MEKANISME SENSORIK
Kelompok E4
Tujuan
1
Dalam percobaan yang dilakukan terdapat beberapa tujuan yang dapat
dipahami, seperti halnya memahami perasaan subjektif pada rangsangan titik panas,
dingin, tekan dan nyeri. Juga terdapat diskriminasi dua titik pada perangsangan
stimultan yang secara berurutan (suksesif), serta menentukan juga adanya perasaan
iringan dan bagaimana mekanisme terjadinya, memeriksa dan membedakan sifat
benda berdasarkan kerasnya permukaan, bentuk, dan bahan, serta menentukan sikap
anggota tubuh, mengukur waktu reaksi dan menyebutkan faktor sikap anggota tubuh.
Cara Kerja
I. Perasaan Subyektif Panas dan Dingin
1. Sediakan 3 waskom yang masing-masing berisi air dengan suhu kira-
kira 20, 30 dan 40.
2. Masukkan tangan kanan ke dalam air bersuhu 20 dan tangan kiri ke
dalam air bersuhu 40 untuk 2 menit.
3. Catat kesan apa yang saudara alami.
4. Kemudian masukkan segera kedua tangan itu serentak ke dalam air
bersuhu 30C. Catat kesan apa yang saudara alami.
5. Tiup perlahan-lahan kulit punggung tangan yang kering dari jarak
10cm.
6. Basahi sekarang kulit punggung tangan tersebut dengan air dan tiup
sekali lagi dengan kecepatan seperti di atas. Bandingkan kesan yang
saudara alami hasil tiupan pada sub. 4 dan 5.
7. Olesi sebagian kulit punggung tangan dengan alkohol atau eter. Kesan
apa yang saudara alami?
2
II. Titik-titik Panas, Dingin, Tekan, dan Nyeri di Kulit
1. Letakkan punggung tangan kanan saudara di atas sehelai kertas dan
tarik garis pada pinggir tangan dan jari-jari sehingga terdapat lukisan
tangan.
2. Pilih dan gambarkan di telapak tangan itu suatu daerah seluas 3x3 cm
dan gambarkan pula daerah itu di lukisan tangan pada kertas. Kotak
3x3 cm, dibuat lagi menjadi 12x12 kotak, jadi jumlah kotak 144 kotak
kecil.
3. Tutup mata PS dan letakkan punggung tangan kanannya santai di meja.
4. Selidikilah secara teratur menurut garis-garis sejajar titik-titik yang
memberikan kesan panas yang jelas pada telapak tangan tersebut
dengan menggunakan kerucut kuningan yang telah dipanasi. Cara
memanasi kerucut kuningan yaitu dengan menempatkannya dalam
bejana berisi kikiran kuningan yang direndam air panas bersuhu 50C.
Tandai titik-titik panas yang diperoleh dengan tinta.
5. Ulangi penyelidikan yang serupa pada no.4 dengan kerucut kuningan
yang telah didinginkan. Cara mendinginkan kerucut kuningan yaitu
dengan menempatkannya dalam bejana berisi kikiran kuningan yang
telah direndam dalam air es. Tandai titik-titik dingin yang diperoleh
dengan tinta.
6. Selidiki pula menurut cara di atas titik-titik yang memberi kesan tekan
dengan menggunakan estesiometer rambut Frey dan titik-titik yang
memberikan kesan nyeri dengan jarum.
7. Gambarkan dengan simbol yang berbeda semua titik yang diperoleh
pada lukisan tangan di kertas.
III. Lokalisasi Taktil
1. Tutup mata pasien simulasi dan tekankan ujung pensil pada suatu titik
di kulit ujung jarinya.
2. Suruh sekarang pasien simulasi melokalisasi tempat yang baru
dirangsang tadi dengan ujung sebuah pensil pula.
3. Tetapkan jarak antara titik rangsang dan titik yang ditunjuk.
4. Ulangi latihan ini sampai 5 kali dan tentukan jarak rata-rata untuk kulit
ujung jari, telapak tangan, lengan bawah, lengan atas dan
tengkuk.
3
2. Dekatkan kedua ujung jangka itu sampai bawah ambang dan kemudian
jauhkan berangsur-angsur sehingga kedua ujung jangka itu tepat dapat
dibedakan sebagai 2 titik.
3. Ulangi latihan ini dari suatu jarak permulaan di atas ambang. Ambil
angka ambang terkecil sebagai ambang diskriminasi taktil tempat itu.
4. Lakukan latihan di atas sekali lagi, tetapi sekarang dengan
menempatkan kedua ujung jangka secara berturut-turut (suksesif).
5. Tentukan dengan cara yang sama (simultan dan suksesif) ambang
membedakan dua titik ujung jari, tengkuk dan pipi.
6. Catat apa yang saudara alami.
4
4. Suruh pasien simulasi dengan telunjuknya menyentuh telinga, hidung
dan dahinya dengan perlahan-lahan setelah setiap kali mengangkat
lurus lengannya.
5. Perhatikan apakah ada kesalahan. Bila PS membuat kesalahan dalam
melokalisasikan tempat-tempat yang diminta, apa nama kelainan
neurologis yang dideritanya?
VIII. Waktu Reaksi
1. Suruh pasien simulasi duduk dan meletakkan lengan bawah dan tangan
kanannya di tepi meja dengan ibu jari dan telunjuk berjarak 1 cm siap
untuk menjepit.
2. Pemeriksa memegang mistar pengukur waktu reaksi pada titik hitam
dengan menempatkan garis tebal diantara dan setinggi ibu jari dan
telunjuk PS tanpa menyentuh jari-jari PS.
3. Dengan tiba-tiba pemeriksa melepaskan mistar tersebut dan PS harus
menangkapnya selekas-lekasnya. Ulangi latihan ini sebanyak 5 kali.
4. Tetapkan waktu reaksi pasien simulasi (rata-rata dari ke 5 hasil yang
diperoleh). Apa yang menentukan waktu reaksi seseorang?
Hasil Percobaan
I. Perasaan Subjektif Panas dan Dingin
Tangan yang dimasukkan ke dalam waskom air yang bersuhu:
- 40 tangan kiri yang di celupkan terasa hangat.
- 20 tangan kanan yang di celupkan terasa agak hangat.
Setelah dicelupkan ke dalam waskom air yang bersuhu 40 dan 20, tangan di
masukkan ke dalam air yang bersuhu 30 secara serentak.
- Tangan kiri terasa hangat
- Tangan kanan terasa agak hangat.
Tiup perlahan-lahan kulit punggung tangan yang di keringkan dan ditiup
10cm terasa sejuk dari pada percobaan sebelumnya.
Setelah tangan di basahi dengan air dan ditiup lagi terasa dingin.
Tangan yang diolesi dengan alcohol terasa lebih dingin dibandingkan
percobaan yang sebelumnya.
5
III. Lokalisasi Taktil (DATA G LENGKAP)
1 2 3 4 5 Rata Rata
Tengkuk
6
jadi hanya lesi/kerusakan yang besar saja yang dapat menginterupsi sensasi
sentuhan/taktil. Informasi rangsangan taktil yang dibawa di sistem leminescal
berfokus pada detail lokasi rangsangan, bentuk spatial, dan pola temporal dari
rangsangan taktil.
Pada hasil percobaan didapatkan hasil rata-rata untuk lokalisasi taktil dari
yang akurat sampai yang kurang akurat adalah dari ujung jari, telapak tangan, lengan
atas dan tengkuk. Lokalisasi titik/taktil tidak terdistribusi secara rata di permukaan
seluruh tubuh. Keakuratannya paling akurat di area hidung dan mulut dan lebih tidak
akurat di bagian belakang tubuh.2 Pada hasil percobaan lokalisasi paling akurat adalah
di bagian ujung jari. Lokalisasi yang paling akurat adalah pada bagian distal jari
(ujung jari dengan kesalahan rata-rata 1,5-1,8 dan keakuratan lebih rendah terdapat
pada telapak tangan.Area tengkuk pada percobaan yang kami lakukan adalah daerah
yang paling tidak akurat karena merupakan area belakang tubuh.
(kecil-besar) (besar-kecil)
Tengkuk
(kecil-besar) (besar-kecil)
7
0,9 cm = 1 titik 1,5 cm`= 2 titik
Pipi
(kecil-besar) (besar-kecil)
Ujung jari
(kecil-besar) (besar-kecil)
Pipi
(kecil-besar) (besar-kecil)
8
0,5 cm = 1 titik 1,3 cm = 2 titik
Tengkuk
(kecil-besar) (besar-kecil)
Pembahasan
Pada percobaan ini, OP diminta untuk membedakan 1 titik dan 2 titik dari
stimulus yang diberikan. Diskriminasi 2 titik sering kali digunakan untuk menentukan
kemampuan seseorang membedakan 2 titik terpisah (diskriminasi 2 titik). 2 Jarak
jangka dimana OP dapat membedakan mana yang 1 titik dan mana yang 2 titik
merupakan batas ambang seseorang. Ada 2 jenis percobaan diskriminasi taktil disini
yaitu diskriminasi taktil yang secara bersamaan (simultan) dan yang secara berturut-
turut (suksesif). Jarak ambang pada percobaan simultan biasanya lebih besar daripada
percobaan yang suksesif; di ujung jari seharusnya tidak lebih dari 5 mm.10
9
rata ambang untuk jari adalah yang paling kecil sedangkan, yang kedua terkecil
adalah pipi, dan yang jaraknya paling jauh adalah di tengkuk. Diskriminasi taktil pada
jari lebih akurat karena daerah reseptif di ujung jari lebih sedikit, akibatnya tiap signal
neuron akan menginfromasikan hal-hal yang lebih detail tentang suatu objek, dalam
hal ini ujung-ujung jangka. Sedangkan kulit di bagian tengkuk terdapat sedikit ujung
saraf sensori sedangkan daerah reseptifnya besar. Hal ini akan menyebabkan
informasi yang didapat lebih tidak akurat/detail.1
Di ujung jari tangan dan bibir, dua titik rangsang yang terletak sedekat 1-2 mm
sudah bisa dibedakan sebagai titik yang terpisah., sementara di pungunng 2 titik harus
terpisah paling sedikit 30 sampai 70 mm agar dapat dirasakan terpisah.2 Jarak-jarak
diskriminasi pada bagian-bagian tubuh dapat dilihat di gambar 2. Pada Percobaan
suksesis juga didapatkan jarak diskriminasi mulai dari yang terkecil sampai yang
terbesar adalah ujung jari, tengkuk, dan pipi. Tetapi jarak diskriminasi percobaan
simultan lebih besar daripada yang di suksesif. Pada percobaan suksesif justru
ambang pada pipi lebih besar daripada di tengkuk. Harusnya ambang pada pipi lebih
kecil daripada tengkuk (lihat gambar 2). Hal ini mungkin karena penekanan
jangkanya yang tidak tepat.
10
gambar 2. Titik diskriminasi (ambang/threshold) untuk masing-masing anggota
badan
Pembahasan
After image (perasaan ikutan) tidak hanya terjadi di bagian telinga saja. After
image ini sering terjadi pada bagian mata. Pada setiap alat indera, rangsangan yang
berulang akan mengakibatkan sensasi yang berulang pula. After-image terjadi karena
adanya suatu sirkuit neuronal yang bersifat berulang (reverberating). Pada jalur ini
neuron akan bersinaps secara kolateral dengan interneuron. Sinaps antara interneuron
dan neuron ini akan mengirimkan impuls baru melalui sirkuit. Impuls baru dapat
dibentuk lagi dan lagi sampai sinaps lelah (karena kekurangan neurotransmitter) atau
diberhentikan oleh inhibisi lainnya. Reverberating circuit ini berguna untuk aktivitas
yang ritmis seperti bernapas, kesadaran mental, dan memori jangka pendek. 14 Hal
inilah yang menyebabkan perasaan iringan setelah pensil diambil dari telinga.
11
Stimulus oleh pensil ke telinga itu lama/terjadi secara berulang. Yang bekerja disini
adalah reverberating circuit karena rangsangnya terjadi secara berulang. Ketika
stimulus dihilangkan (pensil diambil), reseptor tetap aktif sehingga akan tetap
meneruskan informasi ini ke medulla spinalis kemudian ke otak. Pada sirkuit
reverberating, impuls sensori akan terus-menerus/berulang sehingga OP masih bisa
merasakan ada pensil di telinganya5.
1 0,20 detik
2 0,26 detik
3 0,10 detik
4 0,26 detik
5 0,22 detik
Pembahasan
12
I. Perasaan Subjektif Panas dan Dingin
Indra suhu berespon dengan peka terhadap perubahan suhu yang
disamping itu juga dapat berespon terhadap tingkat temperature yang tetap.
Pada praktikum ini, diberikan rangsang yang berbeda dan berubah-ubah
derajat suhunya, hal tersebut membuat tangan OP merasakan suhu yang
berbeda. Sedangkan, polesan sebagian kulit punggung tangan OP dengan
ALCOHOL 70% memberi kesan lebih dingin ketika ditiup,hal itu disebabkan
alcohol dapat menguapkan dirinya dengan menyerap kalor dipermukaan
tangan sehingga tangan terasa dingin ketika ditiup.
Reseptor yang terdapat pada kulit yaitu ujung Ruffini yang berfungsi untuk
mendeteksi panas; badan Krausse yang berfungsi untuk mendeteksi dingin;
badan Meissner dan diskus Merkel yang berfungsi untuk mendeteksi sentuhan
raba; badan Paccini yang berfungsi untuk mendeteksi tekanan; dan ujung saraf
13
bebas/Free Nerve Ending yang memiliki jangkauan yang lebih luas
dibandingkan reseptor lain karena tersebar di seluruh permukaan kulit dan
berfungsi untuk mendeteksi rasa sakit.
14
meningkatkan derajat kontras dalam pola sensorik yang dirasakan di korteks
serebralis.
Berat : Baragnosia
15
VII. Tafsiran Sikap
Berat : Baragnosia
Kesimpulan
Kesimpulan yang didapat dari percobaan yang telah dilakukan adalah terdapat
perbedaan subjektif antara rasa panas dan juga rasa dingin. Titik reseptor panas,
dingin, nyeri dan juga tekan berbeda-beda pasa setiap tempat di kulit. Kemampuan
taktil seseorang tidak merata atau tidak sama besar pada seluruh area tubuh, lokalisasi
taktil lebih peka pada bagian seperti mata, bibir, dan lain-lain dibandingkan area
tubuh lain seperti kaki dan lengan. Alasan kita dapat mengenal berbagai benda tanpa
melihat karena adanya reseptor yang mampu beradaptasi terhadap rangsangan yang
dihasilkan oleh benda-benda yang disentuh seperti rangsang yang di dapat dari sifat-
sifat fisik benda tersebut masing-masing. Kemampuan membedakan benda ini juga
menunjukkan bahwa fungsi sensorik berjalan dengan baik dan benar. Yang terakhir,
jika tafsiran sikap benar, maka daya menentukan sikap anggota tubuh pun akan baik.
16
Daftar pustaka
1. Corwin EJ. Buku saku patofisiologi. Edisi ke-3. Jakarta: EGC; 2009.
2. Pearce EC. Anatomi dan fisiologi untuk paramedis. Jakarta: PT Gramedia
Pustaka Utama; 2009.
3. Syaifuddin H. Anatomi fisiologi. Edisi 3. Penerbit EGC; 2006.hal 299.
4. Sherwood L. Fisiologi manusia dari sel ke system. EGC; 2012.hal 203.
17