Anda di halaman 1dari 5

BAB IV

PEMBAHASAN
Pada praktikum Petrologi acara : Batuan Sedimen Klastik yang dilaksanakan pada
hari rabu 12 april 2017 pada pukul 15.30 WIB dan bertempat di Gedung Pertamina
Sukowati , ruang GS 202. Telah dilakukan pendeskripisian batuan sedimen klastik berupa
pendeskripsian secara megaskopis , dengan cara pendeskripsian menggunakan sebuah lembar
deskripsi yang berisikan data berupa nomor peraga, dimensi, warna batuan, struktur , tekstur ,
komposisi , petrogenesa , serta sketsa dari batuannya, kemudian diberi nama yang didasari
klasifikasi berupa klasifikasi wentworth tahun 1922. Dari hasil pendeskripsian sebanyak 8
buah batuan, maka dibawah ini akan dijelaskan kedelapan batuan tersebut meliputi seluruh
aspek yang telah dideskripsi sebelumnya.
4.1 Batuan Peraga 193
Pengamatan secara megaskopis yang telah dilakukan untuk batuan peraga 193
ini didapati sebuah kenampakan warna batuan yang berupa warna abu abu
kecoklatan, kemudian pada batuan ini terlihat sebuah perbedaan baik warna maupun
tekstur yang terdapat pada batuan ini, hal ini diketahui akibat tekstur bagian bawah
batuan ini terasa kasar jika di pegang dan pada bagian atasnya lebih halus
dibandingkan pada bagian bawah batuan sehingga dapat disimpulkan bahwa batuan
ini memiliki sebuah struktur berupa Graded Bedding, kemudian untuk tekstur pada
batuan ini ditemukan sebuah tekstur berupa ukuran butir yang diinterpretasikan
berukuran 1/4 1/2 mm , kemudian memiliki sebuah fragmen batuan yang dimana
mendominasi berukuran 1/4 1/2 mm , namun matriksnya diintepretasikan memiliki
ukuran 1/8 1/4 mm , kemudian telah di uji coba juga dengan menggunakan hcl yang
ditetesi pada batuan peraga 193 ini dan menghasilkan sebuah buih buih yang
mengindikasikan bahwa batuan ini memiliki semen berupa karbonatan, untuk bentuk
butirnya jika dilihat dengan lup terlihat butiran butirannya memiliki bentuk yang
bulat bulat atau bisa disebut dengan rounded, kemudian terlihat juga pada lup
butiran butiran tersebut memiliki kerapatan yang sangat rapat dan termasuk kedalam
butiran butiran yang seragam atau bisa disebut memiliki kemas tertutup dan
termasuk kedalam well Sorted untuk sortasinya.
Untuk Komosisi batuan peraga 193 ini memiliki sebuah Ukuran butir yang
sesuai dengan yang dijelaskan sebelumnya yaitu berukuran - mm yang artinya
memiliki sebuah ukuran butir berupa pasir kasar, kemudian memiliki komposisi
penyusun yang dominan pada batuan ini atau disebut dengan fragmennya merupakan
pasir yang tergolong pasir kasar yang memiliki ukuran sebesar - mm, kemudian
terdapat penyusun sisanya yang berupa matriks pasir sedang, semen yang terdapat
pada batuan ini sesuai dengan yang telah dijelaskan sebelumnya terdapat sebuah
semen yang diketahui dengan cara menetesi batuan ini dengan hcl yang menyebabkan
batuan ini berbuih atau termasuk kedalam semen karbonatan, untuk jenis grain yang
termasuk kedalam batuan sedimen ini adalah termasuk jenis grain yang berupa pasir
pasir yang mengendap dan membentuk batuan sedimen sehingga dapat dikatakan
jenis grain pada batuan ini adalah jenis grain batuan sedimen.
Petrogenesa batuan ini diinterpretasikan bahwa batuan sedimen ini terbentuk
dari sebuah provenance yang mengalami sebuah pelapukan serta erosi yang
disebabkan oleh faktor faktor eksogen berupa fluida dan cuaca yang menyebabkan
provenance tersebut tererosi dengan berdasarkan diagram hjulstorm kecepatan erosi
yang dialami provenance ini sekitar 50 100 cm/s kemudian setelah tererosi material
material sedimen pembentuk batuan peraga 193 ini mengalami sebuah mekanisme
transportasi yang jika dilihat dari ukuran butirnya yang berupa pasir maka material
material sedimen ini terbawa dengan cara saltation atau melompat lompat dengan
kecepetan arus sekitar 60cm/s yang berdasarkan diagram hjulstorm, untuk proses
pengendapan batuan ini diperkirakan cukup jauh dari provenance nya dan memiliki
kcepetan pengendapan sebesar 10cm/s atau bisa dibilang membutuhkan energi
pengendapan yang tidak terlalu besar, kemudian berdasarkan semennya yang
berfungsi sebagai perekat antar butirannya pengendapan ini terjadi pada daerah yang
dangkal, kemudian terjadi juga sebuah diagenesis batuan peraga ini yang berupa
sebuah tekanan yang menyebabkan batuan terkompaksi, dan kemudian terjadi
anthigenesis yang membentuk sebuah mineral baru yang berupa karbonat sesuai
dengan semennya, kemudian terjadi sebuah proses sementasi namun tidak terjadi
rekristalisasi dikarenakan ukuran butirnya yang kecil sehingga tidak terbentuk mineral
kembali akibat sementasi tersebut, setelah itu terbentuklah batuan sedimen dengan
nomor peraga 193 ini.
Berdasarkan dari kenampakan batuannya yang diamati secara megaskopis
didapati kenampakan berupa warna , struktur graded bedding , tekstur yang berupa
ukuran butir pasir kasar, fragmen pasir kasar, matriks pasir sedang, dan komposisinya
berupa semen serta dari petrogenesa batuannya maka dapat disimpulkan bahwa
batuan ini berdasarkan klasifikasi wentworth 1922 dapat dinamakan sebagai batupasir.

4.2 Batuan Peraga D7

Pengamatan secara megaskopis yang telah dilakukan untuk batuan peraga 193
ini didapati sebuah kenampakan warna batuan yang berupa warna coklat keabu -
abuan, kemudian pada batuan memiliki sebuah struktur yang memperlihatkan tubuh
batuan tidak mengalami rekahan atau bisa disebut dengan struktur masif, kemudian
untuk tekstur pada batuan ini ditemukan sebuah tekstur berupa ukuran butir yang
diinterpretasikan berukuran 64 - 4 mm , kemudian memiliki sebuah fragmen batuan
yang dimana mendominasi berukuran 4-2 mm , namun matriksnya diintepretasikan
memiliki ukuran 4-2 mm , kemudian telah di uji coba juga dengan menggunakan hcl
yang ditetesi pada batuan peraga D7 ini dan menghasilkan sebuah buih buih yang
mengindikasikan bahwa batuan ini memiliki semen berupa karbonatan, untuk bentuk
butirnya jika dilihat dengan lup terlihat butiran butirannya memiliki bentuk yang
meruncing - runcing atau bisa disebut dengan Angular, kemudian terlihat juga pada
lup butiran butiran tersebut memiliki kerapatan antar butir yang tidak terlalu rapat
dan termasuk kedalam butiran butiran yang tidak seragam atau bisa disebut
memiliki kemas terbuka dan termasuk kedalam poorly Sorted untuk sortasinya.
Untuk Komposisi batuan peraga D7 ini memiliki sebuah Ukuran butir yang
sesuai dengan yang dijelaskan sebelumnya yaitu berukuran 64 - 4 mm yang artinya
memiliki sebuah ukuran butir berupa kerakal, kemudian memiliki komposisi
penyusun yang dominan pada batuan ini atau disebut dengan fragmennya yang
tergolong kerakal yang memiliki ukuran sebesar 64 - 4 mm, kemudian terdapat
penyusun sisanya yang berupa matriks kerikil, semen yang terdapat pada batuan ini
sesuai dengan yang telah dijelaskan sebelumnya terdapat sebuah semen yang
diketahui dengan cara menetesi batuan ini dengan hcl yang menyebabkan batuan ini
berbuih atau termasuk kedalam semen karbonatan, untuk jenis grain yang termasuk
kedalam batuan sedimen ini adalah termasuk jenis grain yang berupa batuan batuan
berukuran kecil yang mengendap dan membentuk batuan sedimen sehingga dapat
dikatakan jenis grain pada batuan ini adalah jenis grain batuan sedimen.
Diinterpretasikan bahwa batuan peraga D7 ini terbentuk akibat provenance
yang mengalami pelapukan dan erosi yang diakibatkan oleh sebuah faktor eksogen
yang dapat berupa cuaca maupun fluida yang mempengaruhi provenance tersebut,
kemudian berdasarkan diagram hjulstorm provenance ini mengalami kecepatan erosi
yang diinterpretasikan sebesar 200cm/s yang kemudian mengalami transportasi pada
butiran butiran materialnya yang dilihat dari teksturnya yang berupa kerakal dan
kerikil yang diinterpretasikan tertransportasi secara sliding pada arus yang
membawanya dengan kecepatan sebesar 50 100 cm/s yang membawa material
material kerakal dan kerikil tersebut dan dari struktur yang terbentuk menjelaskan lagi
bahwa material batuan sedimen ini terbentuk secara sliding, pada proses
pengendapannya dikarenakan ukurannya yang besar sehingga tidak memerlukan
energi pengendapan yang banyak kemudian jika dikaitkan dengan diagram hjulstorm
maka kecepatan arus ketika material material ini mengendap sebesar energi 20cm /s
, dan dari semennya bisa diinterpretasikan bahwa material material sedimen ini
terkompakkan pada daerah yang dangkal,kemudian terjadi sebuah kompaksi yang
diakibatkan adanya sebuah tekanan sehingga batuan ini menjadi terbentuk, kemudian
jika dilihat dari komposisi nya terdapat sebuah mineral berupa biotite yang
diinterpretasikan bahwa mineral ini belum mengalami sebuah authigenesis namun
telah mengalami sebuah rekristalisasi akibat adanya mineral biotite tersebut, dan
akibat proses pengendapan tadi terbentuklah batuan sedimen ini.
Berdasarkan dari kenampakan batuannya yang diamati secara megaskopis
didapati kenampakan berupa warna , struktur masif , tekstur yang berupa ukuran butir
kerakal, fragmen kerakal , matriks kerikil, dan komposisinya berupa semen serta dari
petrogenesa batuannya maka dapat disimpulkan bahwa batuan ini berdasarkan
klasifikasi wentworth 1922 dapat dinamakan sebagai Breksi.
4.3 Batuan peraga 176
Pengamatan secara megaskopis yang telah dilakukan untuk batuan peraga 193
ini didapati sebuah kenampakan warna batuan yang berupa warna abu abu
kecoklatan, kemudian pada batuan ini terlihat sebuah perbedaan baik warna maupun
tekstur yang terdapat pada batuan ini, hal ini diketahui akibat tekstur bagian bawah
batuan ini terasa kasar jika di pegang dan pada bagian atasnya lebih halus
dibandingkan pada bagian bawah batuan sehingga dapat disimpulkan bahwa batuan
ini memiliki sebuah struktur berupa Graded Bedding, kemudian untuk tekstur pada
batuan ini ditemukan sebuah tekstur berupa ukuran butir yang diinterpretasikan
berukuran 1/4 1/2 mm , kemudian memiliki sebuah fragmen batuan yang dimana
mendominasi berukuran 1/4 1/2 mm , namun matriksnya diintepretasikan memiliki
ukuran 1/8 1/4 mm , kemudian telah di uji coba juga dengan menggunakan hcl yang
ditetesi pada batuan peraga 193 ini dan menghasilkan sebuah buih buih yang
mengindikasikan bahwa batuan ini memiliki semen berupa karbonatan, untuk bentuk
butirnya jika dilihat dengan lup terlihat butiran butirannya memiliki bentuk yang
bulat bulat atau bisa disebut dengan rounded, kemudian terlihat juga pada lup
butiran butiran tersebut memiliki kerapatan yang sangat rapat dan termasuk kedalam
butiran butiran yang seragam atau bisa disebut memiliki kemas tertutup dan
termasuk kedalam well Sorted untuk sortasinya.
Untuk Komosisi batuan peraga 193 ini memiliki sebuah Ukuran butir yang
sesuai dengan yang dijelaskan sebelumnya yaitu berukuran - mm yang artinya
memiliki sebuah ukuran butir berupa pasir kasar, kemudian memiliki komposisi
penyusun yang dominan pada batuan ini atau disebut dengan fragmennya merupakan
pasir yang tergolong pasir kasar yang memiliki ukuran sebesar - mm, kemudian
terdapat penyusun sisanya yang berupa matriks pasir sedang, semen yang terdapat
pada batuan ini sesuai dengan yang telah dijelaskan sebelumnya terdapat sebuah
semen yang diketahui dengan cara menetesi batuan ini dengan hcl yang menyebabkan
batuan ini berbuih atau termasuk kedalam semen karbonatan, untuk jenis grain yang
termasuk kedalam batuan sedimen ini adalah termasuk jenis grain yang berupa pasir
pasir yang mengendap dan membentuk batuan sedimen sehingga dapat dikatakan
jenis grain pada batuan ini adalah jenis grain batuan sedimen.
Berdasarkan dari kenampakan batuannya yang diamati secara megaskopis
didapati kenampakan berupa warna , struktur graded bedding , tekstur yang berupa
ukuran butir pasir kasar, fragmen pasir kasar, matriks pasir sedang, dan komposisinya
berupa semen serta dari petrogenesa batuannya maka dapat disimpulkan bahwa
batuan ini berdasarkan klasifikasi wentworth 1922 dapat dinamakan sebagai batupasir.
4.4 Batuan Peraga X2

Pengamatan secara megaskopis yang telah dilakukan untuk batuan peraga X2


ini didapati sebuah kenampakan warna batuan yang berupa warna abu abu
kecoklatan, kemudian pada batuan ini memiliki struktur yang tidak memunculkan
kenampakan berupa rekahan rekahan yang diinterpretasikan bahwa strukturnya
masif, kemudian untuk tekstur pada batuan ini ditemukan sebuah tekstur berupa
ukuran butir yang diinterpretasikan berukuran 64 - 4 mm , kemudian memiliki sebuah
fragmen batuan yang dimana mendominasi berukuran 64 - 4 mm , namun matriksnya
diintepretasikan memiliki ukuran 4 2 mm , kemudian telah di uji coba juga dengan
menggunakan hcl yang ditetesi pada batuan peraga X2 ini dan menghasilkan sebuah
buih buih yang mengindikasikan bahwa batuan ini memiliki semen berupa
karbonatan, untuk bentuk butirnya jika dilihat dengan lup terlihat butiran butirannya
memiliki bentuk yang bulat bulat atau bisa disebut dengan rounded, kemudian
terlihat juga pada lup butiran butiran tersebut memiliki kerapatan yang tidak terlalu
rapat dan termasuk kedalam butiran butiran yang tidak seragam ukurannya atau bisa
disebut memiliki kemas terbuka dan termasuk kedalam Poorly Sorted untuk
sortasinya.
Untuk Komposisi batuan peraga X2 ini memiliki sebuah Ukuran butir yang
sesuai dengan yang dijelaskan sebelumnya yaitu berukuran 64 - 4 mm yang artinya
memiliki sebuah ukuran butir berupa Kerakal, kemudian memiliki komposisi
penyusun yang dominan pada batuan ini atau disebut dengan fragmennya merupakan
batuan - batuan yang tergolong pasir kasar yang memiliki ukuran sebesar 64 - 4 mm,
kemudian terdapat penyusun sisanya yang berupa matriks kerikil, semen yang
terdapat pada batuan ini sesuai dengan yang telah dijelaskan sebelumnya terdapat
sebuah semen yang diketahui dengan cara menetesi batuan ini dengan hcl yang
menyebabkan batuan ini berbuih atau termasuk kedalam semen karbonatan, untuk
jenis grain yang termasuk kedalam batuan sedimen ini adalah termasuk jenis grain
yang berupa batuan batuan kecil yang mengendap dan membentuk batuan sedimen
sehingga dapat dikatakan jenis grain pada batuan ini adalah jenis grain batuan
sedimen.
Diinterpretasikan bahwa batuan peraga X2 ini terbentuk akibat provenance
yang tererosi akibat adanya sebuah faktor eksogen yang berhubungan dengan fluida
yang menyebabkan provenance tersebut tererosi dengan kecepatan sebesar 800cm/s
berdasarkan diagram hjulstorm, kemudian mengalami transportasi yang berupa rolling
atau menggelinding yang menyebabkan fragmen fragmen nya membundar akibat
rolling tersebut dan berdasarkan diagram hjulstorm ini dapat diketahui bahwa
kecepatan transportasi yang dialami material material pembentuk batuan sedimen
X2 ini sebesar 200cm/s dikarenakan ukurannya yang besar sehingga membutuh kan
energi transportasi yang sangat besar juga, kemudian diinterpretasikan bahwa daerah
pengendapan batuan sedimen ini berada dekat dengan provenance nya karena
ukurannya yang besar besar, dan jika dikaitkan dengan diagram hjulstorm maka
dapat dilihat bahwa energi pengendapannya sangat besar namun kecepatannya
berdasarkan diagram hjulstorm arus nya sebesar 10cm / s dan berdasarkan semennya
yang berupa karbonatan sehingga dapat diinterpretasikan bahwa batuan ini mengalami
pengendapan pada daerah yang dangkal pada suatu arus sungai, selain itu terjadi juga
sebuah proses kompaksi yang diakibatkan adanya sebuah tekanan, terjadi
rekristalisasi dan autighenesis yang menyebabkan batuannya membentuk mineral baru
seperti karbonat, dan akhirnya tersementasikan menjadi batuan sedimen.
Berdasarkan dari kenampakan batuannya yang diamati secara megaskopis
didapati kenampakan berupa warna , struktur masif , tekstur yang berupa ukuran butir
kerakal, fragmen kerakal, matriks kerikil, dan komposisinya berupa semen serta dari
petrogenesa batuannya maka dapat disimpulkan bahwa batuan ini berdasarkan
klasifikasi wentworth 1922 dapat dinamakan sebagai batupasir.

Anda mungkin juga menyukai