Anda di halaman 1dari 11

PENGOLAHAN BAHAN GALIAN NON LOGAM DAN BATUAN

BENTONIT

OLEH

UMAR ZULFIQRA ALHADDAD

D621 14 021

PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS HASANUDDIN

KEMENTERIAN RISET TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI

GOWA

2017
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Bentonit adalah suatu istilah nama dalam dunia perdagangan yang sejenis
lempung plastis yang mempunyai kandungan mineral monmorilonit lebih dari 85%
dengan rumus kimianya Al2O3.4SiO2 x H2O. Nama ini diusulkan pertama kali oleh Knight
untuk nama sejenis lempung koloid yang ditemukan pada formasi Benton Rock Creek
Wyoming Amerika Serikat. Penamaan istilah bentonit diusulkan sebagai pengganti dari
istilah nama lain sebelumnya yaitu: Soapy Clay atau Taylorit yang dipopulerkan oleh
Taylorite pada tahun 1888. Sedangkan nama monmorilonit itu sendiri berasal dari
Perancis pada tahun 1847 untuk penamaan sejenis lempung yang terdapat di
Monmorilon Prancis yang dipublikasikan pada tahun 1853 1856. Grim pada tahun
(1968) mengelompokkan monmorilonit ini kedalam Smektit Group sub kelompok smektit
dioktahedral (heptaphyllitic) bersama dengan beidelit dan nontronit. Sedangkan sub
kelompok lainnya adalah smektit tri-oktahedral (cetaphyllitic) yang terdiri dari mineral
hektorit dan saponit. Secara megaskopis bentonit dapat diamati secara langsung dengan
ciri khas yaitu : mempunyai kilap lilin, lunak, berwarna abu-abu kecoklatan sampai
kehijauan. Endapan bentonit Indonesia tersebar di P. Jawa, P. Sumatera, sebagian P.
Kalimantan dan P. Sulawesi, dengan cadangan diperkirakan lebih dari 380 juta ton, serta
pada umumnya terdiri dari jenis kalsium (Ca-bentonit) . Karena jenis mineral ini memiliki
banyak manfaat, maka mineral ini akan dibahas lebih lanjut dalam makalah ini.

1.2 Rumusan Masalah


Ada pula rumusan masalah dalam makalah ini yakni: Apa itu bentonit dan
bagaimana aplikasinya dalam kehidupan sehari-hari.

1.3 Tujuan
Tujuan pembuatan makalah ini yaitu: Untuk mempelajari mengenai bentonit
serta untuk membatu mahasiwa dalam menambah wawasan mengenai bentonit dan
membatu mahasiwa sebagai sumber bahan pembelajaran mata kuliah pengolahan
mineral.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Bentonit
Bentonit adalah batu yang terbentuk dari tanah liat yang sangat koloid dan plastik
terutama terdiri dari montmorillonite, mineral lempung kelompok smektit, dan diproduksi
oleh devitrifikasi dari abu vulkanik. Bentonit mengandung feldspar, kristobalit, dan kristal
kuarsa. Sifat khusus dari bentonit adalah kemampuan untuk membentuk gel thixotrophic
dengan air, kemampuan untuk menyerap besar jumlah air, dan kapasitas kation tukar
yang tinggi, sifat bentonit ini berasal dari struktur kristal kelompok smektit, yang
merupakan lembaran alumina oktahedral antara dua tetrahedral silika lembar.
Bentonit ialah batuan lempung dari kelompok dioktohedral yang mengandung
monmorillonit sebanyak 85 % dari seluruh material penyusun bentonit. Dengan diameter
tidak lebih dari 2 m dan terdiri dari 2 lapis silika tetrahedral serta 1 lapis sentral
octahedral, struktur bentonit membentuk seperti segitiga yang berlapis-lapis. Selain itu,
terdapat kation monovalen dan bivalen diantara kedua lapisan tersebut. Senyawa
mineral penyusun bentonit yang lain yaitu gypsum, kaolinit, illit, kristobalit, plagioklas,
dan feldspar.
Berbeda dengan zeolit yang telah dimanfaatkan secara komersil, benonit sendiri
belum digunakan secara optimal terutama dalam bidang teknologi. Hingga saat ini
peneliti masih mengadakan riset untuk memanfaatkan bentonite sebagai pengisi filler
yang memiliki ukuran sangat kecil (nano) atau yang biasa disebut nanofiller.
Di Indonesia, bentonit ditemukan di wilayah pulau Sumatra, Jawa, Kalimantan,
dan Sulawesi. Daerah yang telah dimanfaatkan sebagai tambang bentonit yakni di
Nanggulan, Tasikmalaya, dll.
Berdasarkan tipenya, bentonite dibagi menjadi dua, yaitu:
a. Tipe wyoming (Na-Bentonite-Swelling bentonite)
Memiliki data mengembang delapan kali lebih besar jika dicelupkan ke dalam
air. Dalam keadaan kering jenis ini memiliki warna cream atau putih, namun
pada keadaan basah dan terkena sinar akan berwarna mengkilap. Suspensi
koloidal memiliki Ph 8,5 9,8.
b. Mg (Ca-Bentonite-non swelling bentonite)
Berbeda dengan tipe bentonite sebenernya, tipe bentonite ini kurang
mengembang jika berada di dalam air, namun setelah dilakukan riset ternyata
jenis ini memiliki sifat menghisap yang baik. Suspensi koloidal memiliki Ph 4
7, perbandingan kandungan Ca dan Na rendah dalam keadaan kering
berwarna abu-abu, kuning, biru, coklat, dan merah. Bentonite banyak
digunakan dalam pemurnian minyak goreng, namun perlu aktivasi terlebih
dahulu.

2.2 Sifat Fisik dan Kimia Bentonit


Dalam keadaan kering bentonit memiliki sifat fisik berupa partikel butiran halus
yang berbentuk rekahan-rekahan atau serpihan yang khas seperti tekstur pecah kaca
(concoidal fracture), kilap lilin, lunak, plastis, berwarna kuning muda hingga abu-abu,
jika lapuk maka akan berwarna coklat kekuningan, kuning merah artau coklat, licin, dan
jika dimasukan ke dalam air akan menghisap air.

2.3 Pembentukan dan Tipe Endapam


Secara umum, genesa bentonit ada empat macam, yaitu hasil pelapukan,
hidrotermal, akibat transformasi, dan sedimentasi. Endapan Hasil Pelapukan Faktor
utama dalam pembentukan endapan bentonit hasil pelapukan adalah kondisi komposisi
mineral batuan, komposisi kimia, dan daya lalu air pada batuan asalnya. Yang terakhir
ini dapat dikemukakan sebagai: iklim, macam relief, dan tumbuhtumbuhan yang berada
di atas batuan. Mineral penting dalam pembentukan lempung adalah plagioklas, kalium-
feldspar, biotit, muskovit, serta sedikit kandungan senyawa alumina. Plagioklas selain
sangat reaktif dan jumlahnya banyak, juga merupakan sumber utama dari kation dan
silika dalam air tanah. Pembentukan bentonit hasil pelapukan diakibatkan oleh adanya
reaksi antara ionion hydrogen yang terdapat dalam air tanah dengan senyawa silikat.
Pada umumnya, ion h+ berasal dari asam karbon yang terbentuk sebagai akibat
pembusukan zat-zat organic yang ada dalam tanah.
Endapan Hasil Hidrotermal Larutan hidrotermal merupakan larutan yang bersifat
asam dengan kandungan klorida, belerang, karbon dioksida dan silika. Komposisi larutan
kemudian berubah karena adanya reaksi dengan batuan gamping. Larutan alkali
selanjutnya terbawa ke luar dan bersifat basa serta akan tetap bertahan selama unsur
alkali dan alkali tanah tetap terbentuk akibat penguraian batuan asal. Jadi, selama proses
hidrotermal berlangsung, akan terjadi daerah yang berubah dari asam ke basa. Pada
alterasi hidrotermal yang relatif lemah, mineral-mineral asal menentukan hasil alterasi
tersebut. Pada alterasi yang sangat lemah, kehadiran unsur alkali dan alkali tanah akan
membentuk monmorillonit kecuali kalium, mika, dan feldspar. Akan tetapi, terjadinya
monmorillonit terutama karena adanya unsur magnesium.
Endapan Hasil Transformasi Endapan bentonit proses tranformasi (ubahan) dari
abu vulkanis yang mempunyai komposisi gelas akan menjadi mineral lempung
(devitrivikasi) yang lebih sempurna terutama pada daerah danau, lautan dan cekungan
sedimentasi. Tranformasi dari gunung berapi yang sempurna akan terjadi apabila debu
gunung api diendapkan dalam cekungan seperti danau dan laut. Bentonit yang terjadi
akibat proses tranformasi umumnya bercampur dengan sedimen laut lainnya yang
berasal dari daratan seperti batu pasir dan lanau.
Endapan Sedimen Monmorillonit juga dapat terbentuk sebagai endapan sedimen
dalam keadaan basa. Mineral-mineral yang terbentuk secara sedimen dan tidak
berasosiasi dengan tufa adalah atapulgit, speolit dan monmorillonit, serta terbentuk
dalam cekungan dan bersifat basa, dan karbonat, silika, pipih, fosfat laut dan sebagainya
juga ikut terbentuk. Lingkungan ini banyak sekali mengandung larutan silika yang dapat
terendapkan sebagai flint, kristobalit,atau senyawa aluminium dan magnesium.

2.4 Tahapan Eksplorasi


Pekerjaan yang dilakukan dalam eksplorasi pendahuluan atau detail antara lain
pemetaan dan pembuatan sumur uji atau pemboran. Pada eksplorasi detail pembuatan
peta dilakukan dalam skala lebih kecil (1: 1.000), dan jarak titik sumur uji atau pemboran
lebih dekat. Pemetaan Pemetaan dilakukan untuk membuat peta topografi dan situasi
daerah dalam menunjang kegiatan eksplorasi, evaluasi endapan, dan perencanaan
penambangan. Pengukuran dilakukan dengan alat ukur theodolith pada area yang
diinginkan dengan titik ikat ukur yaitu titik triangulasi.
Dilakukan juga penentuan dan pengukuran lokasi titik bor atau sumur uji dengan
interval 25-100 meter. Dari hasil pengukuran, lalu dibuat peta topografi dan situasi
dengan skala diinginkan yang menggambarkan letak titik sumur uji atau titik bor,
tempat penggalian endapan, penyebaran endapan, jalan, dan lain-lain. Pembuatan
Sumur Uji atau Pengeboran Pembuatan sumur uji atau pemboran (dengan bor tangan
atau bor mesin) adalah untuk mengetahui sebaran endapan secara lateral dan vertikal,
tebal endapan, tebal lapisan tanah penutup, struktur batuan, dan data lain melalui
pengambilan conto, pengukuran stratigrafi endapan, serta hasil analisis contoh tersebut
di laboratorium. Dari hasil pemeriksaan uji conto di laboratorium dapat diketahui kualitas
dan kuantitas endapan bentonit, penyebaran serta ketebalan tanah penutupnya. Lalu,
data tersebut dievaluasi, sehingga dapat ditentukan nilai keekonomiannya.

2.5 Pengolahan dan Pemanfaatan


Hasil penggalian endapan bentonit dari tambang berupa bongkah-bongkah, (raw
material) diangkut dengan truk ke pabrik untuk diolah melalui beberapa tahapan proses,
yaitu penghancuran, pemanasan, penggilingan dan pengayakan. a) Pengembangan
Bentonit Bentonit mempunyai sifat menyerap sebab ukuran partikel koloidnya amat kecil
dan memiliki kapasitas permukaan ion yang tinggi. Pengembangan bentonit disebabkan
oleh adanya penggantian isomorphous pada lapisan oktohedral (Mg oleh Al) dalam
menghadapi kelebihan muatan di ujung kisi-kisinya. Adanya gaya elektrostatis yang
mengikat kristal pada jarak 4,5o dari permukaan cukup kuat untuk mempertahanan ion
di per-mukaan unit-unitnya, dan tetap men-jaga unit itu tidak saling merapat. Bila
dicampur air akan mengembang, maka jarak antara unit makin melebar dan lapisannya
membentuk serpihan, serta memiliki permukaan luas jika dalam zat pengsuspensi.
Aktivasi Bentonit Aktivasi bentonit bertujuan untuk menaikkan daya adsorpsi dan
memperoleh sifat bentonit yang diinginkan.Montmorillonit memiliki struktur bertingkat
dan kapasitas pertukaran ion yang aktif di bagian dasar. Oleh karena itu, strukturnya
dapat diganti seperti struktur bagian dasar, yaitu dengan penambahan asam agar terjadi
penggantian ion-ion K+, Na+ dan Ca+2 dengan H+ dalam ruang interlamelar, dan akan
melepaskan ion-ion Al+3, Fe+3 dan Mg+2 dari kisi strukturnya sehingga lempung lebih
aktif.
Aktivasi bentonit sangat dipengaruhi oleh konsentrasi asam. Biasanya dipakai
asam sulfat.Faktor lain yang perlu diperhatikan adalah sifat dasar, distribusi ukuran pori,
keasaman, dan nilai SiO2 atau Al2O3 dari endapan bentonit. Faktor-faktor tersebut
tergantung juga pada komposisi mineral lempung bentonit dan cara aktivasi.Beberapa
hasil aktivasi dapat diterangkan seperti di bawah ini. Aktivasi dengan Pemanasan Pada
proses penjernihan minyak sawit dengan bentonit sebagai absorben memperlihatkan
bahwa bentonit mulai aktif menyerap warna pada suhu 80o 130 oC. Tingkat kejernihan
tidak begitu besar setelah suhu mencapai 140-150 oC, bahkan cenderung menurun.
Pada proses pemucatan minyak kedele penghilangan warna minimum pada suhu sekitar
100o C. Pengaruh Waktu Pengontrolan minyak dengan tanah pemucat sangat
dipengaruhi oleh waktu. Pada kondisi suhu, tekanan, dan jumlah tanah pemucat yang
sama menunjukkan bahwa hasil penghilangan warna maksimum pada temperatur
tertentu, dan cenderung menurun bila kontak diperpanjang. Penurunan pemucatan
karena daya serap lempung akan habis. Pengaruh Tekanan Proses penghilangan warna
dari bahan pemucat dipengaruhi juga oleh luas permukaan tanah pemucat yang
dikontakkan dengan minyak. Dengan menurunkan tekanan pori-pori tanah pemucat
sampai tekanan atmospir, bentonit akan terdeareasi, sehingga luas permukaan akan
lebih besar. Tekanan yang umum dilakukan di industri-industri adalah 5,077 mm Hg.
Penggunaan bentonit dalam bidang industry adalah sebagai berikut: Pengeboran
sumur minyak : Sodium bentonit digunakan sebagai bahan aditif untuk lumpur
pengeboran sampai sebatas 20-30 % tergantung pada kondisi pengeboran dan kualitas
bentonit. Lumpur pengeboran berfungsi untuk melumasi dan mendinginkan bit rotary
cutting. Sekitar 15 ton bentonit diperlukan untuk pengeboran 1.000 m. Aplikasi Bentonit
adalah sebagai berikut:
1. Bentonit sebagai adsorben dan bahan pemucat pada industri minyak
kelapa sawit.
2. Bentonit sebagai katalis pada proses perengkahan minyak bumi dengan
menggunakan mineral monmorillonit yang telah diasamkan. Namun,
penggunaan lempung sebagai katalis memiliki kelemahan tidak tahan terhadap
suhu tinggi.
3. Bentonit sebagai bahan penukar ion yang didasarkan pada sifat permukaan
bentonit yang bermuatan negatif, sehingga ion-ion dapat terikat secara
elektrostatik pada permukaan bentonit.
4. Bentonit sebagai lumpur bor sebagai lumpur terpilar dalam pengeboran
minyak bumi, gas bumi serta panas bumi. Aktivasi bentonit untuk lumpur bor
adalah merupakan suatu perlakuan untuk mengubah Ca-bentonit menjadi Na-
bentonit dengan penambahan bahan alkali. Bahan alkali yang sering digunakan
adalah natrium karbonat dan natrium hidroksida.
5. Bentonit dalam pembuatan tambahan makanan ternak . Untuk dapat
digunakan dalam pembuatan tambahan makanan ternak, ada beberapa
persyaratan yang harus dipenuhi, antara lain:
Kandungan bentonit <30 %
Ukuran butiran bentonit 200 mesh
Memiliki daya serap >60 %
Memiliki kandungan mineral monmorilonit 70 %
6. Bentonit untuk industri kosmetik. Untuk dapat digunakan dalam industri
kosmetik, ada beberapa persyaratan yang harus dipenuhi, antara lain:
Mengandung mineral magnesium silikat (Ca-bentonit)
Memiliki pH netral
Kandungan air dalam bentonit adalah < 5 %
Ukuran buturin 325 mesh

2.6 Peluang Pengusahaan Mineral Bentonit


Endapan bentonit Indonesia saat ini masih cukup tinggi (380 juta ton) dan
mempunyai prospek yang bagus baik domestik maupun ekspor, karena jenis endapan
yang dimiliki kebanyakan dari jenis bleaching clay (untuk penjernihan minyak kelapa
sawit. Namun demikian, semua itu harus diikuti dengan penganekaragaman karena jelas
nilai tambah yang diperoleh hanya sedikit. Apalagi, adanya keinginan dari pihak industri
yang menginginlan bentonit yang instant tanpa harus memikirkan teknik pengolahan
aktivasi. Jadi, dalam hal ini kualitas bahan mineral masih tetap menjadi pilihan utama,
terutama untuk produk minyak goreng yang bermutu, terutama bagi golongan
menengah ke atas. Untuk itu, pendirian pabrik pengolahan bentonit rasanya perlu segera
dilaksanakan.
Sementara itu, proyeksi dari Departemen Perindustrian dan Perdagangan 1992,
bahwa kapasitas pabrik pengolahan di Indonesia pada industri kimia dasar pada akhir
pelita VI adalah sebesar dari 308.940 ton. Proyeksi tersebut didasarkan bahwa tahun
2000 proyeksi produksi minyak sawit indonesia akan mencapai 7,9 juta ton, bahkan
merencanakan sebagai produsen minyak sawit nomor satu di dunia pada tahun 2010
dengan jumlah produksi minyak sawit sebesar 12,3 juta ton. Masih tersisanya kapasitas
yang ada merupakan kendala karena daya produksi bentonit dalam negeri pada 1999
masih jauh dari proyeksi. Padahal, pada saat itu, selain untuk keperluan domestik,
Indonesia merencanakan ekspor bentonit seperti ke Malaysia yang pada tahun 1993
sekurangnya 100.000 ton, karena Negara tersebut telah membutuhkan hampir 200 ribu
ton per tahun untuk pengolahan minyak sawit sebesar sekitar 6 juta ton [1]. Jadi, untuk
memenuhi konsumsi di industri kimia dasar perlu meningkatkan produksi lebih dari
200%. Saat ini, prospek kebutuhan bentonit hanya terfokus kepada jumlah penduduk
Indonesia sebagai konsumen. Oleh karena itu, apabila pendirian pabrik pengolahan
masih berupa angan-angan, prospek pengembangan usaha bentonit ke depan
diperkirakan hanya tergantung kepada jumlah penduduk, atau peningkatan daya beli
yang cukup untuk membeli produk berkualitas.
Cukup besarnya jumlah penduduk Indonesia merupakan potensi pasar bentonit
tersendiri di dalam negeri, dimana pada tahun 2000 penduduk Indonesia berjumlah
203,4 juta orang. Sebagai contoh adalah kebutuhan minyak goreng yang semakin besar
akibat jumlah penduduk yang makin bertambah, di lain pihak sampai saat ini minyak
goreng berkualitas utama masih terbatas dikonsumsi oleh masyarakat perkotaan.
Sebaliknya masyarakat pedesaan, yang berjumlah cukup besar dan dalam kehidupan
sehari-hari secara umum masih memakai minyak goreng dengan kualitas rendah dan
sering menimbulkan masalah terhadap cita rasa makanan, bahkan kadang berakibat
makanan jadi tidak sehat. Sampai dengan tahun 1999 Ca-bentonit yang diproduksi di
dalam negeri masih mempunyai kemampuan bleaching yang kurang diminati, sehingga
industri minyak banyak menggunakan bentonit impor. Akan tetapi perkembangan
terakhir menunjukkan adanya peningkatan penggunaan Ca-bentonit domestik, yang
berarti produsen di dalam negeri telah mampu meningkatkan kualitas Ca-bentonit sesuai
dengan permintaan pasar, dan dapat bersaing dengan bentonit impor. Proyeksi
Departemen Perindustrian dan Perdagangan 1992, bahwa kapasitas pabrik pengolahan
di Indonesia pada industri kimia dasar pada akhir pelita VI adalah sebesar dari 308.940
ton. Proyeksi tersebut belum terpenuhi bahkan tidak sampai dengan 50 % dari kapasitas
direncanakan.
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
1. Bentonit ialah batuan lempung dari kelompok dioktohedral yang mengandung
monmorillonit sebanyak 85 % dari seluruh material penyusun bentonit. Dengan
diameter tidak lebih dari 2 m dan terdiri dari 2 lapis silika tetrahedral serta 1
lapis sentral octahedral, struktur bentonit membentuk seperti segitiga yang
berlapis-lapis.
2. Aplikasi Bentonit adalah sebagai berikut:
1. Bentonit sebagai adsorben dan bahan pemucat pada industri minyak
kelapa sawit.
2. Bentonit sebagai katalis pada proses perengkahan minyak bumi dengan
menggunakan mineral monmorillonit yang telah diasamkan. Namun,
penggunaan lempung sebagai katalis memiliki kelemahan tidak tahan
terhadap suhu tinggi.
3. Bentonit sebagai bahan penukar ion yang didasarkan pada sifat
permukaan bentonit yang bermuatan negatif, sehingga ion-ion dapat terikat
secara elektrostatik pada permukaan bentonit.
4. Bentonit sebagai lumpur bor sebagai lumpur terpilar dalam pengeboran
minyak bumi, gas bumi serta panas bumi. Aktivasi bentonit untuk lumpur bor
adalah merupakan suatu perlakuan untuk mengubah Ca-bentonit menjadi
Na-bentonit dengan penambahan bahan alkali. Bahan alkali yang sering
digunakan adalah natrium karbonat dan natrium hidroksida.
5. Bentonit dalam pembuatan tambahan makanan ternak . Untuk dapat
digunakan dalam pembuatan tambahan makanan ternak.
6. Bentonit untuk industri kosmetik.
DAFTAR PUSTAKA

Dinas Pertambangan dan Energi Propinsi Riau, 2004, Laporan Akhir Penyelidikan Bahan Galian Bentonit,
Batu Gamping, Dan Timah Di Kabupaten Singingi dan Kampar Propinsi Riau , PT. Riodila Bumi
Persada Konsultan teknik, Pekanbaru.
Irmayani dan Fitriani, 1998, Pemanfaatan Bentonit Sebagai Adsorben Logam Berat Cr3+, Skripsi, UNRI,
Pekanbaru.
Rahman, A, 2008, Sintesis Nanokomposit Poliester-Lempung Berbahan Baku Organolempung dari
Bentonit Indonesia, Tesis, Universitas Gajah Mada, Yogyakarta
Yusnimar, dan Drastinawati, 2005, Pemanfaatan Bentonit Sebagai Adsorben pada Proses Bleaching
Minyak Sawit, Prosiding Seminar Nasional Teknologi Petro-oleokimia Indonesia, Pekanbaru.

Anda mungkin juga menyukai