Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI BLOK 6

MEKANISME SENSORIK

Kelompok E4

NAMA NIM PARAF

Enrico Esbianto Syahputra 1020111216

Sinta Wulandari 102013429

Vilya Lorensa Hosal 102016040

Alfandy Mamuaja 102016048

Zirah Chanelizha Parimba 102016154

Mieke Joseba Istia 102016193

Peter Darmawan 102016247

Che Siti Nurfaziera Binti Che Ismail 102016255

Tujuan

1
Dalam percobaan yang dilakukan terdapat beberapa tujuan yang dapat
dipahami, seperti halnya memahami perasaan subjektif pada rangsangan titik panas,
dingin, tekan dan nyeri. Juga terdapat diskriminasi dua titik pada perangsangan
stimultan yang secara berurutan (suksesif), serta menentukan juga adanya perasaan
iringan dan bagaimana mekanisme terjadinya, memeriksa dan membedakan sifat
benda berdasarkan kerasnya permukaan, bentuk, dan bahan, serta menentukan sikap
anggota tubuh, mengukur waktu reaksi dan menyebutkan faktor sikap anggota tubuh.

Alat dan Bahan


1. 3 waskom dengan air bersuhu 20 , 30 dan 40
2. Gelas beker dan termometer kimia
3. Es
4. Alkohol dan eter
5. Kerucut kuningan + bejana berisi kikiran kuningan + estesiometer rambut
frey + jarum
6. Pensil + jangka + pelbagai jenis amplas + bendabenda kecil + bahan
bahan pakaian.
7. Mistar pengukur waktu reaksi.

Cara Kerja
I. Perasaan Subyektif Panas dan Dingin
1. Sediakan 3 waskom yang masing-masing berisi air dengan suhu kira-
kira 20, 30 dan 40.
2. Masukkan tangan kanan ke dalam air bersuhu 20 dan tangan kiri ke
dalam air bersuhu 40 untuk 2 menit.
3. Catat kesan apa yang saudara alami.
4. Kemudian masukkan segera kedua tangan itu serentak ke dalam air
bersuhu 30C. Catat kesan apa yang saudara alami.
5. Tiup perlahan-lahan kulit punggung tangan yang kering dari jarak
10cm.
6. Basahi sekarang kulit punggung tangan tersebut dengan air dan tiup
sekali lagi dengan kecepatan seperti di atas. Bandingkan kesan yang
saudara alami hasil tiupan pada sub. 4 dan 5.
7. Olesi sebagian kulit punggung tangan dengan alkohol atau eter. Kesan
apa yang saudara alami?

2
II. Titik-titik Panas, Dingin, Tekan, dan Nyeri di Kulit
1. Letakkan punggung tangan kanan saudara di atas sehelai kertas dan
tarik garis pada pinggir tangan dan jari-jari sehingga terdapat lukisan
tangan.
2. Pilih dan gambarkan di telapak tangan itu suatu daerah seluas 3x3 cm
dan gambarkan pula daerah itu di lukisan tangan pada kertas. Kotak
3x3 cm, dibuat lagi menjadi 12x12 kotak, jadi jumlah kotak 144 kotak
kecil.
3. Tutup mata PS dan letakkan punggung tangan kanannya santai di meja.
4. Selidikilah secara teratur menurut garis-garis sejajar titik-titik yang
memberikan kesan panas yang jelas pada telapak tangan tersebut
dengan menggunakan kerucut kuningan yang telah dipanasi. Cara
memanasi kerucut kuningan yaitu dengan menempatkannya dalam
bejana berisi kikiran kuningan yang direndam air panas bersuhu 50C.
Tandai titik-titik panas yang diperoleh dengan tinta.
5. Ulangi penyelidikan yang serupa pada no.4 dengan kerucut kuningan
yang telah didinginkan. Cara mendinginkan kerucut kuningan yaitu
dengan menempatkannya dalam bejana berisi kikiran kuningan yang
telah direndam dalam air es. Tandai titik-titik dingin yang diperoleh
dengan tinta.
6. Selidiki pula menurut cara di atas titik-titik yang memberi kesan tekan
dengan menggunakan estesiometer rambut Frey dan titik-titik yang
memberikan kesan nyeri dengan jarum.
7. Gambarkan dengan simbol yang berbeda semua titik yang diperoleh
pada lukisan tangan di kertas.
III. Lokalisasi Taktil
1. Tutup mata pasien simulasi dan tekankan ujung pensil pada suatu titik
di kulit ujung jarinya.
2. Suruh sekarang pasien simulasi melokalisasi tempat yang baru
dirangsang tadi dengan ujung sebuah pensil pula.
3. Tetapkan jarak antara titik rangsang dan titik yang ditunjuk.
4. Ulangi latihan ini sampai 5 kali dan tentukan jarak rata-rata untuk kulit
ujung jari, telapak tangan, lengan bawah, lengan atas dan
tengkuk.

IV. Diskriminasi Taktil


1. Tentukan secara kasar ambang membedakan dua titik untuk ujung jari
dengan menempatkan kedua ujung sebuah jangka secara serentak
(simultan) pada kulit ujung jari.

3
2. Dekatkan kedua ujung jangka itu sampai bawah ambang dan kemudian
jauhkan berangsur-angsur sehingga kedua ujung jangka itu tepat dapat
dibedakan sebagai 2 titik.
3. Ulangi latihan ini dari suatu jarak permulaan di atas ambang. Ambil
angka ambang terkecil sebagai ambang diskriminasi taktil tempat itu.
4. Lakukan latihan di atas sekali lagi, tetapi sekarang dengan
menempatkan kedua ujung jangka secara berturut-turut (suksesif).
5. Tentukan dengan cara yang sama (simultan dan suksesif) ambang
membedakan dua titik ujung jari, tengkuk dan pipi.
6. Catat apa yang saudara alami.

V. Perasaan Iringan (After Image)


1. Letakkan sebuah pensil antara kepala dan daun telinga dan biarkan di
tempat itu selama saudara melakukan latihan VI.
2. Setelah saudara selesai dengan latihan VI angkatlah pensil dari telinga
saudara dan apakah yang saudara rasakan setelah pensil itu diambil?
VI. Daya Membedakan Berbagai Sifat Benda
A. Kekasaran Permukaan Benda
1. Dengan mata tertutup suruh pasien simulasi meraba-raba permukaan
ampelas yang mempunyai derajat kekasaran yang berbeda-beda.
2. Perhatikan kemampuan pasien simulasi untuk membedakan derajat
kekasaran ampelas.
B. Bentuk Benda
1. Dengan mata tertutup suruh pasien simulasi memegang-megang
benda-benda kecil yang saudara berikan (pensil, penghapus, rautan,
koin dan lain-lain).
2. Suruh pasien simulasi menyebutkan nama/bentuk benda-benda itu.
C. Bahan Pakaian
1. Dengan mata tertutup suruh pasien simulasi meraba-raba bahan-bahan
pakaian yang saudara berikan.
2. Suruh pasien simulasi setiap kali menyebutkan jenis/sifat bahan yang
dirabanya itu. Bila PS membuat kesalahan dalam membedakan sifat
benda (ukuran, bentuk, berat, permukaan), apa nama kelainan
neurologis yang dideritanya?

VII. Tafsiran Sikap


1. Suruh pasien simulasi duduk dan tutup mata.
2. Pegang dan gerakkan secara pasif lengan bawah pasien simulasi ke
dekat kepalanya, ke dekat dadanya, ke dekat lututnya dan akhirnya
gantungkan di sisi badannya.
3. Tanyakan setiap kali sikap dan lokasi lengan pasien simulasi.

4
4. Suruh pasien simulasi dengan telunjuknya menyentuh telinga, hidung
dan dahinya dengan perlahan-lahan setelah setiap kali mengangkat
lurus lengannya.
5. Perhatikan apakah ada kesalahan. Bila PS membuat kesalahan dalam
melokalisasikan tempat-tempat yang diminta, apa nama kelainan
neurologis yang dideritanya?
VIII. Waktu Reaksi
1. Suruh pasien simulasi duduk dan meletakkan lengan bawah dan tangan
kanannya di tepi meja dengan ibu jari dan telunjuk berjarak 1 cm siap
untuk menjepit.
2. Pemeriksa memegang mistar pengukur waktu reaksi pada titik hitam
dengan menempatkan garis tebal diantara dan setinggi ibu jari dan
telunjuk PS tanpa menyentuh jari-jari PS.
3. Dengan tiba-tiba pemeriksa melepaskan mistar tersebut dan PS harus
menangkapnya selekas-lekasnya. Ulangi latihan ini sebanyak 5 kali.
4. Tetapkan waktu reaksi pasien simulasi (rata-rata dari ke 5 hasil yang
diperoleh). Apa yang menentukan waktu reaksi seseorang?

Hasil Percobaan
I. Perasaan Subjektif Panas dan Dingin
Tangan yang dimasukkan ke dalam waskom air yang bersuhu:
- 40 tangan kiri yang di celupkan terasa hangat.
- 20 tangan kanan yang di celupkan terasa agak hangat.
Setelah dicelupkan ke dalam waskom air yang bersuhu 40 dan 20, tangan di
masukkan ke dalam air yang bersuhu 30 secara serentak.
- Tangan kiri terasa hangat
- Tangan kanan terasa agak hangat.
Tiup perlahan-lahan kulit punggung tangan yang di keringkan dan ditiup
10cm terasa sejuk dari pada percobaan sebelumnya.
Setelah tangan di basahi dengan air dan ditiup lagi terasa dingin.
Tangan yang diolesi dengan alcohol terasa lebih dingin dibandingkan
percobaan yang sebelumnya.

II. Titik-Titik Panas, Dingin, Tekan, dan Nyeri di Kulit

Setelah dilakukan percobaan, dapat dilihat bahwa mayoritas semua titik


pada tangan memiliki titik reseptor untuk 2 sampai 4 jenis rangsangan. Titik
reseptor rasa nyeri adalah yang paling banyak dirasakan rangsangannya oleh
PS, rasa tekan dirasakan paling sedikit sedangkan rasa panas dan dingin
memiliki jumlah titik reseptor yang jumlahnya hampir sama banyak.

5
III. Lokalisasi Taktil (DATA G LENGKAP)

1 2 3 4 5 Rata Rata

Ujung jari 0,3 0,1 0,5 0,3 0,3 0,3

Telapak tangan 0,7 0,8 0,8 0,4 1,6 0,86

Lengan bawah 1,2 1,5 0,9 0,8 1,8 1,24

Lengan Atas 1,7 1,8 2 0,7 2,5 1,74

Tengkuk

Rangsang taktil diterima oleh kelompok reseptor yang dinamakan


mekanoreseptor. Lokalisasi taktil dilakukan dengan cara meminta seseorang untuk
menunjuk bagain kulit yang baru disentuh dengan ujung pensil.

Kita dapat menyadari adanya sentuhan, tekanan, temperature, atau nyeri


karena thalamus otak kita dapat mendeteksinya, tetapi korteks somatosensory otak
kitalah yang berperan lebih penting disini karena korteks somatosensory tidak hanya
mengenali rangsangan-rangsangan itu tetapi juga memberikan persepsi yang lengkap
akan sensasi-sensasi yang dirasakan. Thalamus menyebabka kita menyadari sesuatu
yang panas mengenai tubuh kita, tapi tidak dapat memberitahukan dimana atau
seberapa kuat intensitas panas itu. Jadi fungsi korteks somatosensory adalah untuk
melokalisasikan sumber input sensori dan memberitahukan intensitas stimulus
tersebut.2 Informasi taktil ditransmisikan di kedua jalur leminiscal dan anterolateral,

6
jadi hanya lesi/kerusakan yang besar saja yang dapat menginterupsi sensasi
sentuhan/taktil. Informasi rangsangan taktil yang dibawa di sistem leminescal
berfokus pada detail lokasi rangsangan, bentuk spatial, dan pola temporal dari
rangsangan taktil.

Pada hasil percobaan didapatkan hasil rata-rata untuk lokalisasi taktil dari
yang akurat sampai yang kurang akurat adalah dari ujung jari, telapak tangan, lengan
atas dan tengkuk. Lokalisasi titik/taktil tidak terdistribusi secara rata di permukaan
seluruh tubuh. Keakuratannya paling akurat di area hidung dan mulut dan lebih tidak
akurat di bagian belakang tubuh.2 Pada hasil percobaan lokalisasi paling akurat adalah
di bagian ujung jari. Lokalisasi yang paling akurat adalah pada bagian distal jari
(ujung jari dengan kesalahan rata-rata 1,5-1,8 dan keakuratan lebih rendah terdapat
pada telapak tangan.Area tengkuk pada percobaan yang kami lakukan adalah daerah
yang paling tidak akurat karena merupakan area belakang tubuh.

IV. Diskriminasi Taktil


Percobaan Secara Simultans

Ujung jari tangan

(kecil-besar) (besar-kecil)

0,4 cm = 1 titik 2 cm = 2 titik

0,5 cm = 1 titik 1 cm = 2 titik

0,6 cm = 2 titik (ambang) 0,5 cm = 2 titik

0,8 cm = 2 titik 0,4 cm = 1 titik (ambang)

1 cm = 2 titik 0,3 cm = 1 titik

Tengkuk

(kecil-besar) (besar-kecil)

0,5 cm = 1 titik 1,8 cm = 2 titik

0,7 cm = 1 titik 1,6 cm = 2 titik

7
0,9 cm = 1 titik 1,5 cm`= 2 titik

1 cm = 2 titik (ambang) 1,4 cm = 1 titik (ambang)

1,2 cm = 2 titik 1,3 cm = 1 titik

Pipi

(kecil-besar) (besar-kecil)

0,5 cm = 1 titik 1,2 cm = 2 titik

0,7cm = 1 titik 1 cm = 2 titik

0,9 cm = 1 titik 0,9 cm = 2 titik

1 cm = 2 titik (ambang) 0,8 cm = 1 titik (ambang)

1,5 cm = 2 titik 0,7 cm = 1 titik

Percobaan secara suksesif

Ujung jari

(kecil-besar) (besar-kecil)

0,1 cm = 1 titik 0,8 cm = 2 titik

0,2 cm = 1 titik 0,5 cm = 2 titik

0,3 cm = 2 titik (ambang) 0,4 cm = 2 titik

0,4 cm = 2 titik 0,3 cm = 1 titik (ambang)

Pipi

(kecil-besar) (besar-kecil)

8
0,5 cm = 1 titik 1,3 cm = 2 titik

0,7 cm = 1 titik 1,2 cm = 2 titik

0,8 cm = 1 titik 1,1 cm = 2 titik (ambang)

0,9 cm = 2 titik (ambang) 1 cm = 1 titik

Tengkuk

(kecil-besar) (besar-kecil)

0,3 cm = 1 titik 1 cm = 2 titik

0,4 cm = 1 titik 0,9cm = 2 titik

0,5 cm = 2 titik (ambang) 0,8 cm = 1 titik (ambang)

0,6 cm = 2 titik 1 cm = 1 titik

Pembahasan

Pada percobaan ini, OP diminta untuk membedakan 1 titik dan 2 titik dari
stimulus yang diberikan. Diskriminasi 2 titik sering kali digunakan untuk menentukan
kemampuan seseorang membedakan 2 titik terpisah (diskriminasi 2 titik). 2 Jarak
jangka dimana OP dapat membedakan mana yang 1 titik dan mana yang 2 titik
merupakan batas ambang seseorang. Ada 2 jenis percobaan diskriminasi taktil disini
yaitu diskriminasi taktil yang secara bersamaan (simultan) dan yang secara berturut-
turut (suksesif). Jarak ambang pada percobaan simultan biasanya lebih besar daripada
percobaan yang suksesif; di ujung jari seharusnya tidak lebih dari 5 mm.10

Jarak-jarak ambang bervariasi di seluruh tubuh. Pada titik diskriminasi yang


kecil berarti reseptor sentuhannya banyak.7 Besar daerah reseptif (daerah reseptor)
bervariasi. Semakin kecil daerah-daerah resptor dalam suatu region, makin besar
kearutan kemampuan diskriminasi.1 Pada hasil percobaan yang simultan, jarak rata-

9
rata ambang untuk jari adalah yang paling kecil sedangkan, yang kedua terkecil
adalah pipi, dan yang jaraknya paling jauh adalah di tengkuk. Diskriminasi taktil pada
jari lebih akurat karena daerah reseptif di ujung jari lebih sedikit, akibatnya tiap signal
neuron akan menginfromasikan hal-hal yang lebih detail tentang suatu objek, dalam
hal ini ujung-ujung jangka. Sedangkan kulit di bagian tengkuk terdapat sedikit ujung
saraf sensori sedangkan daerah reseptifnya besar. Hal ini akan menyebabkan
informasi yang didapat lebih tidak akurat/detail.1

Selain dipengaruhi oleh daerah reseptif, keakuratan diskriminasi taktil juga


dipengaruhi inhibisi lateral. Contohnya sebagai berikut : ketika anda menekan ujung
jari anda dengan ujung sebuah pensil, daerah reseptif langsung berespon di bawah
ujung pensil dimana stimulusnya paling intens, tetapi daerah sekitarnya juga
terstimulasi, hanya saja intensitasnya lebih kecil. Jika informasi-informasi ini
mencapai korteks otak, lokalisasi pensil akan menjadi tidak jelas, sehingga
mengurangi keakuratan diskriminasi taktil. Inhibisi lateral disini berperan untuk
menfasilitasi lokalisasi dan untuk mempertajam kontras.1 Inhibisi lateral ini berguna
dalam melokalisasikan rangsangan taktil (percobaan sebelumnya) dan diskriminasi
taktil.

Di ujung jari tangan dan bibir, dua titik rangsang yang terletak sedekat 1-2 mm
sudah bisa dibedakan sebagai titik yang terpisah., sementara di pungunng 2 titik harus
terpisah paling sedikit 30 sampai 70 mm agar dapat dirasakan terpisah.2 Jarak-jarak
diskriminasi pada bagian-bagian tubuh dapat dilihat di gambar 2. Pada Percobaan
suksesis juga didapatkan jarak diskriminasi mulai dari yang terkecil sampai yang
terbesar adalah ujung jari, tengkuk, dan pipi. Tetapi jarak diskriminasi percobaan
simultan lebih besar daripada yang di suksesif. Pada percobaan suksesif justru
ambang pada pipi lebih besar daripada di tengkuk. Harusnya ambang pada pipi lebih
kecil daripada tengkuk (lihat gambar 2). Hal ini mungkin karena penekanan
jangkanya yang tidak tepat.

Fungsi dari diskriminasi taktil bergantung pada elemen-elemen permroses


sentral di jalur Kolumna Dorsalis-Lemniskus medial untuk mengenali bahwa 2 sinyal
eksitarorik yang dihasilkan di perifer terpisah dan tidak tumpang tindih.2

10
gambar 2. Titik diskriminasi (ambang/threshold) untuk masing-masing anggota
badan

V. Perasaan iringan (after image)

PS masih merasakan adanya pensil di telinga setelah diambil.

Pembahasan

Menurut Warren, perasaan iringan/after image adalah perlamaan atau


pembaharuan pengalaman sensoris setelah stimulus eksternal tiada. Warren
menggarisbawahi bahwa istilah after-image itu untuk segala sesuatu yang
berhubungan dari sistem saraf pusat, sedangkan istilah after sensation untuk segala
sesuatu yang berasal dari saraf tepi. Definisi after-sensation adalah perlamaan atau
pembaruan pengalaman sensoris setelah stimulus eksternal tiada, tetapi reseptor-
reseptor rangsangan masih aktif. Stimulus yang diberikan harus lama agar dapat
menciptakan fenomena after image ini5.

After image (perasaan ikutan) tidak hanya terjadi di bagian telinga saja. After
image ini sering terjadi pada bagian mata. Pada setiap alat indera, rangsangan yang
berulang akan mengakibatkan sensasi yang berulang pula. After-image terjadi karena
adanya suatu sirkuit neuronal yang bersifat berulang (reverberating). Pada jalur ini
neuron akan bersinaps secara kolateral dengan interneuron. Sinaps antara interneuron
dan neuron ini akan mengirimkan impuls baru melalui sirkuit. Impuls baru dapat
dibentuk lagi dan lagi sampai sinaps lelah (karena kekurangan neurotransmitter) atau
diberhentikan oleh inhibisi lainnya. Reverberating circuit ini berguna untuk aktivitas
yang ritmis seperti bernapas, kesadaran mental, dan memori jangka pendek. 14 Hal
inilah yang menyebabkan perasaan iringan setelah pensil diambil dari telinga.

11
Stimulus oleh pensil ke telinga itu lama/terjadi secara berulang. Yang bekerja disini
adalah reverberating circuit karena rangsangnya terjadi secara berulang. Ketika
stimulus dihilangkan (pensil diambil), reseptor tetap aktif sehingga akan tetap
meneruskan informasi ini ke medulla spinalis kemudian ke otak. Pada sirkuit
reverberating, impuls sensori akan terus-menerus/berulang sehingga OP masih bisa
merasakan ada pensil di telinganya5.

VI. Daya membedakan berbagai sifat benda.

A. PS dapat membedakan derajat kekasaran pada permukaan amplas yang


halus dan kasar.

B. PS dapat menyebutkan nama benda dan bentuk benda.

C. PS dapat membedakan jenis/sifat bahan yang diraba.

VII. Tafsiran sikap

A. Pasif : PS dapat menyebutkan sikap dan lokasi yang ditunjukan


dengan benar

B. Aktif : PS dapat menunjukkan dan menyebutkan lokasi yang di


tunjukan.

VIII. Waktu reaksi

Kali ke- Waktu Reaksi

1 0,20 detik

2 0,26 detik

3 0,10 detik

4 0,26 detik

5 0,22 detik

Pembahasan

12
I. Perasaan Subjektif Panas dan Dingin
Indra suhu berespon dengan peka terhadap perubahan suhu yang
disamping itu juga dapat berespon terhadap tingkat temperature yang tetap.
Pada praktikum ini, diberikan rangsang yang berbeda dan berubah-ubah
derajat suhunya, hal tersebut membuat tangan OP merasakan suhu yang
berbeda. Sedangkan, polesan sebagian kulit punggung tangan OP dengan
ALCOHOL 70% memberi kesan lebih dingin ketika ditiup,hal itu disebabkan
alcohol dapat menguapkan dirinya dengan menyerap kalor dipermukaan
tangan sehingga tangan terasa dingin ketika ditiup.

II. Titik-Titik Panas, Dingin, Tekan, dan Nyeri di Kulit


Apabila titik dingin dirangsang oleh panas akan terasa dingin begitu juga
dengan sebaliknya. Titik-titik pada rangsangan nyeri, tekan, panas dan juga
dingin terdapat pada masing-masing titik tertentu yang berbeda satu dengan
yang lain. Pada saat diberikan rangsangan panas dan dingin di titik yang sama
maka akan sulit membedakan rasa pada rangsangan tersebut. Perbedaan
terletak pada reseptor rasa dingin yang lebih superficial dibandingkan dengan
reseptor rasa panas.
Kulit merupakan indera somatic yang dapat diklasifikasikan menjadi tiga
tipe fisiologis, yaitu: (1) Indera somatic mekanoreseptif, yang meliputi
sensasitaktil dan posisi yang dapat dirangsang oleh pemindahan secara
mekanis beberapa jaringan tubuh; (2) Indera termoreseptif, yang berguna
untuk mengetahui panas dan dingin; (3) Indera rasa nyeri, yang dapat
diaktifkan oleh setiap factor yang merusak jaringan.
Kulit yang mengandung tiga macam jenis reseptor sensorik, yaitu
mekanoreseptor pada epidermis dan dermisnya (ujung saraf bebas, diskus
Merkel, badan Meissner, badan Krausse, ujung Ruffini dan badan Paccini),
thermoreseptor dingin dan hangat, juga nosiseptor yang merupakan reseptor
sensorik untuk rasa sakit.

Reseptor yang terdapat pada kulit yaitu ujung Ruffini yang berfungsi untuk
mendeteksi panas; badan Krausse yang berfungsi untuk mendeteksi dingin;
badan Meissner dan diskus Merkel yang berfungsi untuk mendeteksi sentuhan
raba; badan Paccini yang berfungsi untuk mendeteksi tekanan; dan ujung saraf

13
bebas/Free Nerve Ending yang memiliki jangkauan yang lebih luas
dibandingkan reseptor lain karena tersebar di seluruh permukaan kulit dan
berfungsi untuk mendeteksi rasa sakit.

III. Lokalisasi Taktil


Reseptor taktil adalah mekanoreseptor, sel yang berespons terhadap
deformasi fisik dan kompesi dengan depolarisasi, yang menyebabkan
potensial reseptor. Apabila depolarisasinya cukup besar, serabut saraf yang
melekat ke reseptor mencetuskan potensial aksi dan menyalurkan informasi ke
medula spinalis dan otak. Reseptor taktil yang berbeda memiliki sensitivitas
dan kecepatan mengirim impuls yang berbeda pula. Semakin distal maka akan
semakin sensitif lokalisasi taktilnya. Karena itu pada jari tangan lebih sensitif.

IV. Diskriminasi Taktil

Setiap neuron somatosensorik berespons terhadap informasi


rangsangan hanya dalam regio tertentu permukaan kulit sekitar, regio ini
disebut medan reseptif. Semakin sempit medan reseptif dalam suatu daerah,
semakin tinggi ketajaman atau kemampuan diskriminasi. Bandingkan
diskriminasi sentuh di ujung jari dengan tengkuk dalam merasakan benda
yang sama pada keduanya. Anda dapat merasakan informasi yang lebih tepat
tentang benda tersebut dengan ujung jari tangan yang kaya saraf karena medan
reseptifnya kecil, sehingga setiap neuron memberi informasi tentang
permukaan benda dalam bagian yang kecil.

Faktor kedua yang mempengaruhi adalah inhibisi lateral. Inhibisi


lateral meningkatkan derajat kontras pada pola spasial yang disadari. Setiap
jaras sensorik bila dirangsang, secara simultan akan menghasilkan sinyal
inhibitorik lateral. Sinyal ini menyebar ke sisi sinyal eksitatorik dan
menghambat neuron yang berdekatan. Sebagai contoh, neuron yang
dirangsang di nukleus kolumna dorsalis. Selain dari pusat sinyal eksitatorik,
jaras lateral pendek juga menjalarkan sinyal inhibitorik ke neuron di
sekitarnya. Jadi, sinyal ini lewat melalui interneuron tambahan yang
mensekresi transmitter inhibitorik. Pentingnya inhibisi lateral adalah bahwa
inhibisi ini menghambat penyebaran sinyal eksitatorik ke lateral sehingga

14
meningkatkan derajat kontras dalam pola sensorik yang dirasakan di korteks
serebralis.

Jika pada PS terasa satu titik dimana sebelumnya ia merasakan dua,


maka itu ambang diskriminsi taktilnya. Apabila kedua titik menyentuh
lapangan reseptif yang sama, keduanya akan dirasakan sebagai satu titik.
Seseorang dapat menentukan jarak minimal sebagai 2 titik yang terpisah dan
bukan menjadi satu yang mencerminkan dari ukuran lapangan reseptif di
daerah tersebut.

V. Perasaan iringan (After Image)


Adanya adaptasi reseptor terhadap rangsangan benda yang dihasilkan
melalui tekanan, getaran dan sifat sifat fisik benda, mengakibatkan kita
terbiasa dalam memakai benda tersebut. sehingga pada saat mencopot benda,
reseptor-reseptor tersebut memperlihatkan suatu off reseptor dan adanya
sirkuit reverberasi atau sirkuit bolak balik menyebabkan kita menyadari bahwa
benda telah di copot. Mekanisme adaptasi ini dilakukan oleh badan paccini.

Perasaan iringan terjadi karena adanya impuls yang terus beredar


dalam lingkaran rantai neuron daerah yang terangsang, walaupun stimulus
sudah tidak ada lagi.

VI. Daya Membedakan Berbagai Sifat Benda

Terjadi lesi pada lobus parietal yang tidak dominan.gangguannya


disebut agnosia.jika pasien mempunyai daya visus normal dan tidak dapat
mengenali benda itu,disebut agnosia visual.jika ketidakmampuan seorang
pasien mengenali sebuah benda dengan palpasi tanpa adanya gangguan
sensorik di sebut agnosia taktil

Bentuk : Asterogsia (agnosia aktif)

Berat : Baragnosia

Kekasaran Permukaan : Thigmanesthesia

15
VII. Tafsiran Sikap

Gerak adalah Gerak adalah suatu tanggapan terhadap rangsangan baik


itu yang berasal dari dalam tubuh maupun dari luar tubuh. Seluruh
mekanisme gerak yang terjadi pada tubuh kita tidak lepas dari peranan
sistem saraf. Dalam percobaan diataa OP dapat menyebutkan dan
melakukan gerakan yang diminta asisten dengan benar. Hal ini
menunjukkan OP dalam keadaan normal dan tidak mengalami gangguan
neurologis.

Apabila OP tidak dapat menyebutkan dan menunjukkan tempat-tempat


yang diminta, maka dapat diaktakan OP menderita mengenali benda
itu,disebut agnosia visual.jika ketidakmampuan seorang pasien
mengenali sebuah benda dengan palpasi tanpa adanya gangguan sensorik
di sebut agnosia taktil

Bentuk : Asterogsia (agnosia aktif)

Berat : Baragnosia

Kekasaran Permukaan : Thigmanesthesia

VIII. Waktu reaksi

Kesimpulan

Kesimpulan yang didapat dari percobaan yang telah dilakukan adalah terdapat
perbedaan subjektif antara rasa panas dan juga rasa dingin. Titik reseptor panas,
dingin, nyeri dan juga tekan berbeda-beda pasa setiap tempat di kulit. Kemampuan
taktil seseorang tidak merata atau tidak sama besar pada seluruh area tubuh, lokalisasi
taktil lebih peka pada bagian seperti mata, bibir, dan lain-lain dibandingkan area
tubuh lain seperti kaki dan lengan. Alasan kita dapat mengenal berbagai benda tanpa
melihat karena adanya reseptor yang mampu beradaptasi terhadap rangsangan yang
dihasilkan oleh benda-benda yang disentuh seperti rangsang yang di dapat dari sifat-
sifat fisik benda tersebut masing-masing. Kemampuan membedakan benda ini juga
menunjukkan bahwa fungsi sensorik berjalan dengan baik dan benar. Yang terakhir,
jika tafsiran sikap benar, maka daya menentukan sikap anggota tubuh pun akan baik.

16
Daftar pustaka

1. Corwin EJ. Buku saku patofisiologi. Edisi ke-3. Jakarta: EGC; 2009.
2. Pearce EC. Anatomi dan fisiologi untuk paramedis. Jakarta: PT Gramedia
Pustaka Utama; 2009.
3. Syaifuddin H. Anatomi fisiologi. Edisi 3. Penerbit EGC; 2006.hal 299.
4. Sherwood L. Fisiologi manusia dari sel ke system. EGC; 2012.hal 203.

5. Roeckelein JE. Imagery in physiology : a reference guide. USA: Greenwood


Publishing Group;2004..23.

17

Anda mungkin juga menyukai