A. Pengertian
Asfiksia merupakan suatu keadaan dimana bayi tidak dapat bernapas secara
spontan dan teratur segera setelah lahir, keadaan tersebut dapat disertai dengan
adanya hipoksia, hiperkapnea dan sampai ke asidosis (Hidayat, 2008).
Asfiksia Neonatorum adalah suatu keadaan dimanan kegagalan nafas secara
spontan dan teratur segera setelah lahir. Perubahan-perubahan yang terjadi pada
asfiksia antara lain hipoksia, dan asidosis metabolik (Muslihatun, 2011)
Asfiksia berarti hipoksia yang progesif, penimbunan CO2 dan asidosis, bila
proses ini berlangsung terlalu jauh dapat mengakibatkan kerusakan otak atau
kematian. Asfiksia juga dapat mempengaruhi fungsi organ vital lainnya
(Prawirohardjo, 2010)
Jadi, Asfiksia neonatorum adalah keadan bayi baru lahir yang tidak dapat
bernapas secara spontan dengan ditandai adanya hipoksemia (penurunan PaO2),
hiperkarbia (peningkatan PaCO2), dan asidosis (penurunan PH).
B. Etiologi
Keadaan asfiksia terejadi karena kurangnya kemampuan fungsi organ bayi
seperti pengembangan paru paru. Proses terjadinya asfiksia neonatorum ini
dapat terjadi pada masa kehamilan, persalinan atau segera setelah bayi lahir.
Penyebab asfiksia menurut Mochtar (2008) adalah :
1. Asfiksia dalam kehamilan
a. Penyakit infeksi akut
b. Penyakit infeksi kronik
c. Keracunan oleh obat-obat bius
d. Uraemia dan toksemia gravidarum
e. Anemia berat
f. Cacat bawaan
g. Trauma
2. Asfiksia dalam persalinan
a. Kekurangan O2.
1) Partus lama (CPD, rigid serviks dan atonia/ insersi uteri)
2) Ruptur uteri yang memberat, kontraksi uterus yang terus-menerus
mengganggu sirkulasi darah ke uri.
3) Tekanan terlalu kuat dari kepala anak pada plasenta.
4) Prolaps fenikuli tali pusat akan tertekan antara kepaladan panggul.
5) Pemberian obat bius terlalu banyak dan tidak tepat pada waktunya.
6) Perdarahan banyak : plasenta previa dan solutio plasenta.
7) Kalau plasenta sudah tua : postmaturitas (serotinus), disfungsi uteri.
b. Paralisis pusat pernafasan
1) Trauma dari luar seperti oleh tindakan forceps
2) Trauma dari dalam : akibat obat bius.
ASFIKSIA
Nafas cepat
Bersihan jln
Pola nafas
nafas tidak
inefektif
Apneu suplai O2 suplai O2 efektif
Ke paru dlm darah
Klinis 0 1 2
E. Pemeriksaan Diagnostik
1. Foto polos dada
2. USG kepala
3. Darah
Nilai darah lengkap pada bayi asfiksia terdiri dari :
a. Hb (normal 15-19 gr%), biasanya pada bayi dengan asfiksia Hb cenderung
turun karena O2 dalam darah sedikit.
b. Leukositnya lebih dari 10,3 x 10 gr/ct (normal 4,3-10,3 x 10 gr/ct) karena
bayi preterm imunitas masih rendah sehingga resiko tinggi.
c. Trombosit (normal 350 x 10 gr/ct).
d. Distrosfiks pada bayi preterm dengan pos asfiksi cenderung turun karena
sering terjadi hipoglikemi.
4. Analisa gas darah
Nilai analisa gas darah pada bayi post asfiksi terdiri dari :
a. pH (normal 7,36-7,44). Kadar pH cenderung turun terjadi asidosis
metabolik.
b. pCO2 (normal 35 45 mmHg). Kadar pCO2 pada bayi post asfiksia
cenderung naik sering terjadi hiperapnea.
c. pO2 (normal 75-100 mmHg). Kadar pO2 bayi post asfiksia cenderung
turun karena terjadi hipoksia progresif.
d. HCO3 (normal 24-28 mEq/L)
5. Pemeriksaan urin
Nilai serum elektrolit pada bayi post asfiksia terdiri dari :
a. Natrium (normal 134-150 mEq/L)
b. Kalium (normal 3,6-5,8 mEq/L)
c. Kalsium (normal 8,1-10,4 mEq/L)
F. Penatalaksanaan Medis
Tindakan untuk mengatasi asfiksia neonatorum disebut resusitasi bayi baru
lahir yang bertujuan untuk mempertahankan kelangsungan hidup bayi dan
membatasi gejala sisa yang mungkin muncul. Tindakan resusitasi bayi baru lahir
mengikuti tahapan-tahapan yang dikenal dengan ABC resusitasi :
1. Memastikan saluran nafas terbuka :
a. Meletakan bayi dalam posisi yang benar
b. Menghisap mulut kemudian hidung kalau perlu trachea
2. Memulai pernapasan :
a. Lakukan rangsangan taktil Beri rangsangan taktil dengan menyentil atau
menepuk telapak kakiLakukan penggosokan punggung bayi secara
cepat,mengusap atau mengelus tubuh,tungkai dan kepala bayi.
Pemeriksaan fisik.
a. Kulit
Warna kulit tubuh merah, sedangkan ekstrimitas berwarna biru, pada bayi
preterm terdapat lanogo dan verniks.
b. Kepala
Kemungkinan ditemukan caput succedaneum atau cephal haematom,
ubun-ubun besar cekung atau cembung kemungkinan adanya peningkatan
tekanan intrakranial.
c. Mata
Warna conjungtiva anemis atau tidak anemis, tidak ada bleeding
conjungtiva, warna sklera tidak kuning, pupil menunjukkan refleksi
terhadap cahaya.
d. Hidung
Hidung terdapat pernafasan cuping hidung dan terdapat penumpukan
lendir.
e. Mulut
Bibir berwarna pucat ataupun merah, ada lendir atau tidak.
f. Telinga
Perhatikan kebersihannya dan adanya kelainan
g. Leher
Perhatikan kebersihannya karena leher nenoatus pendek
h. Thorax
Bentuk simetris, terdapat tarikan intercostal, perhatikan suara wheezing
dan ronchi, frekwensi bunyi jantung lebih dari 100 kali per menit.
i. Abdomen
Bentuk silindris, hepar bayi terletak 1 2 cm dibawah arcus
costaae pada garis papila mamae, lien tidak teraba, perut buncit berarti
adanya asites atau tumor, perut cekung adanya hernia diafragma, bising
usus timbul 1 sampai 2 jam setelah masa kelahiran bayi, sering terdapat
retensi karena GI Tract belum sempurna.
j. Umbilikus
Tali pusat layu, perhatikan ada pendarahan atau tidak, adanya tanda
tanda infeksi pada tali pusat.
k. Genitalia
Pada neonatus aterm testis harus turun, lihat adakah kelainan letak muara
uretra pada neonatus laki laki, neonatus perempuan lihat labia mayor dan
labia minor, adanya sekresi mucus keputihan, kadang perdarahan.
l. Anus
Perhatikan adanya darah dalam tinja, frekuensi buang air besar serta warna
dari feses.
m. Ekstremitas
Warna biru, gerakan lemah, akral dingin, perhatikan adanya patah tulang
atau adanya kelumpuhan syaraf atau keadaan jari-jari tangan serta
jumlahnya.
n. Refleks
Pada neonatus preterm post asfiksia berat reflek moro dan sucking lemah.
Reflek moro dapat memberi keterangan mengenai keadaan susunan syaraf
pusat atau adanya patah tulang (Iskandar Wahidiyat, 1991 : 155 dan
Potter Patricia A, 1996 : 109-356)
2. Diagnosa Keperawatan
Data Problem Etiologi Diagnosa
1. Obyektif (O) : Bersihan jalan Produksi mucus Bersihan jalan nafas tidak efektif
a. Terdengar suara nafas nafas inefektif. yang banyak. berhubungan dengan produksi mukus
tambahan banyak
b. Terdengar ronkhi
basah ketika
auskultasi
c. RR > 24 kali per
menit
2. Obyektif (O) : Pola nafas Hipoventilasi Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan
a. Ekspansi dada tidak inefektif. /hiperventilasi hipoventilasi/ hiperventilasi
sama kanan kiri
b. RR cepat > 24 kali per
menit
c. Terdengar suara nafas
tambahan
3. Obyektif (O) : Kerusakan Ketidakseimbangan Kerusakan pertukaran gas berhubungan
a. RR cepat > 24 kali per pertukaran gas. perfusi ventilasi dengan ketidakseimbangan perfusi ventilasi
menit
4. Obyektif (O) : Risiko cedera. Anomali Risiko cedera berhubungan dengan anomali
a. Anak tampak rewel kongenital tidak kongenital tidak terdeteksi atau tidak teratasi
b. Tampak cedera pada terdeteksi atau pemajanan pada agen-agen infeksius
anggota tubuh anak tidak teratasi
pemajanan pada
agen-agen
infeksius.
5. Obyektif (O) : Risiko Kurangnya suplai Risiko ketidakseimbangan suhu tubuh
a. Suhu anak < 365 0 C ketidakseimbangan O2 dalam darah. berhubungan dengan kurangnya suplai O2
b. Anak tampak rewel suhu tubuh. dalam darah.
6. Obyektif (O) : Proses keluarga Pergantian dalam Proses keluarga terhenti berhubungan
terhenti. status kesehatan dengan pergantian dalam status kesehatan
3. Intervensi Keperawatan
6. Proses keluarga Setelah diberikan asuhan 1. Buat hubungan dan akui 1. Mambantu orang terdekat
terhenti berhubungan keperawatan selama x 24 kesulitan situasi pada untuk menerima apa yang
dengan pergantian jam diharapkan koping keluarga. terjadi dan berkeinginan
dalam status keluarga adekuat dengan untuk membagi masalah
kesehatan anggota kriteria hasil: dengan staf.
2. Tentukan pengetahuan akan
keluarga -Percaya dapat mengatasi 2. Sediakan informasi untuk
situasi sekarang.
masalah. memulai perencanaan
-Kestabilan prioritas. perawatan dan membuat
-Mempunyai rencana darurat. keputusan. Kurangnya
-Mengatur ulang cara informasi dapat
-perawatan. mengganggu respons
-Status kekebalan anggota pemberi/penerima asuhan
3. Ikutsertakan orang terdekat
keluarga. terhadap situasi penyakit.
dalam pemberian informasi, 3. Informasi dapat mengurangi
-Anak mendapatkan perawatan
pemecahan masalah dan
tindakan pencegahan. perasaan tanpa harapan dan
perawatan pasien sesuai
-Akses perawatan kesehatan. tidak berguna. Keikutsertaan
kemungkinan. dalam perawatan akan
meningkatkan perasaan
kontrol dan harga diri.