Anda di halaman 1dari 4

GOOD CORPORATE GOVERNANCE (GCG)

1. Pengertian GCG ( Good Corporate Governance)


Kata governance berasal dari bahasa Perancis gubernance yang berarti pengendalian.
Selanjutnya kata tersebut dipergunakan dalam konteks kegiatan perusahaan atau jenis organisasi yang
lain, menjadi corporate governance. Dalam bahasa Indonesia corporate governance diterjemahkan
sebagai tata kelola atau tata pemerintahan perusahaan (Sutojo dan Aldridge, 2008).
Istilah Good Corporate Governance pertama kali diperkenalkan oleh Cadbury Committee di
tahun 1992 yang menggunakan istilah tersebut dalam laporan mereka yang kemudian dikenal sebagai
Cadbury Report. Laporan ini dipandang sebagai titik balik (turning point) yang sangat menentukan bagi
praktik Good Corporate Governance di seluruh dunia.
Komite Cadbury, Tjager dan Deny (2005) mendefinisikan Good Corporate Governance, sebagai
sistem yang mengarahkan dan mengendalikan perusahaan dengan tujuan, agar mencapai keseimbangan
antara kekuatan kewenangan yang diperlukan oleh perusahaan, untuk menjamin kelangsungan
eksistensinya dan pertanggungjawaban kepada stakeholders. Hal ini berkaitan dengan peraturan
kewenangan pemilik, direktur, manajer, pemegang saham dan sebagainya.
Menurut FCGI (2001) pengertian Good Corporate Governance adalah seperangkat peraturan
yang mengatur hubungan antara pemegang saham, pengurus (pengelola) perusahaan, pihak kreditur,
pemerintah, karyawan serta para pemegang kepentingan intern dan esktern lainnya yang berkaitan
dengan hak-hak dan kewajiban mereka atau dengan kata lain suatu sistem yang mengatur dan
mengendalikan perusahaan. .
Menurut Komite Nasional Kebijakan Governance (KNKG), Good Corporate Governance (GCG)
adalah salah satu pilar dari sistem ekonomi pasar. Corporate governance berkaitan erat dengan
kepercayaan baik terhadap perusahaan yang melaksanakannya maupun terhadap iklim usaha di suatu
negara. Penerapan Good Corporate Governance (GCG) mendorong terciptanya persaingan yang sehat
dan iklim usaha yang kondusif (KNKG dalam Diah Kusuma Wardani, 2008: 7). Oleh karena itu,
diterapkannya Good Corporate Governance (GCG) bagi perusahaan-perusahaan di Indonesia sangat
penting untuk menunjang pertumbuhan dan stabilitas ekonomi yang berkesinambungan.
Berdasarkan Keputusan Menteri Badan Usaha Milik Negara Nomor KEP-117/M-MBU/2002, Good
Corporate Governance adalah suatu proses dari struktur yang digunakan oleh organ BUMN untuk
meningkatkan keberhasilan usaha dan akuntabilitas perusahaan guna mewujudkan nilai pemegang
saham dalam jangka panjang dengan tetap memperhatikan kepentingan stakeholder lainnya,
berlandaskan peraturan perundangan dan etika. Pengertian lainnya dikemukakan oleh Coopers et al.,
(2006) yang menyatakan bahwa Good Corporate Governance terkait dengan pengambilan keputusan
yang efektif. Dibangun melalui kultur organisasi, nilai-nilai, sistem, berbagai proses, kebijakan-kebijakan
dan struktur organisasi, yang bertujuan untuk mencapai bisnis yang menguntungkan, efisien, dan efektif
dalam mengelola resiko dan bertanggung jawab dengan meperhatikan kepentingan stakeholder.
Corporate governance pada dasarnya merupakan hubungan partisipan dalam menentukan arah dan
kinerja . Menurut The Indonesian Institute of Corporate Governance (IICG), Good Corporate Governance
(GCG) didefinisikan sebagai struktur, sistem, dan proses yang digunakan oleh organ-organ perusahaan
sebagai upaya untuk memberi nilai tambah perusahaan secara berkesinambungan dalam jangka panjang
dengan tetap memperhatikan kepentingan stakeholders lainnya berdasarkan peraturan perundangan
dan norma yang berlaku (IICG, 2009: 3). Corporate governance juga mensyaratkan adanya struktur
perangkat untuk mencapai tujuan dan pengawasan atas kinerja.

2. Prinsip-prinsip Good Corporate Governance


Prinsip-prinsip utama dari Good Corporate Governance (GCG) yaitu :
a. Akuntabilitas (accountability)
Prinsip ini memuat kewenangan-kewenangan yang harus dimiliki oleh dewan komisaris dan direksi
beserta kewajiban-kewajibannya kepada pemegang saham dan stakeholders lainnya. Dewan direksi
bertanggung jawab atas keberhasilan pengelolaan perusahaan dalam rangka mencapai tujuan yang
telah ditetapkan oleh pemegang saham. Komisaris bertanggung jawab atas keberhasilan pengawasan
dan wajib memberikan nasehat kepada direksi atas pengelolaan perusahaan sehingga tujuan
perusahaan dapat tercapai. Pemegang saham bertanggung jawab atas keberhasilan pembinaan dalam
rangka pengelolaan perusahaan.
b. Pertanggungan-jawab ( responsibility)
Prinsip ini menuntut perusahaan maupun pimpinan dan manajer perusahaan melakukan kegiatannya
secara bertanggung jawab. Sebagai pengelola perusahaan hendaknya dihindari segala biaya transaksi
yang berpotensi merugikan pihak ketiga maupun pihak lain di luar ketentuan yang telah disepakati,
seperti tersirat pada undang-undang, regulasi, kontrak maupun pedoman operasional bisnis
perusahaan.
c. Keterbukaan (transparancy)
Dalam prinsip ini, informasi harus diungkapkan secara tepat waktu dan akurat. Informasi yang
diungkapkan antara lain keadaan keuangan, kinerja keuangan, kepemilikan dan pengelolaan
perusahaan. Audit yang dilakukan atas informasi dilakukan secara independen. Keterbukaan dilakukan
agar pemegang saham dan orang lain mengetahui keadaan perusahaan sehingga nilai pemegang saham
dapat ditingkatkan.
d. Kewajaran (fairness)
Seluruh pemangku kepentingan harus memiliki kesempatan untuk mendapatkan perlakuan yang adil
dari perusahaan. Pemberlakuan prinsip ini di perusahaan akan melarang praktek-praktek tercela yang
dilakukan oleh orang dalam yang merugikan pihak lain. Setiap anggota direksi harus melakukan
keterbukaan jika menemukan transaksi-transaksi yang mengandung benturan kepentingan.
e. Kemandirian ( independency)
Prinsip ini menuntut para pengelola perusahaan agar dapat bertindak secara mandiri sesuai peran dan
fungsi yang dimilikinya tanpa ada tekanan-tekanan dari pihak manapun yang tidak sesuai dengan sistem
operasional perusahaan yang berlaku. Tersirat dengan prinsip ini bahwa pengelola perusahaan harus
tetap memberikan pengakuan terhadap hak-hak stakeholders yang ditentukan dalam undang-undang
maupun peraturan perusahaan.

3. Tujuan Good Corporate Governance (GCG)


a) Mendorong tercapainya kesinambungan perusahaan melalui pengelolaan yang didasarkan pada
asas transparansi, akuntabilitas, responsibilitas, independensi serta kesetaraan dan kewajaran.
b) Mendorong pemberdayaan fungsi dan kemandirian masing-masing organ perusahaan, yaitu
Dewan Komisaris, Direksi, dan Rapat Umum Pemegang Saham.
c) Mendorong pemegang saham, anggota Dewan Komisaris, dan anggota Direksi agar dalam
membuat dan menjalankan tindakannya dilandasi oleh nilai moral yang tinggi dan kepatuhan
terhadap peraturan perundang-undangan.
d) Mendorong timbulnya kesadaran dan tanggung jawab sosial perusahaan terhadap masyarakat
dan kelestarian lingkungan terutama di sekitar perusahaan.
e) Mengoptimalkan nilai perusahaan bagi pemegang saham dengan tetap memperhatikan
pemangku kepentingan lainnya.
f) Meningkatkan daya saing perusahaan secara nasional maupun internasional, sehingga mampu
menigkatkan kepercayaan pasar yang dapat mendorong arus investasi dan pertumbuhan
ekonomi nasional yang berkesinambungan.

4. Keuntungan Good Corporate Governance (GCG)


Keuntungan yang diperoleh dari penerapan Good Corporate Governance yaitu:
1. Dengan good corporate governance proses pengambilan keputusan akan berlangsung secara lebih
baik sehingga akan menghasilkan keputusan yang optimal, dapat meningkatkan efisiensi serta
terciptanya budaya kerja yang lebih sehat. Ketiga hal ini jelas akan sangat berpengaruh positif
terhadap kinerja perusahaan, sehingga kinerja perusahaan akan mengalami peningkatan.
2. Good Corporate Governance akan memungkinkan dihindarinya atau sekurang-kurangnya dapat
diminimalkannya tindakan penyalahgunaan wewenang oleh pihak direksi dalam pengelolaan
perusahaan. Hal ini tentu akan menekan kemungkinan kerugian bagi perusahaan maupun pihak
berkepentingan lainnya sebagai akibat tindakan tersebut.
3. Nilai perusahaan dimata investor akan meningkat sebagai akibat dari meningkatnya kepercayaan
mereka kepada pengelolaan perusahaan tempat mereka berinvestasi. Peningkatan kepercayaan
investor kepada perusahaan akan dapat memudahkan perusahaan mengaksestambahan dana yang
diperlukan untuk berbagai keperluan perusahaan terutama untuk tujuan ekspansi.
4. Dalam praktik GCG karyawan ditempatkan sebagai salah satu stakeholders yang seharusnya dikelola
dengan baik oleh perusahaan, maka motivasi dan kepuasan kerja karyawan juga diperkirakan akan
meningkat. Peningkatan ini dalam tahap selanjutnya tentu akan dapat pula meningkatkan rasa
memiliki (sense of belonging) terhadap perusahaan.
5. Dengan baiknya pelaksanaan corporate governance, maka tingkat kepercayaan stakeholders
kepada perusahaan akan meningkat.
6. Penerapan corporate governance yang konsisten juga akan meningkatkan kualitas laporan
keuangan perusahaan. Manajemen akan cenderung untuk tidak melakukan rekayasa terhadap
laporan keuangan, karena adanya kewajiban untuk mematuhi berbagai aturan dan prinsip
akuntansi yang berlaku dan penyajian informasi secara transparan.

5. Pilar Pendukung Good Corporate Governance (GCG)


Penerapan GCG perlu didukung oleh tiga pilar yang saling berhubungan, yaitu negara dan perangkatnya
sebagai regulator, dunia usaha sebagai pelaku pasar, dan masyarakat sebagai pengguna produk dan jasa
dunia usaha. Prinsip dasar yang harus dilaksanakan oleh masing-masing pilar adalah :
a. Negara dan perangkatnya
Menciptakan peraturan perundang-undangan yang menunjang iklim usaha yang sehat, efisien dan
transparan, melaksanakan peraturan perundang-undangan dan penegakan hukum secara konsisten
(consistent law enforcement).
b. Dunia Usaha
Sebagai pelaku pasar menerapkan GCG sebagai pedoman dasar pelaksanaan usaha.
c. Masyarakat
Sebagai pengguna produk dan jasa dunia usaha serta pihak yang terkena dampak dari keberadaan
perusahaan, menunjukkan kepedulian dan melakukan kontrol sosial (sosial control) secara obyektif dan
bertanggung jawab.

6. Penerapan Pedoman Good Corporate Governance (GCG)


1. Perusahaan harus membuat pernyataan tentang pelaksanaan corporate governance
berdasarkan Pedoman GCG yang dikeluarkan oleh Komite Nasional Kebijakan Governance
(KNKG). Pengungkapan tersebut merupakan bagian yang tidak terpisah dari laporan tahunan
perusahaan.
2. Pernyataan tentang pelaksanaan corporate governance disertai dengan uraian tentang aspek-
aspek penting yang telah dilaksanakan. Uraian tersebut dapat sekaligus digunakan untuk
memenuhi ketentuan pelaporan dari otoritas terkait.
3. Dalam hal belum seluruh aspek Pedoman GCG yang dikeluarkan oleh KNKG dapat dilaksanakan,
perusahaan harus mengungkapkan aspek-aspek yang belum dilaksanakan tersebut beserta
alasannya. Penjelasan tentang aspek yang belum dilaksanakan dimasukkan dalam uraian
tentang informasi penting.

Anda mungkin juga menyukai