Anda di halaman 1dari 4

KODAK COMPANY.

INC

Perusahaan yang pertama kali menemukan kamera tangan, Eastman Kodak Co. telah
gagal mengikuti perkembangan era digital. Mereka telah menyatakan bangkrut dan mengajukan
perlindungan pailit ke Pengadilan New York. Pioner bidang fotografi berusia 132 tahun ini telah
mengantongi USD 950 juta setara RP 8,4 triliun dan 18 bulan jaminan kredit dari Citigroup
untuk menyelamatkan perusahaannya dari likuidasi.
"Seluruh jajaran direksi dan tim manajer senior percaya ini merupakan langkah yang benar,"
ungkap Direktur Kodak, Antonio M. Perez, dalam pernyataannya, Kamis (19/1). "Ini adalah
langkah penting untuk menyelamatkan masa depan Kodak."
Kebangkrutan ini juga telah diramalkan sejak November 2011. Saat itu, Kodak
diperkirakan tidak akan sanggup beroperasi di 2012, karena mereka tidak berhasil memperoleh
dana sebesar USD 500 juta atau setara Rp 4,5 triliun. Strategi mereka untuk fokus ke industri
percetakan dan produk konsumen lain juga mengalami kegagalan.
Kesulitan finansial ini sudah beberapa tahun dihadapi Kodak, pendapatannya terus
menurun. Jumlah pegawainya juga merosot tajam dari 60 ribu menjadi 7 ribu orang. Perusahaan
tersebut akhirnya mengandalkan penjualan sekitar 1.100 hak paten teknologi produk fotografi
miliknya. Kodak juga sempat menggugat Apple dan HTC untuk mempertahankan hidup.
Kodak digagas George Eastman, seorang siswa SMU drop out di New York, pada 1880,
dan resmi menyandang nama Eastman Kodak Company, 1892. George memulai bisnisnya
dengan membuat pelat foto. Dalam kurun waktu 8 tahun, Kodak berkembang menjadi merek
dagang terkenal. Kodak merajai pasar dengan berbagai produk mulai dari roll film hingga
kamera hand-held. 80 Film yang meraih penghargaan Best Picture di ajang Oscar diabadikan
dengan menggunakan pita seluloid produk Kodak. Bahkan Neil Armstrong juga menggunakan
kamera Kodak seukuran kotak sepatu ketika ia menjadi orang pertama yang mendaratkan diri di
Bulan, 1969.
Di era 90an Kodak mulai mengembangkan kamera digital. Namun baru pada 2003,
Kodak memperkenalkan kamera digital pertama di dunia, Kodak EasyShare LS633, serta Kodak
EasyShare Printer Dock 6000, printer pertama di dunia yang dilengkapi kombinasi dock untuk
menghubungkan printer dengan kamera. Sejumlah produk terkenal Kodak lainnya yakni Kodak
Theatre HD Player, Kodak Smart Picture Frame dan seri kamera DSLR, Kodak DCS

ANALISIS

Kasus bangkrutnya perusahaan fotografi Eastman Kodak Corporation memang sudah


menjadi rahasia umum. Berita ini sudah mulai menyebar diseluruh media selama awal tahun
2012 lalu. Perusahaan Eastman Corporation atau yang biasa dikenal dengan sebutan Kodak, dulu
dikenal sebagai salah satu perusahaan peralatan fotografi terkemuka di dunia. Kini, Kodak jatuh
bangkrut setelah gagal beradaptasi dengan kemajuan teknologi di tengah populernya kamera
digital dan ponsel pintar berfitur kamera.
Menurut kantor berita Reuters, Kodak mengajukan perlindungan pailit ke Pengadilan
di Kota New York pada 19 Januari 2012. Di Amerika Serikat, perusahaan yang jatuh bangkrut
berhak mengajukan perlindungan pailit ke pengadilan, sesuai peraturan yang berlaku agar tidak
sampai dilikuidasi. Selanjutnya pengadilan akan menentukan apakah perusahaan yang bangkrut
ini, sesuai kesepakatan dengan pihak-pihak kreditur, bisa diselamatkan melalui penjualan aset
atau restrukturisasi korporat. Dewan Direktur dan seluruh tim senior manajemen yakin bahwa itu
merupakan langkah yang benar untuk masa depan Kodak. Untuk bertahan, Kodak
mengungkapkan telah mendapat pinjaman berjangka 18 bulan dari Citigroup sebesar US$950
juta.
Didirikan 130 tahun lalu, perusahaan Amerika itu pernah merajai industri peralatan
fotografi seperti penjualan kamera dan film. Bahkan Kodak pula yang memperkenalkan
teknologi kamera digital. Namun, tanpa disadari teknologi itulah yang lambat laun menghantam
bisnis Kodak, yang selama dekade 1980an hingga 1990an sudah merasa nyaman sebagai pemain
nomor satu industri fotografi. Konsumen kini sudah meninggalkan pemakaian film yang menjadi
bisnis inti Kodak dan sejumlah kompetitor mengembangkan produk kamera digital. Apalagi kini
muncul teknologi ponsel pintar, yang dilengkapi dengan kamera beresolusi tinggi.
Menurut sejumlah pengamat, perusahaan pelopor fotografi tersebut tak sanggup
melawan arus digital yang semakin berkembang setiap tahun. Tidak seperti IBM dan Xerox
Corp, yang sukses menciptakan arus pendapatan baru saat bisnis mereka menurun. Mereka
menilai kesalahan Kodak membuang proyek-proyek baru terlalu cepat yang menyebarkan
investasi digital terlalu luas, dan puas pada penilaian Rochester, New York, yang
memberhentikan perusahaan untuk dapat berinovasi pada teknologi lain. Kodak tak pernah
mengembangkan kehadiran teknologi baru di pusat-pusat dunia.
Sejak 1888, George Eastman menciptakan sebuah mesin yang menangkap gambar
pada pelat kaca besar. Tak puas dengan terobosan itu, dia melanjutkan untuk mengembangkan
film roll dan kemudian kamera Brownie. Selanjutnya pada tahun 1960, Kodak mulai
mempelajari potensi komputer dan membuat terobosan besar di tahun 1975 yaitu saat salah satu
insinyur, Steve Sasson, menemukan kamera digital.
Namun, Kodak tak segera peka terhadap potensi pasar tersebut dan tak fokus pada
high-end kamera bagi pasar niche. Para eksekutif juga takut mengorbankan penjualan film yang
merupakan produk inti mereka. Bahkan seorang profesor yang menulis sejarah Kodak dari
University of Missouri berpendapat bahwa George Eastman wafat dengan menyisakan pengaruh
yang membuat Kodak tetap berada di tempat dan tidak mengembangkan produknya, tapi itu
tidak memungkinkan orang untuk bergerak maju.
Selain itu, penyebab kebangkrutan Kodak karena perusahaan tersebut melewatkan
peluang bisnis. Di Consumer Electronics Show di Las Vegas tahunan pada 2011 lalu, Perez dan
Kodak memperkenalkan dua kamera baru yang diyakini bisa terhubung secara nirkabel dengan
printer dan posting foto ke Facebook. Namun beberapa pengulas gadget mengatakan kamera
baru tidak bisa terhubung ke web tanpa membonceng pada smartphone atau koneksi Wi-Fi.
Analis mengatakan Kodak bisa menjadi sebuah kelompok media sosial jika telah berhasil
meyakinkan konsumen untuk menggunakan layanan online untuk menyimpan, berbagi, dan
mengedit foto-foto mereka. Tapi sebaliknya, Kodak terlalu berfokus pada perangkat dan kalah
dalam pertempuran online untuk jaringan sosial seperti Facebook.
Dalam beberapa tahun terakhir, pendapatan Kodak pun terus menurun tajam. Dulu
mempekerjakan lebih dari 60.000 orang di mancanegara, Kodak kini hanya memiliki sekitar
7.000 pekerja. Nilai pasarnya pun kini tenggelam hingga di bawah US$ 150 juta dari
sebelumnya, sekitar 15 tahun lalu, senilai US$ 31 miliar. Dalam beberapa tahun terakhir,
pimpinan perusahaan gagal memulihkan keuntungan tahunan. Kas yang terus terkuras membuat
Kodak kesulitan memenuhi kewajibannya terhadap karyawan dan pensiunannya.
Kemudian Pemimpin Kodak, Antonio Perez mengajukan perlindungan kebangkrutan
lewat proses pailit, yang akan memungkinkan Kodak untuk terus bekerja memaksimalkan aset
teknologinya. Manajemen Kodak sempat menyatakan akan fokus ke industri percetakan dan
produk konsumen lain. Perusahaan yang berusia lebih dari 130 tahun itu mengaku telah
mendapatkan pinjaman dari Citigroup senilai US$ 950 juta, untuk kurun waktu 18 bulan.
Pinjaman dan perlindungan pailit AS memberi kesempatan kepada Kodak untuk menemukan
pembeli 1.100 paten teknologi produk fotografinya. Hal ini menjadi kunci untuk dapat terus
merestrukturisasi dan membayar ribuan karyawannya.

Anda mungkin juga menyukai