Tampak dari luar (mulai dari mons pubis sampai tepi perineum), terdiri dari
mons pubis, labia mayora, labia minora, clitoris, hymen, vestibulum,
orificium urethrae externum, kelenjar-kelenjar pada dinding vagina.
Lapisan lemak lanjutan mons pubis ke arah bawah dan belakang, banyak
mengandung pleksus vena. Homolog embriologik dengan skrotum pada
pria. Ligamentum rotundum uteri berakhir pada batas atas labia mayora.
Di bagian bawah perineum, labia mayora menyatu (pada commisura
posterior).
1.1.4 Clitoris
1.1.5 Vestibulum
Daerah dengan batas atas clitoris, batas bawah fourchet, batas lateral
labia minora. Berasal dari sinus urogenital. Terdapat 6 lubang/orificium,
yaitu orificium urethrae externum, introitus vaginae, ductus glandulae
Bartholinii kanan-kiri dan duktus Skene kanan-kiri. Antara fourchet dan
vagina terdapat fossa navicularis.
1.1.7 Vagina
1.1.8 Perineum
Daerah antara tepi bawah vulva dengan tepi depan anus. Batas otot-otot
diafragma pelvis (m.levator ani, m.coccygeus) dan diafragma
urogenitalis (m.perinealis transversus profunda, m.constrictor urethra).
Perineum meregang pada persalinan, kadang perlu dipotong
(episiotomi) untuk memperbesar jalan lahir dan mencegah ruptur.
1.2.1 Uterus
Fungsi: tempat menerima, mempertahankan dan memberi makan ovum
yang telah dibuahi.
Bagian-bagian:
1.2.1.1 Fundus : terletak di atas muara tuba uterine
1.2.1.2 Corpus : terletak dibawah bagian tuba uterine
1.2.1.3 Cervix : bagian bawah korpus yang menyempit
Cervix ini menembus dinding anterior vagina dan menjadi 2:
Portio supravaginalis
Portio vaginalis cervicis uteri
Struktur Uterus:
Semua bagian diliputi oleh peritoneum kecuali pada bagian anterior
dan di bawah ostium histologicum uteri interni. Di tempat ini
peritoneum berjalan ke depan di atas vesica urinaria. Di lateral juga
terdapat ruangan diantara tempat perlekatan lapisan ligamentum
latum.
Histologi:
Tunica muscularis (myometrium) sangat tebal dan dibentuk oleh
otot2 polos yang disokong oleh jaringan ikat.
Tunica mucosa yang membatasi corpus uteri disebut
endometrium. Tunica ini melanjutkan diri ke atas sebagai tunica
mucosa yang melapisi tuba uterine dan kebawah sebagai
membrane mukosa yang melapisi cervix.
Endometrium langsung melekat pada otot sehingga tidak
mempunyai lapisan submukosa. Lapisan ini dipengaruhi oleh
hormone ovarium.
Pendarahan:
Portio supravaginalis dikelilingi oleh fascia pelvis viceralis yang
disebut parametrium. Pada daerah ini, a. uterine disilang oleh ureter
pada kanan dan kiri cervix. Pendarahan: Arteri: a. uterine. Cabang dari
a. illiaca interna.
Bagian-bagian:
1.2.2.1 Infundibulum
Ujung lateral tuba uterine. Berbentuk corong, menjorok ke
luar ligamentum latum dan terletak di atas ovarium. Ujung
lateralnya membentuk tonjolan seperti jari2 yang disebut
fimbriae yang melingkupi ovarium.
1.2.2.2 Ampulla
Bagian tuba yang paling luas.
1.2.2.3 Isthmus
Bagian tersempit tuba. Terletak lateral terhadap uterus.
1.2.2.4 Pars Uterina
Segmen tuba yang menembus dinding uterus.
Pendarahan:
Uterine cabang dari a. illiaca interna
Arteri ovarica cabang aorta abdominalis
1.2.3 Ovarium
Fungsi Ovarium:
Mengembangkan dan mengeluarkan ovum
Menghasilkan hormon steroid
Pendarahan
Arteri ovarica berasal dari aorta abdominalis setinggi L1
2. Konsep Abortus
2.1 Definisi
Abortus adalah pengeluaran atau ekstraksi janin atau embrio yang berbobot
500 gram atau kurang, dari ibunya yang kira kira berumur 20 sampai 22
minggu kehamilan.
Abortus adalah keluarnya janin sebelum mencapai viabilitas. Dimana masa
gestasi belum mencapai usia 22 minggu dan beratnya kurang dari 500 gr.
2.2 Etiologi
Sebab-sebab abortus tersebut antara lain:
1. Missed abortion
3. Abortus Habitualis
Abortus habitualis adalah abortus spontan yang terjadi 3 kali atau
lebih berturut turut. Pada umumnya penderita tidak sukar menjadi hamil,
tetapi kehamilannya berakhir sebelum 28 minggu.
2.4 Patofisiologi
Pada awal abortus terjadi perdarahan desidua basalis, diikuti nekrosis
jaringan sekitar yang menyebabkan hasil konsepsi terlepas dan dianggap
benda asing dalam uterus, kemudian uterus berkontraksi untuk
mengeluarkan benda asing tersebut. Pada kehamilan kurang dari 8
minggu, Villi korialis belum menembus desidua secara dalam. Jadi hasil
konsepsi dapat dikeluarkan seluruhnya pada kehamilan 8 sampai 14
minggu, penembusan sudah lebih dalam hingga plasenta tidak dilepaskan
sempurna dan menimbulkan banyak perdarahan. Pada kehamilan lebih
dari 14 minggu, janin dikeluarkan lebih dulu dari pada plasenta. Hasil
konsepsi keluar dalam berbagai bentuk, seperti kantong kosong amnion
atau benda kecil yang tidak jelas bentuknya, janin lahir mati, janin masih
hidup, mola kruenta, fetus kompresus, maserasi atau fetus papi raseus.
Pada abortus imminens peristiwa terjadinya perdarahan dari uterus pada
kehamilan sebelum 20 minggu, dimana hasil konsepsi masih dalam uterus
dan tanpa adanya dilatasi serviks. Diagnosis abortus imminens ditentukan
karena pada wanita hamil terjadi perdarahan melalui ostium uteri
eksternum, disertai mules sedikit atau tidak sama sekali, uterus membesar
sebesar tuanya kehamilan, serviks belum membuka, dan tes kehamilan
positif. Pada beberapa wanita hamil dapat terjadi perdarahan sedikit pada
saat haid yang semestinya datang jika tidak terjadi pembuahan. Hal ini
disebaban oleh penembusan villi korialis kedalam desidua, pada saat
implantasi ovum. Perdarahan implantasi biasanya sedikit, warnanya
merah dan cepat berhenti mules-mules.
2.5 Pathway
2.6 Komplikasi
1. Perforasi Dalam .
Melakukan kerokan harus diingat bahwa selalu ada kemungkinan
terjadinya perforasi dinding uterus, yang dapat menjurus ke rongga
peritoneum, ke ligamentum latum, atau ke kandung kencing. Oleh sebab
itu letak uterus harus ditetapkan lebih dahulu dengan seksama pada awal
tindakan, dan pada dilatasi serviks jangan digunakan tekanan berlebihan.
Pada kerokan kuret dimasukkan dengan hati-hati, akan tetapi penarikan
kuret ke luar dapat dilakukan dengan tekanan yang lebih besar. Bahaya
perforasi ialah perdarahan dan peritonitis. Apabila terjadi perforasi atau
diduga terjadi peristiwa itu, penderita harus diawasi dengan seksama
dengan mengamati keadaan umum, nadi, tekanan darah, kenaikan suhu,
turunnya hemoglobin, dan keadaan perut bawah. Jika keadaan meragukan
atau ada tanda-tanda bahaya, sebaiknya dilakukan laparatomi percobaan
dengan segera.
2. Luka pada serviks uteri.
Apabila jaringan serviks kerasdan dilatasi dipaksakan maka dapat timbul
sobekan pada serviks uteri yang perlu dijahit. Apabila terjadi luka pada
ostium uteri internum, maka akibat yang segera timbul ialah perdarahan
yang memerlukan pemasangan tampon pada serviks dan vagina. Akibat
jangka panjang ialah kemungkinan timbulnya incompetent cerviks.
3. Pelekatan pada kavum uteri.
Melakukan kerokan secara sempurna memerlukan pengalaman. Sisa-sisa
hasil konsepsi harus dikeluarkan, tetapi jaringan miometrium jangan
sampai terkerok, karena hal itu dapat mengakibatkan terjadinya
perlekatan dinding kavum uteri di beberapa tempat. Sebaiknya kerokan
dihentikan pada suatu tempat apabila pada suatu tempat tersebut
dirasakan bahwa jaringan tidak begitu lembut lagi.
4. Perdarahan.
Kerokan pada kehamilan agak tua atau pada mola hidatidosa ada bahaya
perdarahan. Oleh sebab itu, jika perlu hendaknya diselenggarakan
transfusi darah dan sesudah kerokan selesai dimasukkan tampon kasa ke
dalam uterus dan vagina.
5. Infeksi.
Apabila syarat asepsis dan antisepsis tidak diindahkan, maka bahaya
infeksi sangat besar. Infeksi kandungan yang terjadi dapat menyebar ke
seluruh peredaran darah, sehingga menyebabkan kematian. Bahaya lain
yang ditimbulkan abortus kriminalis antara lain infeksi pada saluran telur.
Akibatnya, sangat mungkin tidak bisa terjadi kehamilan lagi.
2.7 Prognosis
Mayoritas pada penderita yang mengalami abortus mempunyai prognosa
yang tergantung pada cepat atau tidaknya kita mendiagnosa dan mencari
etiologinya. Komplikasi yang sering ditimbulkan antara lain adalah:
- Pendarahan
- Perforasi
- Syok, infeksi
- Pada Missed abortion dengan refensi lama hasil konsepsi dapat terjadi
kelainan pembekuan darah.
2.8 Penanganan medis
Penatalaksanaan diberikan sesuai dengan etiologi yang mendasari timbulnya
suatu abortus.
Penatalaksanaan Umum:
- Istirahat baring, tidur berbaring merupakan unsur penting dalam
pengobatan, karena cara ini menyebabkan bertambahnya aliran darah ke
uterus dan berkurangnya rangsang mekanik.
- Pada kehamilan lebih dari 12 minggu diberikan infus oksitosin dimulai 8
tetes permenit dan naikkan sesuai kontraksi uterus.
- Bila pasien syok karena pendarahan berikan infus ringer taktat dan sele
kas mungkin tranfusi darah.
Objektif
Perubahan status mental
Kematokrit meningkat
Kelemahan
3.3 Perencanaan
Diagnosa 1: kekurangan volume cairan berhubungan dengan perdarahan
masif
2.3.1 Tujuan dan Kriteria hasil (outcomes criteria): berdasarkan
NOC (lihat daftar rujukan)
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1 x 24 jam kebutuhan
cairan terpenuhi dengan
Kriteria Hasil :
Menunjukkan perbaikan keseimbangan cairan dibuktikkan dengan
haluaran urine adekuat dengan berat jenis normal 3 5 ml/ jam
Tanda vital stabil
Turgor kulit kembali normal dapat balik kembali dalam dan delik
Mukosa mulut: lembab.
Turgor kulit: elastis
Pengisian kapiler cepat
6. Libatkan keluarga:
Menghadirkan suami dan 6. Menurunkan rasa cemas.
keluarga terdekat klien ketika
klien dirawat
Keluarga/suami berusaha
meyakinkan klien bahwa
klien tidak perlu cemas
menghadapi kehamilannya.
7. Kolaborasi:
Berikan cairan elektrolit glukosa
atau vitamin secara parentera/ 7. Membantu dalam
sesuai indikasi. meminimalkan mual/ muntah
dan menurunkan keasaman
jambung muntah yang sering
(hiperemesis gravidarum)
mengakibatkan bilirubin dan
mengetahui frekuensi muntah,
memudahkan kita melakukan
tindakan tang lebih lanjut.
(..................................................) (..................................................)
LAPORAN PENDAHULUAN
ASUHAN PERSALINAN NORMAL (APN)
DI POLI KESEHATAN KANDUNGAN RUMAH SAKIT BHAYANGKARA
BANJARMASIN
Oleh :
ABDILLAH, S.Kep
NPM. 1614901110001