Anda di halaman 1dari 5

ARTIKEL BIODIVERSITAS

PERAN BIOTEKNOLOGI DALAM MEMPERTAHANKAN


BIODIVERSITAS DI INDONESIA

DISUSUN OLEH :

NURIYYA SALEH 165100500111025


MUBDIANTI NUR FAJRIAH 165100507111029

KELAS Q
BIOTEKNOLOGI

FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN


UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2016
Peran Bioteknologi dalam Mempertahankan Biodeversitas di Indonesia

Bioteknologi adalah ilmu biologi molekuler berikut teknik dan aplikasinya yang
digunakan untuk memodifikasi, memanipulasi atau merubah proses kehidupan normal dari
organisme-organisme dan jaringan-jaringan guna meningkatkan kinerjanya bagi keperluan
manusia (Richana, 2002). Bioteknologi merupakan proses hayati yang mengunakan jasad
atau sistem untuk menghasilkan produk-produk yang bermanfaat dalam meningkatkan
kualitas kehidupan manusia. Bioteknologi dapat dikelompokan dalam 4 bidang, yaitu
bioteknologi yang diterapkan untuk bidang pertanian, bioteknologi yang meliputi proses-
proses hayati untuk kesehatan, bioteknologi untuk berbagai proses industri dan bioteknologi
yang meliputi proses-proses hayati kelautan dan lingkungan perairan. Bioteknologi
memberikan harapan baru pada umat manusia dalam menghadapi permasalahan global
seperti kesenjangan antara ketersediaan pangan dengan pertambahan populasi penduduk
dunia, dan penurunan kualitas lingkungan yang berimplikasi luas terhadap kualitas hidup
manusia secara keseluruhan.

Kekayaan sumber daya hayati merupakan modal berharga untuk pengembangan


bioteknologi. Berbagai jenis produk pangan, bahan biomedis, kosmetika dan bahan baku
industri yang sangat dibutuhkan dapat dihasilkan dengan pengolahan dan rekayasa bahan-
bahan hayati menggunakan bioteknologi. Tren perkembangan industri produk bioteknologi
cenderung meningkat dari tahun ke tahun. Hal ini didukung oleh sifat sumber daya hayati
sebagai bahan dasar produk bioteknologi yang dapat diperbaharui. Industri bioteknologi
potensial menjadi industri utama di masa depan termasuk bagi negara-negara berkembang
seperti Indonesia.
Indonesia merupakan salah satu negara berkembang yang memiliki keanekaragaman
hayati tinggi, yaitu urutan ke-2 setelah Brasilia. Meskipun luas daratan Indonesia hanya 1,3
persen dari luas daratan permukaan bumi, keanekaragaman hayati yang ada di dalamnya
luar biasa tinggi, meliputi 11 persen spesies tumbuhan dunia, 10 persen spesies mamalia,
dan 16 persen spesies burung (FWI/GFW, 2001). Sebagian besar dari spesies ini berada
didalam hutan-hutan Indonesia.

Gambar 1.Kekayaan Biotik: Persentase Spesies yang Terdapat di Indonesia 2000-2001

Keanekaragaman hayati Indonesia sebagian telah dimanfaatkan, sebagian baru


diketahui jenis dan potensinya, dan sebagian lagi belum diketahui baik jenis, nama maupun
manfaatnya. Gejala penyusutan keanekaragaman hayati di Indonesia semakin terasa pada
akhir-akhir ini sehingga upaya pelestariannya perlu mendapat perhatian yang cukup serius.
Peran bioteknologi dalam mengurangi laju kerusakan sumberdaya alam hayati sangat
diharapkan, terutama dalam hal peningkatan produktivitas tanaman dan ternak, yang akan
menurunkan intensitas tekanan terhadap plasma nutfah yang dikonservasi. Bioteknologi
juga dapat digunakan untuk mempercepat pengembangbiakan tanaman, hewan dan sumber
daya hayati lain yang terancam punah.

Masyarakat akan dapat merasakan manfaat secara maksimal jika bioteknologi


dikembangkan dan diterapkan secara bijaksana. Dampak negatif dari aplikasi bioteknologi
terhadap lingkungan harus dihindari. Tersebarnya jenis tanaman dan ternak hasil rekayasa
genetik yang belum diketahui secara menyeluruh baik sifat maupun pengaruhnya terhadap
lingkungan, dapat mengakibatkan tercemarnya keanekaragaman hayati Indonesia.
Kebijaksanaan, konsep, dan strategi pengamanan keanekaragaman hayati untuk
menghadapi perkembangan kebutuhan akan produk dan produktivitas dari sumber daya
alam khususnya kekayaan keanekaragaman hayati perlu dikaji secara mendalam.
Salah satu upaya pemerintah untuk mengatasi hal tersebut telah tertuang dalam
Undang-Undang Nomor 5 tahun 1990. Dalam Undang-undang tersebut tercantum 3 prinsip
dasar konservasi sumberdaya alam hayati dan ekosistemnya, yaitu :

1. Perlindungan sistem penyangga kehidupan


2. Pengawetan keanekaragaman jenis tumbuhan dan satwa beserta ekosistemnya,
yaitu upaya pencegahan terhadap kepunahan jenis.
3. Pemanfaatan secara lestari sumber daya alam hayati dan ekosistemnya

Mempertimbangkan aspek kesehatan masyarakat dan lingkungan hidup, sebelum


produk bioteknologi dipasarkan, maka produk tersebut harus memenuhi persyaratan, seperti
keamanan dan mutu pangan. Bagi Indonesia sebagai salah satu pusat keanekaragaman
hayati terbesar diperlukan suatu peraturan pelaksanaan dari UU No. 5 tahun 1990 dan UU
No. 5 tahun 1994 mengenai pengamanan keanekaragaman hayati untuk mencegah
terjadinya pencurian sumberdaya genetik dan juga mencegah dijadikannya Indonesia
sebagai ajang percobaan pelepasan organisme hasil rekayasa genetika yang akan
mengancam kelestarian sumberdaya hayati.

Contoh teknik bioteknologi yang telah diterapkan di Indonesia adalah kultur jaringan dan
tanaman transgenik. Kultur jaringan adalah metode untuk mengisolasi bagian dari tanaman,
seperti sel, sekelompok sel, jaringan, dan organ, serta menumbuhkan dalam kondisi aseptik,
sehingga bagian-bagian tersebut dapat memperbanyak diri dan beregenerasi menjadi
tanaman yang lengkap (Henuhili, 2013). Contoh tanaman yang dibudidayakan melalui teknik
ini yaitu perbanyakan tanaman hias seperti anggrek, tanaman obat seperti bidara upas,
tanaman berkayu seperti jati, dan buah-buahan semisal pisang. Sedangkan tanaman
transgenik adalah tanaman hasil rekayasa gen dengan cara disisipi satu atau sejumlah gen
(Karmana, 2009). Contoh tanaman yang dibudidayakan melalui teknik ini yaitu kapas.
Namun, pengembangan tanaman ini telah menimbulkan pro dan kontra terhadap resiko
yang akan ditimbulkannya. Penanaman tanaman transgenik secara masal perlu dilakukan
secara hati-hati untuk menghindari dampak negatifnya. Salah satu dampak negatifnya
adalah polusi gen. Oleh karena itu adopsi tanaman ini dan juga bioteknologi untuk
memmpertahan keanekaragaman hayati hendaknya dibutuhkan beberapa pertimbangan
yang arif, baik dilihat dari aspek agama, legalitas (hukum), kesehatan, sosio-ekonomi,
perkembangan iptek, dan aspek etika lingkungan.(bioetika).

DAFTAR PUSTAKA
FWI/GFW. 2001. Keadaan Hutan Indonesia. Bogor , Indonesia: Forest Watch Indonesia dan
Washington D.C.: Global Forest Watch.

Henuhili, Victoria. 2013. Kultur JaringanTanaman. Yogyakarta: Universitas Negeri


Yogyakarta.

Karmana, I Wayan. 2009. Adopsi Tanaman Transgenik dan Beberapa Aspek


Pertimbangannya. Mataram: FPMIPA IKIP Mataram.

Richana, Nur. 2002. Produksi dan Prospek Enzim Xilanase dalam Pengembangan
Bioindustri di Indonesia. Bogor: Balai Penelitian Bioteknologi dan Sumberdaya
Genetik Pertanian.

Anda mungkin juga menyukai