Anda di halaman 1dari 15

EKSPLORASI FENOMENA KORBAN BULLYING

PADA KESEHATAN JIWA REMAJA DI PESANTREN


1 2 3
Athi Linda Yani , Indah Winarni , Retno Lestari
1
FIK UNIPDU Jombang
2,3
Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya

ABSTRAK
Bullying yang terjadi di Indonesia banyak ditemukan di lingkungan sekolah baik formal maupun non formal.
Menurut penelitian terdahulu kasus bullying yang sering terjadi sekitar 61 73 % dalam bentuk kekerasan,
pemerasan, mengancam dan mengambil barangbarang, selebihnya merupakan kasus bullying dalam
bentuk yang lain seperti cyber bullying. Penelitian ini bertujuan untuk menggali pengalaman santri yang
menjadi korban bullying di pesantren. Tujuan khusus dari penelitian ini untuk mengeksplorasi pengalaman
santri yang menjadi korban bullying di pesantren, mengeksplorasi kondisi yang dialami santri saat
mendapat perilaku bullying di pesantren, mengeksplorasi perasaan santri saat mengalami bullying di
pesantren, mengeksplorasi tindakan yang dilakukan santri saat mengalami bullying di pesantren. Metode
yang digunakan dengan menggunakan desain kualitatif pendekatan fenomenologi interpretif. Lokasi
penelitian di salah satu pesantren yang ada di Jombang. Teknik pengambilan data melalui wawancara
mendalam dengan waktu 20-30 menit menggunakan alat perekam. Partisipan dalam penelitian ini adalah
santri yang mengalami perilaku bullying di salah satu pesantren di Jombang. Pemilihan partisipan sebagai
narasumber dengan teknik purposive sampling. Jumlah partisipan dalam penelitian sebanyak 5 orang yang
pernah mengalami bullying di pesantren. Hasil dan analisis didapatkan delapan tema yaitu pertentangan,
mengganggu, mendapat perilaku yang menyakitkan dari senoir, merasa tertekan, kehilangan motivasi,
berusaha mengamankan diri, mencari pertolongan dan tidak menyelesaikan masalah. Penjelasan dari tema-
tema diatas merupakan proses perjalanan panjang dari pengalaman korban yang mengalami bullying di
pesantren sehingga menghasilkan sebuah tema besar terjebak dalam sebagian tradisi pesantren yang
melemahkan semangat.
Kata Kunci : Bullying, Kesehatan jiwa, Pesantren, Remaja

Abstract
Bullying happens in Indonesia majority found in the school environment, both formal and non-formal. In
non-formal school also there were many cases of bullying. According to previous researchers around 61-73%
of bullying happens in form of violence, extortion, threatening, stole and case of bullying in other forms such
as cyber bullying. The aim of the research generally to explore meaning of students experience who are
victims of bullying at islamic boarding school, then specific aim explore understanding of students against
bullying, exploring the conditions that experiencedby students for being bullied, explores feelings of
students who experience bullying at islamic boarding schools and explore actions of student for bullying
behaviors at islamic boarding schools. The method used qualitative design with an interpretive
phenomenological approach to find phenomenon of teenage experience. Location in one of islamic boarding
schools in Jombang. A number of participants were 5 students who have experienced bullying islamic
boarding schools. Data collection techniques through in-depth interviews during 20-30 minutes and used
voice recorder. Results and analysis obtained eight themes, namely opposition that never ended, intrusive,
got behavioral painful of senior at junior, felt depressed, demotivated, trying to secure themselves, seeking
help and not solve the problem. Explanation of themes long journey from an experience of victims who
suffered bullying in islamic boarding schools so direct to a major theme stuck in most islamic boarding
schools tradition that stultifying.
Keyword : Bullying, Mental Health, Islamic Boarding school

Jurnal Ilmu Keperawatan, Vol:4 , No.2 ; Korespondensi : Athi Linda Yani.Prodi S1 Keperawatan FIK
UNIPDU Jombang. Alamat : FIK UNIPDU Tromol Pos 10 Peterongan Jombang. Email :
athilindayani@fik.unipdu.ac.id, lindayani1987@gmail.com, no. Hp: 085649336469

www.jik.ub.ac.id
99
PENDAHULUAN melawan. Dampak dari perilaku bullying dapat

Bullying merupakan tindakan kekerasan yang menyebabkan korban merasa malu, tertekan,

dilakukan secara berulang dan melibatkan perasaan takut, sedih dan cemas. Jika kondisi

adanya kekuatan fisik antara korban dan ini berkepanjangan bisa mengarah ke depresi

pelaku. Di Indonesia, Komisi Perlindungan (Okoth, 2014).

Anak Indonesia (KPAI) merilis data bahwa


Selain dampak dari masalah psikologis juga
kasus bullying ditemukan sekitar 87,6 %
dapat berpengaruh terhadap masalah
dimana korban laki-laki lebih banyak dari
kesehatan fisik seperti memar pada daerah
perempuan dan perilaku bullying lebih rentan
yang dipukul, lecet, bengkak, sulit tidur, nafsu
terjadi pada usia remaja awal (Desiree, 2013 ;
makan menurun. Gejala lain yang
Aisiyai, 2015).
dimunculkan diantaranya merasa terancam,

Bullying yang terjadi di Indonesia banyak sulit berkonsentrasi, penurunan prestasi

ditemukan di lingkungan sekolah baik formal akademik dan merasa sendiri (Laeheem,

maupun non formal. Menurut penelitian 2013).

terdahulu kasus bullying yang sering terjadi


Kasus bullying yang baru-baru ini terjadi oleh
sekitar 61 73 % dalam bentuk kekerasan,
seorang santri disalah satu pondok pesantren
pemerasan, mengancam dan mengambil
hingga berujung meninggalnya seorang santri.
barangbarang, selebihnya merupakan kasus
Para pelaku membawa korban yang masih
bullying dalam bentuk yang lain seperti cyber
duduk di bangku SMP ke dalam sebuah kamar
bullying
dan mematikan lampunya. Didalam kamar

Berdasarkan studi fenomenologi menurut tersebut korban dihajar beramai-ramai hingga

Ndetei et al. (2007), perilaku bullying juga pukul 23.00 WIB. Setelah itu dilarikan ke

terjadi di sekolah menengah dengan rumah sakit. Dan keesokan harinya korban

melakukan wawancara dari beberapa siswa meninggal dunia (Sindonew.com, 2016).

menyatakan bahwa bentuk bullying yang


Berdasarkan studi pendahuluan yang
banyak terjadi dengan memukul, mengejek,
dilakukan oleh peneliti pada tanggal 6
memanggil nama panggilan, mengancam,
Februari 2016 disalah satu lingkungan
mengambil barang milik korban. Perilaku
pesantren Jombang diperoleh data bahwa
tersebut dilakukan secara berulang-ulang dan
kejadian bullying terjadi pada siswanya.
berkelanjutan. Keadaan ini akan terus
Pesantren merupakan lingkungan yang
berlangsung karena korban tidak berani untuk
mempunyai rutinitas kegiatan antara senior

Jurnal Ilmu Keperawatan Volume 4, No. 2 November 2016


100
dan junior. Selain itu karakteristik lingkungan pengekang. Siswa yang tinggal di pesantren
pesantren yang memiliki jumlah santri yang umumnya bukan atas dasar kemauan dan
cukup banyak. Santri datang dari berbagai kesadaran sendiri melainkan atas keinginan
daerah yang memiliki perbedaan latar orang tua karena kesibukannya sebagian
belakang budaya. Jumlah pembina santri besar orang tua merasa tidak sanggup
dengan banyaknya santri yang tinggal di mengontrol dan mengurus anak. Sehingga
pesantren tidak seimbang. Letak bangunan pesantren dianggap lingkungan yang tepat
komplek antara santri lama dengan yang baru untuk dapat memberikan kontrol dan
tidak dipisahkan. Santri yang tinggal di perhatian pada putra putri mereka (Desiree,
pesantren tidak semua atas keinginan pribadi 2013).
melainkan karena paksaan dari orang tua.
Dampak negatif dari perilaku bullying dapat
Sehingga hal ini yang menjadi pemicu
mempengaruhi segala aspek kehidupan
terjadinya bullying. Korban bullying mengaku
(psikologis, fisik maupun sosial) yang akan
bahwa ada rasa ketakutan, terancam, merasa
terus mempengaruhi perkembangan
tidak aman, sehingga hal ini mempengaruhi
selanjutnya. Sehingga penting bagi perawat
mental siswa selama berada di lingkungan
untuk mencegah dan menanggulangi perilaku
tersebut. Dampak lanjut dari kejadian bullying
bullying . Hal ini erat kaitannya dengan peran
pada siswa tidak mau masuk sekolah dan
dan fungsi perawat dalam upaya pelayanan
memutuskan untuk tidak melanjutkan
kesehatan utama (Primary Health Care) yang
sekolah.
berfokus pada upaya promotif dan preventif
Bullying sering terjadi di lingkungan pesantren terkait pengetahuan dan cara pengendalian
dari pada lingkungan umum. Bullying di prilaku bullying serta mencegah dampak
pesantren kebanyakan disebabkan oleh terhadap masalah kesehatan (Stuart, 2016).
beberapa hal diantaranya mereka yang jauh
METODE
dari pengawasan orang tua, berasal dari
Penelitian ini ingin menggali makna
berbagai daerah yang memiliki adat dan
pengalaman santri yang menjadi korban
budaya yang berbeda. Selain itu kurangnya
bullying di lingkungan pesantren
pengawasan dari pihak pesantren serta
menggunakan desain kualitatif dengan
banyaknya aturanaturan yang ditetapkan.
pendekatan fenomenologi interpretif yang
Tujuan dibentuknya aturan di pesantren yaitu
menjadi ciri khas dari metode ini adalah
untuk meningkatkan kedisiplinan para santri
menginterprestasikan, memaknai, dan
namun hal itu justru dianggap sebagai

www.jik.ub.ac.id
101
memahami lebih detail terhadap fenomena mendapat perilaku yang menyakitkan dari
yang terjadi (Polit & Beck, 2010). senior kepada junior, (4) partisipan merasa
tertekan , (5) partisipan merasa kehilangan
Lokasi penelitian terletak di salah satu Pondok
motivasi, (6) partisipan berusaha
Pesantren yang ada di Jombang, Waktu
mengamankan diri, (7) mencari pertolongan,
pelaksanaan penelitian dilakukan pada bulan
(8) tidak menyelesaikan masalah.
5 April 2016, proses pengambilan data
dilakukan di sekolah yang lokasinya berada di Tema 1 : Bullying dipahami sebagai
dalam komplek pesantren dan pemilihan pertentangan yang tidak pernah usai
partisipan sebagai narasumber dengan teknik
Pemahaman partisipan yang menyadari
purposive sampling. Jumlah partisipan pada
bahwa penyebab bullying karena adanya
penelitian ini sebanyak 5 orang. Teknik
pertentangan yang tidak pernah usai. Tema
pengumpulan data pada penelitian ini dengan
pertentangan yang tidak pernah usai
menggunakan wawancara mendalam. setelah
mengandung arti adanya perlawanan dari
data terkumpul kemudian dianalisis dengan
pihak lain yang tidak pernah berakhir disertai
menggunakan langkah dari Van Manen
dengan melakukan ancaman atau kekerasan.
dengan pendekatan holistik, selektif dan rinci.
Kondisi ini terjadi karena adanya perselisihan
HASIL antara pelaku dan korban. Tema ini dibangun
Penelitian ini menghasilkan tujuh tema dari sub tema perasaan tersaingi, ketegangan
berdasarkan analisis tematik dengan dan dinilai perbuatan yang tidak benar.
pengumpulan data, membaca transkip
Sub tema perasaan tersaingi memiliki arti
wawancara, pemilihan kata kunci dari kalimat
keadaan yang membuat takut kalah, tidak
partisipan, mencari tema penelitian dengan
suka dengan keadaan orang lain yang dapat
melalui penentuan kategori menjadi sub-sub
melebihinya.
tema, dari pengelompokan sub-sub tema yang
mereka bilang benci dengan saya
sejenis akan membentuk sub tema yang akan
karena setiap ada tugas kelompok, saya
membentuk tema penelitian. delapan tema
disuruh ngerjakan sendiri tapi saya gak
yang dihasilkan menggambarkan fenomena
bisa, trus saya dibilang gitu aja gak
bullying yang terjadi di pesantren yaiyu ; (1)
pecus..kamu itu bodoh, trus dia bilang
bullying dipahami sebagai pertentangan yang
rugi punya kelompok kaya kamu, sana
tidak pernah usai, (2) bullying dipahami
kamu pergi jangan ikut kelompok kita..
sebagai tindakan mengganggu, (3) partisipan
(p1)

Jurnal Ilmu Keperawatan Volume 4, No. 2 November 2016


102
mereka biasanya iri sama saya, kan yang dipegang dianggap pelaku sebagai
biasanya saya suka dibelain pembina bentuk alasan untuk tidak memberikan
karena saya gak ngapa-ngapain contekan.
disalahkan terus sama
Sub tema ketiga tidak benar memiliki arti
mereka..terkadang juga saya sering
tindakan negatif yang dapat merugikan orang
diajak pembina keluar cari buku, nah
lain sehingga hal tersebut tidak baik untuk
merekanya iri sama saya..(p5)
dilakukan.
Makna pernyataan di atas partisipan memiliki ..salah bu kalau ketauan pasti mereka
kemampuan lain di bidang tarik suara kena sangsi..lagian kaya gitu kan gak baik
sehingga sering diikutkan dalam setiap bu suka bikin sengsara orang lain..(p1)
kegiatan perlombaan, keadaan ini yang juga
Pernyataan dari kedua partisipan menyadari
membuat pelaku iri dan membencinya.
bahwa perbuatan yang dilakukan seperti
Sub tema kedua adalah ketegangan adalah mengganggu, menyakiti orang lain merupakan
suatu kondisi yang tidak sesuai dan dinilai tindakan yang salah. Perbuatan untuk
tidak tepat oleh pelaku, yang termasuk di menyakiti orang lain juga disadari telah
dalamnya yaitu karena ketidakcocokan dan melanggar aturan tata tertib yang ada
perbedaan pendapat. dipesantren.
gara-gara pas selesai ulangan tengah
Tema 2 : Bullying dipahami sebagai tindakan
semester saya gak mau nyontekin
mengganggu
dia..(p1)
..ya, dikira wajah saya ngece Mengganggu merupakan tindakan yang
(menghina), padahal saya gak dilakukan pelaku untuk mengusik dan
menghina..kan waktu itu saya tertawa membuat kekacauan sehingga dapat
sama teman sebelah saya..(p2) merisaukan hati, membuat perasaan tidak
ya gak tau, kadang salah sedikit sudah nyaman dan juga dapat merugikan korban.
dipermasalahakan, misalnya saya salah Tema ini dibangun dari sub tema tindakan
sebut atau ngomong itu sudah dipikir sewenang-wenang untuk menyakiti secara
ngatain dia..(p3) fisik dan psikis.
Pernyataan partisipan diatas menyatakan
Sub tema tindakan sewenang-wenang untuk
bahwa ketika ulangan harus jujur dan tidak
menyakiti secara fisik dan psikis memiliki
mau melakukan perbuatan curang, prinsip
makna bahwa pelaku memiliki kekuasaan

www.jik.ub.ac.id
103
untuk melakukan tindakan semaunya sendiri, kekerasan fisik, dijatuhkan mentalnya dan
tanpa memperhatikan perasaan orang lain, mendapat tekanan batin.
menyakiti korban baik secara fisik maupun
Sub tema pertama mengalami kekerasan fisik
psikisnya.
yang memiliki arti merasakan, menanggung
itu loh yang biasanya suka nertawain, tindakan yang dilakukan pelaku sehingga
main kekerasan, biasanya mereka itu menimbulkan kerusakan fisik. Korban
sering bilang awas kamu kalau gak merasakan atau mengalami penderitaan
nurut tak pukul, ya kaya dikroyok gitu. secara fisik
Kan padahal anaknya diem aja tapi
main kekerasan, pertamanya kan saya
dianya suka terus-terusan gangguin
diem tiba-tiba saya ditendang, trus saya
sampai buat anaknya nangis, tapi kalau
berusaha balik nendang, setelah itu
sudah nangis mereka ketawa-ketawa
saya dibawa keluar trus saya dicekik
sambil ngata-ngatain cengeng
sampai jatuh bu..(p1)
(nangisan) huuu dasar anak
mama...(p1) Pernyataan dari partisipan diatas menyatakan
bahwa korban sering mendapat perilaku
Makna dari pernyataan diatas menunjukan
kekerasan fisik dari pelaku selama berada
bahwa pelaku dengan leluasa melakukan
dipesantren. Tanpa ada masalah yang jelas
tindakan dengan sengaja membuat korban
penyebab korban dianiaya.
menderita tanpa memperdulikan perasaan
orang lain seperti melakukan kekerasan fisik, Sub tema kedua dijatuhkan mental memiliki
memberikan ancaman dengan menggunakan makna dengan sengaja pelaku melakukan
kekuasaan yang dimiliki untuk menindas tindakan untuk membuat lawan merasa tidak
korbannya. percaya diri, rendah diri, perasaan takut,
keragu-raguan, salah tingkah dan lemah.
Tema 3 : Mendapat perilaku yang
Tindakan yang dilakukan pelaku dengan
menyakitkan dari senior pada junior
menggertak, memojokan dan merendahkan.
Tema diatas memiliki makna bahwa tindakan
saya ke pasar pas waktu liburan
yang diterima korban dari pelaku dengan
sekolah dan ketemu sama mas-mas,
sengaja untuk melukai baik secara fisik
saya ngobrol bentar sama masnya
maupun psikisnya. Tema ini dibangun dari
karena saya mau tanya rombongan
beberapa sub tema diantaranya : mengalami
pulang bu..eh sesampai di pondok

Jurnal Ilmu Keperawatan Volume 4, No. 2 November 2016


104
didatengin sama mbak-mbaknya dan seseorang sudah tidak sanggup lagi menerima
dilabrak..(p5) hal-hal buruk yang diterimanya, merasakan
ketidaknyamanan dengan kondisi yang
Partisipan tersebut menyatakan bahwa
diterima korban sehingga membuat tidak
perilaku mereka dengan melabrak membuat
bahagia. Tema ini dibangun dari sub tema
korban rendah diri dan lemah, pelaku lebih
merasa terbebani.
dari satu orang mendatangi korban dan
Sub tema merasa terbebani memiliki arti
memarahi di depan umum tanpa menanyakan
suatu keadaan yang sangat berat, kondisi
kejadian yang sebenarnya.
yang sangat sulit dialami seseorang.

Sub tema ketiga tekanan batin sendiri


gak betah bu, pernah saya mau pindah
memiliki makna situasi ketika perasaan
kamar. Saya lapor koordinatornya, saya
seseorang sudah tidak sanggup lagi menerima
bilang pak..saya pingin pindah kamar
hal-hal buruk yang diterimanya dan keadaan
karena saya terus-terusan dibully sama
itu membuat jiwa seseorang terguncang.
anak kamar,,(p2)

ya sangat sedih, saat itu saya antri


Pernyataan partisipan diatas menjelaskan
ambil makan bu, trus saya didorong dari
korban mendapat perilakuan yang tidak
belakang, nasi saya sampai tumpah dan
meyenangkan. Tindakan yang dilakukan
saya ambil nasi lagi eh langsug disela
pelaku membuat korban merasa terancam
tempatnya..(p1)
sehingga korban meminta untuk pindah

Pernyataan partisipan diatas menyatakan mencari tempat yang lebih aman.

bahwa kondisi yang dialami korban merasa


Tema 5 : Kehilangan Motivasi
sangat tertekan karena sikap pelaku yang
Tema kehilangan motivasi yang memiliki
selalu membuat korban menderita. Korban
makna tidak ada dorongan atau keinginan dari
merasa sedih dan tidak berani melawan
diri baik secara sadar atau tidak sadar untuk
terkait tindakan yang dilakukan pelaku untuk
melakukan suatu tindakan yang memiliki
menekan korban. Hal itu yang membuat
tujuan.
korban tidak betah tinggal dipondok.
ya sering gak masuk sekolah karena

Tema 4 : Merasa Tertekan sakit tapi kalau malas belajar sih iya

Tema merasa tertekan memiliki arti situasi kadang-kadang, yang paling males itu
yang dialami sewaktu menghadapi keadaan mengikuti kegiatan kamar karena kalau
yang tertindas, situasi ketika perasaan ke kamar pasti diejek, dikata-katain

www.jik.ub.ac.id
105
yaudah dari pada gitu mending gak usah penderitaannya. Tema ini dibangun dari sub
ikut pengajian kamar..(p2) tema berusaha melaporkan memiliki makna
berusaha melaporkan memiliki makna bahwa
Penjelasan dari partisipan diatas menyatakan
ada upaya yang dilakukan korban untuk
bahwa korban selalu mendapat perilaku yang
memberitahukan kepada pihak lain agar
tidak menyenangkan dari teman-temannya
mendapatkan bantuan.
dikamar, korban tidak mau mengikuti
pernah sy telpon cerita mama, ya
kegiatan kamar untuk menghindar dari para
paling mama bilang..yaudah yang sabar
pelaku.
aja itu menjadi tantangan kamu

Tema 6 : Berusaha Mengamankan Diri mondok cari ilmu..pasti ada

Tema berusaha mengamankan diri dapat tantangannya jadi sabar..kalu kamu

diartikan sebagai bentuk upaya yang digituin coba tanyain atau dideketin

dilakukan korban untuk menyelamatkan diri kenapa dia seperti itu sama

dari bahaya yang mengancam. Tema ini kamu?yaudah pokonya sabar sama kuat

dibangun dari sub tema yaitu mencegah agar aja.. (p4)

tidak terjadi perilaku bullying berulang.


Partisipan berusaha mencari bantuan dengan

Sub tema yaitu mencegah agar tidak terjadi cerita kepada orang tuannya. Berharap

perilaku bullying memiliki arti bahwa cara dengan bercerita orang lain dapat mengerti

yang dilakukan korban untuk mencegah agar kondisi yang dialaminya sehingga mereka

tidak terjadi lagi tindakan bullying. dapat pembelaan.

..ya saya gak marah, saya mengalah Tema 8 : Tidak menyelesaikan masalah

aja dari pada saya gak bolehin nanti Tema tidak menyelesaikan masalah memiliki

malah dipukul..(p1) arti suatu kegiatan atau cara yang tidak dapat
memecahkan persoalan, perbuatan yang tidak
Pernyataan dari tiga partisipan diatas
dapat menangani permasalahan yang muncul.
menyatakan bahwa tindakan yang dilakukan
Tema ini dibangun dari sub tema ketidak
merupakan cara untuk membuat aman agar
berdayaan.
tidak terjadi lagi perilaku bullying .
Sub tema ketidak berdayaan memiliki arti
Tema 7 : Mencari Pertolongan
bahwa sesorang sudah tidak mampu lagi
Usaha yang dilakukan agar dapat melepaskan
untuk mengatasi masalah yang dialami, sudah
diri dari bahaya agar dapat meringankan
tidak memiliki cara. Korban tidak dapat

Jurnal Ilmu Keperawatan Volume 4, No. 2 November 2016


106
menghindar dari pelaku. Segala cara yang dengan mengatakan bodoh, pemalas.
dilakukan korban untuk menjauhi pelaku agar Keadaan tersebut disebabkan karena ada
tidak diganggu tidak dapat dihindarkan. perasaan tidak senang dari pelaku, iri ketika
melihat keberhasilan orang lain karena
pernah saya lari pas mau disuruh
menganggap siswa yang berhasil sombong
ngambilin bajunya ke bulek cuci, kan
dan egois karena tidak mau memberi
bajunya banyak banget saya gak kuat
contekan (Wan, 2009 ; Sudan, 2014).
bawanya..eh besoknya pas ketemu saya
didorong-dorong sambil ditanyain Berdasarkan penelitian sebelumnya bahwa
kenapa saya lari..kata dia mau kamu adanya perasaan tersaingi karena keinginan
tak tempeleng (tonjok)..(p3) yang tidak sesuai harapan atau sebab adanya
Korban kehabisan cara untuk menghindar dari ketidakcocokkan sehingga memicu
bullying karena usaha untuk pernyataan ketegangan. Didukung penelitian terdahulu
partisipan di atas melarikan diri hanya dapat terkait bullying yang merupakan suatu
menghindar sementara dari pelaku, jika tindakan dilakukan oleh dua pihak yang
korban bertemu lagi dengan pelaku akan mengalami pertikaian dan ketidakseimbangan
diganggu. Segala tindakan yang dilakukan dalam hal kekuasaan, fisik, dan mental
tidak membuat korban terbebas dari ancaman dilakukan secara berulang (Kim & Thornton,
pelaku malah justru semakin parah 2009).
balasannya.
Bullying dipahami sebagai tindakan
PEMBAHASAN mengganggu. Bullying merupakan perilaku
Bullying dipahamai karena adanya agresif yang didalamnya terdapat aspek
Pertentangan yang tidak pernah usai. kesengajaan untuk mendominasi, menyakiti,
Pernyataan Salleh (2014) dalam penelitiannya atau menyingkirkan, adanya
terkait perilaku bullying sering terjadi antar ketidakseimbangan kekuatan baik secara fisik,
siswa karena hal sepele seperti kontak mata usia, kemampuan kognitif, keterampilan,
sinis, bicara kasar sehingga memicu terjadinya maupun status sosial. Tindakan ini dilakukan
bullying seperti menghina, menjatuhkan yang secara berulang-ulang oleh satu atau
menyebabkan perkelahinan antar siswa dari beberapa anak terhadap anak lain sehingga
etnis yang berbeda (Salleh, 2014). Pendapat korban berada dalam keadaan tidak mampu
lain menyatakan bahwa bullying bermula dari mempertahankan diri secara efektif untuk
konflik antar individu untuk merendahkan melawan tindakan negative yang diterima

www.jik.ub.ac.id
107
(Black dan Jackson 2007 ; Omoniyi, 2013). akademik. Penyerangan yang berulang ini
akan dapat mempengaruhi rasa kepercayaan
Penelitian lain menyatakan bahwa perilaku
diri seseorang menjadi rendah (Aisiyai, 2015;
bullying yang biasa dilakukan oleh pelaku
Sudan, 2015).
dengan menyakiti korban, mempermalukan
dengan menghina korban didepan umum, Pernyataan partisipan lain bahwa korban
berbicara kasar. Pelaku merasa senang mengalami perilaku bullying mental yaitu
melihat korban menangis dan tersakiti dengan sengaja pelaku melakukan tindakan
(Tumon, 2014; Salleh, 2014). Kondisi ini untuk membuat lawan merasa tidak percaya
menyebabkan korban yang sering mengalami diri, rendah diri, perasaan takut, keragu-
penindasan, dijatuhkan mentalnya banyak raguan, salah tingkah dan lemah. Tindakan
tercatat mengalami gangguan psikologis tersebut dilakukan pelaku dengan
bahkan mengarah ke patologis (Malian, 2012 ; menggertak, memojokkan dan merendahkan.
Rachel, 2014). Korban mengalami pemerasan secara paksa
oleh pelaku, dan korban dipermalukan
Mendapat perilaku yang menyakitkan dari
dengan dipaksa untuk melepas sarungnnya
senior pada junior. Hal ini ditunjang
didepan umum agar ditertawakan banyak
penelitian lain yang mendukung terkait
orang. Selain itu juga perilaku yang meyakiti
perilaku bullying yang dilakukan secara fisik
perasaan korban sehingga membuat sedih,
umumnya terjadi pada siswa menengah.
menangis, ketakutan dan tidak berani
Korban ditendang kemudian ditinju, sering
melawan terkait tindakan yang dilakukan
kehilangan barangnya dan tidak hanya itu
pelaku untuk menekan korban. Korban
mereka mempermalukan korban dengan
merasa sangat kesal karena selalu dikatain
menaruh kertas sampah diatas kepalanya.
dan dihina, hal itu yang membuat korban
Selain itu perilaku lain yang dapat
tidak betah tinggal dipondok.
menyebabkan korban dilakukan perawatan
intensif dirumah sakit karena mengalami Penelitian serupa yang menyatakan bahwa
cidera pada tulang rusuk dan bahu akibat tindakan bullying dapat memberikan dampak
dipukuli. Kondisi tersebut dapat negatif terhadap korban karena sering
menyebabkan korban merasa takut, diganggu sehingga korban merasa cemas,
mengalami kondisi yang sangat terancam. takut, bahkan hilang kepercayaan diri, terluka,
Selain itu korban tidak berani berangkat menderita dan tidak berani berangkat ke
sekolah, mengalami penurunan prestasi sekolah. Selain itu korban akan mengalami

Jurnal Ilmu Keperawatan Volume 4, No. 2 November 2016


108
trauma yang berkepanjangan sampai dewasa Ditunjang dari penelitian lain bahwa salah
nanti (Laeheem, & Baka, 2011). Berdasarkan satu alasan orang yang menjadi korban
teori Bandura mengatakan bahwa perilaku bullying dan mengamati secara langsung akan
manusia sebagian besar merupakan perilaku mengadopsi perilaku bullying. Korban bullying
yang dipelajari. Demikian halnya dengan akan kehilangan kepercayaan diri dan harga
perilaku kekerasan. Teori ini menyatakan dirinya rendah, untuk meningkatkan harga
bahwa perilaku kekerasan merupakan dirinya mereka menjadikan orang lain sebagai
perilaku yang dipelajari dari pengalaman masa sasaran untuk balas dendam, mendominasi
lalu melalui pengamatan langsung (imitasi), dan merasa kuat (Salleh & Khalim, 2014). Hal
pengukuhan positif, dan karena stimulus ini juga dikaitkan dengan usia subjek yang
diskriminatif (Simbolon, 2012). Pernyataan berada di rentang 12 -15 tahun, pada usia ini
tersebut menguatkan bahwa korban yang remaja secara emosioanal lebih labil dan
biasa dibully akan cenderung meniru untuk memiliki banyak konflik karena
melakukan hal tersebut dan memiliki perilaku kecenderungan untuk memberontak dari
nakal (Stuart, 2016). segala aturan termasuk dari orang tuanya.
Untuk melampiaskan kekesalannya anak
Penelitian lain juga berpendapat bahwa peran cenderung menjadi pelaku bullying atau
serta keluarga sangat berpengaruh terhadap sebaliknya menyebabkan anak menjadi
perkembangan remaja dimasa depan, hal ini tertekan sehingga menjadi sasaran korban
dibuktikan bahwa pelaku yang dulunya bullying (Tumon, 2014).
pernah mengalami bullying dan kekerasan
Perilaku bullying yang kerap terjadi diasrama
dalam keluarga secara tidak langsung
dari penelitian terdahulu menyatakan bahwa
dipelajari sebagai bentuk pertahanan dirinya.
pesantren merupakan lingkungan baru
Sedangkan observasi dan imitasi adalah
dibutuhkan waktu untuk proses transisi dari
proses pembelajaran utama dalam
rumah. Pesantren merupakan tempat tinggal
pertumbuhan remaja. Hal ini membuat
baru mereka untuk beradaptasi dengan para
seseorang yang mengalami frustasi dengan
santri yang datang dari berbagai daerah yang
mudah mereka akan menyerang orang lain.
membawa adat dan budaya masing-masing,
Sebagai bentuk kekecewaan serta kemarahan
sehingga sering terjadi kesalahpahaman.
mereka melampiaskan dengan perilaku
Selain itu mereka menghabiskan waktunya
menyerang dan perilaku bullying (Chiu,
sebagaian besar berada dipesantren sehingga
2013).
intensitas untuk berkomunikasi dan bertemu

www.jik.ub.ac.id
109
dengan senior lebih banyak keadaan tersebut Merasa tertekan, penelitian lain menyatakan
yang memicu terjadinya bullying. Perilaku bahwa siswa dipahamkan ketika mengalami
bullying yang sering terjadi dengan melempar bullying untuk segera mencari dukungan,
barang ketempat orang lain , mengikat celana menceritakan pada orang dewasa atau pihak
korban kekursi, menempel selembar kertas sekolahan bahwa mereka menjadi korban
dengan kalimat yang bertulis Misalnya, bullying. Usaha yang mereka lakukan juga
"Silakan tendang saya; itu gratis. "pada orang memiliki resiko yang sangat besar ketika hal
yang ada dibelakangnya. Hal tersebut tersebut diketahui oleh pelaku bullying karena
dilakukan ketika tidak ada pengawas akan berujung pada pembalasan. Bagi mereka
diruangan (Herzt, 2013 ; Laeheem; 2013). yang berani menanggung resiko akan
melakukan hal tersebut. Namun mereka
Penelitian lain menyatakan bahwa sistem
kebanyakan takut dan tidak berani untuk
pendidikan yang ketat dapat memicu
bertindak, keadaan tersebut yang membuat
terjadinya bullying, mereka merasa terkekang
mereka hanya bisa sabar dan pasrah dengan
sehingga bentuk pelampiasannya dengan
kondisi yang dialami (Donoghoe & Almeida,
melakukan bullying pada temannya. Pelaku
2014).
melakukan hal tersebut bertujuan untuk
mendapat kepuasan dan kesenangan. Kehilangan motivasi banyak penelitian lain
Keadaan ini juga berkaitan dengan bagaimana yang mendukung bahwa bullying memiliki
orang tua memperlakukan korban selama pengaruh besar terhadap kesehatan
dirumah dengan sikap yang otoriter dan seseorang, korban akan merasakan cemas
memaksa anak untuk tinggal dipesantren. yang berkepanjangan sehingga dapat
Umumnya mereka yang masuk pesantren mengarah ke depresi. Tindakan untuk
tanpa ada kesadaran dalam dirinya sendiri memojokkan, menyalahkan dan
pasti akan menolak dan sulit beradabtasi menertawakan akan membuat harga diri
dengan aturan yang ada dipesantren seperti korban menjadi rendah. Selain itu korban
larangan membawa ponsel, tidak ada televisi, merasa tidak nyaman dan tertekan, kondisi
tidak boleh keluar tanpa ijin, harus mengikuti tersebut membuat korban tidak semangat
jadwal diniyah hal tersebut membuat mereka untuk melakukan aktifitas dan jarang masuk
sangat tertekan sehingga melampiaskan kelas. Banyak korban yang mengalami
dengan perilaku bullying (Desire, 2013 ; kegagalan dalam akademik dan memutuskan
Omoniyi, 2013 ; Aisiya , 2014; Donoghoe, untuk tidak melanjutkan sekolah. Kondisi
2014). tersebut dapat meningkatkan angka

Jurnal Ilmu Keperawatan Volume 4, No. 2 November 2016


110
pengangguran sehingga semakin banyak kasus KESIMPULAN
kenakalan pada remaja (Omoniyi, 2013 ; Penelitian diatas menghasilkan 7 tema
Nakou, 2014). diantaranya ; bullying diapahami sebagai
pertentangan yang tidak pernah usai, bullying
Berusaha mengamankan diri berdasarkan
diapahami sebagai tindakan mengganggu,
hasil penelitian menyatakan bahwa perilaku
partisipan mendapat perilaku yang
bullying dapat membuat korban merasa takut
menyakitkan dari senior kepada junior,
dan tidak berani melawan. Korban mendapat
partisipan merasa tertekan, partisipan
perlakuan kekerasan seperti ditendang,
merasa kehilangan motivasi, partisipan
dipukul sampai terluka. Hal tersebut dilakukan
berusaha mengamankan diri, sia-sia
berulang kali sampai membuat korban tidak
menghindar.
mampu melawan, tidak ada usaha yang dapat
dilakukan korban selain diam. Perilaku Bullying terjadi tanpa ada maksud yang jelas
bullying membuat seseorang menjadi berpikir atau dengan tujuan untuk menganggu korban
negatif pada diri sendiri, menganggap diri yang dilakukan secara sengaja. Tindakan
mereka bodoh dan tidak menarik, selain itu tersebut dapat menyakiti korban baik secara
merasa diri mereka lemah sehingga tidak fisik maupun psikis sehingga dapat
berani melawan dari serangan bullying (Chiu, memberikan dampak negatif pada korban.
2013 ; Sudan, 2015). Seperti adanya perasaan tertekan, takut,
cemas, sedih dan membuat korban tidak
Tidak menyelesaikan masalah penelitian yang
nyaman serta kehilangan motivasi. Kondisi
mendukung terkait hal tersebut menyatakan
yang dialami korban secara berulang dapat
bahwa korban yang menjadi target perilaku
berpengaruh terhadap kepercayaan diri,
bullying akan terus berkelanjutan. Usaha yang
harga diri dan prestasi akademik.
dilakukan untuk menjauh dari kelompok
pelaku bullying dengan menyendiri, selalu Saran yang dapat diberikan adalah korban
mengalah dan memilih untuk megambil dapat bercerita atau melaporkan atas perilaku
antrian paling akhir ketika dipesantren. bullying yang dialami kepada pihak yang
Korban dapat terlepas dari tindakan bullying berwenang untuk mengatasinya.
kalau sudah melewati tahap ditahun pertama Mengusulkan dibentuknya UKS jiwa
dan mereka dapat diterima oleh kelompok dipesantren dengan tujuan untuk
sebayanya (Rivers, 2009 ; Desire, 2013). mengembangkan kesehatan jiwa anak usia

www.jik.ub.ac.id
111
sekolah secara optimal sesuai dengan tahap Bagi tenaga kesehatan perlu meningkatkan
perkembangannya. Penelitian selanjutnya upaya promotif dan preventif dengan
perlu adanya penelitian tentang menggali kegiatan skrining agar dapat melakukan
makna pengalaman hidup pada santri yang deteksi dini terkait masalah kesehatan jiwa
menjadi pelaku bullying. pada remaja.

DAFTAR PUSTAKA Herzt, F., & Donato, I.(2013). Bullying and


Aisiyai & Ifeoma. (2015). Exploring bullying in Suicide : public health approach.
nigerian secondary school and school Journal Of Adolescent Health.
administrators strategies for its doi.101016.05.002.
management department of Pollit, D. F., Beck, C. T & Hungler, B. P. (2012).
educational administration and policy Nursing research: Generating and assesing
studies. Journal of Educational and evidence for nursing practice. (9ed).
Social Research, 5 (2). Philadelphia: Lippincot William & Wilkins.
doi:10.5901/jesr.2015.v5n2p305
Kim, S., & Yim, J,.(2015). Comparison between
Black, S.A, & jackshon, E . 2007. Using bullying Physical Health and Mental Status of Korea
incident density to evaluate the olweus High School Boarding Students. Journal of
bullying prevention progamme. School Depression and Anxiety. s
pyscologi internationl. 28 (2) . 234-245. Anxiety.doi.org/10.4172/2167-1044.S1-009
Chiu, I,s.(2013). Causes of Victims of Campus Laeheem, K.(2013). Guidelines for solving
Bullying Behaviors and Study on bullying behaviors among islamic private
Solutions. Journal of Social Sciences. 1 school students in songkhla province. Asian
(2) : 13-22. DOI:10.4236/jss.2013.12003 Social Science, 9 (11).
Desiree .(2012). Bullying di pesantren. Jurnal doi:10.5539/ass.v9n11p83
Psikologi. FSIP_UI Malian, M. (2012). Bully versus Bullied: A
Donoghue, A. & Brandwein. (2014). Coping Qualitative Study of Students with
with verbal and social bullying in middle Disabilities in Inclusive Settings. Electronic
school. International Journal Of Journal for Inclusive Education. 10 (2).
Emotional Education, 4 (2): 2073-7629 Nakou & Asimopoulus. (2014). Bullying in
greek secondary schools: prevalence and

Jurnal Ilmu Keperawatan Volume 4, No. 2 November 2016


112
profile of bullying practices. International International Communication,
Journal of Mental Health Promotion. doi Education, Language and Social
:10.1007/s11218-012-9179-1 Simbolon, M.(2012). Perilaku bullying pada
Ndetei, M., Ongecha, A., & Khasakhala, L. mahasiswa berasrama. Jurnal Psikologi. 39
(2007).Bullying In Public Secondary (2) : 233 243
Schools In Nairobi, Kenya. Journal of Salleh,M., N. & Zainal, K.(2014). Bullying
Child and Adolescent Mental Health. among secondary school students in
19(1): 4555. malaysia: a case study. International
Omniyi, I. (2013). Bullying in schools: Education Studies. 7.(13).
psychological implications and doi:10.5539/ies.v7n13p184
counselling interventions. Journal of Stuart, W,.Gail. (2016). Prinsip dan Praktik
Education and Practice, 4 (8): 2222-1735 Keperawatan Kesehatan Jiwa. Edisi
Okoth, Joseph.(2014). Teachers and students Indonesia Pertama. Singapura : Elseiver
perceptions on bullying Journal of Tumon, A.,B.(2014). Studi Diskriptif Perilaku
Educational and Social Bullying pada Remaja. Jurnal Ilmiah
ResearchBehaviour in Public, 4 Surabaya. 3 (1).
(6).doi:10.5901/jesr.2014.v4n6p125
Wan ,S., Susan , M., & Ruzyanei, N., (2009).
Rachel, A., & Bernard, E,. (2014). Bulling in School bullying amongst standard six
Graduate School: Its Nature and Effects. students attendingprimary national schools
Journal Qualitative Report. 71 : 1-18 in the Federal Territory of Kuala Lumpur:
Sudan, A., S.(2015). School Bullying : The prevalence and associated socio
Victimization In A Public Primary School demographic factors. Malaysian Journal of
In Selangor. Proceeding - Kuala Lumpur Psychiatry. 18 (1) : 250-259

www.jik.ub.ac.id
113

Anda mungkin juga menyukai