Anda di halaman 1dari 5

KEMAS 7 (2) (2012) 122-126

Jurnal Kesehatan Masyarakat


http://journal.unnes.ac.id/index.php/kemas

DETERMINAN STATUS GIZI PADA SISWA SEKOLAH DASAR

Andriani Elisa Pahlevi

Jurusan Ilmu Kesehatan Masyarakat, Fakultas Ilmu Keolahragaan, Universitas Negeri Semarang, Indonesia

Info Artikel Abstrak


Sejarah Artikel: Gizi buruk masih merupakan isu sentral. Ada berbagai faktor yang menyebabkan masalah
Diterima 27 September 2011 ini menjadi sangat kompleks. Masalah penelitian adalah faktor apakah yang berhubungan
Disetujui 12 Oktober 2011
dengan status gizi. Tujuan dari penelitian untuk menentukan faktor yang berhubungan
Dipublikasikan Januari 2012
dengan status gizi pada anak-anak kelas 4, 5, dan 6 di Sekolah Dasar 02 Ngesrep
Keywords: Banyumanik, Semarang. Metode penelitian survei, dengan menggunakan pendekatan
Nutritional status; belah lintang. Populasi sebanyak 64 siswa. Teknik sampling purposif digunakan untuk
Student; memperoleh sampel 62 orang. Teknik pengambilan data dilakukan dengan wawancara,
Consumption. observasi, dan dokumentasi, sedangkan data status gizi dilakukan dengan pengukuran
antropometri. Analisis data dilakukan univariat dan bivariat menggunakan uji chi
square. Hasil penelitian menunjukkan faktor yang berhubungan dengan status gizi
adalah tingkat pengetahuan ibu (p=0,0001), pendidikan ibu (p=0,0001), pendapatan
keluarga (p=0,0001), penyakit menular (p=0,001), tingkat konsumsi energi (p=0,0001),
tingkat konsumsi protein (p=0,0001). Faktor-faktor yang tidak berhubungan dengan
status gizi adalah jumlah anggota keluarga (p=0,074). Simpulan penelitian, variabel
yang berhubungan dengan status gizi adalah tingkat pengetahuan ibu, pendidikan ibu,
pendapatan keluarga, penyakit menular, tingkat konsumsi energi, dan tingkat konsumsi
protein.
DETERMINANTS OF NUTRITIONAL STATUS ON STUDENT OF ELEMENTARY
SCHOOL

Abstract
Malnutrition remains a central issue. There are various factors that cause this problem
becomes very complex. The research problem was whether the factors associated with
nutritional status. The purpose of the study to determine factors associated with nutritional
status in children grades 4, 5, and 6 in 02 Ngesrep Banyumanik Elementary School,
Semarang. Survey research methods, using cross sectional approach. Population were 64
students. Purposive sampling technique was used to obtain a sample of 62 people. The
technique of data collection was done by interview, observation, and documentation,
while the nutritional status of the data was done with anthropometric measurements.
Data analysis was performed using univariate and bivariate chi square test. The results
showed that factors associated with nutritional status were the level of maternal knowledge
(p=0.0001), maternal education (p=0.0001), family income (p=0.0001), infectious disease
(p=0.001), the level of energy consumption (p=0.0001), and the level of protein intake
(p=0.0001). Factors not associated with nutritional status was the number of family
members (p=0.074). The conclusion, variables related to nutritional status were the level
of maternal knowledge, maternal education, family income, infectious diseases, energy
consumption levels, and levels of protein consumption.
2012 Universitas Negeri Semarang

Alamat korespondensi: ISSN 1858-1196


Gedung F1, Lantai 2, Kampus Sekaran, Gunungpati, Semarang, 50229
Email: andrian_els@yahoo.co.id
Andriani Elisa Pahlevi / KEMAS 7 (2) (2012) 122-126

Pendahuluan besar bahkan melebihi orang dewasa.


Kemampuan kemandirian anak akan semakin
Kualitas sumber daya manusia (SDM) dirasakan dimana lingkungan luar rumah,
merupakan faktor utama yang diperlukan dalam hal ini sekolah cukup besar, sehingga
untuk melaksanakan pembangunan nasional. beberapa masalah sudah mampu diatasi dengan
Faktor gizi memegang peranan penting dalam lingkungan yang ada, rasa tanggungjawab, dan
mencapai SDM berkualitas (Depkes RI, 2005). percaya diri dalam tugas sudah mulai terwujud,
Gizi yang baik akan menghasilkan SDM yang sehingga dalam menghadapi kegagalan maka
berkualitas yaitu sehat, cerdas dan memiliki anak sering kali dijumpai reaksi kemarahan
fisik yang tangguh serta produktif. Perbaikan atau kegelisahan, perkembangan kognitif,
gizi diperlukan pada seluruh siklus kehidupan, psikososial, interpersonal, psikoseksual, moral,
mulai sejak masa kehamilan, bayi dan anak dan spiritual sudah mulai menunjukkan
balita, pra sekolah, anak SD dan MI, remaja dan kematangan pada usia ini .
dewasa sampai usia lanjut (Heath et al., 2005). Berdasarkan laporan kasus gizi buruk
Upaya peningkatan status gizi untuk Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah tahun
pembangunan sumber daya manusia yang 2006, terdapat 15.582 anak di Jawa Tengah
berkualitas pada hakekatnya harus dimulai mengalami kasus gizi buruk. 5.964 sembuh,
sedini mungkin, salah satunya anak usia sekolah. 48 meninggal dunia dan 9.570 lainnya masih
Anak sekolah dasar merupakan sasaran strategis dalam kondisi memprihatinkan. Data sekunder
dalam perbaikan gizi masyarakat (Caldern, yang diperoleh dari kegiatan pemeriksaan
2002; Choi et al., 2008). Hal ini menjadi kesehatan berkala dan penjaringan kesehatan
penting karena anak sekolah merupakan tahun 2007 oleh Dinas Kesehatan Kota
generasi penerus tumpuan bangsa sehingga Semarang menunjukkan bahwa dari 48.216
perlu dipersiapkan dengan baik kualitasnya, anak SD dan MI yang diperiksa, sebanyak 813
anak sekolah sedang mengalami pertumbuhan anak mengalami gizi kurang.
secara fisik dan mental yang sangat diperlukan Hasil lain dari studi pendahuluan
guna menunjang kehidupannya di masa pada bulan Mei 2010, di SD Negeri Ngesrep
mendatang, guna mendukung keadaan tersebut 02 Kecamatan Banyumanik Kota Semarang
di atas anak sekolah memerlukan kondisi tubuh dengan menggunakan indikator BB/U hasil
yang optimal dan bugar, sehingga memerlukan yang didapat yaitu, dari 62 anak SD kelas 4, 5
status gizi yang baik (Depkes RI, 2005; Joshi, dan 6 hanya 11 anak yang bergizi baik (17,7%),
2011). 15 anak (24,2%) bergizi sedang, dan anak yang
Pertumbuhan fisik sering dijadikan bergizi kurang sebanyak 36 anak (58,1%).
indikator untuk mengukur status gizi baik Pada anak-anak, KEP dapat berdampak
individu maupun populasi. Seorang anak dalam menghambat pertumbuhan, rentan
yang sehat dan normal akan tumbuh sesuai terhadap penyakit infeksi dan mengakibatkan
dengan potensi genetik yang dimilikinya rendahnya tingkat kecerdasan. Anak disebut
(Bryan et al., 2004). Tetapi pertumbuhan ini KEP apabila berat badannya kurang dari 80%
juga akan dipengaruhi oleh asupan zat gizi indeks berat badan menurut umur (BB/U)
yang dikonsumsi dalam bentuk makanan. baku WHO-NCHS. Pada umumnya penderita
Kekurangan atau kelebihan zat gizi akan KEP berasal dari keluarga yang berpenghasilan
dimanifestasikan dalam bentuk pertumbuhan rendah (Supariasa, et al., 2002).
yang menyimpang dari pola standar. Faktor penyebab langsung terjadinya
Pertumbuhan dan perkembangan kekurangan gizi adalah ketidakseimbangan
pada masa sekolah akan mengalami proses gizi dalam makanan yang dikonsumsi dan
percepatan pada umur 10-12 tahun, dimana terjangkitnya penyakit infeksi. Penyebab tidak
pertambahan berat badan per tahunnya langsung adalah ketahanan pangan di keluarga,
sampai 2,5kg. Aktivitas pada anak usia sekolah pola pengasuhan anak dan pelayanan kesehatan.
semakin tinggi dan memperkuat kemampuan Ketiga faktor tersebut berkaitan dengan tingkat
motoriknya (Taras, 2005). Pertumbuhan pendidikan, pengetahuan dan ketrampilan
jaringan limfatik pada usia ini akan semakin keluarga serta tingkat pendapatan keluarga

123
Andriani Elisa Pahlevi / KEMAS 7 (2) (2012) 122-126

(Supariasa, et al., 2002; Mukherjee et al., 2008). kegiatan penyuluhan dan sejenisnya, pada
Faktor ibu memegang peranan penting dalam dasarnya merupakan usaha perbaikan yang
menyediakan dan menyajikan makanan yang menggunakan cara mendidik masyarakat
bergizi dalam keluarga, sehingga berpengaruh sehingga dapat mengatasi masalah gizinya.
terhadap status gizi anak (Lazzeri et al., 2006; Berdasarkan hasil analisis hubungan
Rina, 2008). pendidikan ibu dengan status gizi kurang
menggunakan uji chi square diperoleh nilai p
Metode sebesar 0,0001 dengan CC sebesar 0,536. Nilai
p< 0,05 sehingga Ho ditolak dan Ha diterima,
Jenis penelitian ini adalah analitik yang artinya ada hubungan antara pendidikan
observasional dengan pendekatan belah ibu dengan status gizi pada anak kelas 4, 5
lintang. Populasi dalam penelitian ini adalah dan 6 di SD Negeri Ngesrep 02 Kecamatan
seluruh siswa kelas 4, 5 dan 6 SD Negeri Ngesrep Banyumanik Kota Semarang tahun 2011,
02 Kecamatan Banyumanik Kota Semarang dengan kekuatan hubungan sedang.
yang berjumlah 64 siswa. Teknik pengambilan Menurut Proverawati dan Asfuah
sampel yaitu purposif dengan kriteria inklusi (2009), tingkat pendidikan formal merupakan
dan eksklusi dan didapatkan sampel sebanyak faktor yang ikut menentukan mudah
62 orang. Teknik pengambilan data dilakukan tidaknya seseorang menyerap dan menekuni
dengan wawancara langsung kepada responden pengetahuan yang diperoleh. Masukan gizi
yaitu ibu anak, observasi, dokumentasi, anak sangat tergantung pada sumber-sumber
sedangkan data status gizi (BB/U) dilakukan yang ada di lingkungan sosialnya, salah satu
dengan pengukuran antropometri. Instrumen yang menentukan adalah ibu. Peranan orang
yang digunakan dalam penelitian ini adalah tua, khususnya ibu, dalam menyediakan dan
timbangan injak, kuesioner, dan formulir recall menyajikan makanan bergizi bagi keluarga,
24 jam. Analisis data dilakukan secara univariat khususnya anak menjadi penting. Kualitas
dan bivariat (menggunakan uji chi square) pelayanan ibu dalam keluarga ditentukan oleh
dengan = 0,05. penguasaan informasi dan faktor ketersediaan
waktu yang memadai. Kedua faktor tersebut
Hasil dan Pembahasan antara lain faktor determinan yang dapat
ditentukan dengan tingkat pendidikan,
Karakteristik dari kelompok sampel interaksi sosial dan pekerjaan.
dalam penelitian ini diantaranya adalah Berdasarkan hasil analisis hubungan
berjenis kelamin laki-laki (53,23%), golongan pendapatan keluarga dengan status gizi
usia ibu terbanyak 34-41 tahun (50%), usia menggunakan uji chi square diperoleh nilai p
anak terbanyak 11 tahun (35,5%). sebesar 0,0001 dengan CC sebesar 0,563. Nilai
Berdasarkan hasil analisis hubungan p< 0,05 sehingga Ho ditolak dan Ha diterima,
tingkat pengetahuan ibu dengan status gizi yang artinya ada hubungan antara pendapatan
menggunakan uji chi square diperoleh nilai p keluarga dengan status gizi pada anak kelas 4,
sebesar 0,0001 dengan CC sebesar 0,587. Nilai 5 dan 6 di SD Negeri Ngesrep 02 Kecamatan
p < 0,05 sehingga Ho ditolak dan Ha diterima, Banyumanik Kota Semarang tahun 2011,
yang artinya ada hubungan antara tingkat dengan kekuatan hubungan sedang.
pengetahuan ibu dengan status gizi pada Pendapatan merupakan pengaruh yang
anak kelas 4, 5 dan 6 di SD Negeri Ngesrep 02 kuat terhadap status gizi. Setiap kenaikan
Kecamatan Banyumanik Kota Semarang tahun pendapatan umumnya mempunyai dampak
2011, dengan kekuatan hubungan sedang. langsung terhadap status gizi penduduk.
Pengetahuan gizi yang rendah dapat Pendapatan merupakan faktor yang paling
menghambat usaha perbaikan gizi yang baik menentukan kualitas dan kuantitas makanan.
pada keluarga maupun masyarakat sadar gizi Pendapatan keluarga yang memadai akan
artinya tidak hanya mengetahui gizi tetapi menunjang tumbuh kembang anak karena
harus mengerti dan mau berbuat. Penambahan orang tua dapat menyediakan semua kebutuhan
pengetahuan pada masyarakat melalui berbagai anak baik primer maupun sekunder. Jika

124
Andriani Elisa Pahlevi / KEMAS 7 (2) (2012) 122-126

tingkat pendapatan naik, jumlah dan jenis yang erat antara penyakit infeksi dengan
makanan cenderung membaik pula. Namun, kejadian malnutrisi. Terjadi interaksi yang
mutu makanan tidak selalu membaik jika tidak sinergis antara malnutrisi dengan kejadian
digunakan untuk membeli pangan atau bahan infeksi, infeksi akan mempengaruhi status
pangan berkualitas gizi tinggi. gizi. Secara patologis mekanismenya adalah
Berdasarkan hasil analisis hubungan penurunan asupan zat gizi akibat kurangnya
jumlah anggota keluarga dengan status gizi nafsu makan, menurunnya absorbsi, dan
menggunakan uji chi square diperoleh nilai p kebiasaan mengurangi makanan saat sakit,
sebesar 0,074 dengan CC sebesar 0,221. Nilai peningkatan kehilangan cairan atau zat gizi
p> 0,05 sehingga Ho diterima dan Ha ditolak, akibat penyakit diare, mual atau muntah akibat
yang artinya tidak ada hubungan antara jumlah perdarahan yang terus-menerus, meningkatnya
anggota keluarga dengan status gizi pada kebutuhan akibat sakit dan parasit yang terdapat
anak kelas 4, 5 dan 6 di SD Negeri Ngesrep 02 di dalam tubuh (Supariasa, et al., 2002).
Kecamatan Banyumanik Kota Semarang tahun Berdasarkan hasil analisis hubungan
2011, dengan kekuatan hubungan rendah. tingkat konsumsi energi dengan status gizi
Hasil penelitian tersebut tidak sejalan menggunakan uji chi square diperoleh nilai p
dengan UU No. 21 Tahun 1994 pasal 6 sebesar 0,0001 dengan CC sebesar 0,542. Nilai
tentang Penyelenggaraan Pembangunan p kurang dari 0,05 sehingga Ho ditolak dan Ha
Keluarga Sejahtera, menyebutkan bahwa diterima, yang artinya ada hubungan antara
dalam mencapai suatu peningkatan status gizi tingkat konsumsi energi dengan status gizi pada
keluarga salah satunya dapat dilakukan dengan anak kelas 4, 5 dan 6 di SD Negeri Ngesrep 02
pengembangan kualitas keluarga melalui Kecamatan Banyumanik Kota Semarang tahun
penyelenggaraan Keluarga Berencana yang 2011, dengan kekuatan hubungan sedang.
mengatur tentang jumlah anggota keluarga. Menurut Supariasa, et al (2002), tingkat
Teori lain juga menyebutkan bahwa program konsumsi energi itu berpengaruh secara
pemerintah melalui Keluarga Berencana langsung pada status gizi. Energi itu diperoleh
telah menganjurkan norma keluarga kecil dari karbohidrat, protein dan lemak. Energi
bahagia dan sejahtera yaitu dua anak saja dan diperlukan untuk pertumbuhan, metabolisme,
dengan jarak antara anak satu dengan lainnya utilisasi bahan makanan dan aktivitas.
sekitar 3 tahun, sehingga orang tua dapat Kebutuhan energi disuplai terutama oleh
memberikan kasih sayang dan perhatian pada karbohidrat dan lemak, sedangkan protein
anak dan sebaliknya anak akan mendapatkan untuk menyediakan asam amino bagi sintesis
kebutuhan yang diperlukan untuk tumbuh protein sel dan hormon maupun enzim untuk
kembangnya. Secara ekonomi keluarga kecil mengukur metabolisme.
lebih menguntungkan, sehingga diharapkan Berdasarkan hasil analisis hubungan
kesejahteraan keluarga lebih terjamin. tingkat konsumsi protein dengan status gizi
Berdasarkan hasil analisis hubungan menggunakan uji chi square diperoleh nilai p
penyakit infeksi dengan status gizi sebesar 0,0001 dengan CC sebesar 0,482. Nilai
menggunakan uji chi square diperoleh nilai p p kurang dari 0,05 sehingga Ho ditolak dan Ha
sebesar 0,001 dengan CC sebesar 0,387. Nilai diterima, yang artinya ada hubungan antara
p< 0,05 sehingga Ho ditolak dan Ha diterima, tingkat konsumsi protein dengan status gizi
yang artinya ada hubungan antara pendapatan pada anak kelas 4, 5 dan 6 di SD Negeri Ngesrep
keluarga dengan status gizi pada anak kelas 4, 02 Kecamatan Banyumanik Kota Semarang
5 dan 6 di SD Negeri Ngesrep 02 Kecamatan tahun 2011, dengan kekuatan hubungan
Banyumanik Kota Semarang tahun 2011, sedang.
dengan kekuatan hubungan rendah. Hasil penelitian tersebut sejalan
Dampak penyakit pada anak-anak sama dengan teori yang menyebutkan bahwa
dengan dampak kekurangan gizi. Secara umum, tingkat konsumsi protein itu secara langsung
adanya penyakit menyebabkan berkurangnya dapat mempengaruhi status gizi. Protein
asupan pangan karena selera makan menurun. adalah bagian dari semua sel hidup dan
Scrimshaw menyebutkan bahwa ada hubungan merupakan bagian terbesar tubuh sesudah air.

125
Andriani Elisa Pahlevi / KEMAS 7 (2) (2012) 122-126

Semua protein mengandung unsur karbon, izin penelitian serta Dinas dan Puskesmas atas
hidrogen, oksigen, dan nitrogen. Sebagian kerjasama dalam pelaksanaan penelitian ini.
makanan yang kita makan kaya akan protein,
misalnya susu, telur, keju, daging, dan ikan. Daftar Pustaka
Protein berfungsi sebagai pertumbuhan dan
pemeliharaan tubuh, mengatur tekanan air, Bryan, J., Osendarp, S., Hughes, D., Calvaresi,
untuk mengontrol pendarahan (terutama di E., Baghurst, K. and Klinken, J.W.V. 2004.
Nutrients for Cognitive Development in
fibrinogen), sebagai transportasi yang penting
School-Aged Children. Nutrition Reviews, 62
untuk zat-zat gizi terutama sebagai antibodi (8): 295306
dari berbagai penyakit, memelihara tubuh dan Caldern, Villarreal, A. 2002. Assessment of
untuk mengatur aliran darah dalam membantu Physical Education Time, and After-School
pekerjaan jantung (Bryan, 2004; Mukherjee, Outdoor Time in Elementary, and Middle
2008). School Students in South Mexico City: The
Konsumsi protein berpengaruh terhadap Dilemma Between Physical Fitness, and The
status gizi anak. Anak membutuhkan protein Adverse Health Effects of Outdoor Pollutant
yang cukup tinggi untuk menunjang proses Exposure. Archives of Environmental Health,
pertumbuhannya. Penyediaan pangan yang 57 (5)
Choi, E.S., et al. 2008. A Study on Nutrition
mengandung protein sangat penting, meskipun
Knowledge, and Dietary Behavior of
pertumbuhan masa kanak-kanak berlangsung Elementary School Children in Seoul.
lebih lambat daripada pertumbuhan bayi, tetapi Nutrition Research and Practice, 2(4): 308-
kegiatan fisiknya meningkat. 316
Depkes RI. 2005. Pedoman Perbaikan Gizi Anak
Penutup Sekolah Dasar, dan Madrasah Ibtidaiyah.
Jakarta: Direktorat Gizi Masyarakat
Ada hubungan antara tingkat Heath., Deanne, L. and Panaretto, S.K. 2005.
pengetahuan ibu, pendidikan ibu, pendapatan Original Article Nutrition Status of Primary
keluarga, penyakit infeksi, tingkat konsumsi School Children in Townsville. Aust. J. Rural
Health, 13: 282289
energi, tingkat konsumsi protein dengan status
Joshi, HS. 2011. Determinants of Nutritional Status
gizi pada anak kelas 4, 5 dan 6. Sebaliknya tidak of School Children. A cross Sectional Study
ada hubungan antara jumlah anggota keluarga in the Western Region of Nepal. NJIRM, 2
dengan status gizi. Pihak sekolah disarankan (1): 10-15
mengeluarkan kebijakan untuk melarang Lazzeri, G., Casorelli, A., Giallombardo, D., Grasso,
pedagang berjualan di lingkungan sekolah A., Guidoni, C., Menoni, E., Giacchi, M.
dan menginstruksikan para siswa untuk 2006. Nutritional Surveillance in Tuscany:
membawa bekal makanan yang mengandung Maternal Perception of Nutritional Status
gizi seimbang dari rumah sehingga gizinya of 8-9 Y-Old School-Children. Journal of
tetap terpenuhi. Masyarakat disarankan dapat Preventive Medicine And Hygiene, 47: 16-21
Mukherjee., Maj, R., Chaturvedi, L.S.C., Bhalwar,
melakukan upaya-upaya sebagai berikut:
C.R. 2008. Determinants of Nutritional
memilih bahan makanan yang murah akan Status of School Children. MJAFI, 64(3):
tetapi tetap mengandung nilai gizi yang tinggi, 227-231
membuat variasi dalam penyajian makanan Rina R. Oktia Woro. 2008. Kebiasaan Makan Fast
sehingga meningkatkan nafsu makan anak, Food, Konsumsi Serat Dan Status Obesitas
serta menjaga kesehatan anak untuk mencapai Pada Remaja Putri. Jurnal Kemas, 3 (2): 185
status gizi yang baik. Pihak puskesmas agar - 195
secara rutin memberikan penyuluhan- Supariasa., Nyoman, I.D, et al. 2002. Penilaian Status
penyuluhan di bidang gizi dan kesehatan. Gizi. Jakarta: EGC
Ucapan terimakasih disampaikan kepada Taras, H. 2005. Nutrition, and Student Performance
at School. Journal of School Health, 75 (6)
sekolah yang menjadi lokasi penelitian atas

126

Anda mungkin juga menyukai