggu.
2) Pil sekunseal, Pil ini dibuat sedemikian rupa sehingga mirip dengan
urutan hormon yang dikeluarkan ovariun pada tiap siklus. Maka
berdasarkan urutan hormon tersebut,estrogen hanya diberikan selama
14 16 hari pertama di ikuti oleh kombinasi progestrone dan
estrogen selama 5 7 hari terakhir.
3) Pil mini, merupakan pil hormon yang hanya mengandung
progestrone dalam dosis mini ( kurang dari 0,5 mg) yang harus
diminum setiap hari termasuk pada saat haid.
4) Once a moth pil, pil hormon yang mengandung estrogen yang
Long acting yaitu biasanya pil ini terutama diberikan untuk wanita
yang mempunyai Biological Half Life panjang.
5) Morning after pil, merupakan pil hormon yang mengandung estrogen
dosis tinggi yang hanya diberikan untuk keadan darurat saja, seperti
kasus pemerkosaan dan kondom bocor.

3
b. Efek samping yang ditimbulkan kontrasepsi Oral ( Pil ) :
1) Nyeri payudara
2) Gangguan Haid
3) Hipertensi
4) Acne
5) Penambahan berat badan.
c. Keuntungan Kontrasepsi Oral ( Pil ) :
1) Mudah menggunakannya.
2) Cocok untuk menunda kehamilan pertama dari pasangan usia subur
muda.
3) Mengurangi rasa sakit pada saat menstruasi
4) Dapat mencegah defesiensi zat besi (Fe)
5) Mengurangi resiko kanker ovarium
6) Tidak mempengaruhi produksi ASI pada saat pemakaian pil yang
mengandung estrogen.

2. Suntikan / Injeksi
Kontrasepsi suntikan adalah cara untuk mencegah terjadinya
kehamilan dengan melalui suntikan yang mengandung suatu cairan berisi
zat berupa hormon estrogen dan progesteron atau pun hanya progesteronnya
saja untuk jangka waktu tertentu.
Suntikan progestin pertama di temukan pada awal tahun 1950 an,
yang pada mulanya digunakan untuk pengobatan endometriosis dan kanker
endometrium (carcinoma endometrii). Baru pada awal tahun 1960, uji klinis
penggunaan suntikan progestin untuk keperluan kontrasepsi
dilakukan.Terdapat dua jenis suntikan progestin yang dipakai, yakni depo
medroksiprogesteron asetat dan depo noretisteron enantat. Sedangkan untuk
suntikan depo estrogen-progesteron (Cyclofem) ditemukan pada tahun 1960
an. Penambahan estrogen pada obat kontrasepsi progesteron ternyata dapat
memperbaiki siklus haid.
Jenis-jenis alat KB suntik yang sering digunakan di Indonesia antara
lain :
a. Suntikan / bulan ; contoh : cyclofem
b. Suntikan / 3 bulan ; contoh : Depoprovera, Depogeston.

1) Suntikan Kombinasi (Hormon Estrogen dan Hormon Progesteron)

4
Jenis suntikan kombinasi adalah 25 mg Depo Medrosiprogesteron
Asetat dan 5 mg Estradiol Sipionat yang diberikan injeksi I.M sebulan
sekali (Cyclofem), dan 50 mg Noretrindron Enantat dan 5 mg Estradiol
Valerat yang diberikan injeksi I.M.
Cara kerja :
a) Menekan ovulasi.
b) Mengentalkan lendir serviks sehingga menurunkan kemampuan
penetrasi sperma.
c) Menjadikan selaput lendr rahim tipis dan atrofi.
d) Menghambat transfortasi gamet oleh tuba.
Yang boleh menggunakan suntikan kombinasi :
a) Usia reproduksi
b) Nulipara dan telah memiliki anak
c) Menghendaki kontrasepsi jangka panjang dan yang memiliki
efektivitas tinggi.
d) Menyusui ASI pasca persalinan > 6 bulan.
e) Setelah melahirkan dan tidak menyusui .
f) Anemia.
g) Nyeri haid hebat.
h) Haid teratur.
i) Riwayat kehamilan ektopik.
j) Sering lupa mengunakan pil kontrasepsi.
Cara Penggunaan :
Suntikan kombinasi diberikan setiap bulan dengan suntikan IM
dalam. Klien diminta datang setiap 4 minggu. Suntikan ulang dapat
diberikan 7 hari lebih awal, dengan kemungkinan terjadi gangguan
perdarahan. Dapat juga diberikan setelah 7 hari dari jadwal yang
telah ditentukan, asal saja diyakini ibu tersebut tidak hamil. Tidak
dibenarkan melakukan hubungan seksual selama 7 hari atau
menggunakan metode kontrasepsi yang lain untuk 7 hari saja.

2) Kontrasepsi Suntikan Progestin


Tersedia 2 jenis kontrasepsi suntikan yang hanya mengandung
progestin, yaitu :
a) Depo Medroksiprogesteron Asetat (Depoprovera), mengandung 150
mg DMPA, yang diberikan setiap 3 bulan dengan cara disuntik intra
muscular (di daerah bokong), disimpan dalam suhu 20OC 25OC.

5
b) Depo Noretisteron Enantat (Depo Noristerat), yang mengandung
200mg Noretrindron Enantat, diberikan setiap 2 bulan sekali atau
setiap 2 bulan untuk 6 bulan pertama (=3 kali suntikan pertama),
kemudian selanjutnya satu kali suntikan setiap 3 bulan dengan cara
disuntik intramuscular.
Cara kerja :
a) Mencegahovulasi.
b) Mengentalkan lendir serviks sehingga menurunkan kemampuan
penetrasi sperma.
c) Menjadikan lendir rahim tipis dan atrofi sehinga kurng baik untuk
implantasi ovum yang telah dibuahi.
d) Menghambat transportasi gamet oleh tuba.

Yang Dapat Menggunakan Kontrasepsi Suntikan Progestin :


a) Usia reproduksi.
b) Nulipara dan yang telah memiliki anak.
c) Menghendaki kontrasepsi jangka panjang.
d) Menyusui dan membutuhkan kontrasepsi yang sesuai.
e) Setelah melahirkan dan tidak menyusui.
f) Setelah abortus atau keguguran.
g) Telah banyak anak, tetapi belum menghendaki tubektomi.
h) Perokok.
i) Mempunyai tekanan darah < 180/119 mmHg dengan masalah
gangguan pembekuan darah atau anemia bulan sabit.
j) Menggunakan obat untuk epilepsi (fenitoin dan barbiturat) atau obat
tuberkulosis (rifampisin).
k) Tidak dapat menggunakan kontrasepsi yang mengandung estrogen.
l) Sering lupa menggunakan pil kontrasepsi.
m) Anemia defisiensi besi.
n) Mendekati usia menopause yang tidak mau atau tidak boleh
menggunakan pil kontrasepsi kombinasi.

3. Implant
Kontrasepsi Implan biasa juga disebut Alat Kontrasepsi Bawah Kulit
(AKBK) adalah alat kontrasepsi yang disusupkan dibawah kulit atau yang
diinsersikan tepat di bawah kulit, dilakukan pada bagian dalam lengan atas
atau dibawah siku melalui insisi tunggal dalam bentuk kipas. (Suratun, dkk.

6
2008. Pelayanan Keluarga Berencana dan Pelayanan Kontrasepsi. Jakarta:
TIM)
Efek samping Implant
Pada umumnya efek samping yang ditimbulkan implant tidak
berbahaya. Yang paling sering ditemukan adalah gangguan haid yang
kejadiannya bervariasi pada setiap pemakaian, seperti pendarahan haid
yang banyak atau sedikit, bahkan ada pemakaian yang tidak haid sama
sekali. Keadaan ini biasanya terjadi 3 6 bulan pertama sesudah
beberapa bulan kemudian. Efek samping lain yang mungkin timbul,
tetapi jarang adalah sakit kepala, mual, mulut kering, jerawat, payudara
tegang, perubahan selera makan dan perubahan berat badan.
Jenis Implant
a. Norplant: terdiri dari 6 batang silastik lembut berongga dengan
panjang 3,4 cm, dengan diameter 2,4 mm yang diisi dengan 36 mg
Levonorgestrel dan lama kerjanya 5 tahun.
b. Implanon: terdiri dari satu batang putih lentur dengan panjang kira
kira 40 mm dan diameter 2 mm yang diisi dengan 68 mg 3-Keto-
desogestrel dan lama kerjanya 3 tahun.
c. Jadena dan Indoplant: terdiri dari 2 batang yang diisi dengan 75 mg
Levonorgestrel dengan lama kerja 3 tahun.
Cara Kerja
a. Lendir servik menjadi kental karena akibat adanya kerja hormon
progesteron yang terkandung dalam kontrasepsi Implan.
b. Mengganggu proses pembentukan endometrium sehingga sulit
terjadi implantasi karena kerja hormon progesteron menekan
hormon estrogen.
c. Mengurangi transportasi sperma karena kerja hormon progesteron
membuat saluran genital menjadi relaksasi sehingga tidak dapat
mendorong ovum.
d. Menekan ovulasi karena hormon estrogen ditekan hormon
progesteron yang telah ada sejak awal.

4. IUD
IUD merupakan aspek utama banyaknya ibu yang memilih sebagai
alat kontrasepsi untuk mencegah kehamilan saat KB. Jenis alat kontrasepsi

7
ini berbentuk seperti huruf T, dengan metode pemasangannya dimasukan ke
dalam rahim. IUD terbuat dari bahan dasar hormon, yang akan melepaskan
progestin dengan tujuan menghambat ovulasi. IUD biasanya dapat
berfungsi selama 5 tahun mulai dari awal pemasangan. Alat kontrasepsi
dalam rahim ( AKDR / IUD ) merupakan alat kontrasepsi yang dipasang
dalam rahim yang relatif lebih efektif bila dibandingkan dengan metode pil,
suntik dan kondom. Alat kontrasepsi dalam rahim terbuat dari plastik
elastik, dililit tembaga atau campuran tembaga dengan perak. Lilitan logam
menyebabkan reaksi anti fertilitas dengan waktu penggunaan dapat
mencapai 2-10 tahun, dengan metode kerja mencegah masuknya
sprematozoa/sel mani ke dalam saluran tuba. Pemasangan dan pencabutan
alat kontrasepsi ini harus dilakukan oleh tenaga medis (dokter atau bidan
terlatih), dapat dipakai oleh semua perempuan usia reproduksi namun tidak
boleh dipakai oleh perempuan yang terpapar infeksi menular seksual
(Imbarwati, 2009).
IUD yaitu alat yang terbuat dari plastik yang dimasukkan ke dalam
rahim dan mencegah kehamilan dengan cara menganggu lingkungan rahim
dan menghalangi terjadinya pembuahan maupun implantasi (ILUNI FKUI,
2010).
AKDR (alat kontrasepsi dalam rahim) atau spiral, atau dalam bahasa
Inggrisnya Intra-Uterine Devices, disingkat IUD adalah alat yang dibuat
dari polietilen dengan atau tanpa metal/steroid yang ditempatkan di dalam
rahim. Pemasangan ini dapat untuk 3-5 tahun dan bisa dilepaskan setiap saat
bila klien berkeinginan untuk mempunyai anak. AKDR inibekerja dengan
mencegah pertemuan sperma dengan sel telur (Kusumaningrum, 2009).

Jenis-jenis

Jenis IUD yang dipakai di Indonesia antara lain adalah :

a. Copper-T

IUD berbentuk T, terbuat dari bahan polyethelen dimana pada bagian


vertikalnya diberi lilitan kawat tembaga halus. Lilitan tembaga halus

8
ini mempunyai efek anti fertilitas (anti pembuahan) yang cukup baik
(Imbarwati, 2009).

b. Copper-7

IUD ini berbentuk angka 7 dengan maksud untuk memudahkan


pemasangan. Jenis ini mempunyai ukuran diameter batang vertikal 32
mm dan ditambahkan gulungan kawat tembaga luas permukaan 200
mm2, fungsinya sama dengan lilitan tembaga halus pada IUD Copper-
T (Imbarwati, 2009).

c. Multi load

IUD ini terbuat dari plastik (polyethelene) dengan dua tangan kiri dan
kanan berbentuk sayap yang fleksibel. Panjang dari ujung atas ke
ujung bawah 3,6 cm. Batang diberi gulungan kawat tembaga dengan
luas permukaan 250 mm2 atau 375 mm2 untuk menambah efektifitas.
Ada tiga jenis ukuran multi load yaitu standar, small, dan mini
(Imbarwati, 2009).

d. Lippes loop

IUD ini terbuat dari polyethelene, berbentuk huruf spiral atau huruf S
bersambung. Untuk memudahkan kontrol, dipasang benang pada
ekornya Lippes loop terdiri dari 4 jenis yang berbeda menurut ukuran
panjang bagian atasnya. Tipe A berukuran 25 mm (benang biru), tipe
B 27,5 mm (benang hitam), tipe C berukuran 30 mm (benang kuning)
dan tipe D berukuran 30 mm dan tebal (benang putih). Lippes loop
mempunyai angka kegagalan yang rendah. Keuntungan dari
pemakaian IUD jenis ini adalah bila terjadi perforasi, jarang
menyebabkan luka atau penyumbatan usus, sebab terbuat dari bahan
plastic (Imbarwati, 2009).

Spiral bisa bertahan dalam rahim dan menghambat pembuahan sampai


10 tahun lamanya. Setelah itu harus dikeluarkan dan diganti. Bahan spiral

9
yang paling umum digunakan adalah plastic atau plastic bercampur
tembaga. Terdapat dua jenis IUD yaitu IUD dengan tembaga dan IUD
dengan hormon (dikenal dengan IUS = Intrauterine System). IUD tembaga
(copper) melepaskan partikel tembaga untuk mencegah kehamilan
sedangkan IUS melepaskan hormon progestin (Kusmarjadi, 2010).
Spiral jenis copper T (melepaskan tembaga) mencegah kehamilan dengan
cara menganggu pergerakan sperma untuk mencapai rongga rahim dan
dapat dipakai selama 10 tahun. Progestasert IUD (melepaskan progesteron)
hanya efektif untuk 1 tahun dan dapat digunakan untuk kontrasepsi darurat
(ILUNI FKUI, 2010).

Cara kerja

a. Menghambat kemampuan sperma untuk masuk ke tuba falopii

b. Mempengaruhi fertilisasi sebelum ovum mencapai kavum uteri

c. Mencegah sperma dan ovum bertemu dengan membuat sperma sulit


masuk ke dalam alat reproduksi perempuan dan mengurangi sperma
untuk fertilisasi.

d. AKDR bekerja terutama mencegah sperma dan ovum bertemu,


walaupun AKDR membuat sperma sulit masuk ke dalam alat
reproduksi perempuan dan mengurangi sperma untuk fertilisasi
(Muhammad, 2008).

IUD baik untuk wanita yang :


a. Menginginkan kontrasepsi dengan tingkat efektifitas yang tinggi, dan
jangka panjang
b. Tidak ingin punya anak lagi atau ingin menjarangkan anak
c. Memberikan ASI
d. Berada dalam masa postpartum dan tidak memberikan ASI
e. Berada dalam masa pasca aborsi
f. Mempunyai resiko rendah terhadap PMS
g. Tidak dapat mengingat untuk minum sebutir pil setiap hari
h. Lebih menyukai untuk tidak menggunakan metode hormonal atau
yang memang tidak boleh menggunakannya

10
i. Yang benar-benar membutuhkan alat kontrasepsi darurat
(Kusumaningrum, 2009).

PERSETUJUAN TINDAKAN MEDIS (INFORM CONSENT)


A. Pemberian Informasi Yang Lengkap
Informasi yang diberikan kepada calon / klien KB harus disampaikan
selengkap - lengkapnya, jujur dan benar tentang metode kontrasepsi yang
akan diadakan oleh calon / klien KB tersebut. Dalam memberikan informasi
penting sekali adanya komunikasi verbal antara dokter dan klien. Ada
anggapan bahwa banyak klien sering melupakan informasi lisan yang telah
diberikan oleh dokter atau bidan. Maka dari itu untuk mencegah hal tersebut
perlu diberikan pula informasi tertulis.
B. Pengertian Persetujuan Tindakan Medis
Jika kontrasepsi yang dipilih klien memerlukan tindakan medis, Surat
Persetujuan Tindakan Media (inform consent) diperlukan. Inform consent
adalah persetujuan yang diberikan oleh klien atau keluarganya atas dasar
informasi dan penjelasan mengenai tindakan medis yang akan dilakukan
terhadap klien.
Setiap tindakan medis yang mengandung resiko harus dengan
persetujuan tertulis yang di tandatangani oleh yang berhak memberikan
persetujuan, yaitu klien yang bersangkutan dalam keadaan sadar dan sehat
mental.
C. Persetujuan Tindakan Medis Oleh Pasangan Suami Istri
Dengan dilakukannya tindakan medis termasuk kontrasepsi mantap,
maka perlunya izin dari kedua belah pihak. Berbeda dengan tindakan medis
lainnya yang hanya memerlukan izin dari pihak yang akan mengalami
tindakan tersebut.
D. Daftar Tilik Untuk Petugas
Pada halaman belakang lembar persetujuan tindakan medis terdapat
daftar tilik untuk petugas yang digunakan untuk mengingatkan petugas adanya
beberapa aspek yang harus dijelaskan beberapa klien melalui beberapa
pertanyaan yang berkaitan dengan metode kontrasepsi Metode Operasi
Pria/Wanita, implan, dan AKDR (cara kerja, kontraindikasi, efek samping,

11
komplikasi, kegagalan, keuntungan atau kerugian, jadwal atau tempat
kunjungan ulang, persyaratan MOP/WOW dan rekanalisasi serta
keberhasilannya, resiko pencabutan AKDR atau implan dan jadwal
pencabutannya, serta kategori pencabutan AKDR/Impaln).
E. Catatan Tindakan Dan Pernyataan
Setelah calon peserta dan pasangannya menandatangani inform
consent, pelayanan kontrasepsi dilakukan. Pada halaman belakang lembar
persetujuan tindakan medis terdapat catatan tindakan dan pernyataan oleh
dokter/bidan/perawat yang melakukan tindakan. Catatan tindakan dan
pernyataan tersebut memuat catatan tindakan yang dilakukan yaitu metode
keberhasilan tindakan, waktu, serta pernyataan dari petugas bahwa pelayanan
yang diberikan sudah sesuai dengan standar.

PENAPISAN KLIEN
Penapisan klien merupakan upaya untuk melakukan telaah dan kajian
tentang kondisi kesehatan klien dengan kesesuaian penggunaan metode
kontrasepsi yang diinginkan.
Tujuan utama penapisan klien untuk menentukan keadaan yang
membutuhkan perhatian khusus dan masalah (misalnya diabetes atau tekanan
darah tinggi) yang membutuhkan pengamatan dan pengelolaan lebih lanjut.
Untuk sebagian besar klien bisa diselesaikan dengan cara anamnesis
terarah, sehingga masalah utama dikenali atau memungkinkan hamil dapat
dicegah. Sebagian besar cara kontrasepsi, kecuali AKDR dan kontrasepsi mantap
tidak membutuhkan pemeriksaan fisik maupun panggul.

Pemeriksaan laboratorium untuk klien Keluarga Berencana dan klien baru


tidak diperlukan karena :
1. Sebagian besar klien KB berusia muda (umur 16 35 tahun) dan umumnya
sehat.
2. Pada wanita, masalah kesehatan reproduksi (misalnya kanker genital dan
kanker payudara, fibroma uterus) jarang di dapat pada umur sebelum 35
tahun atau 40 tahun.
3. Pil kombinasi yang sekarang tersedia berisi estrogen dan progestin lebih
baik karena efek sampingnya jarang menimbulkan masalah medis.

12
4. Pil progestin, suntikan, dan susuk bebas dari efek yang berhubungan dengan
estrogen dan dosis progestin yang dikeluarkan perhari bahkan lebih rendah
dari pil kombinasi.
Tabel 2 1 : Daftar Tilik Penapisan Klien. Metode reversibel
Metode hormonal (pil kombinasi; pil progestin, suntikan
Ya Tidak
dan susuk)
Hari pertama haid terakhir 7 hari yang lalu atau lebih.
Menyusui dan kurang dari 6 minggu pasca
persalinan 1,2.
Perdarahan/ perdarahan bercak antara haid setelah senggama.
Ikterus pada kulit atau mata.
Nyeri kepala hebat atau gangguan visual.
Nyeri hebat pada betis, paha atau dada, atau tungkai bengkak
(oedema).
Tekanan darah di atas 160/ 90 mmHg.
Massa atau benjolan pada payudara.
Sedang minum obat obatan anti kejang .
AKDR (semua jenis pelepas tembaga dan progestin) Ya Tidak
Hari pertama haid terakhir 7 hari yang lalu.
Klien (pasangan) mempunyai pasangan seks lain.
Infeksi menular seksual (IMS).
Penyakit radang panggul atau kehamilan ektopik.
Haid banyak (lebih 1 2 pembalut tiap 4 jam).
Haid lama (lebih dari 8 hari).
Dismenorea berat yang membutuhkan analgetika dan/atau
istirahat baring.
Perdarahan/ perdarahan bercak antara haid atau setelah
senggama/gejala penyakit jantung valvular atau kongenital.
1. Apabila klien menyusui dan kurang dari 6 minggu postpartum maka pil
kombinasi adalah metode panggilan terakhir.
2. Tidak cocok untuk pil progestin (minipil), suntikan (DMPA atau NET - EN),
atau susuk
3. Tidak cocok untuk suntikan progestin (DMPA atau NET - EN)
4. Tidak cocok untuk AKDR pelepas - progestin

Selain itu, dahulu tenaga kesehatan cenderung menggunakan syarat


pemakaian metode kontrasepsi secara berlebihan sehingga mempengaruhi

13
pemilihan metode dari klien. Akibatnya, banyak permintaan pemeriksaan lab yang
sebenarnya tidak di perlukan (misalnya pemeriksaan kolesterol, fungsi hati,
glukosa atau pap smear). Walaupun permintaan menjadi klien KB menjadi
meningkat, kemampuan pelayanan terbatas karena tidak tersedianya laboratorium
untuk pemeriksaan sehingga menghambat terhadap pemilihan kontrasepsi dan
pelaksananan pelayanan. Karena itu klien dapat memperoleh cara konrasepsi yang
terbaik sesuai pilihannya, penilaian cara klien harus di batasi pada prosedur yang
di perlukan untuk semua klien pada setiap tatanan.
Jika semua keadaan di atas tidak (negatif) dan tidak dicurigai adanya
kehamilan, maka dapat di teruskan dengan konseling metode khusus. Bila respon
banyak yang dalam iya (positif), berarti klien perlu di evaluasi sebelum
keputusan akhir dibuat.
Catatan : klien tidak selalu memberikan informasi yang benar tentang
kondisi di atas. Namun, petugas kesehatan harus mengetahui bagaimana keadaan
klien sebenarnya bila di perlukan petugas dapat mengulangi pertanyaan yang
berbeda. Perlu juga di perhitungkan masalah sosial ,budaya atau agama yang
mungkin berpengaruh terhadap respon klien tersebut (pasangannya).

Tabel 2-2 : Daftar Tilik Penapisa Klien Metode Irreversibel (Tubektomi)


Dapt dilakukan pada Dilakukan difasilitas
Keadaan klien
fasilitas rawat jalan rujukan
Diabetes tidak terkontrol,
Kedaan umum baik,
Keadaan umum riwayat gangguan
tidak ada tanda-tanda
(anamnesis pemeriksaan pembekuan darah, ada
apenyakit jantung, paru,
fisik). tanda - tanda penyakit
atau ginjal.
jantung, paru atau ginjal.
Keadaan emosional Tenang Cemas,takut
Kurang dari
Tekanan darah 160/100mmHg
160/100mmHg
Berat badan 35-85 kg >85kg ; < 35kg
Riwayat operasi Bekas secsio sesaria Operasi abdomen

14
Dapt dilakukan pada Dilakukan difasilitas
Keadaan klien
fasilitas rawat jalan rujukan
lainya,perlekatan atau
abdomen/panggul. (tanpa perlekatan). terdapat kelaianan pada
pemerikaan panggul.
Riwayat radang panggul, Pemeriksaan dalam Pemeriksaan dalam ada
hamil ektopik, apendisitis. normal kelainan.
Anemia HB 8g% HB < 8g%

Tabel 2-3 : Daftar Tilik Penapisan Klien. Metode Irreversibel (vasektomi)


Dapat dilakukan pada Dilakukan pada fasilitas
Keadan klien
fasilitas berjalan rujukan
Diabetes tidak terkontrol,
Keadaan umum Keadaan umum baik, riwayat gangguan
(anamnesis, pemeiksaan tidak ada tanda penyakit pembekuan darah, ada
fisik). jantung, paru atau ginjal. tanda penyakit jantung,
paru atau ginjal.
Keadaan emosional Tenang Cemas takut
Tekanan darah < 160/100mmHg 160/100mmHg
Infeksi atau kelainan Tanda-tanda infeksi atau
Normal
skrotum/inguinal. ada kelainan.
Anemia HB 8g% HB < 8g%

Meyakini bahwa klien tidak hamil


Klien tidak hamil apabila :
1. Tidak senggama sejak haid terakhir
2. Sedang memaka metode efektif secara baik dan benar
3. Sekarang didalam 7 hari pertama haid terakhir
4. Didalam 4 minggu pasca persalinan
5. Dalam 7 hari pasca keguguran
6. Menyusui dan tidak haid

Pemerksaan fisik jarang dibutuhkan kecuali untuk menyingkirkan kehamilan


yang lebih dari 6-8 minggu.

Laboratorium

15
Uji kehamilan yang biasa tidak selalu menolong, kecuali tersedia uji
kehamilan yang lebih sensitif. Jika tidak tersedia kehamilan yang sensitif,
klien di anjurkan memakai kontrasepsi barier sampai haid berikutnya.

Amenorea laktasi sebagai andalan cara kontrasepsi


Metode Amenorea Laktasi (MAL) sangat efektif dalam mencegah
kehamilan (pencegahan 98% jika dilaksanakan secara benar pada 6 bulan
pertama pasca persalinan; pencegahan 93% jika dilaksanakan samapi 12
bulan pasca persalinan).
Pada perpanjangan masa menyusui petugas kesehatan dapat
meyakinkan bahwa wanita tersebut tidak akan hamil bila sampai 6 bulan
pasca persalinan melaksanakan MAL dengan baik.
Untuk klien yang akan memakai kotrasepsi alam jangka panjang
(suntikan, norplant atau AKDR) yang sudah lebih 6 bulan pasca persalinan
disarankan untuk dilakukan pemeriksaan dalam guna menyingkirkan
kehamilan.
Tabel 2-4 : Prosedur Penapisan Klien
Prosedur KBA Metode Meode hormonal AKDR Kontap
atau barier (pil kombinasi, pil wanita/
MAL (kondom progestin/suntikan/ pria
) implan)
Penapisan Tidak Tidak Ya (liat daftar)1 Ya (liat Ya (liat
reproduksi daftar) daftar)2
Seleksi Tidak Tidak Tidak Ya Ya
ISR//IMS
resiko tinggi
Pemeriksaan Tidak Tidak Tidak3 Ya -
Wanita umum - - Tidak - Ya
Abdomen - - Tidak Ya Ya
Pemeriksaan - Tidak Tidak Ya Ya
speculum
Pemerksan - Ya Tidak Ya Ya
dalam
Pria - Tidak - - Ya

16
(lipat
paha,penis,testi
s,skrotum)
a. Metode hormonal
b. Oklusituba dan vasektomi
c. Bila checklist penapisan semua tidak pemeriksaan tidak diperlukan
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Kontrasepsi merupakan pencegahan kehamilan setelah hubungan
seksual dengan menghambat sperma mencapai ovum matang (metode
yang mencegah ovulasi) atau dengan mencegah ovum yang telah dibuahi
tertanam pada endometrium ( mekanisme yang menyebabkan lingkungan
uterus tidak cocok untuk ovum yang telah dibuahi).
Dalam pelayanan keluarga berencana dan kesehatan reproduksi
hubungannya dengan pemilihan alat kontrasepsi yang sesuai dengan
pasien, diperlukan suatu konseling yang berarti petugas medis membantu
pasien untuk memilih alat kontrasepsi yang sesuai dengan dirinya dan juga
dengan konseling yang baik akan membantu pasien dalam menggunakan
kontrasepsinya lebih lama dan meningkatkan keberhasilan program KB.
Kontrasepsi hormonal yang cocok dan sesuai dengan pasien,
berdasarkan keadaan pasien yang memiliki usia pra menopause, dan
masalah obesitas tipe II, dislipidemia, serta riwayat amenore adalah pil
kombinasi, suntik kombinasi, minipil progestin dan implant
levonorgestrel. Namun dari keempat opsi kontrasepsi hormonal yang dapat
digunakan oleh pasien tersebut, kontrasepsi hormonal pil kombinasi yaitu
kombinasi antara hormon estrogen dan progesteron sintetik yang lebih
cocok dan sesuai dengan kondisi pasien.
Pada pasien ini pemberian kontrasepsi sudah benar dan rasional.
Benar, karena sesuai dengan pertimbangan pemakaian kontrasepsi
hormonal oral sesuai dengan rekomendasi American Collage of Obstetrics

17
yaitu pemberian kontrasepsi hormonal setelah sebelumnya melakukan
penelusuran riwayat medik sederhana dan pengukuran tekanan darah.
Rasional karena pemilihan jumlah dan dosis kontrasepsi hormonal
kombinasi sesuai dengan kondisi pasien dan perubahan pemberian
regimen kontrasepsi hormonal oral dilakukan setelah timbul efek samping
yang tidak mengenakan pada pasien.
Pemilihan alat kontrasepsi, jumlah dan dosis perlu dipertimbangkan
dengan baik sesuai dengan kondisi pasien secara holistik, dengan
sebelumnya dilakukan konseling secara optimal karena hal tersebut sangat
berpengaruh terhadap kualitas hasil yang dicapai.

18
DAFTAR PUSTAKA

1. Departemen Kesehatan RI. Paduan Pelayanan Keluaraga Berencana. Jakarta:


Dep.Kes, 2006.
2. Bagus Gede Manuaba.2000.Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan &
Keluarga Berencana Untuk Pendidikan Bidan.Jakarta.EGC.
3. Prawihardjo, Sarwono. 2006. Buku panduan praktis pelayanan kontrasepsi.
Jakarta : yayasan bina pustaka

19

Anda mungkin juga menyukai