Anda di halaman 1dari 23

ASFIKSIA PADA BAYI BARU LAHIR

A. Pengertian
Asfiksia merupakan suatu keadaan dimana bayi tidak dapat bernapas secara
spontan dan teratur segera setelah lahir, keadaan tersebut dapat disertai dengan
adanya hipoksia, hiperkapnea dan sampai ke asidosis (Hidayat, 2008).
Asfiksia Neonatorum adalah suatu keadaan dimanan kegagalan nafas secara
spontan dan teratur segera setelah lahir. Perubahan-perubahan yang terjadi pada
asfiksia antara lain hipoksia, dan asidosis metabolik (Muslihatun, 2011)
Asfiksia berarti hipoksia yang progesif, penimbunan CO2 dan asidosis, bila
proses ini berlangsung terlalu jauh dapat mengakibatkan kerusakan otak atau
kematian. Asfiksia juga dapat mempengaruhi fungsi organ vital lainnya
(Prawirohardjo, 2010)
Jadi, Asfiksia neonatorum adalah keadan bayi baru lahir yang tidak dapat
bernapas secara spontan dengan ditandai adanya hipoksemia (penurunan PaO2),
hiperkarbia (peningkatan PaCO2), dan asidosis (penurunan PH).

B. Etiologi
Keadaan asfiksia terejadi karena kurangnya kemampuan fungsi organ bayi
seperti pengembangan paru paru. Proses terjadinya asfiksia neonatorum ini
dapat terjadi pada masa kehamilan, persalinan atau segera setelah bayi lahir.
Penyebab asfiksia menurut Mochtar (2008) adalah :
1. Asfiksia dalam kehamilan
a. Penyakit infeksi akut
b. Penyakit infeksi kronik
c. Keracunan oleh obat-obat bius
d. Uraemia dan toksemia gravidarum
e. Anemia berat
f. Cacat bawaan
g. Trauma
2. Asfiksia dalam persalinan
a. Kekurangan O2.
1) Partus lama (CPD, rigid serviks dan atonia/ insersi uteri)
2) Ruptur uteri yang memberat, kontraksi uterus yang terus-menerus
mengganggu sirkulasi darah ke uri.
3) Tekanan terlalu kuat dari kepala anak pada plasenta.
4) Prolaps fenikuli tali pusat akan tertekan antara kepaladan panggul.
5) Pemberian obat bius terlalu banyak dan tidak tepat pada waktunya.
6) Perdarahan banyak : plasenta previa dan solutio plasenta.
7) Kalau plasenta sudah tua : postmaturitas (serotinus), disfungsi uteri.
b. Paralisis pusat pernafasan
1) Trauma dari luar seperti oleh tindakan forceps
2) Trauma dari dalam : akibat obat bius.

Sedangkan menurut Betz et al. (2001), asfiksia dapat dipengaruhi beberapa


faktor yaitu :
1. Faktor ibu
a. Hipoksia ibu
Dapat terjadi karena hipoventilasi akibat pemberian obat analgetik atau
anestesi dalam, dan kondisi ini akan menimbulkan hipoksia janin dengan
segala akibatnya.
b. Gangguan aliran darah uterus
Berkurangnya aliran darah pada uterus akan menyebabkan berkurangnya
aliran oksigen ke plasenta dan juga ke janin, kondisi ini sering ditemukan
pada gangguan kontraksi uterus, hipotensi mendadak pada ibu karena
perdarahan, hipertensi pada penyakit eklamsi.
2. Faktor plasenta
Pertukaran gas antara ibu dan janin dipengaruhi oleh luas dan kondisi
plasenta, asfiksis janin dapat terjadi bila terdapat gangguan mendadak pada
plasenta, misalnya perdarahan plasenta, solusio plasenta.
3. Faktor fetus
Kompresi umbilikus akan mengakibatkan terganggunya aliran darah
dalam pembuluh darah umbilikus dan menghambat pertukaran gas antara ibu
dan janin. Gangguan aliran darah ini dapat ditemukan pada keadaan tali pusat
menumbung, melilit leher, kompresi tali pusat antara jalan lahir dan janin.
4. Faktor neonatus
Depresi pusat pernapasan pada bayi baru lahir dapat terjadi karena
beberapa hal yaitu pemakaian obat anestesi yang berlebihan pada ibu, trauma
yang terjadi saat persalinan misalnya perdarahan intra kranial, kelainan
kongenital pada bayi misalnya hernia diafragmatika, atresia atau stenosis
saluran pernapasan, hipoplasia paru.
C. Pathway
Persalinan lama, lilitan tali pusat Paralisis pusat pernafasan factor lain : anestesi,
Presentasi janin abnormal obat-obatan narkotik

ASFIKSIA

Janin kekurangan O2 paru-paru terisi cairan


Dan kadar CO2 meningkat

Nafas cepat
Bersihan jln
Pola nafas
nafas tidak
inefektif
Apneu suplai O2 suplai O2 efektif
Ke paru dlm darah

Kerusakan otak G3 metabolisme


Resiko & perubahan asam basa
ketdkseimbang

DJJ & TD Kematian bayi an suhu tubuh Asidosis respiratorik

Janin tdk bereaksi


Terhadap rangsangan G3 perfusi ventilasi
Proses
Resiko
keluarga
cidera Kerusakan
terhenti
pertukaran gas
D. Manifestasi klinis
1. Pada Kehamilan
Denyut jantung janin lebih cepat dari 160 x/mnt atau kurang dari 100 x/mnt,
halus dan ireguler serta adanya pengeluaran mekonium.
a. Jika DJJ normal dan ada mekonium : janin mulai asfiksia
b. Jika DJJ 160 x/mnt ke atas dan ada mekonium : janin sedang asfiksia
c. Jika DJJ 100 x/mnt ke bawah dan ada mekonium : janin dalam gawat

2. Pada bayi setelah lahir


a. Bayi pucat dan kebiru-biruan
b. Usaha bernafas minimal atau tidak ada
c. Pernafasan cuping hidung
d. Hipoksia
e. Asidosis metabolik atau respiratori
f. Perubahan fungsi jantung
g. Kegagalan sistem multiorgan
h. Kalau sudah mengalami perdarahan di otak maka ada gejala neurologik,
kejang, dan menangis kurang baik/tidak baik.
i. Nilai apgar kurang dari 6
Untuk menentukan tingkat asfiksia, apakah bayi mengalami asfiksia berat,
sedang atau ringan/normal dapat dipakai penilaian apgar. Di bawah ini
tabel untuk menentukan tingkat asfiksia yang dialami.
Table Apgar skor
Nilai 0-3 : Asfiksia berat

Klinis 0 1 2

Frekuensi jantung Tidak ada < 100 x/menit >100x/menit

Usaha nafas Tidak ada Tak teratur Tangis kuat

Reflek Tidak ada Gerakan sedikit Gerakan


kuat/melawan

Tonus otot Lumpuh Fleksi ekstrimitas Gerak aktif


(lemah)

Warna kulit Biru pucat Tubuh kemerahan Kemerahan


ekstrimitas biru seluruh tubuh
Nilai 4-6 : Asfiksia sedang
Nilai 7-10 : Normal
Pemantauan nilai apgar dilakukan pada menit ke-1 dan menit ke-5, bila
nilai apgar 5 menit masih kurang dari 7 penilaian dilanjutkan tiap 5 menit
sampai skor mencapai 7. Nilai Apgar berguna untuk menilai keberhasilan
resusitasi bayi baru lahir dan menentukan prognosis, bukan untuk
memulai resusitasi karena resusitasi dimulai 30 detik setelah lahir bila bayi
tidak menangis. (bukan 1 menit seperti penilaian skor Apgar).

E. Pemeriksaan Diagnostik
1. Foto polos dada
2. USG kepala
3. Darah
Nilai darah lengkap pada bayi asfiksia terdiri dari :
a. Hb (normal 15-19 gr%), biasanya pada bayi dengan asfiksia Hb cenderung
turun karena O2 dalam darah sedikit.
b. Leukositnya lebih dari 10,3 x 10 gr/ct (normal 4,3-10,3 x 10 gr/ct) karena
bayi preterm imunitas masih rendah sehingga resiko tinggi.
c. Trombosit (normal 350 x 10 gr/ct).
d. Distrosfiks pada bayi preterm dengan pos asfiksi cenderung turun karena
sering terjadi hipoglikemi.
4. Analisa gas darah
Nilai analisa gas darah pada bayi post asfiksi terdiri dari :
a. pH (normal 7,36-7,44). Kadar pH cenderung turun terjadi asidosis
metabolik.
b. pCO2 (normal 35 45 mmHg). Kadar pCO2 pada bayi post asfiksia
cenderung naik sering terjadi hiperapnea.
c. pO2 (normal 75-100 mmHg). Kadar pO2 bayi post asfiksia cenderung
turun karena terjadi hipoksia progresif.
d. HCO3 (normal 24-28 mEq/L)
5. Pemeriksaan urin
Nilai serum elektrolit pada bayi post asfiksia terdiri dari :
a. Natrium (normal 134-150 mEq/L)
b. Kalium (normal 3,6-5,8 mEq/L)
c. Kalsium (normal 8,1-10,4 mEq/L)

F. Penatalaksanaan Medis
Tindakan untuk mengatasi asfiksia neonatorum disebut resusitasi bayi baru
lahir yang bertujuan untuk mempertahankan kelangsungan hidup bayi dan
membatasi gejala sisa yang mungkin muncul. Tindakan resusitasi bayi baru lahir
mengikuti tahapan-tahapan yang dikenal dengan ABC resusitasi :
1. Memastikan saluran nafas terbuka :
a. Meletakan bayi dalam posisi yang benar
b. Menghisap mulut kemudian hidung kalau perlu trachea
2. Memulai pernapasan :
a. Lakukan rangsangan taktil Beri rangsangan taktil dengan menyentil atau
menepuk telapak kakiLakukan penggosokan punggung bayi secara
cepat,mengusap atau mengelus tubuh,tungkai dan kepala bayi.

b. Bila perlu lakukan ventilasi tekanan positif


3. Mempertahankan sirkulasi darah :
Rangsang dan pertahankan sirkulasi darah dengan cara kompresi dada atau
bila perlu menggunakan obat-obatan. Cara resusitasi dibagi dalam tindakan
umum dan tindakan khusus :
a. Tindakan umum
1) Pengawasan suhu
2) Pembersihan jalan nafas
3) Rangsang untuk menimbulkan pernafasan
b. Tindakan khusus
1) Asfiksia berat
Resusitasi aktif harus segera dilaksanakan, langkah utama
memperbaiki ventilasi paru dengan pemberian O2 dengan tekanan dan
intermiten, cara terbaik dengan intubasi endotrakeal lalu diberikan O2
tidak lebih dari 30 mmHg. Asphiksia berat hampir selalu disertai
asidosis, koreksi dengan bikarbonas natrium 2-4 mEq/kgBB, diberikan
pula glukosa 15-20 % dengan dosis 2-4ml/kgBB. Kedua obat ini
disuntuikan kedalam intra vena perlahan melalui vena umbilikalis,
reaksi obat ini akan terlihat jelas jika ventilasi paru sedikit banyak telah
berlangsung. Usaha pernapasan biasanya mulai timbul setelah tekanan
positif diberikan 1-3 kali, bila setelah 3 kali inflasi tidak didapatkan
perbaikan pernapasan atau frekuensi jantung, maka masase jantung
eksternal dikerjakan dengan frekuensi 80-100/menit. Tindakan ini
diselingi ventilasi tekanan dalam perbandingan 1:3 yaitu setiap kali satu
ventilasi tekanan diikuti oleh 3 kali kompresi dinding toraks, jika
tindakan ini tidak berhasil bayi harus dinilai kembali, mungkin hal ini
disebabkan oleh ketidakseimbangan asam dan basa yang belum
dikoreksi atau gangguan organik seperti hernia diafragmatika atau
stenosis jalan nafas.
2) Asfiksia sedang
Stimulasi agar timbul reflek pernapsan dapat dicoba, bila dalam
waktu 30-60 detik tidak timbul pernapasan spontan, ventilasi aktif harus
segera dilakukan, ventilasi sederhana dengan kateter O2
intranasaldengan aliran 1-2 lt/mnt, bayi diletakkan dalam posisi
dorsofleksi kepala. Kemudioan dilakukan gerakan membuka dan
menutup nares dan mulut disertai gerakan dagu keatas dan kebawah
dengan frekuensi 20 kali/menit, sambil diperhatikan gerakan dinding
toraks dan abdomen. Bila bayi memperlihatkan gerakan pernapasan
spontan, usahakan mengikuti gerakan tersebut, ventilasi dihentikan jika
hasil tidak dicapai dalam 1-2 menit, sehingga ventilasi paru dengan
tekanan positif secara tidak langsung segera dilakukan, ventilasi dapat
dilakukan dengan dua cara yaitu dengan dari mulut ke mulut atau dari
ventilasi ke kantong masker. Pada ventilasi dari mulut ke mulut,
sebelumnya mulut penolong diisi dulu dengan O2, ventilasi dilakukan
dengan frekuensi 20-30 kali permenit dan perhatikan gerakan nafas
spontan yang mungkin timbul. Tindakan dinyatakan tidak berhasil jika
setelah dilakukan berberapa saat terjasi penurunan frekuensi jantung
atau perburukan tonus otot, intubasi endotrakheal harus segera
dilakukan, bikarbonas natrikus dan glukosa dapat segera diberikan,
apabila 3 menit setelah lahir tidak memperlihatkan pernapasan teratur,
meskipun ventilasi telah dilakukan dengan adekuat.

G. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan


1. PENGKAJIAN
Pengumpulan Data
a. Data Subyektif
Data subyektif terdiri dari:
1) Biodata atau identitas pasien :
Bayi meliputi nama, tempat tanggal lahir, jenis kelamin
Orangtua meliputi : nama (ayah dan ibu), umur, agama, suku atau
kebangsaan, pendidikan, penghasilan pekerjaan, dan alamat Riwayat
kesehatan
2) Riwayat antenatal yang perlu dikaji atau diketahui dari riwayat
antenatal pada kasus asfiksia berat yaitu :
a) Keadaan ibu selama hamil dengan anemia, hipertensi, gizi buruk,
merokok ketergantungan obat-obatan atau dengan penyakit seperti
diabetes mellitus, kardiovaskuler dan paru.
b) Kehamilan dengan resiko persalinan preterm misalnya kelahiran
multiple, inkompetensia serviks, hidramnion, kelainan kongenital,
riwayat persalinan preterm.
c) Pemeriksaan kehamilan yang tidak kontinuitas atau periksa tetapi
tidak teratur dan periksa kehamilan tidak pada petugas kesehatan.
d) Gerakan janin selama kehamilan aktif atau semakin menurun.
e) Hari pertama hari terakhir tidak sesuai dengan usia kehamilan
(kehamilan postdate atau preterm).
3) Riwayat natal komplikasi persalinan juga mempunyai kaitan yang
sangat erat dengan permasalahan pada bayi baru lahir. Yang perlu
dikaji:
Kala I : ketuban keruh, berbau, mekoneal, perdarahan antepartum baik
solusio plasenta maupun plasenta previa.
Kala II : persalinan lama, partus kasep, fetal distress, ibu kelelahan,
persalinan dengan tindakan (vacum ekstraksi, forcep ektraksi).
Adanya trauma lahir yang dapat mengganggu sistem pernafasan.
Persalinan dengan tindakan bedah caesar, karena pemakaian obat
penenang (narkose) yang dapat menekan sistem pusat pernafasan.
4) Riwayat post natal yang perlu dikaji antara lain :
a) Apgar score bayi baru lahir 1 menit pertama dan 5 menit kedua AS
(0-3) asfiksia berat, AS (4-6) asfiksia sedang, AS (7-10) asfiksia
ringan.
b) Berat badan lahir : kurang atau lebih dari normal (2500-4000 gram).
Preterm/BBLR < 2500 gram, untuk aterm 2500 gram lingkar
kepala kurang atau lebih dari normal (34-36 cm).
c) Adanya kelainan kongenital : Anencephal, hirocephalus anetrecial
aesofagal.
5) Pola nutrisi
Yang perlu dikaji pada bayi dengan post asfiksia berat gangguan
absorbsi gastrointentinal, muntah aspirasi, kelemahan menghisap
sehingga perlu diberikan cairan parentral atau personde sesuai dengan
kondisi bayi untuk mencukupi kebutuhan elektrolit, cairan, kalori dan
juga untuk mengkoreksi dehidrasi, asidosis metabolik, hipoglikemi
disamping untuk pemberian obat intravena.
a) Kebutuhan parenteral
Bayi BBLR < 1500 gram menggunakan D5%
Bayi BBLR > 1500 gram menggunakan D10%
b) Kebutuhan nutrisi enteral
BB < 1250 gram = 24 kali per 24 jam
BB 1250-< 2000 gram = 12 kali per 24 jam
BB > 2000 gram = 8 kali per 24 jam
c) Kebutuhan minum pada neonatus :
Hari ke 1 = 50-60 cc/kg BB/hari
Hari ke 2 = 90 cc/kg BB/hari
Hari ke 3 = 120 cc/kg BB/hari
Hari ke 4 = 150 cc/kg BB/hari
6) Pola eliminasi
Yang perlu dikaji pada neonatus adalah
BAB : frekuensi, jumlah, konsistensi.
BAK : frekuensi, jumlah
7) Latar belakang sosial budaya
Kebudayaan yang berpengaruh terhadap kejadian asfiksia.
Kebiasaan ibu merokok, ketergantungan obat-obatan tertentu terutama
jenis psikotropika.
Kebiasaan ibu mengkonsumsi minuman beralkohol, kebiasaan ibu
melakukan diet ketat atau pantang makanan tertentu.
8) Hubungan psikologis
Sebaiknya segera setelah bayi baru lahir dilakukan rawat gabung
dengan ibu jika kondisi bayi memungkinkan. Hal ini berguna sekali
dimana bayi akan mendapatkan kasih sayang dan perhatian serta dapat
mempererat hubungan psikologis antara ibu dan bayi. Lain halnya
dengan asfiksia karena memerlukan perawatan yang intensif
b. Data Obyektif
1) Keadaan umum
Pada bayi baru lahir post asfiksia berat, keadaannya lemah dan hanya
merintih. Keadaan akan membaik bila menunjukkan gerakan yang aktif
dan menangis keras. Kesadaran neonatus dapat dilihat dari responnya
terhadap rangsangan. Adanya BB yang stabil, panjang badan sesuai
dengan usianya tidak ada pembesaran lingkar kepala dapat
menunjukkan kondisi neonatus yang baik.
2) Tanda-tanda Vital
Bayi baru lahir post asfiksia berat kondisi akan baik apabila penanganan
asfiksia benar, tepat dan cepat. Untuk bayi preterm beresiko terjadinya
hipotermi bila suhu tubuh < 36 C dan beresiko terjadi hipertermi bila
suhu tubuh < 37 C. Sedangkan suhu normal tubuh antara 36,5C
37,5C, nadi normal antara 120-140 kali per menit respirasi normal
antara 30-40 kali permenit, sering pada bayi post asfiksia berat
pernafasan belum teratur.

Pemeriksaan fisik.
a. Kulit
Warna kulit tubuh merah, sedangkan ekstrimitas berwarna biru, pada bayi
preterm terdapat lanogo dan verniks.
b. Kepala
Kemungkinan ditemukan caput succedaneum atau cephal haematom,
ubun-ubun besar cekung atau cembung kemungkinan adanya peningkatan
tekanan intrakranial.
c. Mata
Warna conjungtiva anemis atau tidak anemis, tidak ada bleeding
conjungtiva, warna sklera tidak kuning, pupil menunjukkan refleksi
terhadap cahaya.
d. Hidung
Hidung terdapat pernafasan cuping hidung dan terdapat penumpukan
lendir.

e. Mulut
Bibir berwarna pucat ataupun merah, ada lendir atau tidak.
f. Telinga
Perhatikan kebersihannya dan adanya kelainan
g. Leher
Perhatikan kebersihannya karena leher nenoatus pendek
h. Thorax
Bentuk simetris, terdapat tarikan intercostal, perhatikan suara wheezing
dan ronchi, frekwensi bunyi jantung lebih dari 100 kali per menit.
i. Abdomen
Bentuk silindris, hepar bayi terletak 1 2 cm dibawah arcus
costaae pada garis papila mamae, lien tidak teraba, perut buncit berarti
adanya asites atau tumor, perut cekung adanya hernia diafragma, bising
usus timbul 1 sampai 2 jam setelah masa kelahiran bayi, sering terdapat
retensi karena GI Tract belum sempurna.
j. Umbilikus
Tali pusat layu, perhatikan ada pendarahan atau tidak, adanya tanda
tanda infeksi pada tali pusat.
k. Genitalia
Pada neonatus aterm testis harus turun, lihat adakah kelainan letak muara
uretra pada neonatus laki laki, neonatus perempuan lihat labia mayor dan
labia minor, adanya sekresi mucus keputihan, kadang perdarahan.
l. Anus
Perhatikan adanya darah dalam tinja, frekuensi buang air besar serta warna
dari feses.
m. Ekstremitas
Warna biru, gerakan lemah, akral dingin, perhatikan adanya patah tulang
atau adanya kelumpuhan syaraf atau keadaan jari-jari tangan serta
jumlahnya.

n. Refleks
Pada neonatus preterm post asfiksia berat reflek moro dan sucking lemah.
Reflek moro dapat memberi keterangan mengenai keadaan susunan syaraf
pusat atau adanya patah tulang (Iskandar Wahidiyat, 1991 : 155 dan
Potter Patricia A, 1996 : 109-356)
2. Diagnosa Keperawatan
Data Problem Etiologi Diagnosa
1. Obyektif (O) : Bersihan jalan Produksi mucus Bersihan jalan nafas tidak efektif
a. Terdengar suara nafas nafas inefektif. yang banyak. berhubungan dengan produksi mukus
tambahan banyak
b. Terdengar ronkhi
basah ketika
auskultasi
c. RR > 24 kali per
menit
2. Obyektif (O) : Pola nafas Hipoventilasi Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan
a. Ekspansi dada tidak inefektif. /hiperventilasi hipoventilasi/ hiperventilasi
sama kanan kiri
b. RR cepat > 24 kali per
menit
c. Terdengar suara nafas
tambahan
3. Obyektif (O) : Kerusakan Ketidakseimbangan Kerusakan pertukaran gas berhubungan
a. RR cepat > 24 kali per pertukaran gas. perfusi ventilasi dengan ketidakseimbangan perfusi ventilasi
menit
4. Obyektif (O) : Risiko cedera. Anomali Risiko cedera berhubungan dengan anomali
a. Anak tampak rewel kongenital tidak kongenital tidak terdeteksi atau tidak teratasi
b. Tampak cedera pada terdeteksi atau pemajanan pada agen-agen infeksius
anggota tubuh anak tidak teratasi
pemajanan pada
agen-agen
infeksius.
5. Obyektif (O) : Risiko Kurangnya suplai Risiko ketidakseimbangan suhu tubuh
a. Suhu anak < 365 0 C ketidakseimbangan O2 dalam darah. berhubungan dengan kurangnya suplai O2
b. Anak tampak rewel suhu tubuh. dalam darah.
6. Obyektif (O) : Proses keluarga Pergantian dalam Proses keluarga terhenti berhubungan
terhenti. status kesehatan dengan pergantian dalam status kesehatan
3. Intervensi Keperawatan

Hari/ Diagnosa Tujuan Intervensi Rasional


Tanggal Keperawatan
Bersihan jalan nafas Setelah diberikan asuhan 1. Tentukan kebutuhan oral/ 1. Untuk memungkinkan
tidak efektif keperawatan selama x 24 suction tracheal. reoksigenasi.
berhubungan dengan jam diharapkan bersihan jalan 2. Auskultasi suara nafas 2. Pernapasan bising, ronki dan
produksi mukus nafas efektif dengan kriteria sebelum dan sesudah suction. mengi menunjukkan
banyak hasil: tertahannya secret.
-Menunjukkan jalan nafas 3. Beritahu keluarga tentang 3. Membantu memberikan
bersih suction. informasi yang benar pada
-Suara nafas normal tanpa
keluarga.
suara tambahan
4. Bersihkan daerah bagian 4. Mencegah
-Tidak ada penggunaan otot
tracheal setelah suction obstruksi/aspirasi.
bantu nafas
selesai dilakukan.
-Tidak adanya sianosis.
5. Monitor status oksigen 5. Membantu untuk
pasien, status hemodinamik mengidentifikasi perbedaan
segera sebelum, selama dan status oksigen sebelum dan
sesudah suction sesudah suction.
Pola nafas tidak Setelah diberikan asuhan 1. Pertahankan kepatenan jalan 1. Untuk menghilangkan
efektif berhubungan keperawatan selama x 24 nafas dengan melakukan mucus yang terakumulasi
dengan jam diharapkan pola nafas pengisapan lender dari nasofaring, tracea.
hipoventilasi/ efektif dengan kriteria hasil: 2. Auskultasi jalan nafas untuk 2. Bunyi nafas menurun/tak
hiperventilasi -Menunjukkkan pola nafas mengetahui adanya ada bila jalan nafas
efektif dengan frekuensi nafas penurunan ventilasi obstruksi sekunder. Ronki
30-40 kali/menit dan irama dan mengi menyertai
teratur obstruksi jalan
-Ekspansi dada simetris nafas/kegagalan pernafasan.
-Mampu menunjukkan 3. Berikan oksigenasi sesuai 3. Memaksimalkan bernafas
perilaku peningkatan fungsi kebutuhan dan menurunkan kerja nafas.
paru
Kerusakan Setelah diberikan asuhan 1. Kaji bunyi paru, frekuensi 1. Penurunan bunyi nafas
pertukaran gas keperawatan selama x 24 nafas, kedalaman nafas dan dapat menunjukkan
berhubungan dengan jam diharapkan produksi sputum atelektasis. Ronki, mengi
ketidakseimbangan mempertahankan pertukaran menunjukkan akumulasi
perfusi ventilasi gas yang normal dengan secret/ketidakmampuan
kriteria hasil: untuk membersihkan jalan
-Menunjukkan perbaikan nafas yang dapat
ventilasi dan oksigenasi menimbulkan peningkatan
jaringan kerja pernafasan.
-Tidak ada gejala distres
2. Pantau saturasi O2 dengan 2. Penurunan kandungan
pernafasan
oksimetri oksigen (PaO2) dan/atau
-PaCO2 dalam batas normal.
saturasi atau peningkatan
-PaO2 dalam batas normal.
PaCO2 menunjukkan
kebutuhan untuk
intervensi/perubahan
program terapi.
3. Berikan oksigen tambahan 3. Alat dalam memperbaiki
yang sesuai. hipoksemia yang dapat
terjadi sekunder terhadap
penurunan
ventilasi/menurunnya
permukaan alveolar paru.
Risiko cidera Setelah diberikan asuhan 1. Cuci tangan setiap sebelum 1. Mengurangi kontaminasi
berhubungan dengan keperawatan selama x 24 dan sesudah merawat bayi silang.
anomali kongenital jam diharapkan diharapkan 2. Pakai sarung tangan steril 2. Mencegah penyebaran
tidak terdeteksi atau risiko cidera dapat dicegah infeksi/kontaminasi silang.
tidak teratasi dengan kriteria hasil : 3. Lakukan pengkajian fisik 3. Untuk mengetahui apakah
pemajanan pada -Bebas dari cidera/ komplikasi secara rutin terhadap bayi ada kelainan pada bayi.
agen-agen infeksius -Mendeskripsikan aktivitas baru lahir, perhatikan
yang tepat dari level pembuluh darah tali pusat
4. Membantu keluarga untuk
perkembangan anak dan adanya anomali
mendapatkan pendidikan
-Mendeskripsikan teknik 4. Ajarkan keluarga tentang
dan pengetahuan yang benar
pertolongan pertama tanda dan gejala infeksi dan
tentang tanda dan gejala
melaporkannya pada
infeksi begitu juga dengan
pemberi pelayanan kesehatan
penanganan yang benar.
5. Membantu memberi
kekebalan anak terhadap
5. Berikan agen imunisasi
agen infeksi.
sesuai indikasi
(imunoglobulin hepatitis B
dari vaksin hepatitis B bila
serum ibu mengandung
antigen permukaan hepatitis
B (Hbs Ag), antigen inti
hepatitis B (Hbs Ag) atau
antigen E (Hbe Ag).
5. Risiko Setelah diberikan asuhan 1. Hindarkan pasien dari 1. Menghindari terjadinya
ketidakseimbangan keperawatan selama x 24 kedinginan dan tempatkan hipotermia.
suhu tubuh jam diharapkan suhu tubuh pada lingkungan yang
berhubungan dengan normal dengan kriteria hasil: hangat.
kurangnya suplai O2 -Temperatur badan dalam batas 2. Monitor temperatur dan 2. Mengetahui terjadinya
dalam darah normal (36.5-37oC) warna kulit. hipotermi.
-Tidak terjadi distress 3. Monitor TTV. 3. Perubahan tanda-tanda vital
pernafasan yang signifikan akan
-Tidak gelisah mempengaruhi proses
-Perubahan warna kulit regulasi ataupun
metabolisme dalam tubuh.
4. Jaga temperatur suhu tubuh 4. Menghindari terjadinya
bayi agar tetap hangat. hipotermia
5. Tempatkan BBL pada 5. Mambantu BBL tetap
inkubator bila perlu. berada pada keadaan yang
sesuai dengan keadaannya.

6. Proses keluarga Setelah diberikan asuhan 1. Buat hubungan dan akui 1. Mambantu orang terdekat
terhenti berhubungan keperawatan selama x 24 kesulitan situasi pada untuk menerima apa yang
dengan pergantian jam diharapkan koping keluarga. terjadi dan berkeinginan
dalam status keluarga adekuat dengan untuk membagi masalah
kesehatan anggota kriteria hasil: dengan staf.
2. Tentukan pengetahuan akan
keluarga -Percaya dapat mengatasi 2. Sediakan informasi untuk
situasi sekarang.
masalah. memulai perencanaan
-Kestabilan prioritas. perawatan dan membuat
-Mempunyai rencana darurat. keputusan. Kurangnya
-Mengatur ulang cara informasi dapat
-perawatan. mengganggu respons
-Status kekebalan anggota pemberi/penerima asuhan
3. Ikutsertakan orang terdekat
keluarga. terhadap situasi penyakit.
dalam pemberian informasi, 3. Informasi dapat mengurangi
-Anak mendapatkan perawatan
pemecahan masalah dan
tindakan pencegahan. perasaan tanpa harapan dan
perawatan pasien sesuai
-Akses perawatan kesehatan. tidak berguna. Keikutsertaan
kemungkinan. dalam perawatan akan
meningkatkan perasaan
kontrol dan harga diri.

Anda mungkin juga menyukai