Anda di halaman 1dari 21

BAB II

LANDASAN TEORI

A; Lanjut Usia

1; Definisi dan batasan lansia


Lansia dapat dikatakan sebagai tahap akhir perkembangan pada
kehidupan seorang manusia (Maryam, dkk., 2011). Menurut Azizah
(2011), lansia merupakan proses alami yang ditentukan oleh Tuhan Yang
Maha Esa, dimana saat memasuki masa ini seseorang akan mengalami
kemunduran fisik, mental, psikis, dan sosial. Menurut Stanley dan Beare
(2007), seseorang telah tua jika menunjukkan ciri fisik seperti rambut
beruban, kerutan kulit yang mulai nampak, dan hilangnya beberapa gigi.
Menurut Efendi (2009), seseorang dikatakan lansia apabila telah
memasuki usia 65 tahun atau lebih, dan merupakan tahap lanjut dari
proses kehidupan yang ditandai dengan penurunan kemampuan tubuh
untuk beradaptasi dengan lingkungan. Hal ini ditandai dengan kegagalan
untuk mempertahankan keseimbangan terhadap kondisi stres fisiologis.
Setiap orang menua dengan cara yang berbeda-beda, berdasarkan waktu
dan riwayat hidupnya, karena setiap lansia adalah unik, oleh karena itu
perawat harus memberikan pendekatan yang berbeda antara satu lansia
dengan lansia lainnya (Potter & Perry, 2009).
Kemenkes RI (2013) mengklasifikasi lansia dalam 5 klasifikasi
batasan umur sebagai berikut :
1; Pralansia, seseorang yang telah berusia 49-50 tahun.
2; Lansia, seseorang yang telah berusia 60 tahun ke atas atau lebih.
3; Lansia resiko tinggi, seseorang yang berusia 60 tahun atau lebih
dengan gangguan masalah kesehatan.
4; Lansia potensial, merupakan lansia yang mampu melakukan
pekerjaan atau kegiatan dan menghasilkan barang atau jasa.
5; Lansia tidak potensial, merupakan lansia yang tidak berdaya mencari
nafkah, sehingga hidupnya bergantung pada bantuan orang lain.

2; Perubahan-perubahan yang terjadi pada lansia


Menurut Widyanto (2014), perubahan yang signifikan dari penuaan
pada lansia sebagai berikut :
1; Perubahan fungsi biologis
a; Perubahan penampilan fisik
Salah satu tanda dari proses penuaan adalah penampilan kulit
individu, seperti munculnya kerutan, noda hitam pada wajah,
mengalami perubahan pada struktur wajah, penipisan rambut dan
tumbuhnya rambut putih. Lansia juga mengalami pengurangan
tinggi badan yang menyebabkan perubahan postur tubuh,
pengurangan kepadatan tulang biasanya semakin cepat terjadi
setelah wanita mengalami menopause dan hal ini akan
meningkatkan osteoporosis, yaitu penyakit penurunan pada kalsium
tulang yang menimbulkan kerapuhan tulang.
b; Perubahan sistem
Perubahan sensori pada lansia terdiri dari sentuhan, pembauan,
perasa, penglihatan, dan pendengaran. Perubahan pada sistem
pembauan dan pengecapan dapat mempengaruhi kemampuan lansia
mempertahankan nutrisi yang adekuat. Gangguan visual yang biasa
terjadi seperti ketidakmampuan memfokuskan objek dalam jarak
dekat atau rabun dekat (presbyopia), sensitifitas terhadap cahaya,
berkurangnya kemampuan beradaptasi dalam kondisi gelap,
katarak dan glaukoma, dan berkurangnya kecepatan memproses
informasi visual. Selain itu, lansia mengalami penurunan
kemampuan dalam membedakan warna terutama warna biru dan
kuning.
Lansia akan mengalami penurunan kemampuan mendengar
biasanya dimulai pada usia dewasa tengah, yaitu usia 40 tahun.
Penurunan ini biasanya terjadi dari perubahan telinga bagian dalam
seperti rusaknya chochlea atau reseptor saraf primer, kesulitan
mendengar suara bernada tinggi (presbycusis), dan timbulnya suara
berdengung secara terus menerus (tinnitus).
c; Penuaan pada otak
Penuaan berat otak pada individu biasanya dimulai pada usia 30
tahun. Penurunan tersebut biasanya diawali secara perlahan
kemudian semakin cepat yang akan berdampak pada pengurangan
neuron, dimulai dari korteks frontalis yang berperan dalam fungsi
memori dan performa kognitif.
d; Perubahan sistem muskuloskeletal
Sistem muskuloskeletal berhubungan dengan mobilitas dan
keamanan yang dapat mempengaruhi seluruh aktivitas sehari-hari,
perubahan yang terjadi pada lansia adalah berkurangnya massa dan
kekuatan otot seperti kekuatan dan kelenturan otot seperti kekuatan
genggaman tangan, kekuatan kaki berkurang pada pria.
e; Perubahan pola tidur
Lansia cenderung memiliki waktu istirahat atau tidur yang lebih
sedikit dan jarang yang mengalami mimpi dibandingkan usia
sebelumnya. Karena, kecenderungan lansia yang mudah terbangun
ketika tidur, hal ini akan menyebabkan kendala fisik dan lansia
akan lebih sensitif terhadap pemaparan cahaya.
f; Perubahan fungsi seksual dan reproduksi
Lansia dengan jenis kelamin pria cenderung tidak mengalami
perubahan yang berarti pada kesuburannya, namun membutuhkan
waktu lebih lama untuk ejakulasi dan ereksi. Sedangkan, wanita
akan mengalami penurunan fungsi seksual yang bahkan cenderung
dramatis setelah menopause.
g; Perubahan sistem neurologis
Perubahan pada lansia yang berkaitan dengan gangguan neurologis
adalah delirium, demensia, gangguan vestibulasi dan stroke.
2; Perubahan fungsi kognitif
Perubahan kognitif pada lansia dipengaruhi oleh sistem saraf pusat,
karakteristik personal, funsi sensori, kesehatan fisik, efek kimia dari
pengobatan, serta faktor personal dan lingkungan seperti tingkat
pendidikan, persepsi diri dan pengharapan, status kesehatan mental
(kecemasan dan depresi). Pada lansia perubahan fungsi kognitif
meliputi fungsi daya ingat, fungsi intelektual, dan kemampuan untuk
belajar. Lansia memiliki kelemahan dalam mengingat jangka pendek
(short term memory) tetapi tidak dengan kemampuan mengingat masa
lampau (long term memory).
3; Perubahan fungsi psikososial
Perubahan ini pada lansia akan berdampak pada kepuasan hidup dan
arti hidup, karena lansia cenderung mengalami banyak perubahan
terkait faktor psikososialnya. Berkaitan dengan hubungan
psikososialnya lansia akan menjadi semakin banyak menghabiskan
waktu di rumah akibat dari kondisi kesehatan atau lainnya seperti
dukungan sosial yang tidak lagi adekuat.
4; Perubahan psikologis pada lansia
Menurut Musri (2003) perubahan psikologis pada lansia tidak tampak,
dikarenakan mereka mempunyai kemampuan memori dan kecerdasan
mental yang kurang. Banyak lansia mempunyai cara yang berbeda
dalam memecahkan masalah, bahkan mereka dapat melakukannya
dengan baik walaupun kondisinya telah menurun. Akan tetapi,
terdapat bukti yang menunjukkan bahwa lansia mengalami
kemunduran mental yang substansial atau luas seperti kepribadian,
intelegensi, sikap.
5; Perubahan mental pada lansia
Faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan mental, yaitu (Aspiani,
2014) :
a; Perubahan fisik terutama organ-organ perasa.
b; Kesehatan umum
c; Tingkat pendidikan
d; Keturunan (herediter)
e; Lingkungan
f; Kenangan (memory)
Kenangan pada lansia terbagi menjadi dua, yaitu kenangan jangka
panjang dan kenangan jangka pendek. Untuk kenangan jangka
panjang dimulai dari waktu berjam-jam sampai berhari-hari yang
lalu, mencakup beberapa perubahan. Sedangkan, kenangan jangka
pendek 0-10 menit atau kenangan yang buruk.
g; IQ (Intelligence Quotient)
1; IQ tidak berubah dengan informasi matematika dan perkataan
verbal.
2; Berkurangnya penampilan, persepsi, dan keterampilan.
3; Psikomotor: terjadi perubahan pada daya membayangkan
karena tekanan-tekanan dari faktor tertentu.
B; Teori Menua

Gerontologis tidak setuju tentang adaptasi penuaan. Tidak ada satu teoripun
dapat memasukan semua variabel yang menyebabkan penuaan dan respon
individu terhadap hal itu. Secara garis besar teori penuaan dibagi menjadi teori
biologis, teori psikologis, dan teori sosiokultural (Stanley dan Beare, 2007).
1; Teori Biologis
Teori biologi mencoba untuk menjelaskan proses fisik penuaan, termasuk
perubahan fungsi dan struktur, pengembangan, panjang usia dan kematia.
Perubahan-perubahan dalam tubuh termasuk perubahan molekuler dan
seluler dalam sistem organ utama dan kemampuan tubuh untuk berfungsi
secara adekuat dan melawan penyakit (Stanley dan Beare, 2007).

2; Teori psikososiologis
Teori ini memusatkan perhatian pada perubahan sikap dan perilaku yang
menyertai peningkatan usia, sebagai lawan dari implikasi biologi pada
kerusakan anatomis (Darmojo & Martono, 2006).
a; Teori kepribadian
Teori kepribadian menyebutkan aspek-aspek pertumbuhan psikologis
tanpa menggambarkan harapan atau tugas spesifik lansia. Tahap akhir
kehidupan sebagai waktu ketika orang mengambil suatu inventaris dari
hidup mereka, suatu waktu untuk melihat kebelakang dari pada melihat
ke depan. Selamaproses refleksi ini lansia harus mengahadpi kenyataan
hidupya secara retrospektif.
b; Teori tugas perkembangan
Tugas perkembangan adalah aktivitas dan tantangan yang harus
dipenuhi oleh seseorang pada tahap-tahap spesifik dalam hidupnya
untuk mencapai penuaan yang sukses.
c; Teori disengagement
Teori ini menggambarkan penarikan diri oleh lansia dari peran
bermasyarakat dan tanggung jawabnya. Penarikan diri ini dapat
diprediksi, sistematis, tidak dapat dihindari dan penting untuk fungsi
yang tepat dari masyarakat yang sedang tumbuh.
d; Teori aktivitas
Teori ini merupakan jalan menuju penuaan yang sukses yaitu dengan
cara tetap aktif.
e; Teori kontinuitas
Teori kontibuitas ini juga dikenal sebagai teori perkembangan yang
merupakan suatu kelanjutan dari kedua teori sebelumnya dan mencoba
untuk menjelaskan dampak kepribadian pada kabutuhan untuk tetap
aktif atau memisahkan diri agar mencapai kebahagiaan dan
terpenuhinya kebutuhan di masa tua.

C; Teori Medis Hipertensi


1; Pengertian
Hipertensi adalah tekanan darah persisten dimana tekanan sistoliknya di
atas 140 mmHg dan tekanan diastolic di atas 90 mmHg. Pada populasi
manula, hipertensi didefinisikan sebagai tekanan sistolik 160 mmHg dan
tekanan diastolic 90 mmHg (Maryani, 2010). Hipertensi merupakan suatu
keadaan dimana terjadi peningkatan tekanan darah baik sistole dan
diastole karena adanya gangguan peredaran darah tepi dengan tanda dan
gejala yang khas.
Hipertensi dapat dikelompokkan menjadi :
a; Hipertensi Ringan
Tekanan sistole 140-150 mmHg dan diastole 90-100 mmHg
b; Hipertensi Sedang
Keadaan tekanan darah systole 160-180 mmHg dan diastole 100-110
mmHg
c; Hipertensi Berat
Tekanan systole lebih dari 185 mmHg dan diastole lebih 110 mmHg
2; Anatomi Fisiologi
a; Pengertian
Jantung merupakan sebuah organ yang terdiri otot. Cara bekerjanya
menyerupai otot polos yaitu di luar kemauan kita (dipengaruhi oleh
susunan saraf otonom). Bentuk jantung menyerupai jantung pisang,
bagian atasnya tumpul (pangkal jantung) dan disebut juga basis
kordis. Di sebelah bawah agak runcing yang disebut apeks kordis.
Letak jantung di dalam rongga dada sebelah depan (kavum
mediastinum anterior), sebelah kiri bawah dari pertengahan rongga
dada , diatas diafragma, dan pangkalnya terdapat di belakang kiri
antara kosta V dan VI dua jari di bawah papilla mamae. Pada tempat
ini teraba adanya denyutan jantung yang disebut iktus
kordis.Ukurannya kurang lebih sebesar genggaman tangan kanan dan
beratnya kira-kira 250-300 gram.
b; Lapisan Jantung
1; Endokardium : merupakan lapisan jantung yang terdapat di
sebelah dalam sekali yang terdiri dari jaringan endotel atau selaput
lender yang meapisi permukaan rongga jantung.
2; Miokardium : merupakan lapisan inti dari jantung yang terdiri
dari otot-otot jantung, otot jantung ini membentuk bundalan-
bundalan otot yaitu :
a; Bundalan otot atria yang terdapat di bagian kiri/kanan dan
basis kordis yang membentuk serambi atau aurikula kordis.
b; Bundalan otot ventrikel yang membentuk bilik jantung dimulai
dari cincin atrioventrikuler sampai apeks jantung.
c; Perikardium : lapisan jantung sebelah luar yang
merupakanselaput pembungkus terdiri dari 2 lapisan yaitu
lapisan parietal dan visceral yang bertemu di pangkal jantung
membentuk kantung jantung

Diantara dua lapisan jantung ini terdapat lendir sebagai pelicin


untuk menjaga agar pergesekan antara pericardium pleura tidak
menimbulkan gangguan terhadap jantung.Jantung bekerja selama
kita masih hidup, karena itu membutuhkan makanan yang dibawa
oleh darah.Pembuluh darah yang terpenting dam memberikan
darah untuk jantung dari aorta asendens dinamakan arteri
korornaria.
c; Kerja jantung
Dalam kerjanya jantung mempunyai tiga periode :
1; Periode kontriksi (periode sistole). Suatu keadaan ketika jantung
bagian ventrikel dalam keadaan menguncup.Katup bikus dan
trikuspidalis dalam keadaan tertutup valvula semilunaris aorta dan
valvula semilunaris arteri pulmonalis terbuka, sehingga darah dari
ventrikel dekstra mengalir ke arteri pulmonalis masuk ke paru-
paru kiri dan kanan.Sedangkan darah dari ventrikel sinistra
mengalir ke aorta kemudian di edarkan ke seluruh tubuh.
2; Periode dilatasi (periode dilatasi). Seatu keadaan ketika jantung
mengenbang.Katup bikus dan trikuspidalis terbuka, sehingga
darah dari atrium sinistra masuk ventrikel sinistra dan darah dari
atrium dekstra masuk ke ventrikel dekstra.Selanjutnya darah yang
ada di paru-paru kiri dan kanan melalui vena pulmonalis masuk ke
atrium sinistra dan darah dari seluruh tubuhmelalui vena kava
masuk ke atrium dekstra.
3; Periode istirahat, yaitu waktu antara periode konstriksi dan dilatasi
ketika jantung berhenti kira-kira 1/10 detik. Pada waktu kita
beristirahatjantung akan menguncup sebanyak 70-80 kali/menit.
Pada tiap-tiap kontrksi jantung akan memindahkan darah ke aorta
sebanyak 60-70 cc

Kalau kita bekerja maka jantung akan lebih cepat berkonstriksi


sehingga darah lebih banyak dialirkan ke seluruh tubuh. Kerja
jaunting dapat diketahui dengan jalan memeriksa perjalanan darah
dalam arteri. Oleh karena dinding arteri akan mengembang jika ke
dalamnya mengalir gelombang darah. Gelombang darah ini
menimbulkan denyutan pada arteri.Sesuai dengan kuncupnya jantuk
disebut denyut nadi.Baik buruknya dan teratur tidaknya denyut nadi
bergantung dari kembang-kempisnya jantung.
d; Sifat Jantung
Otot jantung mempunyai ciri-ciri yang khas. Kemampuan
berkontraksi otot jantung sewaktu sistole maupun diastole tidak
bergantung pada rangsangan saraf. Kondutivitas (daya hantar)
konstriksi melalui setiap serabut otot jantung secara halus sekali dan
sangan jelas dalam berkas his. Ritme dan kekuatan gelombang yang
dimiliki otot jantung secara otomatis dengan tidak bergantung pada
rangsangan saraf.
e; Denyut Arteri
Denyut nadi merupakan suatu gelombang yang teraba pada arteri bila
darah dipompakan keluar jantung. Denyut ini dapat diraba pada arteri
radialis dan arteri dorsalis pedis yang merupakan gelombang tekanan
yang dialihkan dari aorta ke arteri yang merambat lebih cepat.
Kacepatan denyut jantung dalam keadaan sehat dipengaruhi oleh
pekerjaan, makanan, emosi, cara hidup dam umur.
f; Daya Pompa Jantung
Dalam keadaan istirahat janrung beredar 70 kali/menit. Pada waktu
banyak pergerakan, kecepatan jantung bisa dicapai 150 kali/menit
dengan daya pompa 20-25 liter/menit.
g; Setiap menit jumlah volume darah yang tepat sama sekali dialirkan
dari vena ke jantung. Apabila pengembalian dari vena tidak seimbang
dan ventrikel gagal mengimbanginya dengan daya pompa jantung
maka vena-vena dekat jantung jadi membengkak berisi darah
sehingga tekanan dalam vena naik dalam jangka waktu lama, bisa
menjadi edema.

3; Etiologi
Hipertensi merupakan penyebab utama gagal jantung, stroke dan gagal
ginjal. Disebut juga sebagai pembunuh diam-diam karena orang dengan
hipertensi sering tidak menampakkan gejala, penyakit ini lebih banyak
menyerang wanita dari pada pria Penyebab hipertensi yaitu gangguan
emosi, obesitas, konsumsi alkohol yang berlebihan dan rangsangan kopi
serta obat-obatan yang merangsang dapat berperan disini, tetapi penyakit
ini sangat dipengaruhi faktor keturunan.
4; Patofisiologi

Angiotensin I

Angiotensin I Converting Enzyme (ACE)

Angiotensin II

Sekresi hormone ADH rasa haus Stimulasi sekresi aldosteron dari


korteks adrenal

Urin sedikit pekat & osmolaritas


Ekskresi NaCl (garam) dengan
mereabsorpsinya di tubulus ginjal
Mengentalkan

Konsentrasi NaCl
di pembuluh darah
Menarik cairan intraseluler ekstraseluler

Diencerkan dengan volume


Volume darah ekstraseluler

Tekanan darah
Volume Darah

Tekanan darah

Gambar 1. Patofisiologi hipertensi.


(Sumber: Rusdi & Nurlaela Isnawati, 2009)

5; Penyebab (Etiologi)

a; Hipertensi essensial
Hipertensi essensial atau idiopatik adalah hipertensi tanpa kelainan
dasar patologis yang jelas. Lebih dari 90% kasus merupakan
hipertensi essensial. Penyebab hipertensi meliputi faktor genetik dan
lingkungan. Faktor genetik mempengaruhi kepekaan terhadap
natrium, kepekaan terhadap stress, reaktivitas pembuluh darah
terhadap vasokontriktor, resistensi insulin dan lain-lain. Sedangkan
yang termasuk faktor lingkungan antara lain diet, kebiasaan merokok,
stress emosi, obesitas dan lain-lain (Nafrialdi, 2009).
Pada sebagian besar pasien, kenaikan berat badan yang berlebihan dan
gaya hidup tampaknya memiliki peran yang utama dalam
menyebabkan hipertensi. Kebanyakan pasien hipertensi memiliki
berat badan yang berlebih dan penelitian pada berbagai populasi
menunjukkan bahwa kenaikan berat badan yang berlebih (obesitas)
memberikan risiko 65-70 % untuk terkena hipertensi primer (Guyton,
2008).
b; Hipertensi sekunder
Meliputi 5-10% kasus hipertensi merupakan hipertensi sekunder dari
penyakit komorbid atau obat-obat tertentu yang dapat meningkatkan
tekanan darah. Pada kebanyakan kasus, disfungsi renal akibat penyakit
ginjal kronis atau penyakit renovaskular adalah penyebab sekunder
yang paling sering. Obat-obat tertentu, baik secara langsung ataupun
tidak, dapat menyebabkan hipertensi atau memperberat hipertensi
dengan menaikkan tekanan darah (Oparil, 2003). Hipertensi yang
penyebabnya dapat diketahui, sering berhubungan dengan beberapa
penyakit misalnya ginjal, jantung koroner, diabetes dan kelainan
sistem saraf pusat (Sunardi, 2000).
6; Tanda dan Gejala (Manifestasi Klinik)
Individu yang menderita hipertensi kadang tidak menampakkan gejala
sampai bertahun-tahun. Gejala, bila ada biasanya menunjukkan kerusakan
vaskuler, dengan manifestasi yang khas sesuai system organ yang
divaskularisasi oleh pembuluh darah yang bersangkutan. penyakit arteri
koroner dengan angina adalah gejala yang paling menyertai hipertensi.
Hipertofi ventrikel kiri terjadi sebagai respons peningkatan beban kerja
ventrikel saat dipaksa berkontraksi melawan tekanan sistemik yang
meningkat. Apabila jantung tidak mampu lagi menahan peningkatan
beban kerja maka terjadi gagal jantung kiri. Perubahan patologis pada
ginjal dapat bermanifestasi sebagai nokturia (peningkatan urinasi pada
malam hari) dan azotemia (peningkatan nitrogen urea darah dan kretinin).
Keterlibatan pembuluh darah otak dapat menimbulkan stroke atau
serangan iskemik trasien yang termanifestasi sebagai paralysis sementara
pada satu sisi (hemiplegia) atau gangguan ketajaman penglihatan.
a; Peningkatan volume intravaskular (gambaran dominan)
b; Kongesti jaringan
c; Peningkatan desakan vena pulmonal (edema pulmonal) ditandai oleh
batuk dan sesak nafas.
d; Peningkatan desakan vena sistemik seperti yang terlihat pada edema
perifer umum dan penambahan berat badan.
e; Penurunan curah jantung dengan disertai pening, kekacauan mental,
keletihan, intoleransi jantung terhadap latihan, ekstremitas dingin dan
oliguria
Pada pemeriksaan fisik, tidak dijumpai kelainan apapun selain tekanan
darah yang tinggi, tetapi dapat pula ditemukan perubahan pada retina,
seperti perdarahan, eksudat, penyempitan pembuluh darah, dan pada
kasus berat dapat ditemukan edema pupil (edema pada diskus
optikus). Menurut Price, gejala hipertensi antara lain sakit kepala
bagian belakang, kaku kuduk, sulit tidur, gelisah, kepala pusing, dada
berdebar-debar, lemas, sesak nafas, berkeringat dan pusing (Price,
2005).
Gejala-gejala penyakit yang biasa terjadi baik pada penderita
hipertensi maupun pada seseorang dengan tekanan darah yang normal
hipertensi yaitu sakit kepala, gelisah, jantung berdebar, perdarahan
hidung, sulit tidur, sesak nafas, cepat marah, telinga berdenging, tekuk
terasa berat, berdebar dan sering kencing di malam hari. Gejala akibat
komplikasi hipertensi yang pernah dijumpai meliputi gangguan
penglihatan, saraf, jantung, fungsi ginjal dan gangguan serebral (otak)
yang mengakibatkan kejang dan pendarahan pembuluh darah otak
yang mengakibatkan kelumpuhan dan gangguan kesadaran hingga
koma (Cahyono, 2008). Corwin menyebutkan bahwa sebagian besar
gejala klinis timbul setelah mengalami hipertensi bertahun-tahun
adalah nyeri kepala saat terjaga, kadang kadang disertai mual dan
muntah yang disebabkan peningkatan tekanan darah intrakranial
(Corwin, 2005).

7; Komplikasi
Menurut Elisabeth J Corwin komplikasi hipertensi terdiri dari stroke,
infark miokard, gagal ginjal, ensefalopati (kerusakan otak) dan
pregnancy- included hypertension (PIH) (Corwin, 2005).
a; Stroke
Stroke adalah gangguan fungsional otak fokal maupun global akut,
lebih dari 24 jam yang berasal dari gangguan aliran darah otak dan
bukan disebabkan oleh gangguan peredaran darah. Stroke dengan
defisit neurologik yang terjadi tiba-tiba dapat disebabkan oleh iskemia
atau perdarahan otak. Stroke iskemik disebabkan oleh oklusi.

Fokal pembuluh darah yang menyebabkan turunnya suplai oksigen


dan glukosa ke bagian otak yang mengalami oklusi (Hacke, 2003).
Stroke dapat timbul akibat pendarahan tekanan tinggi di otak atau
akibat embolus yang terlepas dari pembuluh otak yang terpajan
tekanan tinggi. Stroke dapat terjadi pada hipertensi kronik apabila
arteri-arteri yang memperdarahi otak mengalami hipertrofi dan
menebal, sehingga aliran darah ke daerah-daerah yang diperdarahi
berkurang. Arteri-arteri otak yang mengalami arterosklerosis dapat
melemah sehingga meningkatkan kemungkinan terbentuknya
anurisma (Corwin, 2005).
b; Infark miokardium
Infark miokard dapat terjadi apabila arteri koroner yang arterosklerotik
tidak dapat mensuplai cukup oksigen ke miokardium atau apabila
terbentuk trombus yang menyumbat aliran darah melalui pembuluh
tersebut. Akibat hipertensi kronik dan hipertensi ventrikel, maka
kebutuhan oksigen miokardium mungkin tidak dapat dipenuhi dan
dapat terjadi iskemia jantung yang menyebabkan infark. Demikian
juga, hipertrofi dapat menimbulkan perubahaan-perubahan waktu
hantaran listrik melintasi ventrikel sehingga terjadi distritmia, hipoksia
jantung dan peningkatan risiko pembentukan bekuan (Corwin, 2005).
c; Gagal ginjal
Gagal ginjal merupakan suatu keadaan klinis kerusakan ginjal yang
progresif dan irreversible dari berbagai penyebab, salah satunya pada
bagian yang menuju ke kardiovaskular. Mekanisme terjadinya
hipertensi pada gagal ginjal kronik oleh karena penimbunan garam
dan air atau sistem renin angiotensin aldosteron (RAA) (Chung,
1995). Menurut Arief mansjoer (2001) hipertensi berisiko 4 kali lebih
besar terhadap kejadian gagal ginjal bila dibandingkan dengan orang
yang tidak mengalami hipertensi (Mansjoer, 2001).

d; Ensefalopati (kerusakan otak)


Ensefalopati (Kerusakan otak) dapat terjadi terutama pada hipertensi
maligna (hipertensi yang meningkat cepat). Tekanan yang sangat
tinggi pada kelainan ini menyebabkan peningkatan tekanan kapiler
dan mendorong ke dalam ruang intersitium diseluruh susunan saraf
pusat. Neuron-neuron disekitarnya kolaps yang dapat menyebabkan
ketulian, kebutaan dan tak jarang juga koma serta kematian
mendadak. Keterikatan antara kerusakan otak dengan hipertensi,
bahwa hipertensi berisiko 4 kali terhadap kerusakan otak
dibandingkan dengan orang yang tidak menderita hipertensi (Corwin,
2005).

8; Pemeriksaan Penunjang
a; Hitung darah dapat menunjukan anemia , merupakan suatu penyebab
gagal jantung output tinggi dan sebagai faktor eksaserbasi untuk
bentuk disfunsi jantung lainnya
b; Pemeriksaan biokimia untuk menunjukan insufiensi ginjal
c; Tes fungsi ginjal untuk menentukan apakah gagal jantung ini berkaitan
dengan azotemia prerenal
d; Pemeriksaan elektrolit untuk mengungkap aktivitas neuroendokrin
e; Fungsi tiroid pada pasien usia lanjut harus dinilai untuk mendeteksi
tirotoksikosis atau mieksedema tersembunyi
f; Angiografi radionuklir mengukur fraksi ejeksi ventrikel kiri dan
memungkinkan analisis gerakan dinding regional
g; Kateterisasi jantung untuk menentukan penyakit arteri koroner
sekaligus luas yang terkena.

9; Penatalaksanaan medis
Penanggulangan hipertensi secara garis besar dibagi menjadi dua jenis
penatalaksanaan:
a; Penatalaksanaan Non Farmakologis.
1; Diet
Pembatasan atau pengurangan konsumsi garam. Penurunan BB
dapat menurunkan tekanan darah dibarengi dengan penurunan
aktivitas rennin dalam plasma dan kadar adosteron dalam plasma.
2; Aktivitas.
Klien disarankan untuk berpartisipasi pada kegiatan dan
disesuaikan dengan batasan medis dan sesuai dengan kemampuan
seperti berjalan, jogging, bersepeda atau berenang (Susilo, 2010).
b; Penatalaksanaan Farmakologis.
1; Secara garis besar terdapat beberapa hal yang perlu diperhatikan
dalam pemberian atau pemilihan obat anti hipertensi yaitu:
a; Mempunyai efektivitas yang tinggi.
b; Mempunyai toksitas dan efek samping yang ringan atau
minimal.
c; Memungkinkan penggunaan obat secara oral.
d; Tidak menimbulkan intoleransi
e; Harga obat relative murah sehingga terjangkau oleh klien.
f; Memungkinkan penggunaan jangka panjang.
Golongan obat - obatan yang diberikan pada klien dengan
hipertensi seperti golongan diuretic, golongan betabloker,
golongan antagonis kalsium, golongan penghambat konversi
rennin angitensin (Susilo, 2010).

D; Teori Keperawatan Hipertensi


1; Pengkajian
a; Aktivitas dan istirahat
Kelemahan, kelelahan, ketidakmampuan untuk tidur (mungkin di
dapatkan Tachycardia dan dispnea pada saat beristirahat atau pada
saat beraktivitas).
b; Sirkulasi
1; Tekanan darah mungkin normal atau meningkat, nadi mungkin
normal atau terlambatnya capilary refill time, disritmia.
2; Suara jantung, suara jantung tambahan S3 atau S4 mungkin
mencerminkan terjadinya kegagalan jantung/ ventrikel
kehilangan kontraktilitasnya.
3; Murmur jika ada merupakan akibat dari insufisensi katub atau
muskulus papilaris yang tidak berfungsi.
4; Heart rate mungkin meningkat atau menglami penurunan (tachy
atau bradi cardia). Irama jantung mungkin ireguler atau juga
normal.
5; Edema: Jugular vena distension, odema anasarka, crackles
mungkin juga timbul dengan gagal jantung.
6; Warna kulit mungkin pucat baik di bibir dan di kuku.
c; Eliminasi
Bising usus mungkin meningkat atau juga normal.
d; Nutrisi
Mual, kehilangan nafsu makan, penurunan turgor kulit, berkeringat
banyak, muntah dan perubahan berat badan.
e; Hygiene perseorangan
Dispnea atau nyeri dada atau dada berdebar-debar pada saat
melakukan aktivitas.
f; Neoru sensori
Nyeri kepala yang hebat, Changes mentation.

g; Kenyamanan
Timbulnya nyeri dada yang tiba-tiba yang tidak hilang dengan
beristirahat atau dengan nitrogliserin.Lokasi nyeri dada bagian depan
substerbnal yang mungkin menyebar sampai ke lengan, rahang dan
wajah.Karakteristik nyeri dapat di katakan sebagai rasa nyeri yang
sangat yang pernah di alami. Sebagai akibat nyeri tersebut mungkin
di dapatkan wajah yang menyeringai, perubahan pustur tubuh,
menangis, penurunan kontak mata, perubahan irama jantung, ECG,
tekanan darah, respirasi dan warna kulit serta tingkat kesadaran.
h; Respirasi
Dispnea dengan atau tanpa aktivitas, batuk produktif, riwayat
perokok dengan penyakit pernafasan kronis. Pada pemeriksaan
mungkin di dapatkan peningkatan respirasi, pucat atau cyanosis,
suara nafas crakcles atau wheezes atau juga vesikuler. Sputum jernih
atau juga merah muda/ pink tinged.
i; Interaksi sosial
Stress, kesulitan dalam beradaptasi dengan stresor, emosi yang tak
terkontrol.
j; Pengetahuan
Riwayat di dalam keluarga ada yang menderita penyakit jantung,
diabetes, stroke, hipertensi, perokok.
k; Studi diagnostic
1; Enzym dan isoenzym pada jantung: CPK-MB meningkat dalam
4-12 jam, dan mencapai puncak pada 24 jam. Peningkatan
SGOT dalam 6-12 jam dan mencapai puncak pada 36 jam.
2; Elektrolit: ketidakseimbangan yang memungkinkan terjadinya
penurunan konduksi jantung dan kontraktilitas jantung seperti
hipo atau hiperkalemia.
3; Whole blood cell: leukositosis mungkin timbul pada keesokan
hari setelah serangan.
4; Analisa gas darah: Menunjukan terjadinya hipoksia atau proses
penyakit paru yang kronis atau akut.
5; Kolesterol atau trigliseid: mungkin mengalami peningkatan
yang mengakibatkan terjadinya arteriosklerosis.
6; Echocardiogram: Mungkin harus di lakukan guna
menggambarkan fungsi atau kapasitas masing-masing ruang
pada jantung.
7; Exercise stress test: Menunjukan kemampuan jantung
beradaptasi terhadap suatu stress/ aktivitas.

2; Diagnosa Keperawatan
a; Gangguan perfusi jaringan sehubungan dengan menurunnya suplai O2
jaringan perifer.
b; Ganguan rasa nyaman nyeri ( sakit kepala ) berhubungan dengan
peningkatan tekanan vaskuler serebral.
c; Intoleran aktivitas berhubungan dengan kelelahan.

3; Rencana Keperawatan
Menurut Doengoes ( 1993 ) pada klien hipertensi dapat ditemukan
diagnosa dan intervensi keperawatan sebagai berikut :
a; Gangguan perfusi jaringan sehubungan dengan menurunnya suplai O2
jaringan perifer.
Tujuan : suplai O2 ke jaringan terpenuhi
Kriteria hasil :
Kulit tampak kemerahan tidak cyanosis
Suhu tubuh dalam batas normal 36C s.d 37C
Nadi dalam batas normal ( 60-80 x/mnt )
Intervensi :
1; Monitor tekanan darah, untuk evaluasi awal gunakan manset yang
tepat dan tehnik yang akurat.
2; Rasionalisasi : perbandingan dari tekanan memberikan gambaran
yang lebih lengkap tentang keterlibatan masalah vaskuler.
3; Catat keberadaan, kualitas denyutan sentral perifer
Rasionalisasi : denyutan karotis, juguralis, radialis dan femoralis
mungkin teramati/ terpolasi denyut pada tungkai mungkin menurun
mencerminkan efek dan vasokontriksi dan kongesti vena.
4; Amati warna kulit, kelembaban, suhu, dan masa pengisian kapiler.
Rasionalisasi : adanya pucat, dingin, kulit lembab dan masa
pengisia kapiler lambat, mungkin kaitannya dengan vasokontriksi
atau mencerminkan dekompensasi/ penurunan curah jantung
5; Catat adanya oedem umum / tertentu
Rasionalisasi : dapat mengidentivikasi gagal jantung, kerusakan
ginjal atau vaskuler.
6; Ciptakan lingkungan yang nyaman
Rasionalisasi : membantu menurunkan rangsang simpatis,
meningkatkan relaksasi.
7; Batasi aktivitas
Rasionalisasi : menurunkan stress dan ketegangan yang
mrmpengaruhi tekanan darah dan perjalanan penyakit.
8; Lakukan tindakan yang nyaman seperti meninggikan kepala di
tempat tidur.
Rasionalisasi :mengurangi ketidaknyamanan dan dapat
menurunkan rangsang simpatis.
9; Pantau respon terhadap obat untuk mengontrol tekanan darah.
Rasionalisasi : respon terhadap terapi obat, tergantung individu
efek sinergis obat karena efek sampinh tersebut, maka penting
untuk menggunakan obat dalam jumlah sedikit dan dosis rendah.
Kolaborasi : berikan obat sesuai indikasi.

b; Ganguan rasa nyaman nyeri ( sakit kepala ) berhubungan dengan


peningkatan tekanan vaskuler serebral.
Tujuan : nyeri berkurang / hilang
Kriteria hasil :
1; tekanan darah turun/normal maksimal 140/90mmHg
2; klien tidak merasa pusing / leher tidak terasa kaku lagi
3; klien tampak tenang
Intervensi :
a; Mempertahankan tirah baring selama masa akut.
Rasionalisasi : meminimalkan stimulasi / maningkatkan relaksasi.
b; Berikan tindakan non farmakologik untuk menghilangkan sakit
kepala, misalnya : kompres idngin pada dahi, pijat punggung.
Rasionalisasi : tindakan massage bertujuan untuk menurunkan
tekanan vaskuler serebral dan memperlambat respon simpatik,
efektif dalam menghilangkan nyeri.
c; Hilangkan / minimalkan aktivitas vasokontriksi yang dapat
meningkatkan sakit kepala, misalnya : mengejan waktu BAB, batuk
panjang dan banyak bergerak.
Rasionalisasi : aktivitas yang meningkat vasokontriksi
menyebabkan sakit kepala pada peningkatan tekanan vaskuler.
d; Bantu klien dalam ambulasi sesuai kebutuhan.
Rasionalisasi : pusing dan penglihatan kabur sering berhubungan
dengan sakit kepala klien juga dapat mengalamio episode
hipertensi postural.
e; Berikan cairan , makanan lunak yang mudah ditelan.
Rasionalisasi : meningkatkan kenyamanan umum dan mengurangi
kebutuhan energi/ kelelahan.
f; Berikan analgetik sesuai indikasi terapi.
Rasionalisasi : menurunkan nyeri dan merangsang system syaraf
simpatis.
c; Intoleran aktivitas berhubungan dengan kelelahan.
Tujuan : klien dapat beraktivitas tanpa bantuan
Kriteria hasil :
1; klien merasa mampu beraktivitas
2; klien bisa beraktivitas sederhana
Intervensi
a; Kaji respon keluarga terhadap aktivitas
Rasionalisasi : mengkaji respon fisiologis terhadap stress aktivitas
dan bila ada merupakan indicator dari aktivitas kerja yang
berkaitan dengan tingkat aktivitas.
b; Intruksikan klien tentang teknis penghematan energi
Rasionalisasi : tehnik penghematan energi mengurangi penurunan
energi, juga membentu keseimbangan antara suplai dan kebutuhan
O2.
c; Berikan dorongan untuk melakukan aktivitas / perawatan diri
bertahap, berikan bantuan sesuai kebutuhan.
Rasionalisasi : kemajuan aktivitas bertahap mencegah peningkatan
kerja jantung tiba-tiba. Memberikan bantuan hanya sebatas
kebutuhan akan mendorong kemandirian dalam melakukan
aktivitas.

Anda mungkin juga menyukai