Laporan Kasus Jiwa
Laporan Kasus Jiwa
F.32.3
Oleh :
Dessy Karina Nur Asih I4A013058
Tara Wahyudita Mentari I4A013065
M. Rifky Ersadian Noor I4A013073
Pembimbing :
dr. H. Yulizar Darwis, Sp.KJ, MM
I. IDENTITAS PASIEN
Nama : Ny. M
Tempat, Tanggal lahir : Sari Gadung, 12 Februari 1960
Usia : 57 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Alamat : Karang Bintang
Pendidikan : Tidak Sekolah
Pekerjaan : Petani
Agama : Islam
Suku : Banjar
Status Perkawinan : Cerai Mati
Tanggal Masuk : 13 April 2017
pada tanggal 13 April 2017 di Poliklinik Jiwa RSUD Ulin Banjarmasin dan rumah
keluarga pasien.
A. KELUHAN UTAMA
Murung
KELUHANTAMBAHAN
Mendengar bisikan
B. RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG
Autoanamnesis
Pada tahun 2013, pasien mulai berteman dengan seorang wanita yaitu Ny. M
satu sama lain dan akhirnya menjadi sangat dekat karena rutinitas itu dilakukan
hampir setiap hari. Pasien merasa bahwa Ny. M sudah sangat dekat dengan pasien
disebabkan karena ada tuntutan pekerjaan suami yang harus pindah ke Banjarbaru.
1
Pada akhir tahun 2016, pasien mendengar kabar bahwa tetangganya
sangat jauh dan lama, pasien akhirnya tidak dapat melayat tetangganya tersebut.
Pada tanggal 21 Maret 2017, pasien berziarah ke makam Ny. M dan menjenguk
anak-anak dari Ny. M tersebut. Anak dari Ny. M lalu menceritakan beberapa cerita
tentang ibunya tersebut dan masalah hidup yang dialami oleh dirinya sehingga
hidup dan tidak semangat untuk melakukan sesuatu. Namun, pasien menyangkal
disekitarnya dan pernah berpikiran untuk mati saja. Pasien mengeluhkan sering
kepanasan pada seluruh tubuhnya dan merasa sakitnya ini sakit parah. Pasien
kata-kata tidak jelas dan tidak dimengerti oleh pasien. Bisikan biasanya muncul
pada saat pasien ingin tidur di telinga bagian kiri. Pasien juga merasa ada setan
yang hinggap dalam dirinya. Pasien mengaku tidak shalat sejak tanggal 10 April
2017 karena rasa malas yang disebabkan oleh setan yang hinggap dalam
tubuhnya. Pasien merasa seluruh badannya panas ketika hendak shalat. Pasien
juga tidak suka mendengar adzan dan lantunan ayat suci Al Quran.
Pasien dapat menyebutkan dengan benar siapa nama dan usianya. Pasien
juga dapat menjawab datang bersama keluarga dan dapat menyebutkan nama
2
anggota keluarga yang ada setelah beberapa kali diberi pertanyaan dan menjawab.
Menurut anak pasien, sejak tanggal 26 Maret 2017, pasien terlihat murung,
sering menyendiri, dan pasien biasanya hanya diam dengan ekspresi tatapan
kosong. Hal ini terjadi langsung setelah pasien pulang dari rumah tetangganya di
temannya lalu menangis secara terus menerus. Namun, pasien menyangkal akan
hal itu.
tidak ada semangat. Pasien sering mengatakan tidak ada gairah hidup dan hanya
ingin berhenti melakukan apapun sehingga pasien hanya bisa tidur di ranjangnya
saja tanpa melakukan apapun. Keluarga juga mengeluhkan pasien tidak mau
makan, minum, dan mandi sendiri. Pasien tidak ingin mandi sendiri kecuali
disuruh oleh anak pasien. Nafsu makan pasien juga menurun sehingga pasien
menjadi jarang makan. Sejak 3 hari ini, pasien mengalami perubahan drastis
dalam hal beribadah. Pasien dulunya merupakan wanita yang taat beragama dan
selalu beribadah. Namun, sekarang pasien hanya shalat apabila disuruh dan
3
Pada saat pasien remaja sekitar tahun 1970-an pasien pernah mengalami hal
serupa. Namun, informasi yang lebih detail tiak didapatkan. Tahun 1980, pasien
pernah menderita hal serupa. Menurut cerita dari anak pasien yang dahulu pernah
diceritakan oleh ayahnya (suami pasien), saat itu pasien tidak peduli dengan
anak bungsunya merasa tidak cocok. Penolakan dari sang anak bungsu ini
menyebabkan munculnya kejadian serupa pada tahun 2013. Saat itu, pasien sering
sering berkelahi dengan anak bungsunya yang menderita penyakit serupa. Pasien
bulan Januari 2017 keluarga membawa pasien ke poliklinik jiwa RSUD Ulin
Banjarmasin untuk diobati. Setelah 2 kali kontrol dan meminum obat rutin selama
1 bulan (pasien dan keluarga pasien tidak mengingat nama obat yang dikonsumsi).
Setelah tidak ada gejala lagi, dapat beraktivitas, mampu berosialisasi dengan baik,
pasien dinyatakan sembuh oleh dokter spesialis kedokteran jiwa dan tidak perlu
4
a) Riwayat Prenatal
Guilt
Confusion
g) Riwayat pendidikan
Pasien tidak pernah bersekolah. Pasien juga tidak bisa membaca dan
menulis.
h) Riwayat pekerjaan
Pasien sudah lama bekerja sebagai petani dan tukang pijat panggilan.
Pasien adalah seorang janda. Suami pasien meninggal pada tahun 2012.
5
RIWAYAT KELUARGA
Genogram
Keterangan:
= Penderita
= Anak penderita yang mengalami hal serupa
= = Laki-Laki
= Perempuan
= Meninggal
Pasien anak pertama dari lima bersaudara, sekarang pasien tinggal dengan
anak keduanya.
Anak pasien yang paling bungsu pernah mengalami kejadian serupa pada
tahun 2013 (1 minggu sebelum keluhan pasien yang ke-3 muncul). Anak pasien
pernikahannya.
6
C. RIWAYAT SITUASI SEKARANG
Pasien tinggal serumah dengan anak perempuan (anak kedua), menantu, serta
keempat cucunya.
1. Status Interna :
Nadi : 64 x/menit
SpO2 : 99%
Kulit
Inspeksi : normosefali
Palpasi : pembesaran KGB (-/-), peningkatan JVP (-/-)
Auskultasi : bruit (-)
Mata
iiiperdarahan (-), mata berair (-), ptosis (-), pandangan kabur (-),
Telinga
7
Inspeksi : serumen minimal, sekret (-/-)
Palpasi : nyeri mastoid (-/-)
Hidung
Mulut
Inspeksi : perdarahan gusi (-), pucat (-), sianosis (-), stomatitis (-),
leukoplakia (-)
Toraks
Inspeksi : simetris
Palpasi : fremitus vokal simetris
Perkusi : sonor
Auskultasi : suara napas vesikuler, wheezing (-/-), rhonki (-/-)
Jantung
Abdomen
hernia (-)
Auskultasi : peristaltik usus (+) normal 3x/ menit
Perkusi : timpani
Palpasi : shifting dullness (-), hepatomegali (-), splenomegali (-), massa
(-)
Nyeri tekan (-) - - -
- - -
- - -
Punggung
8
Inspeksi : skoliosis (-), kifosis (-), lordosis (+)
Palpasi : nyeri (-) nyeri ketok ginjal (-)
Ekstremitas
Inspeksi : gerak sendi normal, deformitas (-), kemerahan (-), varises (-)
Palpasi : panas (-), nyeri (-), massa (-), edema (-)
2. Status Neurologis
Nervus I XII : Dalam batas normal
Rangsang Meningeal : Tidak ada
Gejala peningkatan TIK : Tidak ada
Refleks Fisiologis : Dalam batas normal
Refleks patologis : Tidak ada
A. DeskripsiUmum
1. Penampilan
Penderita perempuan berumur 57 tahun dengan tinggi sekitar 150 cm, berbadan
kurus, sedikit bungkuk, dan warna kulit sawo matang. Wajah pasien sesuai umur
dan terlihat murung. Pasien memakai baju lengan panjang berwarna biru tua,
bercelana panjang berwarna hitam, berkerudung hitam, dan memakai sandal jepit.
2. Kesadaran : Jernih
B. Keadaan
9
Afek/mood : hipothym
Ekspresi Afektif
Hidup Emosi
1. Stabilitas : stabil
2. Pengendalian : pasien dapat
C. Fungsi Kognitif
Kesadaran : Jernih
Daya konsentrasi : Baik
Orientasi
Waktu :+
Tempat: +
Orang :+
Situasi :+
Daya ingat
Segera : baik
Jangka pendek : baik
Jangka panjang : baik
D. Gangguan Persepsi
E. Proses pikir
10
G. Daya Nilai
penyebab sakitnya.
Tilikan : Tilikan 4
Afek/mood : Hypothym
Anamnesis :
1. Sungguh-sungguh/tdk : Sungguh-sungguh
2. Dalam/dangkal : Dalam
11
3. Skala diferensiasi : Sempit
meninggal.
memerah.
B. Masalah terkait psikologis
Psikomotor perilaku dan aktivitas psikomotor hipoaktif, pembicaraan
keserasian serasi, empati tidak dapat diraba rasakan, orientasi waktu dan
orang baik, tempat baik, arus pikir lambat, halusinasi auditorik, penilaian
VIII. PROGNOSIS
12
Gangguan sistemik : dubia ad bonam
Trifluoperazine 5 mg 3x1
Hexymer 2 mg 2x1
Maprotiline 50 mg 1x1
Metilprednisolon 4 mg 2x1
X. DISKUSI
DEFINISI
13
Gangguan depresi adalah suatu gangguan berulang dan serius terkait dengan
menurunnya fungsi dan kualitas hidup, morbiditas medis, dan kematian. Definisi
sedih yang dalam dan berkepanjangan. Penderita hilang minat (interest) pada
harga diri dan kepercayaan diri yang berkurang, rasa bersalah dan tidak berguna,
pandangan masa depan yang suram dan pesimistis, gagasan atau perbuatan
membahayakan diri atau bunuh diri, tidur terganggu, dan nafsu makan berkurang.3
EPIDEMIOLOGI
Gangguan depresi berat adalah suatu gangguan yang sering terjadi, dengan
terjadi pada wanita dan 10%-12% pada laki-laki.4 Terlepas dari kultur atau negara,
prevalensi gangguan depresi berat dua kali lebih besar pada wanita dibandingkan
laki-laki. Rata-rata usia onset untuk gangguan depresi berat kira-kira 40 tahun, 50
ETIOLOGI
Dasar umum untuk gangguan depresi berat tidak diketahui, tetapi diduga
pada beberapa pasien yang bunuh diri memiliki konsentrasi metabolik serotonin di
14
dalam cairan serebrospinal yang rendah serta konsentrasi tempat ambilan
daripada sanak saudara derajat pertama subyek kontrol untuk penderita gangguan
depresi berat.
Penelitian terhadap anak kembar menunjukkan angka kesesuaian pada
telah lama direplikasi bahwa peristiwa kehidupan yang menyebabkan stress lebih
hubungan tersebut telah dilaporkan untuk pasien dengan gangguan depresi berat.
tua sebelum usia 11 tahun. Stressor lingkungan yang paling berhubungan dengan
PATOFISIOLOGI
Timbulnya depresi dihubungkan dengan peran beberapa neurotransmiter
reseptor 5HTIA dan 5HT2A. Kedua reseptor inilah yang terlibat dalam
15
mekanisme biokimiawi depresi dan memberikan respon pada semua golongan anti
depresan.6
Pada penelitian dibuktikan bahwa terjadinya depresi disebabkan karena
terjadi jika terdapat defisiensi relatif satu atau beberapa neurotransmiter aminergik
pada sinaps neuron di otak, terutama pada sistem limbik. Oleh karena itu teori
presinaptik.
3. Menurunnya aktivitas dopamin.
4. Meningkatnya aktivitas asetilkolin.
Teori yang klasik tentang patofisiologi depresi ialah menurunnya
16
kelebihan serotonin semata. Neurotransmisi yang berlebih ini mengakibatkan
gangguan pada sistem serotonergik, jadi depresi timbul karena dijumpai gangguan
pada sistem serotogenik yang tidak stabil. Hipotesis yang belakangan ini
menghambat. Dengan demikian maka turn over dari serotonin menjadi lebih cepat
dan sistem neurotransmisi menjadi lebih stabil yang pada gilirannya memperbaiki
GAMBARAN KLINIS
Suatu mood depresif, kehilangan minat dan kegembiraan serta berkurangnya
energi yang menuju meningkatnya keadaan mudah lelah (rasa lelah yang nyata
sesudah kerja sedikit saja) dan menurunnya aktivitas merupakan tiga gejala utama
depresi. 7
Gejala lainnya dapat berupa :
Gejala-gejala diatas dialami oleh pasien hampir setiap hari dan di nilai
berdasarkan ungkapan pribadi atau hasil pengamatan orang lain misalnya keluarga
pasien. 3,7
DIAGNOSIS
17
Berikut kriteria diagnosis gangguan depresi berat yang disertai gejala psikotik
menurut DSM-IV :
PENATALAKSANAAN
Terapi Fisik dan Terapi Perubahan Perilaku
Electro Convulsive Therapy (ECT)
ECT adalah terapi dengan melewatkan arus listrik ke otak. Metode terapi
semacam ini sering digunakan pada kasus depresif berat atau mempunyai risiko
bunuh diri yang besar dan respon terapi dengan obat antidepresan kurang baik.
Pada penderita dengan risiko bunuh diri, ECT menjadi sangat penting karena ECT
18
akan menurunkan risiko bunuh diri dan dengan ECT lama rawat di rumah sakit
kepada penderita bahwa ada beberapa fase pengobatan sesuai dengan perjalanan
gangguan depresif:
aritmia berbahaya.
19
Efek anti kolinergik ; akibat blokade reseptor muskarin dengan
berlebihan.
Sedasi
Hipotensi ortostatis dan pusing serta mudah jatuh merupakan
kulit
Gejala penarikan; pada penghentian terapi dengan mendadak dapat
a) Imipramin
Dosis lazim : 25-50 mg 3x sehari bila perlu dinaikkan sampai
penekan SSP
Perhatian : kombinasi dengan MAO, gangguan kardiovaskular,
20
Kontra Indikasi : Infark miokard, pemberian bersamaan dengan
sempit.
Interaksi Obat : dapat menurunkan efek antihipertensi penghambat
SSP, alkohol.
Perhatian : terapi bersama dengan preparat tiroid, konstipasi kronik,
antihipertensi
Perhatian : ganguan kardiovaskular, kanker payudara, fungsi ginjal
menurun,
glakuoma, kecenderungan untuk bunuh diri, kehamilan, menyusui,
epilepsi.
d) Lithium karbonat
21
Dosis lazim : 400-1200 mg dosis tunggal pada pagi hari atau sebelum
tidur malam.
Kontra Indikasi : kehamilan, laktasi, gagal ginjal, hati dan jantung.
Interaksi Obat : diuretik, steroid, psikotropik, AINS, diazepam,
metildopa,
tetrasiklin, fenitoin, carbamazepin, indometasin.
Perhatian : Monitor asupan diet dan cairan, penyakit infeksi, demam,
influenza, gastroentritis.
2. Antidepresan Generasi ke-2 10,11
Mekanisme kerja :
SSRI ( Selective Serotonin Re-uptake Inhibitor ) : Obat-obat ini
Efek samping :
terlambat.
Sindroma serotonin; berupa antara lain kegelisahan, demam, dan
(metisergida, propanolol).
22
Efek antikolinergik, antiadrenergik, dan efek jantung sangat kurang
a) Fluoxetin
Dosis lazim : 20 mg sehari pada pagi hari, maksimum 80 mg/hari
dalam dosis
tunggal atau terbagi.
Kontra Indikasi : hipersensitif terhadap fluoxetin, gagal ginjal yang
anti
depresan, triptofan, karbamazepin, obat yang terkait dengan protein
menjalankan mesin.
b) Sertralin
Dosis lazim : 50 mg/hari bila perlu dinaikkan maksimum 200 mg/hr.
Kontra Indikasi : Hipersensitif terhadap sertralin.
Interaksi Obat : MAO, Alkohol, Lithium, obat seretogenik.
Perhatian : pada gangguan hati, terapi elektrokonvulsi, hamil,
mesin.
c) Citalopram
Dosis lazim : 20 mg/hari, maksimum 60 mg /hari.
Kontra indikasi : hipersensitif terhadap obat ini.
Interaksi Obat : MAO, sumatripan, simetidin.
Perhatian : kehamilan, menyusui, gangguan mania, kecenderungan
bunuh diri.
d) Fluvoxamine
Dosis lazim : 50mg dapat diberikan 1x/hari sebaiknya pada malam
hari,
maksimum dosis 300 mg.
Interaksi Obat : warfarin, fenitoin, teofilin, propanolol, litium.
23
Perhatian : Tidak untuk digunakan dalam 2 minggu penghentian
terapi MAO,
insufiensi hati, tidak direkomendasikan untuk anak dan epilepsi, hamil
dan laktasi.
e) Mianserin
Dosis lazim : 30-40 mg malam hari, dosis maksimum 90 mg/ hari
Kontra Indikasi : mania, gangguan fungsi hati.
Interaksi Obat : mempotensiasi aksi depresan SSP, tidak boleh
mesin.
g) Venlafaxine
Dosis lazim : 75 mg/hari bila perlu dapat ditingkatkan menjadi 150-
250 mg 1x/hari.
Kontra Indikasi : penggunaan bersama MAO, hamil dan laktasi, anak
< 18 tahun.
Interaksi Obat : MAO, obat yang mengaktivasi SSP lain.
Perhatian : riwayat kejang dan penyalahgunaan obat, gangguan ginjal
24
DAFTAR PUSTAKA
2005;62:593-602.
5. Dobson, S., & Dozois, J. A. Risk Factors in Depression. Sacademic Press
Publication. 2008.
6. Ismail, I. R, & Siste K. Gangguan Depresi. Dalam Sylvia D. Elvira dan
Dalam: Maslim R (editor). Episode Depresif. Jakarta: PT. Nuh Jaya, 2013.
25
9. Wijkstra J. Pharmacological treatment for unipolar psychotic depression:
26