Anda di halaman 1dari 16

A.

Pendahuluan

Akut Abdomen adalah suatu kegawatan abdomen yang dapat terjadi karena masalah
nyeri abdomen yang terjadi tiba-tiba dan berlangsung kurang dari 24 jam.1
Akut Abdomen adalah kelainan nontraumatik yang timbul mendadak dengan gejala
utama di daerah abdomen dan memerlukan tindakan bedah segera.2
Akut Abdomen adalah interprestasi yang tepat terhadap nyeri abdomen.3
Dari definisi di atas dapat disimpulkan bahwa akut abdomen adalah penyakit yang
disebabkan oleh nyeri yang timbul akibat masalah bedah dan non bedah serta terjadi secara
tiba-tiba.4

B. Etiologi Akut Abdomen

Keadaan darurat dalam abdomen dapat disebabkan karena perdarahan, peradangan,


perforasi atau obstruksi pada alat pencemaan. Peradangan bisa primer karena peradangan alat
pencernaan seperti pada appendisitis atau sekunder melalui suatu pencemaran peritoneum
karena perforasi tukak lambung, perforasi dari Payer's patch pada typhus abdominalis atau
perforasi akibat trauma.4
Kegawatan abdomen yang datang ke rumah sakit bisa berupa kegawatan bedah atau
non bedah. Kegawatan non bedah antara lain pankreatitis akut, ileus paralitik, dan kolik
abdomen. Kegawatan yang disebabkan oleh bedah antara lain peritonitis umum akibat suatu
proses dari luar maupun dalam abdomen. Proses dari luar misalnya karena suatu trauma,
sedangkan proses dari dalam misalnya karena apendisitis perforasi.4
Penyebab tersering dari akut abdomen antara lain apendisitis, kolik bilier, kolisistitis,
divertikulitis, obstruksi usus, perforasi viskus, pankreatitis, peritonitis, salpingitis, adenitis
mesenterika, dan kolik renal.4

Tabel 1 Penyebab Akut Abdomen

Sering Kurang sering Jarang


Appendisitis Kolangitis Nekrosis
hepatoma
Kolik bilier Infark mesenterika Infark lien
Kolisistitis Pielonefritis Pneumonia
Divertikuliti Torsi kista ovarium, testis, Infark miokard
s omentum
Obstruksi Rupture kista ovarium Ketoasidosis
usus diabetikum
Perforasi Kehamilan ektopik Inflamasi
viskus aneurisma
Pancreatitis Aneurisma aorta Volvulus sigmoid,
caecum, lambung
Peritonitis Prolaps diskus Herpes zoster
Salpingitis Abses
Adenitis Eksaserbasi ulkus
mesenterika peptikum
Kolik renal Ileitis: Chorns, Yersinia
spp

Tabel 2 Penyebab Akut Abdomen Berdasarkan Sistem Organ


Sistem Organ Penyakit
Gastrointestinal Apendisitis, ulkus peptikum
perforasi, obstruksi usus, perforasi
usus, iskemia usus, divertikulitis
kolon, divertikulitis Meckel,
inflammatory bowel disease

Hepatobilier, pankreas dan lien Pankreatitis akut, kolesistitis akut,


kolangitis akut, hepatitis akut, abses
hati, ruptur atau hemoragik tumor
hepar, ruptur lien

Urologi Batu ureter, pielonefritis

Retroperitoneal Anuerisma aorta, perdarahan


retroperitoneal

Ginekologi Ruptur kista ovarium, torsi ovarium,


kehamilan ektopik terganggu,
salpingitis akut, piosalfing,
endometritis, rupture uterus

C. Anatomi dan Fisiologi Abdomen

Perkembangan dari anatomi rongga abdomen dan organ-organ visera mempengaruhi


manifestasi, patogenesis dan klinis dari penyakit abdominal peritoneum dan persarafan
sensoris visceral sangat penting untuk evaluasi acute abdominal disease.1

2
Setelah 3 minggu perkembangan janin, usus primitive terbagi menjadi foregut,
midgut, dan hindgut. Arteri mesenterika superior menyuplai dari ke midgut (bagian keempat
duodenum sampai midtransversal kolon). Foregut meliputi faring, esofagus, lambung, dan
proksimal duodenum, sedangkan hindgut terdiri dari kolon distal dan rectum. Serabut aferen
yang menyertai suplai vaskuler memberikan persarafan sensoris pada usus dan terkait
peritoneum viseral. Sehingga penyakit pada proksimal duodenum (foregut) merangsang
serabut aferen celiac axis menghasilkan nyeri epigastrium. Rangsangan di sekum atau
apendiks (midgut) mengaktifkan saraf aferen yang menyertai arteri mesenterika superior
menyebabkan rasa nyeri di periumbilikalis, dan penyakit kolon distal menginduksi serabut
saraf aferen sekitar arteri mesenterika inferior menyebabkan nyeri suprapubik. Saraf frenikus
dan serabut saraf aferen setinggi C3, C4, dan C5 sesuai dermatom bersama-sama dengan
arteri prenikus mempersarafi otot-otot diafragma dan peritoneum sekitar diafragma.
Rangsangan pada diafragma menyebabkan nyeri yang menjalar ke bahu. Peritoneum
parietalis,dinding abdomen, dan jaringan lunak retroperitoneal menerima persarafan somatik
sesuai dengan segmen nerve roots.5

Peritoneum parietalis kaya akan inervasi saraf sehingga sensitive terhadap


rangsangan. Rangsangan pada permukaan peritoneum parietal akan menghasilkan sensasi
yang tajam dan terlokalisir di area stimulus. Ketika peradangan pada visceral mengiritasi
pada peritoneum parietal maka akan timbul nyeri yang terlokalisir. Banyak peritoneal signs
yang berguna dalam diagnosis klinis dari acute abdominal pain. Inervasi dual-sensorik dari
kavum abdomen yaitu serabut aferen viseral dan saraf somatik menghasilkan pola nyeri yang
khas yang membantu dalam diagnosis. Misalnya nyeri pada apendisitis akut nyeri akan
muncul pada area periumbilikalis dan nyeri akan semakin jelas terlokalisir ke kuadran kanan
bawah saat peradangan melibatkan peritoneum parietal. Stimulasi pada saraf perifer akan
menghasilkan sensasi yang tajam, tiba-tiba, dan terlokalisasi dengan baik.

3
Gambar 1 Persarafan Tractus Gastrointestinal

Rangsangan pada saraf sensorik aferen intraperitoneal pada acute abdominal pain
menimbulkan nyeri yang tumpul (tidak jelas pusat nyerinya), nyeri tidak terlokalisasi dengan
baik, dengan onset gradual/bertahap dan durasi yang lebih lama. Nervus vagus tidak
mengirimkan impuls nyeri dari usus. Sistem saraf aferen simpatik mengirimkan nyeri dari
esophagus ke spinal cord.6
Saraf aferen dari kapsul hepar, ligamen hepar, bagian central dari diafragma, kapsul
lien, dan perikardium memasuki sistem saraf pusat dari C3 sampai C5. Spinal cord dari T6
sampai T9 menerima serabut nyeri dari bagian diafragma perifer, kantong empedu, pankreas,
dan usus halus. Serabut nyeri dari colon, appendik, dan visera dari pelvis memasuki sistem
saraf pusat pada segmen T10 sampai L11. Kolon sigmoid, rektum, pelvis trenalis beserta
kapsulnya, ureter dan testis memasuki sistem saraf pusat pada T11 dan L1. Kandung kemih
dan kolon rektosigmoid dipersarafi saraf aferen dari S2 samapai S4.
Pemotongan, robek, hancur, atau terbakar biasanya tidak menghasilkan nyeri divisera
pada abdomen. Namun, perenggangan atau distensi pada peritonium akan menghasilkan
sensasi nyeri. Peradangan peritonium akan menghasilkan nyeri viseral, seperti halnya
iskemia. Kanker dapat menyebabkan intraabdominal pain jika mengenai saraf sensorik.
Abdominal pain dapt berupa viseral pain, pariental pain, atau reffered pain. Viseral pain

4
bersifat tumpul dan kurang terlokalisir dengan baik, biasanya diepigastrium, regio
periumbilikalis atau regio suprapubik. Pasien dengan nyeri viseral mungkin juga mengalami
gejala berkeringat, gelisah, dan mual.
Nyeri parietal atau nyeri somatik yang terkait dengan gangguan intra-abdominal akan
menyebabkan nyeri yang lebih inten dan terlokalisir dengan baik. Referred pain merupakan
sensasi nyeri dirasakan jauh dari lokasi sumber stimulus yang sebenernya. Misalnya, iritasi
pada diafragma dapat menghasilkan rasa sakit dibahu. Penyakit saluran empedu atau kantong
empedu dapat menghasilkan nyeri bahu. Distensi dari small bowel dapat menghasilkan rasa
sakit ke bagian punggung bawah.
Selama minggu ke-5 perkembangan janin, usus berkembang diluar rongga peritoneal,
menonjol melalui dasar umbilical cord, dan mengalami rotasi 180 berlawanan dengan arah
jarum jam. Selama proses ini, usus tetap berada di luar rongga peritoneal sampai kira-kira
minggu 10, rotasi embryologik menempatkan organ-organ visera pada posisi anatomis
dewasa, dan pengetahuan tentang proses rotasi semasa embriologis penting secara klinis
untuk evaluasi pasien dengan acute abdominal pain karena variasi dalam posisi (misalnya,
pelvic atau retrocecal appendix).6

D. Patofisiologi

Akut abdomen terjadi karena nyeri abdomen yang timbul tiba-tiba atau sudah
berlangsung lama. Nyeri abdomen ini dapat berupa nyeri viseral maupun nyeri somatik dan
dapat berasal dari berbagai proses pada berbagai organ di rongga perut atau di luar rongga
perut, misalnya di rongga dada. 7

1. Jenis Nyeri Perut

a. Nyeri Viseral

Nyeri viseral terjadi bila terdapat rangsangan pada organ atau struktur dalam
rongga perut, misalnya karena cedera atau radang. Peritoneum viserale yang
menyelimuti organ perut dipersarafi oleh sistem saraf otonom dan tidak peka
terhadap rabaan, atau pemotongan. Dengan demikian, sayatan atau penjahitan
pada usus dapat dilakukan tanpa terasa oleh pasien. Akan tetapi, bila dilakukan
tarikan atau regangan organ, atau terjadi kontraksi yang berlebihan pada otot
yang menyebabkan iskemia, misalnya kolik atau radang, seperti apendisitis,
akan timbul nyeri. Pasien yang merasakan nyeri viseral biasanya tak dapat

5
menunjukkan secara tepat letak nyeri sehingga biasanya ia menggunakan
seluruh telapak tangannya untuk menunjuk daerah yang yang nyeri. Nyeri
viseral kadang disebut nyeri sentral. 8
Penderita memperlihatkan pola yang khas sesuai dengan persarafan embrional
organ yang terlibat. Saluran cerna yang berasal dari usus depan (foregut), yaitu
lambung, duodenum, sistem hepatobilier, dan pankreas menyebabkan nyeri di
ulu hati atau epigastrium. Bagian saluran cerna yang berasal dari usus tengah
(midgut), yaitu usus halus dan usus besar sampai pertengahan kolon
transversum menyebabkan nyeri di sekitar umbilikus. Bagian saluran cerna
lainnya, yaitu pertengahan kolon transversum sampai dengan kolon sigmoid
yang berasal dari usus belakang (hindgut) menimbulkan nyeri di perut bagian
bawah. Demikian juga nyeri dari buli-buli dan rekstosigmoid. Karena tidak
disertai rangsang peritoneum, nyeri ini tidak dipengaruhi oleh gerakan sehingga
penderita biasanya dapat aktif bergerak.8

Gambar 2 Lokasi Nyeri Viseral

b. Nyeri Somatik

Nyeri somatik terjadi karena rangsangan pada bagian yang dipersarafi oleh saraf
tepi, misalnya regangan pada peritoneum parietalis, dan luka pada dinding perut.
Nyeri dirasakan seperti ditusuk atau disayat, dan pasien dapat menunjukkan
secara tepat letaknya dengan jari. Rangsang yang menimbulkan nyeri ini dapat
berupa rabaan, tekanan, rangsang kimiawi, atau proses radang. 8

Gesekan antara visera yang meradang akan me nimbulkan rangsangan


peritoneum dan menyebabkan nyeri. Peradangannya sendiri maupun gesekan
antara kedua peritoneum dapat menyebabkan perubahan intensitas nyeri.

6
Gesekan inilah yang menjelaskan nyeri kontralateral pada apendisitis akut.
Setiap gerakan penderita, baik berupa gerak tubuh maupun gerak napas yang
dalam atau batuk, juga akan menambah rasa nyeri sehingga penderita gawat
perut yang disertai rangsang peritoneum berusaha untuk tidak bergerak,
bernapas dangkal, dan menahan batuk. 8

2. Letak Nyeri Perut

Nyeri viseral dari suatu organ sesuai letaknya dengan asal organ tersebut pada
masa embrional, sedangkan letaknya nyeri somatik biasanya dekat dengan organ
sumber nyeri sehingga relatif mudah menentukan penyebabnya. Nyeri pada anak
prasekolah sulit ditentukan letaknya karena mereka selalu menunjuk daerah sekitar
pusat bila ditanya tentang nyerinya. Anak yang lebih besar baru dapat menentukan
letak nyeri.8

3. Sifat Nyeri

Berdasarkan letak atau penyebarannya, nyeri dapat bersifat nyeri alih dan nyeri
yang diproyeksikan. Untuk penyakit tertentu meluasnya rasa nyeri dapat membantu
menegakkan diagnosis. Nyeri bilier khas menjalar ke pinggang dan ke arah belikat.
nyeri pankreatitis dirasakan menembus ke bagian pinggang. Nyeri pada bahu
menunjukkan adanya rangsangan pada diafragma. 8

1. Nyeri Alih

Nyeri alih terjadi jika suatu segmen persarafan melayani lebih dari satu
daerah. Misalnya, diafragma yang berasal dari regio leher C3-5 pindah ke bawah
pada masa embrional sehingga rangsangan pada diafragma oleh perdarahan atau
peradangan akan dirasakan di bahu. 8

2. Nyeri Proyeksi

Nyeri proyeksi adalah nyeri yang disebabkan oleh rangsangan saraf sensorik
akibat cedera atau peradangan saraf. Contoh yang terkenal ialah nyeri fantom
setelah amputasi atau nyeri perifer setempat pada herpes zoster. Radang saraf Ini
pada herpes zoster dapat menyebabkan nyeri hebat di dinding perut sebelum
gejala atau tanda herpes zoster menjadi jelas. 8

7
3. Hiperestesia

Hiperestesi atau hiperalgesi sering ditemukan di kulit jlka ada peradangan pada
rongga di bawahnya. Pada gawat perut, tanda ini sering ditemukan pada
peritonitis setempat maupun peritonitis umum. 8
Nyeri peritoneum parietalis dirasakan tepat pada tempat terangsangnya
peritoneum sehingga penderita dapat menunjuk dengan tepat dan pada tempat itu
terdapat nyeri tekan, nyeri gerak, nyeri batuk, nyeri lepas, serta tanda rangsang
peritoneum lain dan defans muskuler yang sering disertai hiperestesi kulit
setempat.8
Nyeri yang timbul pada pasien dengan gawat abdomen dapat berupa nyeri yang
terus-menems (kontinu) atau nyeri yang bersifat kolik. 8

4. Nyeri Kontinyu

Nyeri akibat rangsangan pada peritoneum parietale akan dirasakan terus-


menerus karena berlangaung terus. misalnya pada reaksi radang. Pada saat
pemeriksaan penderita peritonitis, ditemukan nyeri tekan setempat. Otot dinding
perut menunjukkan defans muskuler secara refleks untuk melindungi bagian
yang meradang dan menghindari gerakan atau tekanan setempat. 8

5. Nyeri Kolik

Kolik merupakan nyeri viseral akibat spasme otot polos organ berongga dan
biasanya disebabkan oleh hambatan pasase dalam organ tersebut (obstruksi usus.
batu ureter, batu empedu, peningkatan tekanan intraluminer). Nyeri ini timbul
karena hipoksia yang dialami oleh Jaringan dinding saluran. Karena kontraksi
berbeda maka kolik dirasakan hilang timbul. Fase awal gangguan pendarahan
dinding usus juga berupa nyeri kolik. 8

Serangan kollk biasanya disertai perasaan mual bahkan sampai muntah.


Dalam serangan, pendeiita sangat gelisah kadang sampai berguling-guling di
tempat tidur atau di jalan. Yang khas Ialah trias kolik yang terdiri atas serangan
nyeri perut yang kumatan disertai mual atau muntah dan gerak paksa. 8

6. Nyeri Iskemik

8
Nyeri perut dapat Juga berupa nyeri iskemik yang sangat hebat. menetap, dan
tidak menyurut. Nyeri ini merupakan tanda adanya jaringan yang terancam
nekrosis. Lebih lanjut akan tampak tanda intoksikasi umum, seperti takikardia,
keadaan umum yang jelek dan syok karena resorbsi toksin dari Jaringan nekrosis. 8

7. Nyeri Pindah

Nyeri berubah sesuai dengan perkembangan patologi. Misalnya pada tahap


awal apendisitis. sebelum radang mencapai permukaan peritoneum, nyeri viseral
dirasakan di sekitar pusat disertai rasa mual karena apendiks termasuk usus
tengah. Setelah radang terjadi di seluruh dinding termasuk peritoneum viserale,
terjadi nyeri akibat rangsangan peritoneum yang merupakan nyeri somatik. Pada
saat ini. nyeri dirasakan tepat pada letak peritoneum yang meradang, yaitu di
perut kanan bawah. Jika apendiks kemudian mengalami nekrosis dan gangren
(apendisitis gangrenosa) nyeri berubah lagi menjadi nyeri iskemik yang hebat,
menetap dan tidak menyurut, kemudian penderita dapat Jatuh dalam keadaan
toksis.8

Pada perforasi tukak peptik duodenum, isi duodenum yang terdiri atas cairan
asam garam dan empedu masuk di rongga abdomen yang sangat merangsang
peritoneum setempat. Si sakit merasa sangat nyeri di tempat rangsangan itu
yaitu di perut bagian atas. Setelah beberapa waktu cairan isi duodenum mengalir
ke kanan bawah melalul jalan di sebelah lateral kolon asendens sampai ke
tempat kedua, yaitu rongga perut kanan bawah sekitar sekum. Nyeri itu kurang
tajam dan kurang hebat dibandingkan nyeri pertama karena terjadi pengenceran.
Pasien sering mengeluh bahwa nyeri yang mulai di ulu hati pindah ke kanan
bawah. Proses ini berbeda sekali dengan proses nyeri pada apendisitis akut.
Akan tetapi kedua keadaan ini apendisitis akut maupun perforasi lambung atau
duodenum, akan mengakibatkan peritonitis purulenta umum jika tidak segera
ditanggulangi dengan tindak bedah.8

4. Onset dan Progresifitas Nyeri

Onset timbulnya nyeri dapat menunjukkan keparahan proses yang terjadi. Onset
dapat digambarkan dalam bahasa mendadak (dalam detik), cepat (dalam jam), dan
perlahan (dalam beberapa jam). Nyeri hebat yang terjadi mendadak pada seluruh

9
abdomen merupakan suatu keadaan bahaya yang terjadi intra abdomen seperti
perporasi viscus atau ruptur aneurisma, kehamilan ektopik, atau abses. Dengan adanya
gejala sistemik (tachykardi, berkeringat, tachypneu dan syok) menunjukkan
dibutuhkannya resusitasi dan laparotomi segera.3

Pada kasus kolesistitis akut, pankreatitis akut, strangulasi usus, infark mesenterium,
kolik renal atau ureter, obstruksi usus yang tinggi ditemukan nyeri abdomen yang
menetap, terlokalisasi dengan baik dalam 1 2 jam dan nyeri dirasakan lebih berat
pada bagian tengah. Pada akut appendisitis terutama pada retrocaecal atau retroileal,
hernia ingkarserata, obstruksi usus halus bagian bawah atau kolon, ulkus peptikum
yang tidak terkomplikasi, atau beberapa kelainan urologi dan ginekologi
menunjukkan gejala nyeri yang tidak jelas pada awal perjalanan penyakit, tetapi
kemudian nyeri lebih berat dirasakan pada suatu lokasi tertentu.3

5. Karakteristik Nyeri

Sifat, derajat, dan lamanya nyeri akan sangat membantu dalam mencari penyebab
utama akut abdomen. Nyeri superfisial, tajam dan menetap biasanya terjadi pada
iritasi peritoneal akibat perporasi ulkus atau ruptur appendiks, ovarian abses atau
kehamilan ektopik. Nyeri kolik terjadi akibat adanya kontraksi intermiten otot polos,
seperti kolik ureter, dengan ciri khas adanya interval bebas nyeri. Tetapi istilah kolik
bilier sebenarnya tidak sesuai dengan pengertian nyeri kolik karena kandung empedu
dan ductus biliaris tidak memiliki gerakan peristalsis seperti pada usus atau ureter.
Nyeri kolik biasanya dapat reda dengan analgetik biasa. Sedangkan nyeri strangulata
akibat nyeri iskemia pada strangulasi usus atau trombosis vena mesenterika biasanya
hanya sedikit mereda meskipun dengan analgetik narkotik. Faktor-faktor yang
memicu atau meredakan nyeri penting untuk diketahui. Pada nyeri abdomen akibat
peritonitis, terutama jika mengenai organ-organ pada abdomen bagian atas, nyeri
dapat dipicu akibat gerakan atau nafas yang dalam.3

10
Gambar 3 Lokasi dan Karakteristik Nyeri Abdomen Akut

E. Gejala Akut Abdomen

Pada sebagian besar akut abdomen, muntah merupakan keluhan yang sering terjadi
setelah nyeri, tetapi jika pasien tidak menyatakannya maka harus ditanyakan apakah terdapat
riwayat muntah. Muntah terjadi akibat rangsangan serabut aferen viseral sehingga
mengaktifasi pusat muntah di medulla yang kemudian dilanjutkan ke serabut eferen sehingga
terjadi muntah. Karakteristik muntah sangat penting karena terkadang muntah terjadi pada
saat awal nyeri pada kasus-kasus lesi inflamasi intra abdomen, tetapi dapat hilang dengan
cepat.
Pada kasus lainnya dimana terjadi akibat obstruksi usus, pada obstruksi tinggi,
keluhan muntah dapat muncul dengan cepat dan menetap, sedangkan pada obstruksi rendah
muntah terjadi lebih lambat hingga nyeri bertahan dalam beberapa jam atau hari. pada akut
pankreatitis biasanya terjadi muntah yang terus menerus, dan hal tersebut dapat membantu
membedakan dengan perporasi gaster atau duodenum dimana muntah tidak terjadi atau hanya
muntah ringan.7
Gejala lain yang penting dan sering ditemukan adalah perubahan pada aktifitas usus.
Sebagian besar lesi inflamasi pada abdomen menimbulkan refleks mengurangi pergerakan
usus sehingga terjadi konstipasi. Refleks ileus terkadang terinduksi oleh serabut aferen
visceral yang menstimulasi seranut eferen sistem simpatis (splanchnic nerve) sehingga
peristalsis usus menurun. Pada gastroenteritis atau inflamasi di daerah pelvis, biasanya pelvis

11
appendisitis, dapat menyebabkan iritasi pada rektum dan terjadi tenesmus, biasanya pasien
menganggapnya sebagai suatu diare.8

F. Diagnosis

Untuk penegakan diagnosis diperlukan pengumpulan data terhadap penderita secara


sistematis dimulai dari anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang. 8

1. Anamnesis

Dalam anamnesis penderita gawat abdomen, perlu ditanyakan dahulu


permulaan timbulnya nyeri (kapan mulai, mendadak, atau berangsur), letaknya
(menetap, pindah, atau beralih), keparahannya dan sifatnya (seperti ditusuk,
tekanan, terbakar, irisan, bersifat kolik), perubahannya (bandlngkan dengan
permulaan), lamanya apakah berkala dan faktor apakah yang memengaruhinya
(adakah yang memperingan atau memberatkan, seperti sikap tubuh, makanan,
minuman, napas dalam, batuk, bersin, defekasi, dan miksi). Harus ditanyakan
apakah pasien sudah pernah mengalami nyeri seperti ini. 8
Muntah sering ditemukan pada penderita gawat perut. Pada obstrukai usus tinggi,
muntah tidak akan berhenti, malahan biasanya bertambah hebat. Sembelit
(kongtipasi) didapatkan pada obstruksi usus besar dan pada peritonitis umum.8
Nyeri tekan didapatkan pada letak iritasi peritoneum. Jika ada radang peritoneum
setempat, ditemukan tanda rangsang peritoneum yang sering disertai defans
muskuler. Pertanyaan mengenai defekasi, miksi, daur haid. dan gejala lain seperti
keadaan sebelum diserang tanda gawat perut, harus dimasukkan dalam
anamnesis. 8

2. Pemeriksaan Fisik

Pada pemeriksaan fisik, perlu diperhatikan keadaan umum, wajah, denyut


nadi, pernapasan, suhu badan, dan sikap baring. Gejala dan tanda dehidrasi,
perdarahan, syok, dan infeksi atau sepsis juga perlu diperhatikan. 8
Pada pemeriksaan perut, inspeksi merupakan bagian pemeriksaan yang penting.
Auskultasi diadakan sebelum dilakukan perkusi dan palpasi. Lipat paha dan tempat
hernia lain diperiksa secara khusus. Umumnya dibutuhkan colok dubur untuk
membantu penegakan diagnosis.8

12
Pemeriksaan bagian perut yang sukar dicapai, seperti daerah retroperitoneal,
regio subfrenik, dan panggul dapat dicapai secara tidak langsung dengan uji
tertentu. Dengan uji iliopsoas dapat diperoleh informasi mengenai regio
retroperitoneal; dengan uji obturator didapat informasi mengenai kelainan di
panggul dan dengan perkusi tinju dapat dicapai region subfrenik. Dengan menarik
testis ke arah kaudal dapat dicapai daerah dasar panggul. 8
Pada pasien dengan keluhan nyeri perut umumnya harus dilakukan
pemeriksaan colok dubur dan pemeriksaan vaginal.8
Nyeri yang difus pada lipatan peritoneum di kavum douglas kurang
memberikan informasi pada peritonitis murni; nyeri pada satu sisi menunjukkan
adanya kelainan di daerah panggul, seperti apendisitis, abses, atau adneksitis.
Colok dubur dapat pula membedakan antara obstruksi usus dengan paralisis usus
karena pada paralisis dijumpai ampula rekti yang melebar, sedangkan pada
obstruksi usus ampula biasanya kolaps. Pemeriksaan vagina menambah Informasi
untuk kemungkinan kelainan pada alat kelamin dalam perempuan. 8

3. Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan penunjang kadang perlu untuk mempermudah mengambil


keputusan, misalnya pemeriksaan darah, urin, dan feses. Kadang perlu juga
dilakukan pemeriksaan rontgen atau endoskopi.
Beberapa uji laboratorium tertentu dilakukan, antara
lain nilai hemoglobin dan hematokrit, untuk melihat
kemungkinan adanya perdarahan atau dehidrasi. Hitung
leukosit dapat menunjukkan adanya proses peradangan. Hitung trombosit dan
faktor koagulasi, selain diperlukan untuk persiapan bedah, juga dapat membantu
menegakkan kemungkinan demam berdarah yang memberikan gejala mirip gawat
perut.8
Pencitraan diagnostik yang perlu dilakukan biasanya foto abdomen untuk
memastikan adanya tanda peritonitis, udara bebas, obstruksi, atau paralisis usus.
Pemeriksaan ultrasonografi sangat membantu untuk menegakkan diagnosis
kelainan hati, saluran empedu, dan pankreas. Apendisitis akut pun dapat
dipastikan dengan ultrasonografi sehingga dapat dihindari pembedahan yang
.tidak perlu.8

13
G. Diagnosis Banding

Diagnosis banding gawat perut juga termasuk kelainan ekstra abdomen yang
menyebabkan nyeri di abdomen seperti kelainan di toraks, misalnya penyakit Jantung, paru
atau pleura, kelainan neurogen, kelainan metabolik, dan keracunan. Pada keadaan ini
gejala, tanda umum, dan nyeri perut sering cukup jelas, tetapi pada pemeriksaan perut
tidak ditemukan kelainan. 8
Kadang sukar membedakan kelainan akut di perut yang disertai nyeri perut dengan
kelainan akut di toraks yang menyebabkan nyeri perut. Umumnya pada anamnesis nyata
bahwa penyakit organ toraks tidak didahului atau disertai dengan mual atau muntah.
Kelainan perut umumnya tidak mulai dengan panas tinggi atau menggigil (kecuali pada
apendisitis dan tifus abdominalis). sedangkan panas tinggi dengan gigilan lazim ditemukan
sebagai tanda awal pada kelainan akut toraks seperti pleuritis. Pada pemeriksaan perut pun
tidak ditemukan tanda rangsangan peritoneum. 8

H. Penatalaksanaan

Dengan semakin canggihnya pemeriksaan baik pemeriksaan radiologi dan


endoskopi, tatalaksana pasien dengan akut abdomen juga semakin luas selain terapi
farmakologi, bedah, endoskopi, dan radiologi intervensi serta terapi melalui laparoskopi
merupakan modalitas yang biasa dilakukan pada pasien dengan akut abdomen. Beberapa
keadaan akut abdomen dimana tindakan operasi bukan merupakan pilihan utama adalah
pada pankreatitis biliaris akut dimana setelah terapi antibiotik yang adekuat drainage
bilier melalui endoskopi harus dilakukan. 4
Keadaan dimana pendekatan radiologi menjadi pilihan pertama yaitu pada abses
hati dimana aspirasi abses melalui ultrasonografi abdomen harus dilakukan bersamaan
dengan terapi antibiotik. 4
Secara umum pada akhirnya penanganan pasien dengan akut abdomen adalah
menentukan apakah pasien tersebut merupakan kasus bedah yang harus dilakukan
tindakan operasi atau jika tindakan bedah tidak perlu dilakukan segera, kapan kasus
tersebut harus dilakukan tindakan bedah. 4

14
I. Kesimpulan

Akut abdomen adalah penyakit yang disebabkan oleh nyeri yang timbul akibat
masalah bedah dan non bedah serta terjadi secara tiba tiba. Penyebab tersering dari akut
abdomen antara lain apendisitis, kolik bilier, kolisistitis, divertikulitis, obstruksi usus,
perforasi viskus, pankreatitis, peritonitis, salpingitis, adenitis mesenterika, dan kolik renal.
Akut abdomen terjadi karena nyeri abdomen yang timbul tiba-tiba atau sudah berlangsung
lama. Nyeri abdomen ini dapat berupa nyeri viseral maupun nyeri somatik dan dapat
berasal dari berbagai proses pada berbagai organ di rongga perut atau di luar rongga perut,
misalnya di rongga dada.
Jenis nyeri perut ada 2 macam yaitu nyeri perut visceral dan somatik. Sedangkan
berdasarkan sifatnya terdiri dari nyeri alih, proyeksi, hiperestesia, kontinyu, kolik, iskemik,
dan nyeri pindah. Onset nyeri dapat digambarkan dalam bahasa mendadak (dalam detik),
cepat (dalam jam), dan perlahan (dalam beberapa jam).
Gejala abdomen akut yang utama adalah nyeri. Selain nyeri yaitu muntah, konstipasi,
peristalsis usus menurun, pelvis appendisitis dan tenesmus.
Diagnosis akut abdomen berdasarkan anamnesis yaitu ditemukannya gejala-gejala
seperti yang disebutkan di atas, pada pemeriksaan fisik pada pasien dengan keluhan nyeri
perut harus dilakukan pemeriksaan colok dubur dan pemeriksaan vaginal sedangkan pada
pemeriksaan penunjang dilakukan pemeriksaan darah, urin, dan feses. Diagnosis banding
gawat perut juga termasuk kelainan ekstra abdomen yang menyebabkan nyeri di abdomen
seperti kelainan di toraks.
Secara umum pada akhirnya penanganan pasien dengan akut abdomen adalah
dengan tindakan bedah.

15
Daftar Pustaka

1. Rani Aziz et all. 2006. Buku Ajar Gastroenterologi Edisi 1. Internal Publishing.
Jakarta

2. Mansjoer, A. 2001. Kapita Selekta Kedokteran Edisi 3 Jilid 1. Media Aescalapius.


Jakarta

3. Isselbacher, et all. 2009. Harrison Prinsip-prinsip Ilmu Penyakit Dalam Edisi 13


Volume 1. EGC. Jakarta

4. Sudoyo, Aw. 2009. Buku Ajar lmu Penyakit Dalam Jilid I Edisi V. Internal
Publishing. Jakarta

5. Salder, TW. 2009. Langman Embriologi Kedokteran Edisi 10. EGC. Jakarta

6. Snell, RS. 2006. Anatomi Klinik Edisi 6. EGC. Jakarta

7. Grace, AP. 2006. At a Glance Ilmu Bedah Edisi 3. Erlangga. Jakarta

8. Sjamsuhidajat, R et al. 2010. Buku Ajar Ilmu Bedah Edisi 3. EGC. Jakarta

16

Anda mungkin juga menyukai