1 Definisi
Hipertensi (HT), juga diketahui sebagai kenaikan tekanan darah, yang terjadi pada
jutaan manusia. Hipertensi didefinisikan dengan tekanan darah 140/90 mmHg. sasen jj,who
2.2 Epidemiologi
Sekitar 77,9 juta orang dewasa di Amerika (1 dri 3 orang) dan 970 juta orang di dunia
terkana Hipertensi. Di-estimasikan pada tahun 2025, 1,56 miliar orang di dunia akan hidup
dengan Hipertensi. Pada umumnya sama pada pria dan wanita, tapi dibedakan berdasarkan
umur, yaitu pada usia <45 tahun, hipertensi lebih sering terjadi pada pria daripada wanita
sementara pada usia 65 tahun, hipertensi lebih sering terjadi pada wanita daripada pria.cdc,mayo
2.3 Etiologi
Hipertensi merupakan suatu penyakit dengan kondisi medis yang beragam. Pada
kebanyakan pasien etiologi patofisiologi-nya tidak diketahui (essensial atau hipertensi
primer). Hipertensi primer ini tidak dapat disembuhkan tetapi dapat di kontrol. Kelompok
lain dari populasi dengan persentase rendah mempunyai penyebab yang khusus, dikenal
sebagai hipertensi sekunder. Banyak penyebab hipertensi sekunder; endogen maupun
eksogen. Bila penyebab hipertensi sekunder dapat diidentifikasi, hipertensi pada pasien-
pasien ini dapat disembuhkan secara potensial. sasen jj,sasen j,mayo
2.3.1
Hipertensi primer (essensial)
Lebih dari 90% pasien dengan hipertensi merupakan hipertensi essensial
(hipertensi primer). Literatur lain mengatakan, hipertensi essensial merupakan 95%
dari seluruh kasus hipertensi. Beberapa mekanisme yang mungkin berkontribusi untuk
terjadinya hipertensi ini telah diidentifikasi, namun belum satupun teori yang tegas
menyatakan patogenesis hipertensi primer tersebut. Hipertensi sering turun temurun
dalam suatu keluarga, hal ini setidaknya menunjukkan bahwa faktor genetik
memegang peranan penting pada patogenesis hipertensi primer. Menurut data, bila
ditemukan gambaran bentuk disregulasi tekanan darah yang monogenik dan poligenik
mempunyai kecenderungan timbulnya hipertensi essensial. Banyak karakteristik
genetik dari gen-gen ini yang mempengaruhi keseimbangan natrium, tetapi juga di
dokumentasikan adanya mutasi-mutasi genetik yang merubah ekskresi kallikrein
urine, pelepasan nitric oxide, ekskresi aldosteron, steroid adrenal, dan
angiotensinogen. sasen jj,sasen j,cdc
2.3.2 Hipertensi sekunder
Kurang dari 10% penderita hipertensi merupakan sekunder dari penyakit
komorbid atau obat-obat tertentu yang dapat meningkatkan tekanan darah (lihat tabel
1). Pada kebanyakan kasus, disfungsi renal akibat penyakit ginjal kronis atau penyakit
renovaskular adalah penyebab sekunder yang paling sering. Obat-obat tertentu, baik
secara langsung ataupun tidak, dapat menyebabkan hipertensi atau memperberat
hipertensi dengan menaikkan tekanan darah. Obat-obat ini dapat dilihat pada tabel 1.
Apabila penyebab sekunder dapat diidentifikasi, maka dengan menghentikan obat
yang bersangkutan atau mengobati / mengoreksi kondisi komorbid yang menyertainya
sudah merupakan tahap pertama dalam penanganan hipertensi sekunder. sasen jj,sasen j,cdc
Penyakit Obat
1. Penyakit ginjal 1. Kortikosteroid, ACTH
2. Tumor kelenjar adrenal 2. Kontrasepsi
3. Penyakit thyroid 3. NSAID, cox-2 inhibitor
4. Kelainan bawaan pembuluh 4. Decongestant
darah 5. Cocaine
5. Penggunaan alkohol 6. Amphetamin
6. Obstructive sleep apnea 7. Makanan (tinggi sodium,
kaleng)
8. Alkohol
Tabel 1. Penyebab hipertensi yang dapat diidentifikasi.sasen jj,sasen j,cdc
Sel endotel pembuluh darah juga memegang peranan penting dalam terjadinya
hipertensi. Sel endotel pembuluh darah memproduksi berbagai bahan vasoaktif yang
sebagiannya bersifat vasokonstriktor seperti endotelin, tromboksan A2 dan angiotensin II
local. Sebagian lagi bersifat vasodilator seperti endothelium-derived relaxing factor (EDRF),
yang dikenal juga sebagai nitrit oxide (NO) dan prostasiklin (PGI2). Selain itu jantung
terutama atrium kanan memproduksi hormone yang disebut atriopeptin (atrial natriuretic
peptide, ANP) yang cenderung bersifat diuretic, natriuretik dan vasodilator yang cenderung
menurunkan tekanan darah. nafrialdi
Peranan renin-angiotensin sangat penting pada hipertensi renal atau yang disebabkan
karena gangguan pada ginjal. Apabila bila terjadi gangguan aliran sirkulasi darah pada ginjal,
maka ginjal akan banyak mensekresikan sejumlah besar renin. Menurut Guyton dan Hall
(1997), renin adalah enzim dengan protein kecil yang dilepaskan oleh ginjal bila tekanan
arteri turun sangat rendah. Menurut Klabunde (2007) pengeluaran renin dapat disebabkan
aktivasi saraf simpatis (pengaktifannya melalui 1-adrenoceptor), penurunan tekanan arteri
ginjal (disebabkan oleh penurunan tekanan sistemik atau stenosis arteri ginjal), dan
penurunan asupan garam ke tubulus distal. nafrialdi
Renin bekerja secara enzimatik pada protein plasma lain, yaitu angiotensinogen untuk
melepaskan angiotensin I. Angiotensin I memiliki sifat vasokonstriktor yang ringan,
selanjutnya akan diaktifkan angiotensin II oleh suatu enzim, yaitu enzim pengubah, yang
terdapat di endotelium pembuluh paru yang disebut Angiotensin Converting Enzyme (ACE).
Angiotensin II adalah vasokonstriktor yang sangat kuat, dan memiliki efek-efek lain yang
juga mempengaruhi sirkulasi. Angiotensin II menetap dalam darah hanya selama 1 atau 2
menit karena angiotensin II secara cepat akan diinaktivasi oleh berbagai enzim darah dan
jaringan yang secara bersama-sama disebut angiotensinase Selama angiotensin II ada dalam
darah, maka angiotensin II mempunyai dua pengaruh utama yang dapat meningkatkan
tekanan arteri. Pengaruh yang pertama, yaitu vasokontriksi, timbul dengan cepat.
Vasokonstriksi terjadi terutama pada arteriol dan sedikit lebih lemah pada vena. Konstriksi
pada arteriol akan meningkatkan tahanan perifer, akibatnya akan meningkatkan tekanan
arteri. Konstriksi ringan pada vena-vena juga akan meningkatkan aliran balik darah vena ke
jantung, sehingga membantu pompa jantung untuk melawan kenaikan tekanan. nafrialdi
Cara utama kedua dimana angiotensin meningkatkan tekanan arteri adalah dengan
bekerja pada ginjal untuk menurunkan eksresi garam dan air. Ketika tekanan darah atau
volume darah dalam arteriola eferen turun ( kadang-kadang sebagai akibat dari penurunan
asupan garam), enzim renin mengawali reaksi kimia yang mengubah protein plasma yang
disebut angiotensinogen menjadi peptida yang disebut angiotensin II. Angiotensin II
berfungsi sebagai hormon yang meningkatkan tekanan darah dan volume darah dalam
beberapa cara. Sebagai contoh, angiotensin II menaikan tekanan dengan cara menyempitkan
arteriola, menurunkan aliran darah ke banyak kapiler, termasuk kapiler ginjal. Angiotensin II
merangsang tubula proksimal nefron untuk menyerap kembali NaCl dan air. Hal tersebut
akan jumlah mengurangi garam dan air yang diekskresikan dalam urin dan akibatnya adalah
peningkatan volume darah dan tekanan darah. Pengaruh lain angiotensin II adalah
perangsangan kelenjar adrenal, yaitu organ yang terletak diatas ginjal, yang membebaskan
hormon aldosteron. Hormon aldosteron bekerja pada tubula distal nefron, yang membuat
tubula tersebut menyerap kembali lebih banyak ion natrium (Na+) dan air, serta
meningkatkan volume dan tekanan darah. Hal tersebut akan memperlambat kenaikan voume
cairan ekstraseluler yang kemudian meningkatkan tekanan arteri selama berjam-jam dan
berhari-hari. Efek jangka panjang ini bekerja melalui mekanisme volume cairan ekstraseluler,
bahkan lebih kuat daripada mekanisme vasokonstriksi akut yang akhirnya mengembalikan
tekanan arteri ke nilai normal. nafrialdi
2.6 Kriteria
Menurut The Eighth of The Joint National Committee on Prevention, Detection,
Evaluation, and Treatment of High Blood Pressure (JNC 8) klasifikasi tekanan darah pada
orang dewasa terbagi menjadi kelompok normal, pre hipertensi, hipertensi derajat 1, dan
hipertensi derajat 2. sasen jj,sasen j
Klasifikasi Tekanan Darah pada Dewasa (18 tahun)
Klasifikasi Tekanan TDS (mmHg) TDD (mmHg)
Darah
Normal < 120 Dan < 80
Prehipertensi 120-139 Atau 80-90
Hipertensi derajat 1 140-159 Atau 90-99
Hipertensi derajat 2 160 Atau 100
Endotelium
Exces Reduce stress Genetic obesity
derived
sodium nephrone alteration
factors
intake number
Fluid Venous
volume constiction
Autoregulation
2.10 Diagnosis
2.10.1 Anamnesis
Anamnesis yang perlu ditanyakan kepada seorang penderita hipertensi meliputi:
a. Lama menderita hipertensi dan derajat tekanan darah
b. Indikasi adanya hipertensi sekunder
Keluarga dengan riwayat penyakit ginjal (ginjal polikistik)
Adanya penyakit ginjal, infeksi saluran kemih hematuri, pemakaian oba-
obatan analgesic dan obat/ bahan lain.
Episode berkeringat, sakit kepala, kecemasan palpitasi (feokromositoma).
c. Faktor-faktor resiko (riwayat hipertensi/ kardiovaskular pada pasien atau
keluarga pasien, riwayat hiperlipidemia, riwayat diabetes mellitus, kebiasaan
merokok, pola makan, kegemukan, insentitas olahraga)
d. Gejala kerusakan organ
Otak dan mata: sakit kepala, vertigo, gangguan penglihatan, transient
ischemic attacks, defisit neurologis
Jantung: Palpitasi,nyeri dada, sesak, bengkak di kaki
Ginjal: Poliuria, nokturia, hematuria
e. Riwayat pengobatan antihipertensi sebelumnya
2.11 Penatalaksanaan
Algoritma
9 rekomendasi pada JNC 8:
1. Rekomendasi
Dalam populasi umum berusia 60 tahun , memulai pengobatan farmakologis untuk
menurunkan tekanan darah ( BP) pada tekanan darah sistolik ( SBP ) 150 mm Hg
atau tekanan darah diastolik ( DBP ) 90 mm Hg dan mengobati gol SBP < 150 mm
Hg dan tujuan DBP < 90 mm Hg . Pada usia > 60 tahun farmakologinya TD .150/90
mmhg apabila diberikan pengobatan dan TD nya <140/90 mmhg dan tidak ada terkait
dengan efek buruk dengan kesehatannya pengobatan tidak perlu disesuaikan, jadi
penurunan diastol <140 tidak memberikan manfaat tambahan dengan sistol tujuan
yang lebih tinggi seperti 140-159.
2. Rekomendasi 2
Dalam populasi umum < 60 tahun , memulai pengobatan farmakologis untuk
menurunkan BP di DBP 90 mm Hg dan mengobati gol DBP < 90 mmHg. Untuk
usia 30-59 tahun,Untuk usia 18-29 tahun Bedasarkan bukti penelitian berkualitas
tinggi dari 5 pecobaan TD diastol hipertensi,stroke peningkatan hasil kesehatan orang
dewasa umur 30-59 dengan TD diastol <90 mmHg memberkan efek yang baik. Dan
apabila TD sistolnya > 140 mmHg dilakukan pengobatan.
3. Rekomendasi 3
Dalam populasi umum < 60 tahun , memulai pengobatan farmakologis untuk
menurunkan TD Siastol 140 mm Hg dan target sasaran yang harus di capai TD
siastolnya < 140 mmHg. Target pengobatan TD sistolnya <140 direkomendasikan
pada orang dewasa dengan DM dan penyakit gagal ginjal kronik (CKD).
4. Pada pasien berusia 18 tahun dengan penyakit ginjal kronik, mulai terapi
farmakologi pada TD sistolik 140 mmHg atau TD diastolik 90 mmHg dan terapi
hingga TD sistolik tujuan <140 mmHg dan tekanan darah diastolik tujuan <90 mmHg.
Umur <70 tahun dengan GFR <60ml /min/1.73m2 dan pada orang segala usia dengan
albuminuria dan kreatinin. Jadi bedasarkan 15-17 orang RCT (orang yang terkontrol
hipertensinya dalam penelitian) dengan usia <70 tahun dengan CKD memberikan
manfaat dalam memperlambat perkembangan penyakit ginjal.
5. Pada pasien berusia 18 tahun dengan diabetes, mulai terapi farmakologi pada TD
sistolik 140 mmHg atau TD diastolik 90 mmHg dan terapi hingga TD sistolik
tujuan <140 mmHg dan TD diastolik tujuan <90 mmHg. Bukti bedasarkan pendapat
ahli dari 18-21 dari pertanyaan 2 tujuan bahwa dengan TD sistolnya <150 mmHg
meningkatkan hasil kesehatan pada orang dewasa pada diabetes.
6. Pada populasi non-kulit hitam secara umum, termasuk yang mempunyai diabetes,
terapi antihipertensi awal harus meliputi diuretik jenis thiazide, CCB, ACE inhibitor,
atau ARB. Rekomendasi ini berbeda dengan JNC 7 di mana merekomendasikan
diuretik jenis thiazide sebagai terapi awal untuk sebagian besar pasien. Dan masing-
masing dari 4 golongan obat pengobatan dengan thiazid lebih efekstif daripada CCB
dan ACEI, ACEI leih efektif dari CCB dalam meningkatkan hasil gagal jantung, tidak
merekomendasikan beta bloker pada awal hipertensi karena meningkatkan hasil
tingkat lebih tinggi kematian kardiovaskular infark miokard dan stroke dibandingkan
ARB, alfa bloker tidak dianjurkan pengobatan pada lini pertama karena dalam study
awal pengobatan dengan alfa bloker menghasilkan serebrocaskular yang buruk gagal
jantung dan kardiovaskular dengan kombinasi gabungan diuretik, obat-obat yang
tidak boleh diberikan pada lini pertama ganda 1 - + - blocking agen ( misalnya ,
carvedilol ), - blockers ( misalnya , nebivolol ), agonis 2 - adrenergik sentral
( misalnya , clonidine ), vasodilator langsung (misalnya , hydralazine ) vasodilator
langsung (misalnya , hydralazine ), antagonis reseptor aldosteron ( misalnya
spironolactone ) , agen adrenergik depleting neuronal ( reserpin ) , dan diuretik loop
( misalnya furosemid.
7. Pada populasi kulit hitam secara umum, termasuk yang mempunyai diabetes, terapi
antihipertensi awal harus meliputi diuretik jenis thiazide atau CCB (untuk populasi
kulit hitam secara umum. Thiazid lebih terbukti efektif untuk mencegah
meningkatkan serebrovaskular,gagal jantung,kardiovaskular dibanding ACEI. Dan
CCB lbih efektif daripada ACEI karena ACEI kurang efektif pada orang kulit hitam.
8. Pada populasi berusia 18 tahun dengan penyakit ginjal kronik CKD terapi
antihipertensi harus meliputi ACE inhibitor atau ARB untuk memperbaiki fungsi
ginjal. Hal ini diaplikasikan pada semua pasien CKD dengan hipertensi tanpa
memperhatikan ras atau status diabetes. Penggunaan ACEI atau ARB umumnya akan
meningkatkan kreatinin serum dan dapat menghasilkan efek metabolik lain seperti
hiperkalemia , terutama pada pasien dengan penurunan fungsi ginjal . Meskipun
peningkatan kreatinin atau tingkat kalium tidak selalu memerlukan penyesuaian
pengobatan , penggunaan inhibitor sistem renin-angiotensin pada populasi CKD
memerlukan pemantauan elektrolit dan kadar kreatinin serum , dan dalam beberapa
kasus , mungkin memerlukan pengurangan dosis atau penghentian. Tidak ada bukti
untuk mendukung ARB dan ACEI dengan usia > 75 tahun dengan CKD dan hipertensi
tetapi masih tetap bermanfaat apabila dikombinasi dengan tiazid atau CCB.
9. Tujuan utama terapi hipertensi adalah mencapai dan mempertahankan tekanan darah
tujuan. Jika tekanan darah tujuan tidak tercapai dalam 1 bulan terapi, tingkatkan dosis
obat awal atau tambahkan dengan obat kedua dari salah satu golongan obat dalam
rekomendasi no.6 (diuretik jenis thiazide, CCB, ACE inhibitor, atau ARB). Dokter
harus terus menilai tekanan darah dan menyesuaikan regimen terapi hingga tekanan
darah tujuan tercapai. Jika tekanan darah tujuan tidak dapat tercapai dengan 2 obat,
tambahkan dan titrasi obat ketiga dari daftar yang diberikan. Jangan gunakan ACE
inhibitor dan ARB bersamaan pada pasien yang sama. Dan rekomendasi ini
bedasarkan algoritma.
2.12 Obat hipertensi dan penyakit yang berhubungan dengan hipertensi
2.15 Prognosis
Hipertensi dapat dikendalikan dengan baik dengan pengobatan yang tepat. Terapi
dengan kombinasi perubahan gaya hidup dan obat-obatan antihipertensi biasanya dapat
menjaga tekanan darah pada tingkat yang tidak akan menyebabkan kerusakan pada
jantung atau organ lain. Kunci untuk menghindari komplikasi serius dari hipertensi adalah
mendeteksi dan mengobati sebelum kerusakan terjadi.yogi
Saseen JJ, MacLaughlin. Hypetension. In: DiPiro JT, Talbert RL, Yee GC, Matzke GR, ells
BG, Posey LM, editors. Pharmacotherapy: A pathophysiologic approach. 9th ed. New York:
McGraw-Hill Medical; c2014. Chapter 3.
CDC: high blood pressure [Internet]. Centers for Disease Control and Prevention;c2015.
[updated 2014 Oct 29, cited 2016 Nov 04]. Available from:
http://www.cdc.gov/bloodpressure/index.htm
Mayo clinic: high blood pressure (HTN) [Internet]. Mayo Foundation for Medical Education
and Research;c2001-2015. [updated 2014 Sept 5, cited 2016 Nov 03]; [about 6 screens].
Available from: http://www.mayoclinic.org/diseases-conditions/high-blood-
pressure/basics/definition/con-20019580
Saseen J. Essential hypertension. In: Alldredge BK, Corelli RL, Ernst ME, Guglielmo BJ,
Jacobson PA, Kradjan WA, Williams BR, editors. Koda-Kimble and Youngs Applied
Therapeutics: The Clinical Use of Drugs. 10th ed. Philadelphia: Lippincott Williams &
Wilkins; c2013. Chapter 14.
Nafrialdi. Antihipertensi. Farmakologi dan Terapi. Edisi 5. Jakarta: FKUI; 2007.p. 341-
60Ganiswarna, S. G. (2003). Famakologi dan Terapi. Jakarta: Bagian Farmakologi FK-UI.
Yogiantoro M. Hipertensi Esensial. Dalam: Sudoyo AW, Setiyohadi B, Alwi I, Simadibrata
M, Setiatii S (editor). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Edisi 5. Jakarta: Interna Publishing;
2009.p. 1079-85
James PA, Ortiz E, et al. 2014 evidence-based guideline for the management of high blood
pressure in adults: (JNC8). JAMA. 2014 Feb 5;311(5):507-20