Anda di halaman 1dari 24

LAPORAN PENDAHULUAN ABORTUS

1. Review Konsep Anatomi Fisiologi Sistem Reproduksi Wanita


1.1 Anatomi Fisiologi Genitalia bagian Luar (Vulva)

Tampak dari luar (mulai dari mons pubis sampai tepi perineum), terdiri dari
mons pubis, labia mayora, labia minora, clitoris, hymen, vestibulum,
orificium urethrae externum, kelenjar-kelenjar pada dinding vagina.

1.1.1 Mons pubis / mons veneris

Lapisan lemak di bagian anterior simfisis os pubis. Pada masa pubertas


daerah ini mulai ditumbuhi rambut pubis.

1.1.2 Labia mayora

Lapisan lemak lanjutan mons pubis ke arah bawah dan belakang, banyak
mengandung pleksus vena. Homolog embriologik dengan skrotum pada
pria. Ligamentum rotundum uteri berakhir pada batas atas labia mayora.
Di bagian bawah perineum, labia mayora menyatu (pada commisura
posterior).

1.1.3 Labia minora


Lipatan jaringan tipis di balik labia mayora, tidak mempunyai folikel
rambut. Banyak terdapat pembuluh darah, otot polos dan ujung serabut
saraf.

1.1.4 Clitoris

Terdiri dari caput/glans clitoridis yang terletak di bagian superior vulva,


dan corpus clitoridis yang tertanam di dalam dinding anterior vagina.
Homolog embriologik dengan penis pada pria. Terdapat juga reseptor
androgen pada clitoris. Banyak pembuluh darah dan ujung serabut saraf,
sangat sensitif.

1.1.5 Vestibulum

Daerah dengan batas atas clitoris, batas bawah fourchet, batas lateral
labia minora. Berasal dari sinus urogenital. Terdapat 6 lubang/orificium,
yaitu orificium urethrae externum, introitus vaginae, ductus glandulae
Bartholinii kanan-kiri dan duktus Skene kanan-kiri. Antara fourchet dan
vagina terdapat fossa navicularis.

1.1.6 Introitus / orificium vagina

Terletak di bagian bawah vestibulum. Pada gadis (virgo) tertutup lapisan


tipis bermukosa yaitu selaput dara / hymen, utuh tanpa robekan.
Hymen normal terdapat lubang kecil untuk aliran darah menstruasi,
dapat berbentuk bulan sabit, bulat, oval, cribiformis, septum atau
fimbriae. Akibat coitus atau trauma lain, hymen dapat robek dan bentuk
lubang menjadi tidak beraturan dengan robekan (misalnya berbentuk
fimbriae). Bentuk himen postpartum disebut parous.
Corrunculae myrtiformis adalah sisa2 selaput dara yang robek yang
tampak pada wanita pernah melahirkan / para.

Hymen yang abnormal, misalnya primer tidak berlubang (hymen


imperforata) menutup total lubang vagina, dapat menyebabkan darah
menstruasi terkumpul di rongga genitalia interna.

1.1.7 Vagina

Rongga muskulomembranosa berbentuk tabung mulai dari tepi cervix


uteri di bagian kranial dorsal sampai ke vulva di bagian kaudal ventral.
Daerah di sekitar cervix disebut fornix, dibagi dalam 4 kuadran : fornix
anterior, fornix posterior, dan fornix lateral kanan dan kiri. Vagina
memiliki dinding ventral dan dinding dorsal yang elastis. Dilapisi epitel
skuamosa berlapis, berubah mengikuti siklus haid.

Fungsi vagina : untuk mengeluarkan ekskresi uterus pada haid, untuk


jalan lahir dan untuk kopulasi (persetubuhan). Bagian atas vagina
terbentuk dari duktus Mulleri, bawah dari sinus urogenitalis. Batas
dalam secara klinis yaitu fornices anterior, posterior dan lateralis di
sekitar cervix uteri.

Titik Grayenbergh (G-spot), merupakan titik daerah sensorik di sekitar


1/3 anterior dinding vagina, sangat sensitif terhadap stimulasi orgasmus
vaginal.

1.1.8 Perineum

Daerah antara tepi bawah vulva dengan tepi depan anus. Batas otot-otot
diafragma pelvis (m.levator ani, m.coccygeus) dan diafragma
urogenitalis (m.perinealis transversus profunda, m.constrictor urethra).
Perineum meregang pada persalinan, kadang perlu dipotong
(episiotomi) untuk memperbesar jalan lahir dan mencegah ruptur.

1.2 Anatomi Fisiologi Genitalia bagian Dalam

1.2.1 Uterus
Fungsi: tempat menerima, mempertahankan dan memberi makan ovum
yang telah dibuahi.
Bagian-bagian:
1.2.1.1 Fundus : terletak di atas muara tuba uterine
1.2.1.2 Corpus : terletak dibawah bagian tuba uterine
1.2.1.3 Cervix : bagian bawah korpus yang menyempit
Cervix ini menembus dinding anterior vagina dan menjadi 2:
Portio supravaginalis
Portio vaginalis cervicis uteri

Struktur Uterus:
Semua bagian diliputi oleh peritoneum kecuali pada bagian anterior
dan di bawah ostium histologicum uteri interni. Di tempat ini
peritoneum berjalan ke depan di atas vesica urinaria. Di lateral juga
terdapat ruangan diantara tempat perlekatan lapisan ligamentum
latum.

Histologi:
Tunica muscularis (myometrium) sangat tebal dan dibentuk oleh
otot2 polos yang disokong oleh jaringan ikat.
Tunica mucosa yang membatasi corpus uteri disebut
endometrium. Tunica ini melanjutkan diri ke atas sebagai tunica
mucosa yang melapisi tuba uterine dan kebawah sebagai
membrane mukosa yang melapisi cervix.
Endometrium langsung melekat pada otot sehingga tidak
mempunyai lapisan submukosa. Lapisan ini dipengaruhi oleh
hormone ovarium.

Pendarahan:
Portio supravaginalis dikelilingi oleh fascia pelvis viceralis yang
disebut parametrium. Pada daerah ini, a. uterine disilang oleh ureter
pada kanan dan kiri cervix. Pendarahan: Arteri: a. uterine. Cabang dari
a. illiaca interna.

1.2.2 Tuba Faloppi


Fungsi:
Menerima ovum dari ovarium
Saluran yang dilalui spermatozoa untuk mencapai ovum
Tempat terjadinya fertilisasi (biasanya terjadi di ampulla)
Menyediakan makanan untuk ovum yang terfertilisasi dan
membawanya ke cavitas uteri

Bagian-bagian:
1.2.2.1 Infundibulum
Ujung lateral tuba uterine. Berbentuk corong, menjorok ke
luar ligamentum latum dan terletak di atas ovarium. Ujung
lateralnya membentuk tonjolan seperti jari2 yang disebut
fimbriae yang melingkupi ovarium.
1.2.2.2 Ampulla
Bagian tuba yang paling luas.
1.2.2.3 Isthmus
Bagian tersempit tuba. Terletak lateral terhadap uterus.
1.2.2.4 Pars Uterina
Segmen tuba yang menembus dinding uterus.

Pendarahan:
Uterine cabang dari a. illiaca interna
Arteri ovarica cabang aorta abdominalis

1.2.3 Ovarium
Fungsi Ovarium:
Mengembangkan dan mengeluarkan ovum
Menghasilkan hormon steroid
Pendarahan
Arteri ovarica berasal dari aorta abdominalis setinggi L1

2. Konsep Abortus
2.1 Definisi
Abortus adalah pengeluaran atau ekstraksi janin atau embrio yang berbobot
500 gram atau kurang, dari ibunya yang kira kira berumur 20 sampai 22
minggu kehamilan.
Abortus adalah keluarnya janin sebelum mencapai viabilitas. Dimana masa
gestasi belum mencapai usia 22 minggu dan beratnya kurang dari 500 gr.

2.2 Etiologi
Sebab-sebab abortus tersebut antara lain:

2.2.1 Etiologi dari keadaan patologis


Abortus spontan terjadi dengan sendiri atau yang disebut dengan
keguguran.Prosentase abortus ini 20% dari semuajenis abortus.
Sebab-sebab abortus spontan yaitu :
2.2.1.1 Faktor Janin
Perkembangan zigot abnormal. Kondisi ini menyebabkan
kelainan pertumbuhan yang sedemikian rupa sehingga janin
tidak mungkin hidup terus. Abortus spontan yang
disebabkan oleh karena kelainan dari ovum berkurang
kemungkinannya kalau kehamilan sudah lebih dari satu
bulan, artinya makin muda kehamilan saat terjadinya abortus
makin besar kemungkinan disebabkan oleh kelainan ovum.
Beberapa sebab abortus adalah :
a. Kelainan kromosom
Pada umumnya kelainan kromosom yang terbanyak
mempengaruhi terjadinya aborsi adalah Trisomi dan
Monosomi X. Trisomi autosom terjadi pada abortus
trisemester pertama yang disebabkan oleh nondisjuntion
atau inversi kromosom. Sedangkan pada monosomi X
(45, X) merupakan kelainan kromosom tersering dan
memungkinkan lahirnya bayi perempuan hidup
(sindrom Turner).

b. Mutasi atau faktor poligenik


Dari kelainan janin ini dapat dibedakan dua jenis aborsi,
yaitu aborsi aneuploid dan aborsi euploid. Aborsi
aneuploid terjadi karena adanya kelainan kromosom
baik kelainan struktural kromosom atau pun komposisi
kromosom. Sedangkan pada abortus euploid, pada
umumnyanya tidak diketahuai penyebabnya. Namun
faktor pendukung aborsi mungkin disebabkan oleh :
kelainan genetik, faktor ibu, dan beberapa faktor ayah
serta kondisi lingkungan.

2.2.1.2 Faktor ibu


Berbagai penyakit ibu dapat menimbulkan abortus misalnya:
a. Infeksi yang terdiri dari :
1) Infeksi akut
Virus, misalnya cacar, rubella, dan hepatitis.
Infeksi bakteri, misalnya streptokokus.
Parasit, misalnya malaria.
2) Infeksi kronis
Sifilis, biasanya menyebabkan abortus pada
trimester kedua.
Tuberkulosis paru aktif.
b. Keracunan, misalnya keracunan tembaga, timah, air
raksa.
c. Penyakit kronis, misalnya :
hipertensi jarang menyebabkan abortus di bawah
80 minggu
nephritis
diabetes angka abortus dan malformasi congenital
meningkat pada wanita dengan diabetes.
Resiko ini berkaitan dengan derajat control metabolic
pada trisemester pertama.
anemia berat
penyakit jantung
toxemia gravidarum yang berat dapat
menyebabkan gangguan sirkulasi pada plasenta
d. Trauma, misalnya laparatomi atau kecelakaan dapat
menimbulkan abortus
e. Kelainan alat kandungan hipolansia, tumor uterus,
serviks yang pendek, retro flexio utero incarcereta,
kelainan endometriala, selama ini dapat menimbulkan
abortus.
f. Hubungan seksual yang berlebihan sewaktu hamil,
sehingga menyebabkan hiperemia dan abortus
g. Uterus terlalu cepat meregang (kehamilan ganda, mola)

2.2.1.3 Pemakainan obat dan faktor lingkungan


a. Tembakau
Merokok dapat meningkatkan resiko abortus euploid.
Wanita yang merokok lebih dari 14 batang per hari
memiliki resiko 2 kali lipat dobandingkan wanita yang
tidak merokok.
b. Alkohol
Abortus spontan dapat terjadi akibat sering
mengkonsumsi alkohol selama 8 minggu pertama
kehamilan.
c. Kafein
Kopi dalam jumlah lebih daari empat cangkir per hari
tampak sedikit meningkatkan abortus spontan
d. Radiasi
e. Kontrasepsi
Alat kontrasepsi dalam rahim berkaitan dengan
peningkatan insiden abortus septik setelah kegagalan
kontasepsi.
f. Toxin lingkungan
Pada sebagian besar kasus, tidak banyak informasi yang
menunjukkan bahan tertentu di lingkungan sebagai
penyebab. Namun terdapat buktibahwa arsen, timbal,
formaldehida, benzena dan etilen oksida dapat
menyebabkan abortus.
2.2.1.4 Faktor Imunologis
a. Autoimun
b. Alloimun
2.2.1.5 Faktor ayah
Translokasi kromosom pada sperma dapat mnyebabkan
abortus.
2.2.2 Etiologi non-patologis misalnya: aborsi karena permintaan
wanita yang bersangkutan

2.3 Tanda dan gejala


2.3.1 Abortus spontanea
Abortus spontanea adalah abortus yang terjadi tanpa tindakan atau
terjadi dengan sendirinya. Aborsi ini sebagian besar terjadi pada
gestasi bulan kedua dan ketiga. Abortus spontan terdiri dari beberapa
jenis yaitu:
2.3.1.1 Abortus Imminens
Abortus Imminens adalah peristiwa terjadinya perdarahan dari
uterus pada kehamilan sebelum 20 minggu, dimana hasil
konsepsi masih dalam uterus, dan tanpa adanya dilatasi
serviks.
Gejala-gejala abortus imminens antara lalin :
a. perdarahan pervagina pada paruh pertama kehamilan.
Perdarahan biasanya terjadi beberapa jam sampai
beberapa hari. Kadang-kadang terjadi perdarahan ringan
selama beberapa minggu.
b. nyeri kram perut. Nyeri di anterior dan jelas bersifat
ritmis, nyeri dapat berupa nyeri punggung bawah yang
menetap disertai perasaan tertekan di panggul, atau rasa
tidak nyaman atau nyeri tumpul di garis tengah
suprapubis.
2.3.1.2 Abortus Insipiens
Abortus Insipiens adalah peristiwa perdarahan uterus pada
kehamilan sebelum 20 minggu dengan adanya dilatasi serviks
uteri yang meningkat tetapi hasil konsepsi masih dalam
uterus.

Gejala-gejala abortus insipiens adalah:

a. rasa mules lebih sering dan kuat

b. perdarahan lebih banyak dari abortus imminens.

c. Nyeri karena kontraksi rahim kuat yang dapat


menyebabkan pembukaan.

2.3.1.3 Abortus Inkompletus


Abortus Inkompletus merupakan pengeluaran sebagian hasil
konsepsi pada kehamilan sebelum 20 minggu dengan masih
ada sisa tertinggal dalam uterus. Apabila plasenta (seluruhnya
atau sebagian) tertahan di uterus, cepat atau lambat akan
terjadi perdarahan yang merupakan tanda utama abortus
inkompletus. Pada abortus yang lebih lanjut, perdarahan
kadang-kadang sedemikian masif sehingga menyebabkan
hipovolemia berat.
Gejala-gejala yang terpenting adalah:
a. Setelah terjadi abortus dengan pengeluaran jaringan,
perdarahan berlangsung terus.
b. Servux sering tetap terbuka karena masih ada benda di
dalam rahim yang dianggap corpus allienum, maka uterus
akan berusaha mengeluarkannya dengan kontraksi. Tetapi
setelah dibiarkan lama, cervix akan menutup.

2.3.1.4 Abortus kompletus


Pada jenis abortus ini, semua hasil konsepsi sudah
dikeluarkan. Pada penderita ditemukan perdarahan sedikit,
ostium uteri telah menutup, dan uterus sudah banyak
mengecil. Diagnosis dapat dipermudah apabila hasil konsepsi
dapat diperiksa dan dapat dinyatakan bahwa semuanya sudah
keluar dengan lengkap.

2.3.2 Abortus provokatus (abortus yang sengaja dibuat)


Abortus provokatus adalah peristiwa menghentikan kehamilan
sebelum janin dapat hidup di luar tubuh ibu. Pada umumnya dianggap
bayi belum dapat hidup diluar kandungan apabila kehamilan belum
mencapai umur 28 minggu, atau berat badan bayi belum 1000 gram,
walaupun terdapat kasus bahwa bayi dibawah 1000 gram dapat terus
hidup.

1. Missed abortion

Kematian janin berusia sebelum 20 minggu, tetapi janin yang telah


mati itu tidak dikeluarkan selama 8 minggu atau lebih. Etiologi missed
abortion tidak diketahui, tetapi diduga pengaruh hormone progesterone.
Pemakaian Hormone progesterone pada abortus imminens mungkin juga
dapat menyebabkan missed abortion.

Gejala missed abortion adalah :

a. tanda-tanda abortus imminens yang kemudian menghilang secara


spontan atau setelah pengobatan.
b. Gejala subyektif kehamilan menghilang,

c. mamma agak mengendor lagi,

d. uterus tidak membesar lagi malah mengecil,

e. tes kehamilan menjadi negatif

f. gejala-gejala lain yang penting tidak ada, hanya amenorhoe


berlangsung terus.

Dengan ultrasonografi dapat ditentukan segera apakah janin sudah


mati dan besamya sesuai dengan usia kehamilan. Perlu diketahui pula
bahwa missed abortion kadang-kadang disertai oleh gangguan
pembekuan darah karena hipofibrinogenemia, sehingga pemeriksaan ke
arah ini perlu dilakukan. Tindakan pengeluaran janin, tergantung dari
berbagai faktor, seperti apakah kadar fibrinogen dalam darah sudah
mulai turun. Hipofibrinogenemia dapat terjadi apabila janin yang mati
lebih dari 1 bulan tidak dikeluarkan. Selain itu faktor mental penderita
perlu diperhatikan karena tidak jarang wanita yang bersangkutan merasa
gelisah, mengetahui ia mengandung janin yang telah mati, dan ingin
supaya janin secepatnya dikeluarkan.
Sekarang kecenderungan untuk menyelesaikan missed abortus
dengan oxitocin dan antibiotic. Setelah kematian janin dapat dipastikan

3. Abortus Habitualis
Abortus habitualis adalah abortus spontan yang terjadi 3 kali atau
lebih berturut turut. Pada umumnya penderita tidak sukar menjadi hamil,
tetapi kehamilannya berakhir sebelum 28 minggu.

2.4 Patofisiologi
Pada awal abortus terjadi perdarahan desidua basalis, diikuti nekrosis
jaringan sekitar yang menyebabkan hasil konsepsi terlepas dan dianggap
benda asing dalam uterus, kemudian uterus berkontraksi untuk
mengeluarkan benda asing tersebut. Pada kehamilan kurang dari 8
minggu, Villi korialis belum menembus desidua secara dalam. Jadi hasil
konsepsi dapat dikeluarkan seluruhnya pada kehamilan 8 sampai 14
minggu, penembusan sudah lebih dalam hingga plasenta tidak dilepaskan
sempurna dan menimbulkan banyak perdarahan. Pada kehamilan lebih
dari 14 minggu, janin dikeluarkan lebih dulu dari pada plasenta. Hasil
konsepsi keluar dalam berbagai bentuk, seperti kantong kosong amnion
atau benda kecil yang tidak jelas bentuknya, janin lahir mati, janin masih
hidup, mola kruenta, fetus kompresus, maserasi atau fetus papi raseus.
Pada abortus imminens peristiwa terjadinya perdarahan dari uterus pada
kehamilan sebelum 20 minggu, dimana hasil konsepsi masih dalam uterus
dan tanpa adanya dilatasi serviks. Diagnosis abortus imminens ditentukan
karena pada wanita hamil terjadi perdarahan melalui ostium uteri
eksternum, disertai mules sedikit atau tidak sama sekali, uterus membesar
sebesar tuanya kehamilan, serviks belum membuka, dan tes kehamilan
positif. Pada beberapa wanita hamil dapat terjadi perdarahan sedikit pada
saat haid yang semestinya datang jika tidak terjadi pembuahan. Hal ini
disebaban oleh penembusan villi korialis kedalam desidua, pada saat
implantasi ovum. Perdarahan implantasi biasanya sedikit, warnanya
merah dan cepat berhenti mules-mules.

2.5 Pathway
2.6 Komplikasi
1. Perforasi Dalam .
Melakukan kerokan harus diingat bahwa selalu ada kemungkinan
terjadinya perforasi dinding uterus, yang dapat menjurus ke rongga
peritoneum, ke ligamentum latum, atau ke kandung kencing. Oleh sebab
itu letak uterus harus ditetapkan lebih dahulu dengan seksama pada awal
tindakan, dan pada dilatasi serviks jangan digunakan tekanan berlebihan.
Pada kerokan kuret dimasukkan dengan hati-hati, akan tetapi penarikan
kuret ke luar dapat dilakukan dengan tekanan yang lebih besar. Bahaya
perforasi ialah perdarahan dan peritonitis. Apabila terjadi perforasi atau
diduga terjadi peristiwa itu, penderita harus diawasi dengan seksama
dengan mengamati keadaan umum, nadi, tekanan darah, kenaikan suhu,
turunnya hemoglobin, dan keadaan perut bawah. Jika keadaan meragukan
atau ada tanda-tanda bahaya, sebaiknya dilakukan laparatomi percobaan
dengan segera.
2. Luka pada serviks uteri.
Apabila jaringan serviks kerasdan dilatasi dipaksakan maka dapat timbul
sobekan pada serviks uteri yang perlu dijahit. Apabila terjadi luka pada
ostium uteri internum, maka akibat yang segera timbul ialah perdarahan
yang memerlukan pemasangan tampon pada serviks dan vagina. Akibat
jangka panjang ialah kemungkinan timbulnya incompetent cerviks.
3. Pelekatan pada kavum uteri.
Melakukan kerokan secara sempurna memerlukan pengalaman. Sisa-sisa
hasil konsepsi harus dikeluarkan, tetapi jaringan miometrium jangan
sampai terkerok, karena hal itu dapat mengakibatkan terjadinya
perlekatan dinding kavum uteri di beberapa tempat. Sebaiknya kerokan
dihentikan pada suatu tempat apabila pada suatu tempat tersebut
dirasakan bahwa jaringan tidak begitu lembut lagi.
4. Perdarahan.
Kerokan pada kehamilan agak tua atau pada mola hidatidosa ada bahaya
perdarahan. Oleh sebab itu, jika perlu hendaknya diselenggarakan
transfusi darah dan sesudah kerokan selesai dimasukkan tampon kasa ke
dalam uterus dan vagina.
5. Infeksi.
Apabila syarat asepsis dan antisepsis tidak diindahkan, maka bahaya
infeksi sangat besar. Infeksi kandungan yang terjadi dapat menyebar ke
seluruh peredaran darah, sehingga menyebabkan kematian. Bahaya lain
yang ditimbulkan abortus kriminalis antara lain infeksi pada saluran telur.
Akibatnya, sangat mungkin tidak bisa terjadi kehamilan lagi.

2.7 Prognosis
Mayoritas pada penderita yang mengalami abortus mempunyai prognosa
yang tergantung pada cepat atau tidaknya kita mendiagnosa dan mencari
etiologinya. Komplikasi yang sering ditimbulkan antara lain adalah:
- Pendarahan
- Perforasi
- Syok, infeksi
- Pada Missed abortion dengan refensi lama hasil konsepsi dapat terjadi
kelainan pembekuan darah.
2.8 Penanganan medis
Penatalaksanaan diberikan sesuai dengan etiologi yang mendasari timbulnya
suatu abortus.
Penatalaksanaan Umum:
- Istirahat baring, tidur berbaring merupakan unsur penting dalam
pengobatan, karena cara ini menyebabkan bertambahnya aliran darah ke
uterus dan berkurangnya rangsang mekanik.
- Pada kehamilan lebih dari 12 minggu diberikan infus oksitosin dimulai 8
tetes permenit dan naikkan sesuai kontraksi uterus.
- Bila pasien syok karena pendarahan berikan infus ringer taktat dan sele
kas mungkin tranfusi darah.

3. Rencana Asuhan Keperawatan pada Pasien Abortus


3.1 Pengkajian
3.1.1 Identitas
Meliputi nama, usia, alamat, agama ,bahasa, status perkawinan,
pendidikan, pekerjaan, golongan darah, tanggal masuk rumah sakit,
dan diagnosa medis. Ibu hamil pada usia kurang dari 20 tahun atau
lebih dari 35 tahun rentang terjadi aborsi pada kandungannya.
Pendidikan dan pekerjaan yang semakin berat akan meningkatkan
resiko aborsi.
3.1.2 Riwayat penyakit sekarang
Dalam kasus abortus masalah yang banyak dikeluhkan pasien pada
umumnya adalah rasa nyeri pada bagian abdomen. Tingkat nyeri
yang dirasakan dapat menunjukkan jenis aborsi yang terjadi.
3.1.1 Riwayat penyakit dahulu
Riwayat kesehatan yang dimonitor adalah riwayat kesehatan
sekarang, riwayat kesehatan dahulu(faktor pendukung terjadinya
aborsi misalnya mioma uteri) dan keluarga(faktor genetik), riwayat
pembedahan ( seksio sesaria atau tidak), riwayat penyakit yang
pernah dialami(misal : hipertensi, DM, typhoid, dll), riwayat
kesehatan reproduksi, riwayat seksual, riwayat pemakaian
obat(misalnya : obat jantung), pola aktivitas sehari hari.

3.1.2 Riwayat penyakit keluarga


Yang dapat dikaji melalui genogram dan dari genogram tersebut dapat
diidentifikasi mengenai penyakit turunan dan penyakit menular yang
terdapat dalam keluarga.

3.1.3 Pemeriksaaan fisik


a) Inspeksi adalah proses observasi yang sistematis yang tidak
hanya terbatas pada penglihatan tetapi juga meliputi indera
pendengaran dan penghidung. Hal yang diinspeksi antara lain:
mengobservasi kulit terhadap warna, perubahan warna, laserasi,
lesi terhadap drainase, pola pernafasan terhadap kedalaman dan
kesimetrisan, bahasa tubuh, pergerakan dan postur, penggunaan
ekstremitas,
Inspeksi Vulva : perdarahan pervaginam ada atau tidak jaringan
hasil konsepsi, tercium bau busuk dari vulva
b) Palpasi adalah menyentuh atau menekan permukaan luar tubuh
dengan jari.
Sentuhan : merasakan suatu pembengkakan, mencatat suhu,
derajat kelembaban dan tekstur kulit atau menentukan kekuatan
kontraksi uterus. Suhu badan normal atau meningkat
Tekanan : menentukan karakter nadi, mengevaluasi edema,
memperhatikan posisi janin atau mencubit kulit untuk
mengamati turgor. Denyut nadi normal atau cepat dan kecil
Pemeriksaan dalam : menentukan tegangan/tonus otot atau
respon nyeri yang abnormal
c) Perkusi adalah melakukan ketukan langsung atau tidak langsung
pada permukaan tubuh tertentu untuk memastikan informasi
tentang organ atau jaringan yang ada dibawahnya.
Menggunakan jari : ketuk lutut dan dada dan dengarkan bunyi
yang menunjukkan ada tidaknya cairan , massa atau konsolidasi.
Menggunakan palu perkusi : ketuk lutut dan amati ada tidaknya
refleks/gerakan pada kaki bawah, memeriksa refleks kulit perut
apakah ada kontraksi dinding perut atau tidak
d) Auskultasi adalah mendengarkan bunyi dalam tubuh dengan
bentuan stetoskop dengan menggambarkan dan
menginterpretasikan bunyi yang terdengar. Mendengar :
mendengarkan di ruang antekubiti untuk tekanan darah, dada
untuk bunyi jantung/paru abdomen untuk bising usus atau denyut
jantung janin. Tekanan darah normal atau menurun (Johnson &
Taylor, 2005 : 39)

3.1.4 Pemeriksaan penunjang


Tes Kehamilan : Positif bila janin masih hidup, bahkan 2-3 minggu
setelah abortus
Pemeriksaaan Doppler atau USG untuk menentukan apakah janin
masih hidup.
Pemeriksaan kadar fibrinogen darah pada missed abortion

3.2 Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul


Diagnosa 1 : Kekurangan Volume Cairan
3.2.1 Definisi
Penurunan cairan intravascular, interstisial, dan/atau intraseluler. Ini
mengacu pada dehidrasi, kehilangan cairan tapa perubahan kadar
natrium
3.2.2 Batasan karakteristik
Subjektif: Haus

Objektif
Perubahan status mental

Penurunan turgor kulit dan lidah

Penurunan haluaran urin

Penurunan pengisian vena

Kulit dan membrane mukosa kering

Kematokrit meningkat

Suhu tubuh meningkat


Peningkatan frekuensi nadi, penurunan TD

penurunan volume dan tekanan nadi

Konsentrasi urin meningkat

Penurunan berat badan yang tiba-tiba

Kelemahan

3.2.3 Faktor yang berhubungan


Kehilangan volume cairan aktif
Konsumsi alcohol yang berlebihan terus menerus
Kegagalan mekanisme pangaturan
Asupan cairan yang tidak adekuat

Diagnosa 2 : Nyeri akut


3.2.4 Definisi
Pengalaman sensori dan emosional tidak menyenangkan yang muncul
akibat kerusakan jaringan actual atau potensial atau yang digambarkan
sebagai kerusakan; awitan yang tiba-tiba atau lambat dari intensitas
ringan hingga berat dengan akhir yang dapat diantisipasi atau
diprediksi.
3.2.5 Batasan karakteristik
Subjektif:
Mengungkapkan secara verbal atau melaporkan nyeri dengan
isyarat
Objektif:
Posisi untuk mengindari nyeri
Perubahan tonus otot dengan rentang lemas sampai tidak bertenaga
Respon autonomic misalnya diaphoresis, perubahan tekanan darah,
pernapasan atau nadi, dilatasi pupil
Perubaan selera makan
Perilaku distraksi missal, mondar-mandir, mencari orang atau
aktifitas lain, aktivitas berulang
Perilaku ekspresif missal; gelisah, merintih, menangis,
kewaspadaan berlebihan, peka terhadap rangsang, dan menghela
napas panjang
Wajah topeng; nyeri
Perilaku menjaga atau sikap melindungi
Fokus menyempit, missal; gangguan persepsi waktu, gangguan
proses piker, interaksi menurun.
Bukti nyeri yang dapat diamati
Berfokus pada diri sendiri
Gangguan tidur, missal; mata terlihat layu, gerakan tidak teratur
atau tidak menentu dan tidak menyeringai

3.2.6 Faktor yang berhubungan


Agen-agen penyebab cedera ; biologis, kimia, fisik dan psikologis

3.3 Perencanaan
Diagnosa 1: kekurangan volume cairan berhubungan dengan perdarahan
masif
2.3.1 Tujuan dan Kriteria hasil (outcomes criteria): berdasarkan
NOC (lihat daftar rujukan)
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1 x 24 jam kebutuhan
cairan terpenuhi dengan
Kriteria Hasil :
Menunjukkan perbaikan keseimbangan cairan dibuktikkan dengan
haluaran urine adekuat dengan berat jenis normal 3 5 ml/ jam
Tanda vital stabil
Turgor kulit kembali normal dapat balik kembali dalam dan delik
Mukosa mulut: lembab.
Turgor kulit: elastis
Pengisian kapiler cepat

2.3.2 Intervensi keperawatan dan rasional: berdasarkan NIC (lihat


daftar rujukan) Diagnosa 1: Devisit volume cairan berhubungan
dengan perdarahan masif
Intervensi Rasional
1. Pantau suhu dan turgor kulit, 1. Memberikan data berkenaan
membrane mukosa, tekanan dengan semua kondisi.
darah, suhu, masukan/ haluaran peningkatan kadar hormone
dan berat jenis urin. Timbang gonadotropin krionik (HCG),
berat badan klien dengan perubahan metabolisme KH,
standar. dan penurunan mortilitas gaftrik
memperberat mual dan muntah
pada trimester pertama.

2. Perubahan TD dan nadi dapat


2. Awasi tanda vital, bandingkan
digunakan untuk perkiraan kasar
dengan hasil normal pasien /
kehilangan darah (mis. TD <90
sebelumnya. ukur TD dengan
data-blogger-escaped-mmhg=""
posisi duduk, berbaring, berdiri
data-blogger-escaped-
bila mungkin
nadi="">110 diduga 25%
penurunan volume atau kurang
lebih 1000 ml). Hipotensi
postural menunjukkan
penurunan volume cairan

3. Tentukan adanya/ frekuensi 3. Membantu dalam menentukan


mual berlebihan atau menetap adanya muntah yang tidak dapat
muntah. dikontrol (hiperemesis
gravidarum) pada awalnya
muntah dapat mengakibatkan
alkalosis, dehidrasi dan ketidak
seimbangan elektrolit. Muntah
yang tidak dapat diatasi atau
yang berat dapat menimbulkan
asidosis, memerlukan intervensi
lanjut.

4. Menurunkan faktor penyebab


4. Pantau hal-hal yang
terjadinya mual muntah
meningkatkan mual dan muntah.
Misalnya bau-bauan yang
terlalu, makanan yang terlalu
asin atau manis.

5. Pantau hal-hal yang 5. Meningkatkan kenyamanan dan


menurunkan mual dan muntah selera makan.
missal makanan diberikan
waktu hangat, suasana yang
menyenangkan.

6. Libatkan keluarga:
Menghadirkan suami dan 6. Menurunkan rasa cemas.
keluarga terdekat klien ketika
klien dirawat
Keluarga/suami berusaha
meyakinkan klien bahwa
klien tidak perlu cemas
menghadapi kehamilannya.

7. Kolaborasi:
Berikan cairan elektrolit glukosa
atau vitamin secara parentera/ 7. Membantu dalam
sesuai indikasi. meminimalkan mual/ muntah
dan menurunkan keasaman
jambung muntah yang sering
(hiperemesis gravidarum)
mengakibatkan bilirubin dan
mengetahui frekuensi muntah,
memudahkan kita melakukan
tindakan tang lebih lanjut.

Diagnosa 2: Nyeri berhubungan dengan kontraksi uterus yang berlebihan


2.3.3 Tujuan dan Kriteria hasil (outcomes criteria): berdasarkan
NOC (lihat daftar rujukan)
Setelah diberikan asuhan keperawatan selama 1 X 24 jam diharapkan
klien dapat mengontrol nyeri yang dibuktikan dengan
Kriteria hasil :
Klien menyatakan nyeri hilang/ terkontrol
Ekspresi wajah tidak menunjukkan rasa menahan sakit
Kualitas nyeri menunjukkan skala 0-3
Perilaku relaksasi
TD 120/80 130/90 mmHg
Nadi 90x/ menit
Pola nafas efektif 24x/ menit
2.3.4 Intervensi keperawatan dan rasional: berdasarkan NIC (lihat
daftar rujukan)
1.Berikan informasi dan petunjuk 1.Meningkatan pemecahan masalah,
antisipasi mengenai penyebab membantu mengurangi nyeri
ketidaknyamanan dan intervensi berkenaan dengan ansietas dan
yang tepat ketakutan karena ketidaktahuan dan
memberikan rasa control.
2.Evaluasi tekanan darah (TD) dan nadi.
2.Pada banyak klien menyebabkan
Perhatikan perubahan perilaku
gelisah
(bedakan antara kegelisahan karena
nyeri atau kehilangan darah akibat
dari proses pembedahan.
3.Merilekskan otot dan mengalihkan
3.Ubah posisi klien senyaman mungkin
perhatian dari sensasi nyeri,
dan berikan teknik pernafasan dan
meningkatkan kjetidaknyaman dan
relaksasi dan distraksi (rangsangan
menurunkan distraksi tidak
jaringan kutan)
menyenangkan, meningkatkan rasa
ketidaksejahteraan.

4.Palpasi kandung kemih, perhatikan 4.Kembalinya kandung kemih normal


adanya rasa penuh, memudahkan memerlukan 4-7 hari dan over
berkemih periodic setelah distena kandung kemih menciptakan
pengangkatan kateter indwelling. peranan dorongan dan
ketidaknyamanan.
5.Anjurkan penggunaan dengan
5.Mengangkat payudara kedalam dan
penyokong.
keatas mengakibatkan posisi lebih
nyaman dan menurunkan kelelahan
otot.
6.Lakukan latihan nafas dalam,
spirometri intensif dan batuk dengan 6.Napas dalam meningkatkan upaya
menggunakan prosedur-prosedur pernafasan, pembebatan
tepat, 30 menit setelah pemberian menurunkan regangan area insisi dan
analgesic. mengurangi nyeri dan
ketidaknyaman berkenaan dengan
gerakan otot abdomen, baruk
diindikasikan bila sekresi atau ronki
terdengar.
Banjarmasin, Desember 2016

Preseptor Akademik, Preseptor Klinik,

(..................................................) (..................................................)
LAPORAN PENDAHULUAN
ASUHAN PERSALINAN NORMAL (APN)
DI POLI KESEHATAN KANDUNGAN RUMAH SAKIT BHAYANGKARA
BANJARMASIN

Oleh :
ABDILLAH, S.Kep
NPM. 1614901110001

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH BANJARMASIN


FAKULTAS KEPERAWATAN DAN ILMU KESEHATAN
PROGRAM STUDI S.1 KEPERAWATAN PROFESI NERS
BANJARMASIN, 2016

Anda mungkin juga menyukai