Anda di halaman 1dari 4

Rencana Proposal Tesis

Dyah Prabaningrum

Pajanan Timbal dan Gangguan Tumbuh Kembang pada Anak


Di Lokasi Daur Ulang Aki Bekas
Desa Cinangka, Kec. Ciampea, Kab. Bogor
Tahun 2017

A. Latar Belakang
Seiring dengan pekembangan teknologi, semakin banyak benda dan peralatan modern yang
digunakan dalam keseharian dan memerlukan daya listrik untuk menggunakannya. Semakin
tingginya mobilitas manusia dan semakin meningkatnya penggunaan benda dan peralatan yang
memerlukan listrik menyebabkan meningkatnya industri komponen pencatu daya (aki). Industri
aki membutuhkan bahan baku utama, yaitu timbal (Pb) dimana kebutuhannya akan meningkat
tajam seiring dengan meningkatnya kebutuhan akan daya listrik .
Timbal (Pb) atau timah hitam adalah satu unsur logam berat yang berada di lapisan bumi secara
alamiah dan banyak digunakan dalam produksi baterai, amunisi, produk logam, pipa, termasuk
bahan bakar dan cat (ATSDR, 2007). Timbal merupakan salah satu bahan yang digunakan dalam
pembuatan aki. Umumnya didapat dari pertambangan, namun proses pengolahan bahan tambang
menjadi timbal siap pakai sangat kompleks. Salah satu upaya untuk menekan biaya produksi,
proses yang lebih mudah daripada pengolahan dari bahan tambang, dan untuk memenuhi
kebutuhan timbal sebagai bahan aki yang semakin meningkat adalah dengan menggunakan timbal
yang berasal dari daur ulang aki bekas. Cara mendaur ulang aki bekas lebih sederhana, sehingga
dapat dikerjakan oleh masyarakat tanpa menggunakan peralatan yang mahal dan rumit. Namun,
akibatnya adalah semakin banyaknya usaha kecil daur ulang aki bekas yang dilakukan
masyarakat tanpa memperhatikan dampak lingkungan dan kesehatan.
Industri daur ulang aki bekas apabila tidak dikelola dan tidak menggunakan teknologi yang baik
akan menjadi sumber pencemaran lingkungan yang berakibat buruk pada kesehatan. Pencemaran
yang diakibatkan dari usaha daur ulang ini adalah pencemaran udara dari asap dan debu yang
mengandung timbal, bau sulfur, dan limbah cair yang mengandung asam sulfat (BPPT, 2004). Aki
bekas termasuk dalam limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) yang penanganannya sudah
diatur dalam PP No. 101 tahun 2014 tentang Pengelolaan Limbah B3. Namun, pada
kenyataannya, industri daur ulang aki bekas dilakukan tanpa ijin dan belum menerapkan
pengelolaan yang sesuai dengan peraturan yang berlaku. Semakin banyaknya usaha daur ulang
aki bekas dan letaknya yang menyebar karena merupakan industri sederhana yang dilakukan oleh
masyarakat, maka semakin meningkatkan risiko pajanan timbal yang akan menimbulkan dampak
kesehatan di masyarakat.
Pajanan timbal dalam kadar tertentu dan dalam waktu tertentu dapat berdampak pada kesehatan
(ATSDR, 2007). Dampak dari pajanan timbal pada anak antara lain : hipertensi, ganguan fungsi
ginjal, gangguan kekebalan tubuh, penurunan fungsi intelektual, dan gangguan perkembangan
neurologis. Ganguan perkembangan neurologis merupakan gangguan yang diakibatkan
penurunan fungsi neurologis pada sistem saraf pusat dan otak. Anak yang mengalami ganguan
perkembangan neurologis umumnya memiliki kesulitan dengan pemahaman bahasa dan bicara,
kemampuaan motoric, behavior, memori, belajar, dan ganguan fungsi neurologis lainnya. Janin
dan balita termasuk pada kelompok yang rentan terhadap pajanan toksik dari lingkungan
dibandingkan dengan kelompok orang dewasa, dan populasi ini memiliki efek yang lebih parah
dibandingkan dengan dewasa.
Indonesia adalah salah satu negara yang berpotensi mengalami pencemarn timbal dari kegiatan
daur ulang aki bekas. Penelitian yang dilakukan Komite Penghapusan Bensin Bertimbel (KPBB)
menyebutkan bahwa pada tahun 2013 di Jabodetabek terdapat sekitar 70 titik daur ulang aki
bekas yang tidak memiliki izin dan dilakukan oleh masyarakat (KPBB, 2014). Pada beberapa titik
dari kawasan tersebut sudah diketahui adanya pencemaran timbal dan dampak kesehatan yang
dirasakan masyarakat. Pada penelitian yang dilakukan KPBB pada tahun 2013 di tempat industri
daur ulang aki bekas di Desa Cinangka, Kab. Bogor, diketahui bahwa kadar timbal dalam tanah
jauh melebihi ambang batas WHO 400 ppm, kadar timbal dalam darah anak rata-rata 32 g/dL
(16,2 65 g/dL), dan anak-anak memiliki gejala intoksikasi timbal seperti anemia,
terhambatnya perkembangan fisik, penurunan fungsi kognitif (KPBB, 2014).
Di Kabupaten Bogor, terdapat beberapa lokasi yang dijadikan pusat daur ulang aki bekas yang
sudah ada sejak tahun 1970an. Di lokasi tersebut terdapat beberapa titik kegiatan daur ulang aki
bekas, salah satunya di Kecamatan Ciampea. Lokasi dari kegiatan tersebut berada di tengah
permukiman warga dan kegiatan tersebut belum memiliki ijin dari pemda setempat. Penanganan
limbah B3 dari kegiatan daur ulang tersebut pun belum dilakukan dengan baik, karena masih
dibuang begitu saja di sekitar lokasi daur ulang. Pada tahun 2014 telah dilakukan clean up lokasi
daur ulang aki bekas dengan upaya pembersihan lahan yang terkontaminasi, sehingga kadar
timbal di lingkungan menjadi lebih rendah. Namun, pajanan timbal di lokasi tersebut sudah
berlangsung selama bertahun-tahun.
Terlihat dari lamanya pajanan timbal berlangsung dan rentannya kelompok usia anak terhadap
pajanan toksik dari lingkungan, maka peneliti ingin melihat bagaimana pajanan timbal dari
kegiatan daur ulang aki bekas dihubungkan dengan ganguan perkembangan neurologis pada
anak-anak di lokasi daur ulang aki bekas di Desa Cinangka, Kecamatan Ciampea, Kabupaten
Bogor.

B. Kerangka Konsep

VARIABEL VARIABEL
INDEPENDEN DEPENDEN
- Kadar timbal Gangguan
dalam darah VARIABEL perkembangan
anak PENGGANGGU

- Status merokok
ibu
- Dietary intake
C. Metode Penelitian pada ibu selama
Jenis penelitian ini adalah penelitian observasional analitik dengan rancangan case control study
yang dilakukan dengan cara membandingkan antara kelompok kasus dan kelompok kontrol
berdasarkan status pajanannya. Hal tersebut bergerak dari akibat (dampak kesehatan) ke sebab
(pajanan). Ciri-ciri dari penelitian case control adalah pemilihan subyek yang didasarkan pada
penyakit yang diderita, kemudian lakukan pengamatan yaitu subyek mempunyai riwayat terpajan
faktor penelitian atau tidak.
Populasi dalam penelitian ini adalah anak balita yang tinggal di desa Cinangka, Kecamatan
Ciampea, Kabupaten Bogor. Adapun kriteria sampel adalah :
- Anak berusia 3-5 tahun
- Ibu dari anak tinggal di desa cinangka sejak masa kehamilan 0-9 bulan.
- Anak tinggal di desa cinangka sejak usia 0 bulan hingga berlangsungnya penelitian
- Anak tidak memiliki kecacatan fisik
- Ibu tidak mengalami komplikasi saat kehamilan
Adapun kriteria kontrol adalah
- Anak berusia 3-5 tahun
- Ibu dari anak tinggal di desa cinangka sejak masa kehamilan 0-9 bulan.
- Anak tinggal di desa cinangka sejak usia 0 bulan hingga berlangsungnya penelitian
- Anak tidak memiliki kecacatan fisik
- Ibu tidak mengalami komplikasi saat kehamilan
Metode sampling yang digunakan adalah sampel secara acak (random sampling) sehingga tiap
unit penelitian dari populasinya memiliki kesempatan yang sama untuk diambil sebagai sampel.
Metode yang digunakan sebagai berikut :
- Jumlah populasi kasus dan control dibuat dalam table dan diberi nomor. Tiap nomor sudah
berisi identitas dari masing-masing kasus dan kontrol. Jenis kelamin kasus dan kontrol sesuai,
contoh : apabila kasus adalah laki-laki, maka kontrol juga laki-laki, hal ini dilakukan juga
untuk umur anak.
Data primer diperoleh dari hasil wawancara dengan responden dan hasil observasi atau
pengukuran di lokasi penelitian. Data sekunder dilakukan dengan pencatatan data-data terkait
kesehatan, data-data mengenai kemasyarakatan, serta data mengenai kondisi lingkungan.
Adapun prosedur pelaksanaan penelitian adalah sebagai berikut :
- Mendatangi rumah responden yang terpilih dari pengambilan sampel.
- Memberikan informed consent dan penjelasan mengenai penelitian kepada responden
- Melakukan wawancara menganai umur, jenis kelamin, lama tinggal, status ASI, dietary intake
pada ibu selama kehamilan dan menyusui, status merokok, dietary intake pada anak.
Wawancara dilakukan dengan menggunakan kuesioner.
- Melakukan pengambilan sampel darah anak untuk mengetahui kadar timbal dalam darah anak
- Melakukan assessment perkembangan neurologis anak dengan menggunakan instrument
Denver Development Screening Test (DDST) II, yang dilakukan oleh tenaga kesehatan
terlatih.
Timbal dalam darah diketahui dengan mengukur timbal eritrosit (Ery-Pb). Darah diambil di
puskesmas dan disimpan pada tabung lithium-heparin, dibekukan sebelum diperiksa.
Pemeriksaan dengan menggunakan Inductively Coupled Mass Spectrometry (ICPMS).
Perkembangan neurologis anak dikaji dengan menggunakan instrument Denver Development
Screening Test (DDST) II yang mengkaji empat sector perkembangan anak, yaitu : perilaku
social, motoric halus, bahasa, motoric kasar. Pemeriksaan dilakukan di tempat yang tenang di
pusat kesehatan local, anak-anak diteliti oleh seorang pemeriksa dengan didampingi pengasuh
mereka.
Analisis data dengan menggunakan uji univariat, bivariate dan multivariate untuk mengetahui
hubungan antara kadar timbal dalam darah dengan gangguan perkembangan neurologis anak.

ATSDR 2007. Toxicological Profile for Lead.

Anda mungkin juga menyukai