LANDASAN TEORI
A; Lanjut Usia
Gerontologis tidak setuju tentang adaptasi penuaan. Tidak ada satu teoripun
dapat memasukan semua variabel yang menyebabkan penuaan dan respon
individu terhadap hal itu. Secara garis besar teori penuaan dibagi menjadi teori
biologis, teori psikologis, dan teori sosiokultural (Stanley dan Beare, 2007).
1; Teori Biologis
Teori biologi mencoba untuk menjelaskan proses fisik penuaan, termasuk
perubahan fungsi dan struktur, pengembangan, panjang usia dan kematia.
Perubahan-perubahan dalam tubuh termasuk perubahan molekuler dan
seluler dalam sistem organ utama dan kemampuan tubuh untuk berfungsi
secara adekuat dan melawan penyakit (Stanley dan Beare, 2007).
2; Teori psikososiologis
Teori ini memusatkan perhatian pada perubahan sikap dan perilaku yang
menyertai peningkatan usia, sebagai lawan dari implikasi biologi pada
kerusakan anatomis (Darmojo & Martono, 2006).
a; Teori kepribadian
Teori kepribadian menyebutkan aspek-aspek pertumbuhan psikologis
tanpa menggambarkan harapan atau tugas spesifik lansia. Tahap akhir
kehidupan sebagai waktu ketika orang mengambil suatu inventaris dari
hidup mereka, suatu waktu untuk melihat kebelakang dari pada melihat
ke depan. Selamaproses refleksi ini lansia harus mengahadpi kenyataan
hidupya secara retrospektif.
b; Teori tugas perkembangan
Tugas perkembangan adalah aktivitas dan tantangan yang harus
dipenuhi oleh seseorang pada tahap-tahap spesifik dalam hidupnya
untuk mencapai penuaan yang sukses.
c; Teori disengagement
Teori ini menggambarkan penarikan diri oleh lansia dari peran
bermasyarakat dan tanggung jawabnya. Penarikan diri ini dapat
diprediksi, sistematis, tidak dapat dihindari dan penting untuk fungsi
yang tepat dari masyarakat yang sedang tumbuh.
d; Teori aktivitas
Teori ini merupakan jalan menuju penuaan yang sukses yaitu dengan
cara tetap aktif.
e; Teori kontinuitas
Teori kontibuitas ini juga dikenal sebagai teori perkembangan yang
merupakan suatu kelanjutan dari kedua teori sebelumnya dan mencoba
untuk menjelaskan dampak kepribadian pada kabutuhan untuk tetap
aktif atau memisahkan diri agar mencapai kebahagiaan dan
terpenuhinya kebutuhan di masa tua.
3; Etiologi
Hipertensi merupakan penyebab utama gagal jantung, stroke dan gagal
ginjal. Disebut juga sebagai pembunuh diam-diam karena orang dengan
hipertensi sering tidak menampakkan gejala, penyakit ini lebih banyak
menyerang wanita dari pada pria Penyebab hipertensi yaitu gangguan
emosi, obesitas, konsumsi alkohol yang berlebihan dan rangsangan kopi
serta obat-obatan yang merangsang dapat berperan disini, tetapi penyakit
ini sangat dipengaruhi faktor keturunan.
4; Patofisiologi
Angiotensin I
Angiotensin II
Konsentrasi NaCl
di pembuluh darah
Menarik cairan intraseluler ekstraseluler
Tekanan darah
Volume Darah
Tekanan darah
5; Penyebab (Etiologi)
a; Hipertensi essensial
Hipertensi essensial atau idiopatik adalah hipertensi tanpa kelainan
dasar patologis yang jelas. Lebih dari 90% kasus merupakan
hipertensi essensial. Penyebab hipertensi meliputi faktor genetik dan
lingkungan. Faktor genetik mempengaruhi kepekaan terhadap
natrium, kepekaan terhadap stress, reaktivitas pembuluh darah
terhadap vasokontriktor, resistensi insulin dan lain-lain. Sedangkan
yang termasuk faktor lingkungan antara lain diet, kebiasaan merokok,
stress emosi, obesitas dan lain-lain (Nafrialdi, 2009).
Pada sebagian besar pasien, kenaikan berat badan yang berlebihan dan
gaya hidup tampaknya memiliki peran yang utama dalam
menyebabkan hipertensi. Kebanyakan pasien hipertensi memiliki
berat badan yang berlebih dan penelitian pada berbagai populasi
menunjukkan bahwa kenaikan berat badan yang berlebih (obesitas)
memberikan risiko 65-70 % untuk terkena hipertensi primer (Guyton,
2008).
b; Hipertensi sekunder
Meliputi 5-10% kasus hipertensi merupakan hipertensi sekunder dari
penyakit komorbid atau obat-obat tertentu yang dapat meningkatkan
tekanan darah. Pada kebanyakan kasus, disfungsi renal akibat penyakit
ginjal kronis atau penyakit renovaskular adalah penyebab sekunder
yang paling sering. Obat-obat tertentu, baik secara langsung ataupun
tidak, dapat menyebabkan hipertensi atau memperberat hipertensi
dengan menaikkan tekanan darah (Oparil, 2003). Hipertensi yang
penyebabnya dapat diketahui, sering berhubungan dengan beberapa
penyakit misalnya ginjal, jantung koroner, diabetes dan kelainan
sistem saraf pusat (Sunardi, 2000).
6; Tanda dan Gejala (Manifestasi Klinik)
Individu yang menderita hipertensi kadang tidak menampakkan gejala
sampai bertahun-tahun. Gejala, bila ada biasanya menunjukkan kerusakan
vaskuler, dengan manifestasi yang khas sesuai system organ yang
divaskularisasi oleh pembuluh darah yang bersangkutan. penyakit arteri
koroner dengan angina adalah gejala yang paling menyertai hipertensi.
Hipertofi ventrikel kiri terjadi sebagai respons peningkatan beban kerja
ventrikel saat dipaksa berkontraksi melawan tekanan sistemik yang
meningkat. Apabila jantung tidak mampu lagi menahan peningkatan
beban kerja maka terjadi gagal jantung kiri. Perubahan patologis pada
ginjal dapat bermanifestasi sebagai nokturia (peningkatan urinasi pada
malam hari) dan azotemia (peningkatan nitrogen urea darah dan kretinin).
Keterlibatan pembuluh darah otak dapat menimbulkan stroke atau
serangan iskemik trasien yang termanifestasi sebagai paralysis sementara
pada satu sisi (hemiplegia) atau gangguan ketajaman penglihatan.
a; Peningkatan volume intravaskular (gambaran dominan)
b; Kongesti jaringan
c; Peningkatan desakan vena pulmonal (edema pulmonal) ditandai oleh
batuk dan sesak nafas.
d; Peningkatan desakan vena sistemik seperti yang terlihat pada edema
perifer umum dan penambahan berat badan.
e; Penurunan curah jantung dengan disertai pening, kekacauan mental,
keletihan, intoleransi jantung terhadap latihan, ekstremitas dingin dan
oliguria
Pada pemeriksaan fisik, tidak dijumpai kelainan apapun selain tekanan
darah yang tinggi, tetapi dapat pula ditemukan perubahan pada retina,
seperti perdarahan, eksudat, penyempitan pembuluh darah, dan pada
kasus berat dapat ditemukan edema pupil (edema pada diskus
optikus). Menurut Price, gejala hipertensi antara lain sakit kepala
bagian belakang, kaku kuduk, sulit tidur, gelisah, kepala pusing, dada
berdebar-debar, lemas, sesak nafas, berkeringat dan pusing (Price,
2005).
Gejala-gejala penyakit yang biasa terjadi baik pada penderita
hipertensi maupun pada seseorang dengan tekanan darah yang normal
hipertensi yaitu sakit kepala, gelisah, jantung berdebar, perdarahan
hidung, sulit tidur, sesak nafas, cepat marah, telinga berdenging, tekuk
terasa berat, berdebar dan sering kencing di malam hari. Gejala akibat
komplikasi hipertensi yang pernah dijumpai meliputi gangguan
penglihatan, saraf, jantung, fungsi ginjal dan gangguan serebral (otak)
yang mengakibatkan kejang dan pendarahan pembuluh darah otak
yang mengakibatkan kelumpuhan dan gangguan kesadaran hingga
koma (Cahyono, 2008). Corwin menyebutkan bahwa sebagian besar
gejala klinis timbul setelah mengalami hipertensi bertahun-tahun
adalah nyeri kepala saat terjaga, kadang kadang disertai mual dan
muntah yang disebabkan peningkatan tekanan darah intrakranial
(Corwin, 2005).
7; Komplikasi
Menurut Elisabeth J Corwin komplikasi hipertensi terdiri dari stroke,
infark miokard, gagal ginjal, ensefalopati (kerusakan otak) dan
pregnancy- included hypertension (PIH) (Corwin, 2005).
a; Stroke
Stroke adalah gangguan fungsional otak fokal maupun global akut,
lebih dari 24 jam yang berasal dari gangguan aliran darah otak dan
bukan disebabkan oleh gangguan peredaran darah. Stroke dengan
defisit neurologik yang terjadi tiba-tiba dapat disebabkan oleh iskemia
atau perdarahan otak. Stroke iskemik disebabkan oleh oklusi.
8; Pemeriksaan Penunjang
a; Hitung darah dapat menunjukan anemia , merupakan suatu penyebab
gagal jantung output tinggi dan sebagai faktor eksaserbasi untuk
bentuk disfunsi jantung lainnya
b; Pemeriksaan biokimia untuk menunjukan insufiensi ginjal
c; Tes fungsi ginjal untuk menentukan apakah gagal jantung ini berkaitan
dengan azotemia prerenal
d; Pemeriksaan elektrolit untuk mengungkap aktivitas neuroendokrin
e; Fungsi tiroid pada pasien usia lanjut harus dinilai untuk mendeteksi
tirotoksikosis atau mieksedema tersembunyi
f; Angiografi radionuklir mengukur fraksi ejeksi ventrikel kiri dan
memungkinkan analisis gerakan dinding regional
g; Kateterisasi jantung untuk menentukan penyakit arteri koroner
sekaligus luas yang terkena.
9; Penatalaksanaan medis
Penanggulangan hipertensi secara garis besar dibagi menjadi dua jenis
penatalaksanaan:
a; Penatalaksanaan Non Farmakologis.
1; Diet
Pembatasan atau pengurangan konsumsi garam. Penurunan BB
dapat menurunkan tekanan darah dibarengi dengan penurunan
aktivitas rennin dalam plasma dan kadar adosteron dalam plasma.
2; Aktivitas.
Klien disarankan untuk berpartisipasi pada kegiatan dan
disesuaikan dengan batasan medis dan sesuai dengan kemampuan
seperti berjalan, jogging, bersepeda atau berenang (Susilo, 2010).
b; Penatalaksanaan Farmakologis.
1; Secara garis besar terdapat beberapa hal yang perlu diperhatikan
dalam pemberian atau pemilihan obat anti hipertensi yaitu:
a; Mempunyai efektivitas yang tinggi.
b; Mempunyai toksitas dan efek samping yang ringan atau
minimal.
c; Memungkinkan penggunaan obat secara oral.
d; Tidak menimbulkan intoleransi
e; Harga obat relative murah sehingga terjangkau oleh klien.
f; Memungkinkan penggunaan jangka panjang.
Golongan obat - obatan yang diberikan pada klien dengan
hipertensi seperti golongan diuretic, golongan betabloker,
golongan antagonis kalsium, golongan penghambat konversi
rennin angitensin (Susilo, 2010).
g; Kenyamanan
Timbulnya nyeri dada yang tiba-tiba yang tidak hilang dengan
beristirahat atau dengan nitrogliserin.Lokasi nyeri dada bagian depan
substerbnal yang mungkin menyebar sampai ke lengan, rahang dan
wajah.Karakteristik nyeri dapat di katakan sebagai rasa nyeri yang
sangat yang pernah di alami. Sebagai akibat nyeri tersebut mungkin
di dapatkan wajah yang menyeringai, perubahan pustur tubuh,
menangis, penurunan kontak mata, perubahan irama jantung, ECG,
tekanan darah, respirasi dan warna kulit serta tingkat kesadaran.
h; Respirasi
Dispnea dengan atau tanpa aktivitas, batuk produktif, riwayat
perokok dengan penyakit pernafasan kronis. Pada pemeriksaan
mungkin di dapatkan peningkatan respirasi, pucat atau cyanosis,
suara nafas crakcles atau wheezes atau juga vesikuler. Sputum jernih
atau juga merah muda/ pink tinged.
i; Interaksi sosial
Stress, kesulitan dalam beradaptasi dengan stresor, emosi yang tak
terkontrol.
j; Pengetahuan
Riwayat di dalam keluarga ada yang menderita penyakit jantung,
diabetes, stroke, hipertensi, perokok.
k; Studi diagnostic
1; Enzym dan isoenzym pada jantung: CPK-MB meningkat dalam
4-12 jam, dan mencapai puncak pada 24 jam. Peningkatan
SGOT dalam 6-12 jam dan mencapai puncak pada 36 jam.
2; Elektrolit: ketidakseimbangan yang memungkinkan terjadinya
penurunan konduksi jantung dan kontraktilitas jantung seperti
hipo atau hiperkalemia.
3; Whole blood cell: leukositosis mungkin timbul pada keesokan
hari setelah serangan.
4; Analisa gas darah: Menunjukan terjadinya hipoksia atau proses
penyakit paru yang kronis atau akut.
5; Kolesterol atau trigliseid: mungkin mengalami peningkatan
yang mengakibatkan terjadinya arteriosklerosis.
6; Echocardiogram: Mungkin harus di lakukan guna
menggambarkan fungsi atau kapasitas masing-masing ruang
pada jantung.
7; Exercise stress test: Menunjukan kemampuan jantung
beradaptasi terhadap suatu stress/ aktivitas.
2; Diagnosa Keperawatan
a; Gangguan perfusi jaringan sehubungan dengan menurunnya suplai O2
jaringan perifer.
b; Ganguan rasa nyaman nyeri ( sakit kepala ) berhubungan dengan
peningkatan tekanan vaskuler serebral.
c; Intoleran aktivitas berhubungan dengan kelelahan.
3; Rencana Keperawatan
Menurut Doengoes ( 1993 ) pada klien hipertensi dapat ditemukan
diagnosa dan intervensi keperawatan sebagai berikut :
a; Gangguan perfusi jaringan sehubungan dengan menurunnya suplai O2
jaringan perifer.
Tujuan : suplai O2 ke jaringan terpenuhi
Kriteria hasil :
Kulit tampak kemerahan tidak cyanosis
Suhu tubuh dalam batas normal 36C s.d 37C
Nadi dalam batas normal ( 60-80 x/mnt )
Intervensi :
1; Monitor tekanan darah, untuk evaluasi awal gunakan manset yang
tepat dan tehnik yang akurat.
2; Rasionalisasi : perbandingan dari tekanan memberikan gambaran
yang lebih lengkap tentang keterlibatan masalah vaskuler.
3; Catat keberadaan, kualitas denyutan sentral perifer
Rasionalisasi : denyutan karotis, juguralis, radialis dan femoralis
mungkin teramati/ terpolasi denyut pada tungkai mungkin menurun
mencerminkan efek dan vasokontriksi dan kongesti vena.
4; Amati warna kulit, kelembaban, suhu, dan masa pengisian kapiler.
Rasionalisasi : adanya pucat, dingin, kulit lembab dan masa
pengisia kapiler lambat, mungkin kaitannya dengan vasokontriksi
atau mencerminkan dekompensasi/ penurunan curah jantung
5; Catat adanya oedem umum / tertentu
Rasionalisasi : dapat mengidentivikasi gagal jantung, kerusakan
ginjal atau vaskuler.
6; Ciptakan lingkungan yang nyaman
Rasionalisasi : membantu menurunkan rangsang simpatis,
meningkatkan relaksasi.
7; Batasi aktivitas
Rasionalisasi : menurunkan stress dan ketegangan yang
mrmpengaruhi tekanan darah dan perjalanan penyakit.
8; Lakukan tindakan yang nyaman seperti meninggikan kepala di
tempat tidur.
Rasionalisasi :mengurangi ketidaknyamanan dan dapat
menurunkan rangsang simpatis.
9; Pantau respon terhadap obat untuk mengontrol tekanan darah.
Rasionalisasi : respon terhadap terapi obat, tergantung individu
efek sinergis obat karena efek sampinh tersebut, maka penting
untuk menggunakan obat dalam jumlah sedikit dan dosis rendah.
Kolaborasi : berikan obat sesuai indikasi.