Anda di halaman 1dari 4

Sabun dari Distilat Asam Lemak Minyak Sawit Zulkifli, dkk

Jurnal Pangan dan Agroindustri Vol. 2 No 4 p.170-177, Oktober 2014

SABUN DARI DISTILAT ASAM LEMAK MINYAK SAWIT : KAJIAN PUSTAKA

Soap From Palm Fatty Acid Distilate : A Review

Mochamad Zulkifli1*, Teti Estiasih1

1) Jurusan Teknologi Hasil Pertanian, FTP Universitas Brawijaya Malang


Jl. Veteran, Malang 65145
*Penulis Korespondensi, Email: mochamadzulkifli@gmail.com

ABSTRAK

Distilat asam lemak minyak sawit (DALMS) adalah hasil samping dalam proses
pemurnian minyak sawit kasar. Pada proses pemurnian minyak sawit kasar diperoleh 5%
DALMS dari berat minyak sawit. Selama proses pemurnian, DALMS merupakan produk
samping pada tahap deasidifikasi deodorisasi yang mengandung beberapa bahan senyawa
bioaktif. Berdasarkan data badan pusat statistik Indonesia tahun 2013 jumlah DALMS sebesar
33.6 juta ton. Jumlah DALMS yang melimpah belum dimanfaatkan secara optimal, hanya
dimanfaatkan sebagai campuran pakan ternakdan sebagian langsung diekspor ke luar negeri.
DALMS banyak mengandung senyawa bioaktif, namun untuk mendapat senyawa bioaktif harus
dilakukan pemisahan terlebih dahulu sehingga dihasilkan fraksi tidak tersabunkan yang
mengandung senyawa bioaktif melalui proses saponifikasi. Sabun yang didapat dari proses
saponifikasi harus memiliki kadar alkali bebas maksimal sebesar 0.1% sesuai standart nasional
Indonesia.

Kata Kunci: Alkali bebas, DALMS, Sabun, Saponifikasi, Senyawa Bioaktif

ABSTRACT

Distillate fatty acids of palm oil is a by-product (DALMS) from the refining process of
crude palm oil. On the refining process of crude palm oil obtained 5% DALMS (w/w of palm oil).
It was a side product in the deasidification deodorisation during the purification process which
containing some of bioactive compounds. Based on the Central Bureau of Statistics Indonesia
(2013), the number of DALMS amounted to 33.6 million tons. The big amount of DALMS are
utilized un-optimally. Its only utilized as mixed animal feed and most directly exported to
abroad. DALMS are contained many bioactive compounds, but it must be separate in advance
to be done as unsaponification fraction which contained bioactive compounds. The
saponification process must be obtained the soap with non alkaline levels (maximum of 0.1% )
according to the Indonesian National Standardization.

Keywords: Bioactive Compound, Free alkali, PFAD, Saponification, Soap

PENDAHULUAN

Jurnal ini membahas penelitian tentang pemanfaatan distilat asam lemak minyak sawit
(DALMS). Dipilihnya DALMS karena Indonesia sebagainegara produsen kelapa sawit nomor
satu dunia. Selama proses pemurnian minyak sawit dihasilkan DALMS yang merupakan hasil
samping pada tahap proses deasidifikasi-deodorisasi yang mengandung senyawa bioaktif yaitu
vitamin E, fitosterol ,dan skualen. Untuk mendapat senyawa bioaktif harus dilakukan pemisahan
170
Sabun dari Distilat Asam Lemak Minyak Sawit Zulkifli, dkk
Jurnal Pangan dan Agroindustri Vol. 2 No 4 p.170-177, Oktober 2014

terlebih dahulu sehingga dihasilkan fraksi tidak tersabunkan yang mengandung senyawa
bioaktif melalui proses saponifikasi. Saponifikasi yang digunakan tanpa penambahan etanol
sebagai pelarut tambahan.
Penelitian ini didasarkan pada penelitian sebelumnya saponifikasi menggunakan pelarut
etanol. Penggunaan etanol akan meningkatkan biaya produksi sabun yang semakin tinggi
sehingga nilai jual produk yang dihasilkan pun akan terlampau tinggi. Disamping itu
penggunaan etanol sebagai pelarut dapat memberikan residu pada sabun murni yang
dihasilkan. Residu tersebut juga mempengaruhi hasil senyawa bioaktif yang didapat.
Tujuan dari penelitian ini adalah menentukan kondisi optimum proses saponifikasi tanpa
etanol untuk menghasilkan sabun yang murni dan fraksi tidak tersabunkan dari DALMS yang
mengandung senyawa bioaktif. Penelitian ini dapat menjadi bahan informasi bagi dunia industri
oleokimia maupun industri pangan dan farmasi di Indonesia karena terkandung senyawa
bioaktif dalam DALMS yang belum dimanfaatkan secara maksimal.
Hasil dari jurnal ini menyimpulkan bahwa kondisi optimum proses saponifikasi DALMS tanpa
etanol dapat menghasilkan senyawa bioaktif yang lebih tinggi dibandingkan saponifikasi
menggunakan etanol.

Kelapa Sawit
Tanaman kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) merupakan tumbuhan tropis golongan
palma yang termasuk tanaman tahunan. Tanaman ini adalah tanaman berkeping satu yang
masuk dalam genus Elais, family Palmae, kelas divisio Monocotyledonae, subdivisio
Angiospermae dengan divisio Spermatophyta. Nama Elaeis berasal dari kata Elaion yang
berarti minyak dalam bahasa Yunani, guineensis berasal dari kata Guinea yang berarti Afrika.
Jacq berasal dari nama botanis Amerika yang menemukannya, yaitu Jacquine.
Kelapa sawit dapat tumbuh dengan baik pada daerah beriklim tropis dengan curah hujan
2000 mm/tahun dan kisaran suhu 22-33C. Tanaman kelapa sawit baru dapat berproduksi
setelah berumur sekitar 30 bulan. Buah yang dihasilkan disebut Tandan Buah Segar (TBS) atau
Fresh Fruit Bunch (FFB). Produktivitas tanaman kelapa sawit meningkat ketika berumur 3-14
tahun dan akan menurun kembali setelah berumur 15-25 tahun. Setiap pohon kelapa sawit
dapat menghasilkan 10-15 TBS per tahun dengan berat 30-40 kg per tandan tergantung umur
tanaman. Dalam satu tandan, terdapat 1000-3000 brondolan dengan berat satu brondolan
berkisar 10-20 g [1].

Minyak Kelapa Sawit


Minyak sawit mengandung asam lemak jenuh dan asam lemak tak jenuh dengan
persentase yang hampir sama. Asam lemak yang pada rantai hidrokarbonnya terdapat ikatan
rangkap disebut asam lemak tidak jenuh, dan apabila tidak terdapat ikatan rangkap pada rantai
hidrokarbonnya disebut asam lemak jenuh. Asam palmitat dan asam oleat merupakan asam
lemak yang dominan terkandung dalam minyak sawit, sedangkan kandungan asam lemak
linoleat dan asam stearatnya sedikit [2].
Asam palmitat merupakan asam lemak jenuh rantai panjang yang memiliki titik cair
(meelting point) yang tinggi yaitu 64C. Kandungan asam palmitat yang tinggi ini membuat
minyak sawit lebih tahan terhadap oksidasi (ketengikan) dibanding jenis minyak lain. Asam
oleat merupakan asam lemak tidak jenuh rantai panjang dengan panjang rantai C18 dan
memiliki satu ikatan rangkap. Titik cair asam oleat lebih rendah dibanding asam palmitat yaitu
14C [3].

Distilat Asam Lemak Minyak Sawit


Penelitian ini menggunakan bahan baku berupa distilat asam lemak minyak sawit
(DALMS) atau palm fatty acid distillate (PFAD). DALMS merupakan produk samping dari proses
171
Sabun dari Distilat Asam Lemak Minyak Sawit Zulkifli, dkk
Jurnal Pangan dan Agroindustri Vol. 2 No 4 p.170-177, Oktober 2014

pemurnian minyak sawit kasar yang banyak mengandung asam lemak bebas (ALB), yaitu
sebesar 80%. Jumlah DALMS yang dihasilkan dari proses pemurnian minyak sawit di Indonesia
sangat besar dan diprediksikan akan meningkat di tahun-tahun mendatang [4].
Distilat asam lemak minyak sawit (DALMS) dihasilkan dari proses pemurnian fisik
(Physical refining). Pada proses pemurnian fisik diperoleh 5 persen DALMS dari berat minyak
sawit [5]. Selama proses pemurnian DALMS merupakan by-product pada tahap deasidifikasi-
deodorisasi yang mengandung beberapa bahan fitokimia [6].

Tabel 1. Komposisi Distilat Asam Lemak Minyak Sawit (DALMS)


Komponen Kadar (%)* Kadar (%)**
Asam Lemak Bebas 81.70 40
Gliserida 14.40 28.50
Trigliseria 4.10 13.20
Digliserida 7.10 10.50
MonoGliserida 2.70 0.30
Sterol 0.37
Stigmasterol 0.01
Kampesterol 0.09
sitosterol 0.21
Hidrokarbon 1.47 0.50
Squalene 0.76 6.00
Lain-Lain 0.71
Tokoferol + Tokotrienol 0.48 1.00
Lain-lain 1.60

Sumber: * [7], ** [8]

Saponifikasi
Saponifikasi merupakan salah satu metode pemurnian secara fisik. Saponifikasi dilakukan
dengan menambahkan basa pada minyak yang akan dimurnikan. Sabun yang terbentuk dari
proses ini dapat dipisahkan dengan 30 sentrifugasi. Penambahan basa pada proses
saponifikasi akan bereaksi dengan asam lemak bebas membentuk sabun yang mengendap
dengan membawa serta lendir, kotoran dan sebagian zat warna. Saponifikasi adalah suatu
proses untuk memisahkan asam lemak bebas dari minyak atau lemak dengan cara
mereaksikan asam lemak bebas dengan basa atau pereaksi lainnya sehingga memmbentuk
sabun (soap stock). [9]
Dalam proses pemurnian dengan penambahan alkali (biasa disebut dengan proses
penyabunan) beberapa senyawa trigliserida ini dapat dihilangkan, kecuali beberapa senyawa
yang disebut dengan senyawa yang tidak tersabunkan seperti yang tercantum dalam Tabel 2.

172
Sabun dari Distilat Asam Lemak Minyak Sawit Zulkifli, dkk
Jurnal Pangan dan Agroindustri Vol. 2 No 4 p.170-177, Oktober 2014

Tabel 2. Komposisi Fraksi Tidak Tersabunkan dalam Minyak Sawit


Senyawa Komposisi Kadar (ppm)
Karotenoida
-karotenoida 36.20
-karotenoida 54.40 500-700
-karotenoida 3.30
Likopen 3.80
Xanthophyl 2.20
Tokoferol
-tokoferol 35
-tokoferol 35 500-800
-tokoferol 10
-tokoferol 20
Sterol
Kolesterol 4 Mendekati 300
Kompesterol 21
Stigmaterol 21
-sitosterol 63
Phospatida
Alkohol total
Triterpenik alkohol 80 Mendekati 800
Alfatik alkohol 26
Sumber : [10]

Sabun dan Mutu Sabun


Sabun adalah bahan yang digunakan untuk mencuci dan mengemulsi, terdiri dari dua
komponen utama yaitu asam lemak dengan rantai karbon C16 dan sodium atau potasium.
Sabun merupakan pembersih yang dibuat dengan reaksi kimia antara kalium atau natrium
dengan asam lemak dari minyak nabati atau lemak hewani. Sabun yang dibuat dengan NaOH
dikenal dengan sabun keras, sedangkan sabun yang dibuat dengan KOH dikenal dengan sabun
lunak.
Sabun dibuat dengan dua cara yaitu proses saponifikasi dan proses netralisasi minyak.
Proses saponifikasi minyak akan memperoleh produk sampingan yaitu gliserol, sedangkan
proses netralisasi tidak akan memperoleh gliserol. Proses saponifikasi terjadi karena reaksi
antara trigliserida dengan alkali, sedangkan proses netralisasi terjadi karena reaksi asam lemak
bebas dengan alkali [11].
Sabun dikenal luas dan sangat penting sebagai penurun tegangan permukaan. Karena
itu sabun merupakan salah satu jenis surfaktan. Sabun asam lemak sangat baik menghilangkan
kotoran (tanah) dan sangat baik mensuspensi minyak pada proses pencucian [12]. Sabun
merupakan pembersih yang dibuat dengan reaksi kimia antara basa natrium atau kalium
dengan asam lemak dari minyak nabati atau lemak hewani. Pada umumnya sabun
ditambahkan zat pewangi atau antiseptik.
Alkali bebas adalah alkali dalam sabun yang tidak terikat sebagai senyawa sabun.
Kelebihan alkali dalam sabun mandi tidak boleh melebihi 0.10 % untuk sabun natrium dan 0.14
% untuk KOH. Hal ini disebabkan karena alkali mempunyai sifat yang keras dan dapat
mengakibatkan iritasi pada kulit. kelebihan alkali bebas pada sabun dapat disebabkan karena
konsentrasi alkali yang pekat atau berlebih pada proses penyabunan. Sabun dengan kadar
alkali yang lebih besar biasanya digolongkan ke dalam sabun cuci [14].
173

Anda mungkin juga menyukai