Anda di halaman 1dari 70

LAPORAN KEGIATAN 1

THERMOREGULASI

Hari/Tanggal : : Rabu, 07 Desember Nilai Paraf


2016
Pukul : 13.00 s/d Selesai

A. Tujuan Praktikum
Praktikum thermoregulasi ini bertujan untuk mengetahui suhu
tubuh, perbedaan, dan perbandingan suhu tubuh pada hewan
poikilothrem dan homoitherm serta mengetahui proses pelepasan
panas.
B. Teori
Hampir semua panas tubuh diproduksi oleh otot dan satu
diantaranya memiliki struktur penting yang menyertai penambahan
panas. Pada prinsipnya penambahan panas adalah kontraksi otot
yang dapat menghasilkan panas. Berdasarkan hubungan antara
suhu tubuh dan lingkungan, hewan dibagi menjadi 2 golongan, yaitu
Poikilotherm dan Homoitherm. Sistem pengaturan panas tubuh pada
dasarnya tersusun atas 3 komponen, yaitu :
Thermoreseptor dan saraf aferen.
Hypothalamus.
Saraf deren dan afektor thermoregulasi.
C. Alat dan Bahan
1. Termometer.
2. Penjepit Katak.
3. Arloji ( Stopwatch ).
4. Kapas.
5. Katak.
6. Air Panas.
7. Air Es.
8. Beaker Glass.
9. Probandus ( Manusia )
D. Metode/Cara Kerja
1. Pengukuran Suhu Tubuh
1.1 Pengukuran pada Mulut

1 | DASAR FISIOLOGI TERNAK_FAPERTA_UNTAMA


Skala pada termometer diturunkan sampai 0C, ujung
termometer dibersihkan dengan alkohol 70% kemudian
dimasukkan kedalam mulut diletakkan dibawah lidah
dan mulut ditutup rapat, setelah 3 menit skala dibaca
dan dicatat. Dengan cara yang sama pula dilakukan
pada mulut terbuka. Kemudian probandus berkumur
dengan air es selama 1 menit dan dengan cara yang
sama pula dilakukan pengukuran seperti di atas.
1.2 Pengukuran Axillaris
Skala pada termometer diturunkan sampai 0C, ujung
termometer disisipkan pada fasa axillaris dengan
pangkal lengan dihimpitkan. Setelah 3 menit skala
dibaca dan dicatat.
2. Proses Pelepasan Suhu
Katak ditelentangkan pada papan dan diikat. Suhu tubuh
katak diukur melalui esofagus selama 3 menit. Kemudian
katak dimasukkan ke dalam air es selama 3 menit dan diukur
suhu tubuhnya melalui esofagus. Selanjutnya katak
dimasukkan ke dalam air panas 40C selama 3 menit dan ukur
suhu tubuhnya.

E. Hasil dan Pembahasan


1. Pengukuran Suhu Tubuh
1.1 Pengukuran pada mulut

2 | DASAR FISIOLOGI TERNAK_FAPERTA_UNTAMA


Sebelum Mulut
Setelah Berkumur Es
Berkumur Es
Ulangan
Mulut di Mulut di Mulut di Mulut di
Tutup Buka tutup buka
1 36C 35C 35C 34C
2 35C 35C 34C 34C
3 35C 35C 34C 34C
4 35C 36C 34C 35C
5 35C 35C 35C 34C
RATA
35,2C 35,2C 34,4C 34,2C
RATA

Dari tabel ini, kita dapat lihat bahwa pada percobaan


pertama ketika mulut di tutup sebelum mulut berkumur
dengan air es bersuhu sekitar 36C, pada percobaan kedua
mulut tersebut mempunyai suhu sekitar 35C dan pada
percobaan ketiga, keempat dan kelima mempunyai suhu
yang sama sekitar 35C. Pada percobaan mulut di buka
sebelum mulut berkumur dengan air es bersuhu sekitar 35C,
pada percobaan kedua mulut tersebut mempunyai suhu
sekitar 35C, pada percobaan ketiga mempunyai suhu sekitar
35C dan pada percobaan keempat mempunyai suhu sekitar
36C, dan pada percobaan kelima mempunyai suhu sekitar
35C. Dapat kita simpulkan bahwa pada suhu mulut yang
tertutup lebih tinggi dari mulut terbuka karena ketika mulut
dalam keadaan tertutup, tidak ada sirkulasi udara di dalam
mulut sehingga suhu yang terukur merupakan suhu tubuh
secara keseluruhan, tetapi ketika mulut terbuka, terdapat
sirkulasi udara sehingga suhu dalam tubuh ada yang hilang.
Menurut Isnaeni (2006), pada saat mulut terbuka, udara di
dalam tubuh suhunya menjadi tinggi karena metabolisme
dalam tubuh akan bercampur dengan udara yang bersuhu
rendah, sehingga akan mencapai keseimbangan dalam dan

3 | DASAR FISIOLOGI TERNAK_FAPERTA_UNTAMA


luar mulut, mengakibatkan suhu udara dalam mulut menjadi
turun.

Pada percobaan pertama ketika mulut di tutup setelah


mulut berkumur dengan air es bersuhu sekitar 35C, pada
percobaan kedua, ketika, dan keempat mempunyai suhu
sekitar 34C. Sedangkan percobaan kelima mempunyai suhu
sekitar 35C. Pada percobaan pertama, kedua, dan ketiga
ketika mulut di buka setelah mulut berkumur dengan air es
mempunyai suhu sekitar 34C, ketika percobaan keempat
mempunyai suhu sekitar 35C dan pada percobaan kelima
mempunyai suhu sekitar 34C. Dari hasil ini dapat
disimpulkan bahwa terjadi pertukaran panas tubuh secara
konduksi, yaitu perpindahan panas tubuh dengan benda
(dalam hal ini air es) yang berbeda suhunya karena terjadi
kontak secara langsung. Sewaktu berkumur dengan air es,
tubuh kehilangan panasnya karena panas dipindahkan secara
langsung ke air es yang suhunya lebih rendah. Kemudian
suhu oral, yang lebih rendah, yang diukur merupakan suhu
kesetimbangan. Ini artinya apabila suhu lingkungan dingin,
maka tubuh akan memproduksi panas yang berasal posterior
hipotalamus.

1.2 Pengukuran pada axillaris

Ulangan Pengukuran Axillaris


1 35C
2 35C
3 36C
4 36C
5 35C
RATA
35,4C
-RATA

4 | DASAR FISIOLOGI TERNAK_FAPERTA_UNTAMA


Dari tabel di atas dapat kita uji coba menjadi 5 kali
pengukuran axillaris yaitu : percobaan pertama mempunyai
suhu sekitar 35C, percobaan kedua mempunyai suhu sekitar
35C, percobaan ketiga mempunyai suhu sekitar 36C,
percobaan keempat mempunyai suhu sekitar 36C, dan
percobaan kelima mempunyai suhu sekitar 35C. Dari hasil di
atas dapat disimpulkan bahwa suhu tubuh di bagian
ketiak/aksilar memiliki suhu yang lebih rendah dibandingkan
dengan suhu tubuh di bagian mulut/oral. Hal ini sesuai
dengan teori, bahwa temperatur kulit badan kita tidak sama
di semua tempat, makin banyak berhubungan dengan udara
luar, temperatur semakin dipengaruhi oleh temperatur
sekitar. Mulut lebih banyak berhubungan dengan udara luar
dibandingkan dengan ketiak, sehingga suhunya juga lebih
banyak dipengaruhi oleh lingkungan.

2. Proses Pelepasan Suhu

Suhu Suhu dalam es Suhu air panas


Ulangan
Normal 10C 35C
1 26C 13C 32C
2 25C 15C 35C
3 26C 23C 32C
RATA
25,66C 17C 33C
-RATA

Dari tabel di tersebut dapat kita ketahui bawah katak


dalam keadaan suhunya normal adalah 26C, 25C, dan 26C.
Ketika katak dimasukkan pada air es suhu pada katak akan
turun menjadi 13C, 15C, dan 23C, dan ketika dimasukkan
pada air hangat suhu pada katak akan naik menjadi 32C,
35C, dan 32C, ini membuktikan bahwa katak termasuk
hewan poikiloterm dimana suhu lingkungan sedikit banyak
mempengaruhi suhu tubuhnya. pada lingkungan yang dingin,

5 | DASAR FISIOLOGI TERNAK_FAPERTA_UNTAMA


katak akan menyesuaikan diri dengan lingkungan dingin
tersebut, yaitu dengan cara menurunkan suhu tubuhnya yang
sesuai kondisi lingkungan, dan pada keadaan kondisi
lingkungan panas maka katak tersebut akan menyesuaikan
kondisi lingkungan.

Suhu tubuh yang biasa dikatakan normal berkisar pada 36C.


Namun, sebenarnya tidak ada suhu yang normal, karena suhu
bervariasi dari organ ke organ. Dalam termoregulatorik, tubuh dapat
dianggap sebagai suatu inti di tengah (central core) dengan lapisan
pembungkus di sebelah luar (outer shell). Yang termasuk suhu inti
berada pada organ-organ abdomen dan toraks, sistem saraf pusat
serta otot rangka.Suhu inti internal inilah yang dianggap sebagai
suhu tubuh yang harus dipertahankan kestabilannya. Penambahan
panas harus seimbang dengan pengurangan panas agar suhu inti
tetap stabil. Suhu inti mengandung panas total tubuh maka untuk
mempertahankan kandungan panas yang konstan sehingga suhu inti
stabil. Pemasukan panas melalui penambahan panas dari lingkungan
eksternal dan produksi panas internal. Sedangkan pengurangan
panas terjadi melalui pengurangan panas dari permukaan tubuh
yang terbuka ke lingkungan eksternal. Biasanya manusia berada di
lingkungan yang suhunya lebih dingin daripada tubuh mereka,
sehingga ia harus terus menerus menghasilkan panas secara
internal untuk mempertahankan suhu tubuhnya. Pembentukan
panas akhirnya bergantung pada oksidasi bahan bakar metabolik
yang berasal dari makanan.
Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Suhu Badan, berikut ini
adalah faktor-faktor yang mempengaruhi besarnya suhu badan
antara lain:
a. Kecepatan metabolisme basal
Kecepatan metabolisme basal tiap individu berbeda-beda.Hal
ini memberi dampak jumlah panas yang diproduksi tubuh menjadi

6 | DASAR FISIOLOGI TERNAK_FAPERTA_UNTAMA


berbeda pula.Sebagaimana disebutkan pada uraian sebelumnya,
sangat terkait dengan laju metabolisme.
b. Rangsangan saraf simpatis
Rangsangan saraf simpatis dapat menyebabkan kecepatan
metabolisme menjadi 100% lebih cepat.Disamping itu,
rangsangan saraf simpatis dapat mencegah lemak coklat yang
tertimbun dalam jaringan untuk dimetabolisme.Hampir seluruh
metabolisme lemak coklat adalah produksi panas.Umumnya,
rangsangan saraf simpatis ini dipengaruhi stress individu yang
menyebabkan peningkatan produksi epineprin dan norepineprin
yang meningkatkan metabolisme.
Selama exercise atau situasi penuh stress, bagian simpatis
dari system syaraf otonom terstimulasi. Neuron-neuron
postganglionik melepaskan norepinephrine (NE) dan juga
merangsang pelepasan hormon epinephrine dan norephinephrine
(NE) oleh medulla adrenal sehingga meningkatkan metabolisme
rate dari sel tubuh.
c. Hormon pertumbuhan
Hormon pertumbuhan ( growth hormone ) dapat menyebabkan
peningkatan kecepatan metabolisme sebesar 15-20%. Akibatnya,
produksi panas tubuh juga meningkat.
d. Hormon tiroid
Fungsi tiroksin adalah meningkatkan aktivitas hampir semua
reaksi kimia dalam tubuh sehingga peningkatan kadar tiroksin
dapat mempengaruhi laju metabolisme menjadi 50-100% diatas
normal.
e. Hormon kelamin
Hormon kelamin pria dapat meningkatkan kecepatan
metabolisme basal kira-kira 10-15% kecepatan normal,
menyebabkan peningkatan produksi panas. Pada perempuan,
fluktuasi suhu lebih bervariasi dari pada laki-laki karena
pengeluaran hormon progesteron pada masa ovulasi
meningkatkan suhu tubuh sekitar 0,3 0,6C di atas suhu basal.
Jenis kelamin mempengaruhi suhu tubuh. Kenaikan hormon
progesterone selama proses ovulasi pada wanita akan

7 | DASAR FISIOLOGI TERNAK_FAPERTA_UNTAMA


meningkatkan suhu tubuh sekitar 0,3-0,5 C. Begitu juga estrogen
dan testoteron akan meningkatkan metabolisme. Wanita biasanya
lebih mampu mempertahankan suhu tubuh dibanding pria.
f. Demam ( peradangan )
Proses peradangan dan demam dapat menyebabkan
peningkatan metabolisme sebesar 120% untuk tiap peningkatan
suhu 10C.
g. Status gizi
Malnutrisi yang cukup lama dapat menurunkan kecepatan
metabolisme 20 30%.Hal ini terjadi karena di dalam sel tidak
ada zat makanan yang dibutuhkan untuk mengadakan
metabolisme.Dengan demikian, orang yang mengalami mal
nutrisi mudah mengalami penurunan suhu tubuh (hipotermia).
Selain itu, individu dengan lapisan lemak tebal cenderung tidak
mudah mengalami hipotermia karena lemak merupakan isolator
yang cukup baik, dalam arti lemak menyalurkan panas dengan
kecepatan sepertiga kecepatan jaringan yang lain.
h. Aktivitas
Aktivitas selain merangsang peningkatan laju metabolisme,
mengakibatkan gesekan antar komponen otot / organ yang
menghasilkan energi termal. Latihan (aktivitas) dapat
meningkatkan suhu tubuh hingga 38,3 40,0 C.Semakin
beratnyaaktivitas maka suhunya akan meningkat 15 x,
sedangkan pada atlet dapat meningkat menjadi 20 x dari basal
ratenya.
i. Gangguan organ
Kerusakan organ seperti trauma atau keganasan pada
hipotalamus, dapat menyebabkan mekanisme regulasi suhu
tubuh mengalami gangguan.Berbagai zat pirogen yang
dikeluarkan pada saai terjadi infeksi dapat merangsang
peningkatan suhu tubuh.Kelainan kulit berupa jumlah kelenjar
keringat yang sedikit juga dapat menyebabkan mekanisme
pengaturan suhu tubuh terganggu.
j. Lingkungan

8 | DASAR FISIOLOGI TERNAK_FAPERTA_UNTAMA


Suhu tubuh dapat mengalami pertukaran dengan lingkungan,
artinya panas tubuh dapat hilang atau berkurang akibat
lingkungan yang lebih dingin. Begitu juga sebaliknya, lingkungan
dapat mempengaruhi suhu tubuh manusia.Perpindahan suhu
antara manusia dan lingkungan terjadi sebagian besar melalui
kulit.
Proses kehilangan panas melalui kulit dimungkinkan karena
panas diedarkan melalui pembuluh darah dan juga disuplai
langsung ke fleksus arteri kecil melalui anastomosis arteriovenosa
yang mengandung banyak otot. Kecepatan aliran dalam fleksus
arteriovenosa yang cukup tinggi (kadang mencapai 30% total
curah jantung) akan menyebabkan konduksi panas dari inti tubuh
ke kulit menjadi sangat efisien. Dengan demikian, kulit
merupakan radiator panas yang efektif untuk keseimbangan suhu
tubuh.
Mekanisme kontrol suhu tubuh akan dipengaruhi oleh suku
disekitar. Walaupun terjadi perubahan suhu tubuh, tetapi tubuh
mempunyai mekanisme homeostasis yang dapat dipertahankan
dalam rentang normal. Suhu tubuh yang normal adalah
mendekati suhu tubuh inti yaitu sekitar 37 0 C. suhu tubuh
manusia mengalami fluktuasi sebesar 0,5 0,7 0 C, suhu
terendah pada malam hari dan suhu tertinggi pada siang hari.
Panas yang diproduksikan harus sesuai dengan panas yang
hilang.
k. Hormon
(Thyroxine dan Triiodothyronine) adalah pengatur pengatur
utama basal metabolisme rate. Hormon lain adalah testoteron,
insulin, dan hormon pertumbuhan dapat meningkatkan
metabolisme rate 5-15%.
l. Suhu tubuh
Meningkatnya suhu tubuh dapat meningkatkan metabolisme
rate, setiap peningkatan 1 % suhu tubuh inti akan meningkatkan
kecepatan reaksi biokimia 10 %.
m. Usia

9 | DASAR FISIOLOGI TERNAK_FAPERTA_UNTAMA


Pada saat lahir, mekanisme kontrol suhu masih imatur.
Produksi panas meningkatseiring dengan pertumbuhan bayi
memasuki masa anak-anak. Regulasi suhu akannormal setelah
anak mencapai pubertas.Lansia sensitif terhadap suhu yang
ekstrem akibat turunnya mekanisme kontrolsuhu (terutama
kontrol vasomotor), penurunan jumlah jaringan
subkutan,penurunan aktivitas kelenjar keringat, penurunan
metabolisme.
n. Olahraga
Aktivitas otot memerlukan peningkatan suplai darah dan
metabolisme lemak dankarbohidrat.
o. Irama sirkardian
Suhu tubuh berubah secara normal 0,5-1 derajat Celcius
selama periode 24 jam.suhu tubuh rendah antara pukul 01:00
dan 04:00 dini hari.
p. Stres
Stres fisik dan emosi meningkatkan suhu tubuh melalui
stimulasi hormonal dan persyarafan.
q. Emosi
Tingginya emosi akan mempengaruhi tingginya suhu tubuh.
Sebaliknya keadaan depresi akan menurunkan suhu tubuh.

10 | DASAR FISIOLOGI TERNAK_FAPERTA_UNTAMA


F. Kesimpulan
Manusia adalah homoithermik yaitu berdarah panas sehingga
suhu tubuh tetap stabil meskipun terjadi perubahan lingkungan dan
suhu normal tubuh manusia adalah 36-37C. Sedangkan katak yaitu
berdarah dingin sehingga suhu tubuh menyesuaikan kondisi
lingkungan yang di tempati.

DAFTAR PUSTAKA

Soewolo. Dkk. 1999. Fisiologi Manusia. Univesitas Negeri Malang: Malang

Sunardi. 2008. Anatomi Fisiologi Tubuh Manusia. EGC: Jakarta

11 | DASAR FISIOLOGI TERNAK_FAPERTA_UNTAMA


Wahyu Kristanti, Nurvita. 2013. Pengukuran Suhu Manusia.
http://nurvitaaawahyu.blogspot.co.id/2014/03/pengukuran-suhu-
manusia.html.

Sobah, Nurus. Dkk. 2015.


http://nurussobah.web.ugm.ac.id/2015/01/21/laporan-praktikum-fisiologi-
ternak-acara-thermoregulasi/

LAMPIRAN

12 | DASAR FISIOLOGI TERNAK_FAPERTA_UNTAMA


13 | DASAR FISIOLOGI TERNAK_FAPERTA_UNTAMA
LAPORAN KEGIATAN 2

WAKTU PENDARAHAN

Hari/Tanggal : Rabu, 14 Desember Nilai Paraf


2016

Pukul : 13.00 s/d Selesai

A. Tujuan Praktikum
Menentukan waktu pendarahan menurut Metode Duke.
B. Teori
Waktu pendarahan adalah suatu ukuran dari proses hemostatis
dan proses koagulasi. Waktu pendarahan tergantung pada :
Efisiensi cairan tenunan dalam mempercepat koagulasi
Fungsi pembuluh kapiler darah
Kemampuan trombosit untuk membentuk thrombus
Banyak metode untuk menentukan waktu pendarahan, antara
lain : metode duke , dan metode evy.
C. Alat dan Bahan
1. Lanset.
2. Arloji.
3. Kertas filter.
4. Alkohol 70%.
5. Kapas.
D. Metode/Cara Kerja
1. Bersihkan jari dengan kapas yang telah dibasahi alkohol
2. Tusuk jari dengan lanset yang steril , pada saatdarah keluar
catat waktunya.
3. Setiap 30 detik , tempelkan kertas filter pada darah yang
keluar pada pembuluh darah , kertas filter jangan sampai
mengenai lukanya, bila pendarahan telah berhenti, catat
waktunya.

14 | DASAR FISIOLOGI TERNAK_FAPERTA_UNTAMA


4. Waktu pendarahan di tentukan dari saat darah keluar sampai
pendarahan berhenti.
E. Hasil dan Pembahasan

N
Ulangan Waktu Pendarahan
O
1 1 63 detik
2 2 87 detik
3 3 59 detik
4 4 51 detik
5 5 79 detik
6 6 53 detik
RATA -RATA 65,33 detik

Dari data di atas dapat dibahas bahwa percobaan pertama


waktu pendarahan adalah selama 63 detik, percobaan kedua
waktu pendarahan adalah selama 87 detik, percobaan ketiga
waktu pendarahan adalah selama 59 detik, percobaan keempat
waktu pendarahan adalah 51 detik, percobaan kelima waktu
pendarahan adalah 79 detik, dan percobaan keenam waktu
pendarahan adalah selama 53 detik. Jadi kita dapat simpulkan
bahwa pada pendarahan dapat berhenti sendiri misalnya dengan
kontraksi vasa di tempat pendarahan yang terjadi beberapa menit
sampai beberapa jam. Apabila pembuluh darah mengalami
dilatasi, darah tidak keluar lagi karena sudah dicegah oleh
mekanisme trombosit. Vasa kontraksi timbul melalui beberapa
jalan kontraksi langsung otot pembuluh darah kemudian anoksia
dan reflek lalu adanya serotonis yang keluar dari trombosit yang
menyebabkan vasa kontraksi. Kisaran waktu pendarahan yang
normal untuk manusia adalah 15 hingga 120 detik.
Faktor-faktor yang mempengaruhi waktu perdarahan antara
lain:

1. Tekanan darah didalam pembuluh darah lebih kecil


dari luar pembuluh darah.
2. Tersumbatnya pembuluh darah yang robek.

15 | DASAR FISIOLOGI TERNAK_FAPERTA_UNTAMA


3. Pembentukan gumpalan fibrin yang terbentuk
disekitar sumbatan eritrosit yang menyebabkan
terjadinya penyumbatan.
4. Volume darah cukup

F. Kesimpulan
Waktu pendarahan merupakan interval waktu mulai timbulnya
tetes darah dari pembuluh darah yang luka sampai darah berhenti
mengalir keluar dari pembuluh darah. Penghentian pendarahan ini
disebabkan oleh terbentuknya agregat pletelat yang menutupi celah
pembuluh darah yang rusak.

16 | DASAR FISIOLOGI TERNAK_FAPERTA_UNTAMA


DAFTAR PUSTAKA

Lohr, J. T. 2007. Bleeding Time. www.answer.com/topic/bleeding-time. 27


September 2015.

Supriandi. 2015.Waktu Pendarahan.


http://supiandibiologi.blogspot.co.id/2015/05/laporananfisman-waktu-beku-
darah.

Dsyoghi, 2010.Waktu Koagulasi dan Waktu Pendarahan.


http://dsyoghi.wordpress.com. 26 September 2010.

17 | DASAR FISIOLOGI TERNAK_FAPERTA_UNTAMA


LAMPIRAN

18 | DASAR FISIOLOGI TERNAK_FAPERTA_UNTAMA


LAPORAN KEGIATAN 3

KOAGULASI DARAH

Hari/Tanggal : Rabu, 14 Desember Nilai Paraf


2016

Pukul : 13.00 s/d Selesai

A. Tujuan Praktikum
Menentukan waktu beku darah dari hewan atau manusia.
B. Teori
Darah yang keluar dari pembuluh darah akan berubah
sifatnya, yaitu dari sifat cair menjadi padat (fibrinogen menjdi fibrin).
Waktu yang diperlukan untuk perubahan ini di sebut waktu beku
darah atau waktu koagulasi darah. Koagulasi darah terjadi apabila
darah di tampung dan di biarkan begitu saja. Waktu koagulasi darah
adalah lamanya waktu dari saat pengambilan darah sampai
terjadinya koagulasi.
C. Alat dan Bahan
1. Kaca preparat.
2. Arloji.
3. Alkohol.
4. Jarum Pentul.
5. Alat Penusuk ( Lanset ).
D. Metode/Cara Kerja
1. Bersihkan jari dengan kapas yang sudah di basahi dengan
alkohol
2. Bersihkan jari/lokasi tempat pengambilan darah, diusap
dengan kapas beralkohol
3. Tusuk jari dengan lenset yang steril, dan catat pada saat darah
keluar
4. Satu sampai dua tetes darah dengan cepat dipindahkan dalam
gelas arloji

19 | DASAR FISIOLOGI TERNAK_FAPERTA_UNTAMA


5. Dengan mengunakan kepala jarum pentul, tusuklah kedalam
darah dan angkat lah, lakukan demikian setiap 30 detik,
sampai ada benang fibrin terlihat, dan catatlah waktunya.
6. Waktu mulai darah keluar dari pembuluh darah sampai
terbentuknya benang fibrin disebut dengan waktu beku darah

E. Hasil dan Pembahasan

No Ulangan Waktu Koagulasi


1 1 251 detik
2 2 219 detik
3 3 110 detik
4 4 97 detik
5 5 190 detik
6 6 180 detik
RATA-RATA 174,5 detik

20 | DASAR FISIOLOGI TERNAK_FAPERTA_UNTAMA


Dari data atas dapat diketahui bahwa pada percobaan
pertama mendapatkan waktu koagulasi sebanyak 251 detik, pada
percobaan kedua mendapatkan waktu koagulasi sebanyak 219 detik,
pada percobaan ketiga mendapatkan waktu koagulasi sebanyak 110
detik, pada percobaan keempat mendapatkan waktu koagulasi
sebanyak 97 detik, pada percobaan kelima mendapatkan waktu
koagulasi sebanyak 190 detik, dan pada percobaan keenam
mendapatkan waktu koagulasi sebanyak 180 detik. Dari data
tersebut dapat disimpulkan bahwa sehingga dapat dinyatakan
kekurangan vitamin K, penyebabnya adalah rendahnya penyerapan
lemak dari dalam usus. Jadi semakin lama pembekuan maka
seseorang tersebut kekurangan nutrisi.

Dalam keadaan normal darah senantiasa berada di dalam


pembuluh darah dan berbentuk cair. Keadaan ini dapat diperoleh bila
terdapat keseimbangan antara aktivitas koagulasi dengan
aktivitas fibrinolisis pada sistem hemostasis yang melibatkan
endotel pembuluh darah, trombosit, protein pembekuan,
protein antikoagulan dan enzim fibrinolisis. Terjadinya efek pada
salah satu atau beberapa komponen ini akan menyebabkan
terjadinya gangguan keseimbangan hemostasis dan menimbulkan
komplikasi perdarahan atau trombosis.

Mekanisme pembekuan darah yaitu pertama, jaringan


mengalami cedera, trombosit yang mengalami lisis kemudian terjadi
pelepasan prekursor tromboplastin bereaksi dengan faktor
antihemofilik (plasma) dengan komponen tromboplastin membentuk
tromboplastin. Kedua, Prokonvertin diubah menjadi konvertin oleh
ion Ca. Ketiga, protrombin dengan bantuan ion Ca, konvertin, dan
tromboplastin akan diubah menjadi trombin. Keempat, akselerator
globulin plasma in-aktif diaktifkan menjadi akselerator globulin
serum aktif oleh trombin. Kelima, protrombin diubah menjadi
trombin. Terakhir, fibrinogen diubah menjadi fibrin dengan bantuan

21 | DASAR FISIOLOGI TERNAK_FAPERTA_UNTAMA


trombin. Hemoglobin(Hb) terdapat di dalam sel darah merah dan
memiliki fungsi dalam pengangkutan O2. Kadar hemoglobin di dalam
darah dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain umur, pakan,
dan kondisi kesehatan ternak. Faktor-faktor yang mempengaruhi
pembekuan darah antara lain :

1. Faktor I
Fibrinogen: sebuah faktor koagulasi yang tinggi berat
molekul protein plasma dan diubah menjadi fibrin melalui
aksi trombin. Kekurangan faktor ini menyebabkan masalah
pembekuan
darah afibrinogenemia atau hypofibrinogenemia.
2. Faktor II
Prothrombin: sebuah faktor koagulasi yang merupakan
protein plasma dan diubah menjadi bentuk aktif trombin
(faktor IIa) oleh pembelahan dengan mengaktifkan faktor X
(Xa) di jalur umum dari pembekuan. Fibrinogen trombin
kemudian memotong ke bentuk aktif fibrin. Kekurangan
faktor menyebabkan hypoprothrombinemia.
3. Faktor III
Jaringan Tromboplastin: koagulasi faktor yang berasal dari
beberapa sumber yang berbeda dalam tubuh, seperti otak
dan paru-paru; Jaringan Tromboplastin penting dalam
pembentukan prothrombin ekstrinsik yang mengkonversi
prinsip di Jalur koagulasi ekstrinsik. Disebut juga faktor
jaringan.
4. Faktor IV
Kalsium: sebuah faktor koagulasi diperlukan dalam
berbagai fase pembekuan darah.
5. Faktor V
Proaccelerin: sebuah faktor koagulasi penyimpanan yang
relatif labil dan panas, yang hadir dalam plasma, tetapi
tidak dalam serum, dan fungsi baik di intrinsik dan
ekstrinsik koagulasi jalur. Proaccelerin mengkatalisis
pembelahan protrombin trombin yang aktif. Kekurangan

22 | DASAR FISIOLOGI TERNAK_FAPERTA_UNTAMA


faktor ini, sifat resesif autosomal, mengarah pada
kecenderungan berdarah yang langka yang disebut
parahemophilia, dengan berbagai derajat keparahan.
Disebut juga akselerator globulin.
6. Faktor VI
Sebuah faktor koagulasi sebelumnya dianggap suatu
bentuk aktif faktor V, tetapi tidak lagi dianggap dalam
skema hemostasis.
7. Faktor VII
Prokonvertin: sebuah faktor koagulasi penyimpanan yang
relatif stabil dan panas dan berpartisipasi dalam Jalur
koagulasi ekstrinsik. Hal ini diaktifkan oleh kontak dengan
kalsium, dan bersama dengan mengaktifkan faktor III itu
faktor X. Defisiensi faktor prokonvertin, yang mungkin
herediter (autosoma
l resesif) atau diperoleh (yang berhubungan dengan
kekurangan vitamin K), hasil dalam kecenderungan
perdarahan. Disebut juga serum protrombin konversi faktor
akselerator dan stabil.
8. Faktor VIII
Antihemophilic faktor, sebuah faktor koagulasi
penyimpanan yang relatif labil dan berpartisipasi dalam
jalur intrinsik dari koagulasi, bertindak (dalam konser
dengan faktor von Willebrand) sebagai kofaktor dalam
aktivasi faktor X. Defisiensi, sebuah resesif terkait-X sifat,
penyebab hemofilia A. Disebut juga antihemophilic globulin
dan faktor antihemophilic A.
9. Faktor IX
Tromboplastin Plasma komponen, sebuah faktor koagulasi
penyimpanan yang relatif stabil dan terlibat dalam jalur
intrinsik dari pembekuan. Setelah aktivasi, diaktifkan
Defisiensi faktor X. hasil di hemofilia B. Disebut juga faktor
Natal dan faktor antihemophilic B.
10. Faktor X

23 | DASAR FISIOLOGI TERNAK_FAPERTA_UNTAMA


Stuart faktor, sebuah faktor koagulasi penyimpanan yang
relatif stabil dan berpartisipasi dalam baik intrinsik dan
ekstrinsik jalur koagulasi, menyatukan mereka untuk
memulai jalur umum dari pembekuan. Setelah diaktifkan,
membentuk kompleks dengan kalsium, fosfolipid, dan
faktor V, yang disebut prothrombinase; hal ini dapat
membelah dan mengaktifkan prothrombin untuk trombin.
Kekurangan faktor ini dapat menyebabkan gangguan
koagulasi sistemik, disebut juga Prower Stuart-faktor.
Bentuk yang diaktifkan disebut juga thrombokinase.
11. Faktor XI
Tromboplastin plasma yg di atas, faktor koagulasi yang
stabil yang terlibat dalam jalur intrinsik dari koagulasi;
sekali diaktifkan, itu mengaktifkan faktor IX. Lihat juga
kekurangan faktor XI. Disebut juga faktor antihemophilic C.
12. Faktor XII
Hageman faktor: faktor koagulasi yang stabil yang
diaktifkan oleh kontak dengan kaca atau permukaan asing
lainnya dan memulai jalur intrinsik dari koagulasi dengan
mengaktifkan faktor XI. Kekurangan faktor ini
menghasilkan kecenderungan trombosis.
13. Faktor XIII
Fibrin-faktor yang menstabilkan, sebuah faktor koagulasi
yang merubah fibrin monomer untuk polimer sehingga
mereka menjadi stabil dan tidak larut dalam urea, fibrin
yang memungkinkan untuk membentuk pembekuan darah.
Kekurangan faktor ini memberikan kecenderungan
seseorang hemorrhagic. Disebut juga fibrinase dan
protransglutaminase. Bentuk yang diaktifkan juga disebut
transglutaminase.

24 | DASAR FISIOLOGI TERNAK_FAPERTA_UNTAMA


F. Kesimpulan
Semakin lama waktu koagulasi maka, seseorang tersebut
kekurangan vitamin K dan pada darah yang berwarna pucat dan
encer maka orang tersebut jarang beraktivitas dan kurang
mengkonsumsi makanan yang mengandung vitamin K.

25 | DASAR FISIOLOGI TERNAK_FAPERTA_UNTAMA


DAFTAR PUSTAKA

www.google.com. Proses Pembekuan


Darah.http://cimobi.blogspot.com/2009/11/proses-pembekuan-darah.html.

Sadikin, Mohamad. 2001. Biokimia Darah. Jakarta: Widya Medika.

Frandson, R.D. 1992. Anatomi dan Fisiologi Ternak. Edisi keempat. Gadjah
Mada University Press. Yogyakarta.

LAMPIRAN

26 | DASAR FISIOLOGI TERNAK_FAPERTA_UNTAMA


LAPORAN KEGIATAN 4

STATUS FAALI

Hari/Tanggal : Jumat, 14 Desember Nilai Paraf


2016

27 | DASAR FISIOLOGI TERNAK_FAPERTA_UNTAMA


Pukul : 13.00 s/d Selesai

A. Tujuan Praktikum
1. Mengetahui data fisiologis yang meliputi temperatul rectal,
pulsus dan respirasi.
2. Mengetahui kondisi kesehtan probandus (dengan membandikan
dengan kisaran normal).
B. Teori
Status faali dapat di lihat dari pengukuran fisiologis meliputi
respirasi, pilsus dan temperatur rectal. Respirasi merupakan semua
proses baik kimiawi maupun fisik dimna organisme menukar udara
dalam tubuh dengan lingkungannya sehingga terjadi aliran
pertukaran O2 dan CO2, fungsi tambahannya adalah membantu
membantu pengaturan suhu tubuh. Pulsus merupakan denyut
jantung, dipengaruhi oleh temperature lingkungan, ketiggian
tempat, kelembapan, stress, penyakit dan lain-lain. Temperatur
rectal merupakan suatu indek yang paling baik untuk mengetahui
kemampuan hewan dalam menjaga keseimbangan temperatur
tubuh dan merupakan parameter yang baik untuk menggambarkan
suhu tubuh.
C. Alat dan Bahan
1. Termometer Rectal.
2. Counter.
3. Arloji.
4. Probandus ( ternak ) .
5. Alat Praktikum.
6. Tisu.

D. Metode/Cara Kerja
1. Respirasi
a. Dekatkan punggung telapak tangan pada hidung.
b. Mengamati kembang kempisnya perut.
c. Ternak sehinggga terasa hembusannya.

28 | DASAR FISIOLOGI TERNAK_FAPERTA_UNTAMA


d. Dilakukan selama 1 menit sebanyak 3 kali dan hasilnya dirata-
rata.
2. Pulsus
a. Sapi, meraba bagian pangkal ekor sehingga terasa denyutan
arteri caudalisnya.
b. Domba/kambing, meraba pangkal pahanya sehingga terasa
denyutan arteri femuarlisnya.
c. Kelinci dan ayam, menempelkan stetoskop pada bagian dada
sehingga terdengar detak jantungnya.
d. Dilakukan selama 1 menit sebanyak 3 kali dan hasilnya di rata-
rata.
3. Temperatur Rectal
a. Skala temometer di nolkan dengan cara dikibas-kibaskan
dengan hati hati.
b. Kemudian thermometer di masukkan ke dalam rectum 1/3
bagian selama 5 menit sebanyak 3 kali dan hasilnya di rata-
rata.

E. Hasil dan Pembahasan


1. Respirasi

29 | DASAR FISIOLOGI TERNAK_FAPERTA_UNTAMA


N Ternak Ulang Jumlah Nafas @ 1
O Menit
1 Sapi 1 69 kali
2 66 kali
3 68 kali
4 65 kali
RATA-RATA 67 kali
2 Kambing 1 80 kali
2 77 kali
3 76 kali
4 81 kali
RATA-RATA 78,5 kali
3 Kelinci 1 259 kali
2 272 kali
3 276 kali
4 236 kali
RATA-RATA 260,75 kali
4 Ayam 1 72 kali
2 134 kali
3 50 kali
4 127 kali
RATA-RATA 95,75 kali

Dari data tersebut dapat kita lihat bahwa respirasi pada


sapi jantan dalam percobaan pertama jumlah nafasnya
sebanyak 69 kali, percobaan kedua pada sapi jantan
mendapatkan jumlah nafas sebanyak 66 kali, percobaan
ketiga pada sapi betina mendapatkan jumlah nafas sebanyak
68 kali dan percobaan keempat pada sapi betina
mendapatkan jumlah nafas sebanyak 65 kali. Data tersebut
dapat dilihat bahwa bahwa respirasi sapi masih dalam batas
normal. Respirasi dipengaruhi oleh beberapa faktor antara
lain adalah aktivitas, suhu lingkungan, kondisi fisik, dan
ukuran tubuh ternak. Ukuran tubuh yang lebih besar
memerlukan oksigen dalam jumlah lebih besar.

Pada percobaan kedua yaitu respirasi pada kambing


jantan, dalam percobaan pertama jumlah nafasnya sebanyak
80 kali, percobaan kedua pada kambing jantan mendapatkan
30 | DASAR FISIOLOGI TERNAK_FAPERTA_UNTAMA
jumlah nafas sebanyak 77 kali, percobaan ketiga pada
kambing betina mendapatkan jumlah nafasnya sebanyak 76
kali, dan percobaan keempat pada kambing betina
mendapatkan jumlah nafasnya sebanyak 81 kali. Dari data
tersebut bahwa keadaan dari hasil percobaan menunjukkan
perbedaan yang cukup signifikan dengan kisaran normal. Hal
tersebut dikarenakan probandus dalam keadaan stress atau
takut karena perlakuan. Faktor-faktor yang mempengaruhi
kecepatan respirasi antara lain aktivitas, suhu lingkungan,
kondisi fisik, dan ukuran tubuh ternak.

Pada percobaan ketiga yaitu respirasi pada kelinci


jantan, dalam percobaan pertama jumlah nafasnya sebanyak
259 kali, percobaan kedua pada kelinci jantan mendapatkan
jumlah nafasnya sebanyak 272 kali, percobaan ketiga pada
kelinci betina mendapatkan jumlah nafasnya sebanyak 276
kali, dan pada percobaan keempat pada kelinci betina
mendapatkan jumlah nafasnya sebanyak 236 kali. Dari data
tersebut bahwa keadaan kelinci jantan dan betina mengalami
pengaruh faktor luar seperti mengalami stress. Faktor-faktor
yang mempengaruhi respirasinya antara lain suhu
lingkungan, kondisi fisik, dan tingkat aktivitas.

Pada percobaan keempat yaitu respirasi pada ayam


jantan, dalam percobaan pertama jumlah nafasnya sebanyak
72 kali, percobaan kedua pada ayam jantan mendapatkan
jumlah nafasnya sebanyak 134 kali, percobaan ketiga pada
ayam betina mendapatkan jumlah nafasnya sebanyak 50 kali,
percobaan keempat pada ayam betina mendapatkan jumlah
nafasnya sebanyak 127 kali. Dari data tersebut bahwa
keadaan kecepatan respirasi pada ayam jantan tidak normal
sedangkan pada ayam betina sedikit tidak normal. Faktor-
faktor yang mempengaruhi respirasi pada unggas antara lain

31 | DASAR FISIOLOGI TERNAK_FAPERTA_UNTAMA


umur, jenis, aktivitas, temperatur lingkungan, sirkulasi udara,
dan keadaan kandang. Semakin tua seekor ayam, semakin
tinggi respirasinya. Semakin padat suatu kandang, semakin
meningkat tinggi respirasinya. Meningkatnya aktivitas tubuh
maka kebutuhan akan oksigen ini akan dipenuhi dengan
meningkatkan kecepatan respirasinya.
2. Pulsus

N Ternak Ulang Jumlah Napas @ 1


O Menit
1 Sapi 1 67 kali
2 68 kali
3 65 kali
RATA-RATA 66,6 kali
2 Kambing 1 76 kali
2 77 kali
3 79 kali
4 77 kali
RATA-RATA 77,25 kali
3 Kelinci 1 174 kali
2 215 kali
3 190 kali
4 217 kali
RATA-RATA 199 kali

Dari data tersebut dapat kita lihat bahwa pulsus pada


sapi percobaan pertama mendapatkan sebanyak 67 kali,
percobaan kedua pada sapi mendapatkan sebanyak 68 kali,
percobaan ketiga pada sapi mendapatkan sebanyak 65 kali.
Dari data tersebut bahwa sapi dari hasil percobaan
menunjukkan kesesuaian dengan kisaran normal, hal ini
menunjukkan bahwa sapi tersebut dalam keadaan sehat atau
normal.
Pada percobaan kedua yaitu pulsus pada kambing jantan
percobaan pertama mendapatkan sebanyak 76 kali,
percobaan kedua pada kambing jantan mendapatkan
sebanyak 77 kali, percobaan ketiga pada kambing betina
sebanyak 79 kali, percobaan keempat pada kambing betina

32 | DASAR FISIOLOGI TERNAK_FAPERTA_UNTAMA


sebanyak 77 kali. Dari data tersebut bahwa pada kambing
jantan maupun betina dari hasil percobaan menunjukkan
kesesuaian dengan kisaran normal, hal ini menunjukkan
bahwa sapi tersebut dalam keadaan sehat atau normal.
Pada percobaan ketiga yaitu pulsus pada kelinci jantan
percobaan pertama mendapatkan sebanyak 174 kali,
percobaan kedua pada kelinci jantan mendapatkan sebanyak
215 kali, percobaan ketiga pada kelinci betina mendapatkan
sebanyak 190 kali, dan percobaan keempat pada kelinci
betina mendapatkan sebanyak 217 kali. Dari data tersebut
bahwa kisaran pulsus normal kelinci adalah 123-304
kali/menit. Jika dibandingkan dengan hasil yang diperoleh
berarti kelinci jantan maupun betina dalam keadaan normal
atau sehat. Besar kecilnya pulsus, intensitas respirasi, dan
temperatur rektal dipengaruhi oleh beberapa faktor,
diantaranya ialah kegiatan fisik atau tubuh, kondisi kesehatan
ternak, jenis ternak, dan ukuran dan berat tubuh. Faktor
lingkungan pada kelinci sangat mempengaruhi, karena kelinci
merupakan hewan nokturnal, jadi penigkatan gelombang
tekanan sistolik jantung akan sering terjadi.

33 | DASAR FISIOLOGI TERNAK_FAPERTA_UNTAMA


3. Temperatur Rektal

N Ternak Ulang Temperatur Rektal


O @ 3 Menit
1 Sapi 1 41C
2 41C
3 39C
4 40C
RATA-RATA 40,25C
2 Kambing 1 41C
2 40C
3 40C
4 40C
RATA-RATA 40,25C
3 Kelinci 1 39C
2 37C
3 36C
4 37C
RATA-RATA 37,25C
4 Ayam 1 41C
2 41C
3 41C
4 41C
RATA-RATA 41C

Dari data tersebut dapat kita lihat bahwa temperatur


rektal pada sapi jantan percobaan pertama dan kedua
mendapatkan suhu sekitar 41C, percobaan ketiga pada sapi
betina mendapatkan suhu sekitar 39C, dan percobaan
keempat pada sapi betina mengalami kenaikan sekitar 40C.
Dari data tersebut bahwa pada sapi jantan maupun pada sapi
betina, suhu tubuhnya tidak dalam keadaan
normal. Temperatur rektal pada ternak dipengaruhi beberapa
faktor yaitu temperatur lingkungan, aktifitas, pakan,
minuman, dan pencernaan produksi panas oleh tubuh secara
tidak langsung tergantung pada makanan yang diperolehnya

34 | DASAR FISIOLOGI TERNAK_FAPERTA_UNTAMA


dan banyaknya persediaan makanan dalam saluran
pencernaan.

Pada percobaan kedua yaitu temperatur rektal pada


kambing jantan percobaan pertama mendapatkan suhu
sekitar 41C, percobaan kedua pada kambing jantan
mendapatkan suhu sekitar 40C, percobaan ketiga dan
keempat pada kambing betina mendapatkan suhu sekitar
40C. Dari data tersebut bahwa pada kambing jantan
maupun pada kambing betina, suhu tubuhnya dalam keadaan
normal. Temperatur rektal pada ternak dipengaruhi beberapa
faktor yaitu temperatur lingkungan, aktifitas, pakan,
minuman, dan pencernaan produksi panas oleh tubuh secara
tidak langsung tergantung pada makanan yang diperolehnya
dan banyaknya persediaan makanan dalam saluran
pencernaan.

Pada percobaan ketiga yaitu temperatur rektal pada


kelinci jantan percobaan pertama mendapatkan suhu sekitar
39C, percobaan kedua pada kelinci jantan mendapatkan
suhu sekitar 37C, percobaan ketiga pada kelinci betina
mendapatakan suhu sekitar 36C, dan percobaan keempat
pada kelinci betina mendapatkan suhu sekitar 37C. Dari data
tersebut bahwa keadaan ini menunjukkan bahwa kelinci
jantan dan betina dalam keadaan kurang sehat atau stres,
karena suhu hasil pengukuran berada di bawah kisaran
normal adalah 39C - 40,3C.

Pada percobaan keempat yaitu temperatur rektal pada


ayam jantan percobaan pertama dan kedua mendapatkan
suhu sekitar 41C dan percobaan ketiga dan keempat pada
ayam betina mendapatkan suhu sekitar 41C. Dari data
tersebut bahwa ayam jantan dan betina dalam keadaan

35 | DASAR FISIOLOGI TERNAK_FAPERTA_UNTAMA


stress, karena beberapa faktor eksternal seperti kondisi
lingkungan maupun faktor internal seperki kondisi kesehatan.

F. Kesimpulan
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan dapat
disimpulkan bahwa setiap probandus memiliki kisaran data fisiologis
berbeda meliputi jumlah respirasi, pulsus, dan temperatur rektal.
Pengujian status faali memberi informasi sehingga keadaan ternak
dapat diketahui apakah dalam kondisi sehat atau tidak. Faktor-faktor
yang mempengaruhi antara lain keadaan temperatur lingkungan,
kelembaban, ketinggian tempat, stress dan penyakit.

36 | DASAR FISIOLOGI TERNAK_FAPERTA_UNTAMA


DAFTAR PUSTAKA

Frandson, R.D. 1992. Anatomi dan Fisiologi Ternak Edisi IV. Gadjah Mada
University Press. Yogyakarta.

Frandson R.D. 1996. Anatomi dan Fisiologi Ternak. Gadjah Mada University
Press. Yogyakarta.

Yuwanta, T. 2000. Dasar Ternak Unggas.Yogyakarta.

Kimball, John W. Biologi Jilid 3. Penerbit Erlangga: Jakarta.

LAMPIRAN

37 | DASAR FISIOLOGI TERNAK_FAPERTA_UNTAMA


LAPORAN KEGIATAN 5

SISTEM DIGESTI

38 | DASAR FISIOLOGI TERNAK_FAPERTA_UNTAMA


Hari/Tanggal : Rabu, 21 Desember Nilai Paraf
2016

Pukul : 13.00 s/d Selesai

A. Tujuan Praktikum
Untuk mengetahui bagian bagian dari sistem pencernaan
dan fungsi pencernaan yang terjadi.
B. Teori
Sistem pencernaan atau sistem gastor intestinal tract adalah
suatu saluran yang di mulai dari mulut sampai
anus/kloaka.pencernaan mencangkup serangkaian proses yang
terjadi pada saluran tract digesti vouch,makanan di pecah menjadi
bagian yang kecil sehingga mudah larut dan diabsorbsi,pemecahan
dilakukan secara mekanik dan kimia, secara mekanik termasuk
penggilingan, pemasukan, pemotongan, dan proses-proses lain.
Secara kimia dilakukan dengan bantuan enzim-enzim dari tract
digestivus atau dari bantuan bakteri yang ada dalam tract
digestivus, secara garis besar tract digestivus terdiri dari mulut,
oesophagus, lambung, usus halus, sekum, usus besar, rectum dan
anus, glandulanya terdiri dari glandula saliva, hepar, dan pankreas.
Digesti merupakan urutan suatu proses phisik-phemik yaitu
pemecahan (penggilingan) makanan yang masuk pencernaan
menjadi bagian-bagian/partikel-partikel yang lebih kecil. Absorbsi
adalah masuknya pertikel-pertikel tersebut melalui dinding saluran
pencernaan yang kemudian masuk ke aliran darah/limfe.
Sistem pencernaan pada unggas meliputi :mulut, oesophagus,
crop, proventikulus, gizzard, small intestinus , coecum (2 buah),
large intestinum (rectum) dan kloaka. Mulut unggas tidak
mempunyai gigi, mempunyai lidah yang kaku, yang berperan dalam
penelanan makanan, terbantuk dari alat tambahan yaitu tidal, yang
terdiri dari rahang atas dan rahang bawah. Oesophagus adalah

39 | DASAR FISIOLOGI TERNAK_FAPERTA_UNTAMA


suatu saluran elastis yang berasal dari pharynx pada dasar mulut
sampai dari crop ke ventrikulus, dinding dilapisi lendir untuk
melicinkan makanan masuk ke crop menuju ventrikulus crop
merupakan pebesaran dari Oesophagus dan penyimpanan makanan
sementara. Dinding crop mensekresikan getah yang berfungsi untuk
melunakan makanan yang masuk sehingga akan membantu
pencernaan selanjutnya. Proventrikulus merupakan lambung
kelenjar, tempat terjadinya pencernaan enzimatis, mensekresikan
pepsinogen dan HCI. Gizzard merupakan kelanjutan proventikulus
dengan otot yang kuat dan berwarna agak kemerahan terjadi
pencernaan secra meknik, dimana makanan dilumat dengan
bantuan grit (berupa pasir halus). Small intestinum terdiri dari 3
bagian, yaitu duodenum, jejunum, ileum. Duodenum mensekresikan
enteropeptidase, pancreosimin, jejunum, dan ileum mensekresikan
disacharidase, aminopeptidase, dipeptidase esterase. Pada lipatan
duodenum terdapat pancreas dinding Small intestinum dilapisi oleh
fili-fili yang berfungsi untuk absorbsi nutrient. Coecum merupakan 2
kantong buntu yang berfungsi dalam absorbsi air sedangkan rectum
saluran pencernaan yang memiliki pintu kea rah kloaka dan terjadi
absorbi air dari sisa-sisa makanan. Cloaka terdiri dari 3 bagian, yaitu
kuprodeum, urodeum, protodeum. Feses dari rectum dan telur dari
oviduk semuanya lewat kloaka yang kemudian keluar melalui vent.
Organ tambahan pada sistem pencernaan meliputi limpha,
hepar, dan pankreas. Limfa berbentuk agak bundar, berwarna
kecoklatan, terletak pada titik antara proventikulus, gizzard dan hati.
Hepar atau hati terdiri dari 2 lobi, terletak antara gizzard dan
duodenum. Struktur hati terdapat kantong empedu yang
mensekresikan getah empedu (mengemulsi lemak). Pankreas
mensekresikan hormon insulin dan enzim amilase, tripsin, lipase.
Hormon insulin berfungsi dalam pengaturan kadar gula darah.
C. Alat dan Bahan
1. Alat digunakan dalam melakukan nekropsi
1 set alat bedah hewan

40 | DASAR FISIOLOGI TERNAK_FAPERTA_UNTAMA


Mistar
2. Bahan-bahan praktikum
1 ekor ayam jantan dan betina
Air dingin
Koran

D. Metode/Cara Kerja
1. Lakukan pemeriksaan luar tubuh ayam (kulit, bulu, mata, telinga,
kloaka, jengger, hidung dan lain-lain).
2. Memotong hewandengan cara dekapitas (memotong pada leher
ayam hingga tiga saluran matinya terputus).
3. Basahi bulu agar tidak beterbangan bulu saat melakukan
pembedahan.
4. Letakkan ayam rebah dorsal (terlentang).
5. Fiksasi ayam dengan memotong otot paha kanan dan kiri.
6. Buat senyatan melintang pada abdomen.
7. Buka rongga perut dengan memotong tulang rusuk kanan dan kiri
cranial.
8. Buka rongga dada dengan memotong tulang dada sternum dan
clavikula.
9. Amati letak organ dan identifikasi organ pada rongga dada dan
rongga perut.
10. Lepaskan organ dari rongganya dan lakukan dokumentasi
organ.
11. Catat indentifikasi organ dan jelaskan fungsinya.

41 | DASAR FISIOLOGI TERNAK_FAPERTA_UNTAMA


E. Hasil dan Pembahasan

NO ORGAN GAMBAR FUNGSI


PENCERNAA
N
1 Mulut Untuk mengambil
makanan, lidah di
dalam mulut akan
mendorong
makanan ke saluran
pencernaan.

2 Oesofagus Esophagus atau


kerongkongan
berupa pipa tempat
pakan melalui
saluran ini dari
belakang mulut ke
proventikulus.
3 Crob sebagai tempat
penyimpanan
sementara
makanan.

42 | DASAR FISIOLOGI TERNAK_FAPERTA_UNTAMA


4 Proventrikulu Penghasil enzim
s pencernaan yaitu
pepsin (enzim
pengurai protein)
dan penghasil asam
lambung
(hydrochloric acid).
5 Gizzard Menggiling dan
meremas pakan
yang keras.

6 Usus halus Fungsi utama


bagian ini adalah
penyerapan sari
makanan. Dinding
usus halus memiliki
jonjot yang lembut
dan menonjol yang
berfungsi sebagai
penggerak pakan
yang masuk dan
juga memperluas
permukaan untuk
proses penyerapan

43 | DASAR FISIOLOGI TERNAK_FAPERTA_UNTAMA


sari makanan.

7 Cecum Fungsi utama


cecum secara jelas
belum diketahui
tetapi di dalamnya
terdapat sedikit
pencernaan
karbohidrat dan
protein dan absorbsi
air.
8 Usus besar Sebagai penambah
kandungan air dan
menjaga
keseimbangan air
dalam tubuh
unggas.
9 Kloaka Kloaka merupakan
bagian akhir dari
saluran pencernaan.
Kloaka merupakan
lubang pelepasan
sisa digesti
(coprodeum), urin,
dan muara saluran
reproduksi
(Urodeum) serta

44 | DASAR FISIOLOGI TERNAK_FAPERTA_UNTAMA


lubang keluar yang
berhubungan
dengan udara luar
(Vent).

10 Kelenjar Fungsi dari limpa


limfe sampai sekarang
belum diketahui,
hanya diduga
sebagai tempat
untuk memecah sel
darah merah dan
untuk menyimpan
Fe dalam darah
11 Kelenjar Pankreas adalah
pancreas organ yang terletak
di tengah
duodenum yang
berfungsi
mensekresikan
enzim pemecah
polimer hati, lemak
dan protein yaitu
amylase, lipase, dan
tripsin.

45 | DASAR FISIOLOGI TERNAK_FAPERTA_UNTAMA


12 Kelenjar hati Hati berfungsi
menyaring darah
dan menyimpan
glikogen yang
dibagikan ke
seluruh tubuh
melalui aliran
darah. Salah satu
peranan terpenting
hati dalam
pencernaan adalah
menghasilkan
cairan empedu
yang berfungsi
untuk mengemulsi
lemak.

1. Paruh/Mulut
Paruh berfungsi untuk mengambil makanan dan
mengalirkan pakan ke esofagus. Lidah berbentuk seperti
pisau, memiliki permukaan kasar dibagian belakang dan
berfungsi membantu mendorong makanan ke
esofagus. Menghasilkan saliva yang mengandung amilase
dan maltase saliva. Pemecahan bahan pakan di mulut sangat
sedikit, karena hanya digunakan untuk lewat. Rahang atas
melekat pada tulang tengkorak dan yang bawah bergantung.
Langit-langit kertas dibagi oleh celah sempit yang panjang di
bagian tengah yang terbuka ke bagian saluran nasal. Lubang
ini dan tidak adanya langit-langit lunak menjadikan tidak
mungkin bagi burung untuk melakukan penghampaan untuk
menghisap air ke dalam mulut. Burung harus menyeduk air
ke atas bila minum dan membiarkannya turun kerongkongan

46 | DASAR FISIOLOGI TERNAK_FAPERTA_UNTAMA


oleh adanya gaya gravitasi. Kedua rahang berhubungan
sebagai paruh. Lidah berbentuk seperti pisau yang memiliki
permukaan kasar di bagian belakang untuk membantu
mendorong makanan ke esophagus. Seliva dengan enzim
amilase disekresikan oleh kelenjer di mulut. Namun, pakan
melalui mulut lajunya terlalu cepat sehingga sedikit terjadi
perubahan pada pencernaan di sini.

2. Esophagus
Esophagus sering disebut juga kerongkongan yang
berupa pipa tempat pakan, melalui saluran ini dari bagian
belakang mulut (pharynx) ke proventrikulus. Bagian dalam
kerongkngan terdapat kelenjar mukosa yang berfungsi
membasah makanan sehngga makanan menjadi licin. Pada
dinding kerongkongan terdapat otot-otot yang mengatur
gerakan peristaltic, yaitu gerak meremas-remas makanan
yang berbentuk gumpalan-gumpalan untuk didorong masuk
ke proventrikulus.
3. Crop (tembolok)
Sebelum kerongkongan memasuki rongga tubuh, ada
bagian yang melebar di salah satu sisinya menjadi kantong
yang di kenal sebagai crop (tembolok). Tembolok berperan
sebagai tempat penyimpanan pakan. Sedikit atau bahkan
tidak ada proses pencernaan di sini, kecuali pencampuran
sekresi saliva dari mulut yang di lanjutkan aktivitasnya di
tembolok. Pada tembolok terdapat syaraf yang berhubungan
dengan pusat kenyang-lapar di hipotalamus sehingga banyak
sedikitnya pakan yang terdapat dalam tembolok akan
memberikan respon pada syaraf untuk makan atau
menghentikan makan.
4. Proventriculus
Proventriculus adalah suatu pelebaran dari
kerongkongan sebelum berhubungan dengan gizzard
(empedal). Kadang-kadang di sebut glandula

47 | DASAR FISIOLOGI TERNAK_FAPERTA_UNTAMA


stomach atau true stomach.Oleh karena pakan berlalu cepat
melalui proventriculus maka tidak ada pencernaan material
pakan di sini. Akan tetapi, sekresi enzim mengalir kedalam
gizzard sehingga dapat bekerja di sini.
5. Gizzard (empedal)
Gizzard sering kali juga disebut muscular stomach
(perut otot). Lokasinya berada di antara ventrikulus dan
bagian atas usus halus. Gizzard memiliki dua pasang otot
yang sangat kuat sehingga ayam mampu menggunakan
tenaga yang kuat. Mukosa permukaan gizzard sangat tebal,
tetapi secara tetap tererosi. Reruntuhan gizzard tertinggal
bila kosong, tetapi bila pakan masuk, otot berkontraksi.
Partikel pakan yang lebih besar menyebabkan kontraksi juga
semakin cepat. Biasanya, gizzard mengandung material yang
bersifat menggiling, seperti grit, karang dan batu kerikil.
Partikel pakan segera digiling menjadi partikel kecil yang
mampu melalui saluran usus. Material halus akan masuk
gizzard dan keluar lagi dalam beberapa menit, tetapi pakan
berupa meterial kasar akan tinggal di gizzard untuk beberapa
jam. Fungsi utama empedal adalah memecah atau
melumatkan pakan dan mencampurnya dengan air menjadi
pasta yang dinamakn chymne.
6. Usus halus (small intestine)
Usus halus merupakan organ utama tmpat
berlangsungnya pencernaan dan absorpsi produk
pencernaan. Berbagai enzim yang masuk ke dalam saluran
pencernaan ini berfungsi mempercepat dan mangefisiensikan
pemecahan karbohidrat, protein, dan lemak untuk
mempermudah proses absorpsi.
Pada ayam dewasa, panjang usus halus sekitar 62 inci
atau 1,5 m. Secara anatomis, usus halus di bagi menjadi tiga
bagian, yaitu duodenum, jejunum, dan ileum.
a. Duodenum (12 jari)

48 | DASAR FISIOLOGI TERNAK_FAPERTA_UNTAMA


Duodenum berbentuk kelokan, disebut duodenal loop.
Panjang sekitar 20 cm. Pada duodenum menempel
pankreas yang mensekresikan pancreatic juice
(mengandung enzim amilase, lipase dan tripsin). Sekresi
garam empedu dari gall bladder yang menempel pada
liver dan panceatic juice masuk ke usus halus pada bagian
caudal duodenum. Duodenum bersifat asam (pH 6) karena
ada sekresi getah empedu yang bersifat asam. kantong
empedu berisi empedu,yang dihasilkan oleh hati dan
berguna untuk mengemulsikan lemak. pankreas
menempel pada kelokan ini mengsekresikan pankreati
juice yang mengandung enzim:
- Amilase :mengubah tepung jadi gula
- Tripsin : mengubah protein jadi peptide
- Lipase : mengubah trigleserid/lemak: asam lemak +
gliserol
b. Jejenum dan Ilium
Merupakan kelanjutan duodenum. Dua bagian tersebut
sulit dibedakan. Berfungsi melanjutkan proses pencernaan
yang belum selesai dari duodenum, dan tempat absopsi
nutrien. Panjang jejunum dan ileum sekitar 120 cm, dari
caudal duodenum sampai ileo-caecal-colic junction
(dimana usus halus, 2 ceca dan colon bertemu). Struktur
mirip duodenum, kecuali:
- Bagian in tergantung di mesenterium
- Villi lebih pendek
- Sedikit jaringan limfoid

Pada pertengahan usus halus, di bagian luar, terdapat


tonjolan kecil disebut Meckels Diverticulum, yang
dijadikan sebagai pembatas jejunum dan ileum. Tonjolan
tsb merupakan tempat dimana kantung yolk melekat
selama perkembangan embrio.

1. Jejenum (Usus kosong)

49 | DASAR FISIOLOGI TERNAK_FAPERTA_UNTAMA


Makanan mengalami pencernakan kimiawi oleh
enzim yang dihasilkan didindig usus. Enzim-enzim
yang dihasilkan dinding usus sebagai berikut :
a. Enterokinase : mengaktifkan tripsinogen yang
dihasilkan pankreas.
b. Erepsin : mengubah dipeptida/peptone menjadi
asam amino
c. Maltase : mengubah maltosa menjadi glukosa
d. Disakarase : mengubah disakarosa menjadi
monosakarida
e. Peptidase : mengubah polipeptida menjadi asam
amino
f. Sukrase : mencerna sukrosa menjadi glukosa dan
fruktosa
g. Lipase : mengubah trigliserida menjadi gliserol dan
asam lemak.
2. Ilium (Usus penyerapan)
Sepanjang permukaan lumen usus halus terdapat
banyak lipatan/lekukan yang disebut vili atau jonjot
usus. Vili berfungsi memperluas permukaan usus
sebagai proses penyerapan zat makanan akan lebih
sempurna. Setiap vilus mengandung pembuluh limfa
yang di sebut lacteal dan pembuluh kapiler.
7. Cecum (usus buntu)
Diantara usus halus dan usus besar, terdapat dua
kantong yang disebut sebagai ceca(usus buntu). Dalam
keadaan normal, panjang setiap ceca cekitar 6 inci atau 15
cm. Pada unggas dewasa yang sehat, ceca berisi pakan
lembut yang keluar-masuk. Akan tetapi, tidak ada bukti
mengenai peran serta dalam pencernaan. Hanya sedikit air
terserap, sedikit karbohidrat dan protein dicerna berkat
bantuan beberapa bakteri.
8. Usus besar
a. Panjang usus besar sekitar 10 cm dan diameternya dua
kali usus halus, hal ini dapat dilihat pada ayam dewasa.

50 | DASAR FISIOLOGI TERNAK_FAPERTA_UNTAMA


b. Bentuknya melebar dan terdapat pada bagian akhir usus
halus dan kloaka.
c. Berfungsi mengatur kadar air sisa makanan. didalam usus
besar terdapat bakteri Esecherichia coli yang
membusukan sisa-sisa makanan menjadi feses.
Pembusukan menyebabkan feses lunak dan mudah di
keluarkan.
d. Bagian akhir usus besar (rectum) tidak terjadi lagi
penyerapan air. Rectum dapat berkontraksi sehingga
menimbulkan terjadinya defekasi yaitu pengeluaran zat-
zat sisa makanan melalui anus.
9. Kloaka
a. Kloaka sering disebut common sewer yaitu saluran umum
tempat saluran pencernaan, saluran reproduksi dan
saluran kencing bermuara.
b. Air kencing yang sebagian besar merupakan endapan
asam urat (dalam bentuk pasta berwarna putih)
dikeluarkan melalui kloaka bersama sisa pencernaan atau
tinja.
c. Kloaka berbentuk bulat terletak pada akhir saluran
pencernaan.
10. Organ pencernaan tambahan
Organ-organ tertentu berkaitan erat dengan
pencernaan sebagai saluran sekresi ke dalam saluran
pencernaan. Fungsinya membantu dalam pemprosesan
pakan organ tersebut yaitu pangkreas, lever, kantong
empedu.
a. Pangkreas
Pangkreas terletak di antara duodenal loop pada usus
halus. Pangkreas merupakan suatu kelenjer yang
berfungsi sebagai kelenjer endokrin maupun sebagai
kelenjer eksokrin. Sebagai kelenjer endokrin, pangkreas
mensekresikan hormon insulin dan glukagon. Sementara
sebagai kelenjer eksokrin, pangkreas mensekrsikan cairan
yang diperlukan sebagai proses pencernaan di dalam usus

51 | DASAR FISIOLOGI TERNAK_FAPERTA_UNTAMA


halus, yaitu pencreatic juice. Cairan ini selanjutnya
mengalir kedalam duodenum melalui pancreatic duct
(saluran pangkreas), dimana lima enzim yang kuat
membantu pencernaan pati, lemak, dan protein.
Beberapa enzim dari pangkreas di simpan dan
disekresikan dalam bentuk inaktif dan menjadi aktif pada
saat berada di saluran pencernaan. Tripsinogen adalah
enzim proteolitikyang di aktifkan di dalam usus halus oleh
enterokinase, suatu enzim yang di sekresikan dari mukosa
usus. Tripsinogen di aktifkan menjadi tripsin. Kemudian,
tripsin akan mengaktifkan kimotripsinogenmenjadi
kimotripsin. Enzim yang lainnya-nuklease, lipase dan
amilase-disekresikan dalam bentuk aktif. Beberapa
enzimmembutuhkan kondisi lingkungan optimal untuk
dapat berfungsi.
b. Liver (hati)
Dari perut dan usus halus, sebagian besar pakan yang
diserap masuk ke dalam vena portal menuju hati, suatu
kelenjar terbesar kedalam tubuh. Hati tersusun dari dua
lobi besar.
Fungsi fisiologi hati sebagai beriku:
1. Sekresi empedu.
2. Detoksifikasi persenyawaan racun bagi tubuh.
3. Metabolisme protein, karbohidrat, dan lipida.
4. Penyimpan vitamin.
5. Penyimpan karbohidrat.
6. Destruksi sel-sel darah merah.
7. Pembentukan protein plasma.
8. Inaktifasi hormon polipeptida.

Fungsi utama hati dalam pencernaan dan absorpsi


adalah produksi empedu. Empedu penting dalam proses
penyerapan lemak pakan dan ekskresi limbah produk,
seperti kolesterol dan hasil sampingan degradasi
hemoglobin. Warna kehijauan empedu disebabkan

52 | DASAR FISIOLOGI TERNAK_FAPERTA_UNTAMA


karena produk akhir destruksi sel darah merah, yaitu
biliverdin dan dilirubin.

c. Limfa
Limfa berada di sebelah kiri dan kanan duodenum,
sedikit di atas empedu dan berwarna kemerah-merahan.
Limfa berfungsi membantu memecah sel darah merah
dan sel darah putih.
F. Kesimpulan
Organ dalam pada ternak unggas yaitu organ dalam pada
ternak unggas terdiri dari dua bagian, yaitu alat pencernaan dan
organ tambahan. Alat pencernaan pada ternak unggas terdiri
dari oesophagus, crop, proventikulus, gizzard, duodenum, jejunum,
ilieum, coecum, usus besar, dan kloaka. Adapun organ tambahan
pada ternak unggas terdiri dari hati, pankreas, dan limfa.

53 | DASAR FISIOLOGI TERNAK_FAPERTA_UNTAMA


DAFTAR PUSTAKA

Muljowati, S, dkk. 1999. Dasar Ternak Unggas. Unsoed.Purwokerto.

Sarwomndo.1990. Fisiologi Reproduksi Pada Mamalia dan Unggas.


UGM Press Yogyakarta.

Suprijatna. 2005. Ilmu Dasar Ternak Unggas. Penebar Swadaya. Jakarta.

Sudaryati, 1994. Fisiologi Ternak. Bandung : Widya Padjadjaran. Hal : 163-


190

Yuwanta, T. 2004. Dasar Ternak Unggas. Kanisius, Yogyakarta

54 | DASAR FISIOLOGI TERNAK_FAPERTA_UNTAMA


LAMPIRAN

55 | DASAR FISIOLOGI TERNAK_FAPERTA_UNTAMA


LAPORAN KEGIATAN 6

SISTEM REPRODUKSI

Hari/Tanggal : Rabu, 21 Desember Nilai Paraf


2016

Pukul : 13.00 s/d Selesai

A. Tujuan Praktikum
Untuk mengetahui bagian bagian dari sistem reproduksi dan
fungsi reproduksi yang terjadi.
B. Teori
Unggas merupakan salah satu jenis hewan yang banyak
digemari oleh manusia. Unggas mempunyai berbagai macam jenis
yang dapat menarik perhatian manusia untuk bisa memeliharanya.
Selain itu ada juga yang berusaha untuk dijadikan sebagai hewan
ternak. Unggas berkembang biak dengan bertelur. Telur unggas
mirip telur reptil, hanya cangkangnya lebih keras karena berkapur.
Pada unggas jenis burung seperti burung maleo dan burung gosong,
menimbun telurnya di tanah pasir yang bercampur serasah, tanah
pasir pantai yang panas, atau di dekat sumber air panas. Alih-alih
mengerami, burung-burung ini membiarkan panas alami dari daun-
daun membusuk, panas matahari, atau panas bumi menetaskan
telur-telur itu.
Dalam bereproduksi, Unggas adalah dengan cara bertelur
sehingga pada unggas ini memilki organ reproduksi yang berbeda

56 | DASAR FISIOLOGI TERNAK_FAPERTA_UNTAMA


dengan mamalia. Kelompok unggas merupakan hewan ovipar.
Sehingga tidak memiliki alat kelamin luar. Walaupun demikian,
fertilisasi tetap terjadi di dalam tubuh. Hal ini dilakukan dengan cara
saling menempelkan kloaka.
Pada unggas organ reproduksi jantan berupa testes, epididimis
dan ductus deferens. Sedangkan pada betina terdiri dari satu
ovarium dan satu ovidak. Dari organ reproduksi tersebut maka akan
diketahui fungsi dari masing-masing bagian yang berbeda dengan
yang ada pada mamalia. Oleh karena itu, pembuatan makalah
sederhana ini dibuat untuk menjelaskan tentang system reproduksi
pada unggas.

C. Alat dan Bahan


1. Alat digunakan dalam melakukan nekropsi
1 set alat bedah hewan
Mistar
2. Bahan-bahan praktikum
1 ekor ayam jantan dan betina
Air dingin
Koran
D. Metode/Cara Kerja
1. Lakukan pemeriksaan luar tubuh ayam (kulit, bulu, mata,
telinga, kloaka, jengger, hidung dan lain-lain).
2. Memotong hewandengan cara dekapitas (memotong pada
leher ayam hingga tiga saluran matinya terputus).
3. Basahi bulu agar tidak beterbangan bulu saat melakukan
pembedahan.
4. Letakkan ayam rebah dorsal (terlentang).
5. Fiksasi ayam dengan memotong otot paha kanan dan kiri.
6. Buat senyatan melintang pada abdomen.
7. Buka rongga perut dengan memotong tulang rusuk kanan dan
kiri cranial.
8. Buka rongga dada dengan memotong tulang dada sternum
dan clavikula.
9. Amati letak organ dan identifikasi organ pada rongga dada dan
rongga perut.
10. Lepaskan organ dari rongganya dan lakukan
dokumentasi organ.
11. Catat indentifikasi organ dan jelaskan fungsinya.

57 | DASAR FISIOLOGI TERNAK_FAPERTA_UNTAMA


E. Hasil dan Pembahasan
1. Organ Reproduksi Jantan

ORGAN
NO REPRODU GAMBAR FUNGSI
KSI
1 Fungsi testis
menghasilkan hormon
kelamin jantan disebut
Testis
androgen dan sel gamet
jantan disebut
sperma.
2 Berfungsi sebagai
Epididimi jalannya cairan sperma ke
s arah kaudal
menuju ductus deferens.

3 Mengalirkan sperma
keluar dari tubuh
Saluran
Deferens

58 | DASAR FISIOLOGI TERNAK_FAPERTA_UNTAMA


4 Memproduksi cairan
transparan yang
bercampur dengan
Papila
sperma saat terjadinya
kopulasi

1. Testis
Testis ayam jantan terletak di rongga badan dekat tulang
belakang, melekat pada bagian dorsal dari rongga abdomen
dan dibatasi oleh ligamentum mesorchium, berdekatan
dengan aorta dan vena cava atau di belakang paru-paru
bagian depan dari ginjal. Meskipun dekat dengan rongga
udara, temperatur testis selalu 41C sampai 43C karena
spermatogenesis akan terjadi pada temperatur tersebut.
Testis ayam terbungkus oleh dua lapisan tipis transparan,
lapisan albuginea yang lunak. Bagian dalam dari testis terdiri
atas tubuli seminiferi (85% sampai 95% dari volume testis),
yang merupakan tempat terjadinya spermatogenesis dan
jaringan interstitialyang terdiri atas sel glanduler (sel Leydig)
tempat disekresikannya hormon steroid, androgen, dan
testosteron. Besar testis tergantung pada umur, strain,
musim, dan pakan (Yuwanta,
2004). Spermatozoa menunjukkan bagian ujung kepala yang
panjang diikuti oleh satu ekor yang panjang. pH semen
sekitar 7 sampai 7,4. Volume ejakulasi selama satu kali
perkawinan mencapai 1 ml pada permulaan hari itu dan
berkurang sedikit setelah beberapa kali perkawinan
(Supprijatna et al., 2005).

59 | DASAR FISIOLOGI TERNAK_FAPERTA_UNTAMA


2. Vas Deferens
Vas Deferens (ductus deferens) merupakan sebuah
saluran yang berfungsi mengalirkan sperma keluar dari
tubuh. Masing-masing ductus deferens bermuara ke dalam
sebuah papilla kecil yang bersama berperan sebagai
organ intromittent (Suprijatna et al., 2005). Saluran duktus
deferens dibagi menjadi dua bagian, yaitu bagian atas yang
merupakan muara sperma testis serta bagian bawah yang
merupakan perpanjangan dari saluran epididimis dan
dinamakan saluran deferens. Saluran deferens ini akhirnya
akan bermuara di kloaka pada daerah proktodeum yang
bersebelahan dengan urodeum dan koprodeum. Sperma di
dalam saluran deferens mengalami pemasakan dan
penyimpanan sebelum diejakulasikan. Pemasakan dan
penyimpanan sperma terjadi pada 65% bagian distal saluran
deferens (Yuwanta, 2004).

3. Papilla
Alat kopulasi pada ayam berupa papila (penis ) yang
mengalami rudimenter, kecuali pada itik berbentuk spiral
yang panjangnya 12 sampai 18 cm. Papila memproduksi
cairan transparan yang bercampur dengan sperma saat
terjadinya kopulasi (Yuwanta, 2004).
2. Organ Reproduksi Betina

N ORGAN
GAMBAR FUNGSI
O REPRODUKSI
1 Tempat sintesis hormon
steroid seksual,
gametogenesis, dan
Ovarium
perkembangan serta
pemasakan kuning telur
(folikel).

60 | DASAR FISIOLOGI TERNAK_FAPERTA_UNTAMA


2 Menangkap ovum (yolk)
dan tempat
terjadinya fertilisasi
Infundibulum

3 Membentuk putih telur


( albumen ) yang dihasilkan
oleh infundibulum dan
Magnum oviduct selama 3 4 jam

4 Mensekresikan dua shell


membrane, yaitu membran
Ishmus albumen dan membran
telur.

5 Tempat pembentukan
kerabang telur selama 20
jam.

Uterus

61 | DASAR FISIOLOGI TERNAK_FAPERTA_UNTAMA


6 Di dalam vagina terjadi
pembentukan kutikula.
Telur
melewati vagina dengan
cepat yaitu 3 menit,
kemudian telur dikeluarkan
(oviposition) dan 30 menit
setelah peneluran akan
Vagina
terjadi ovulasi. Telur yang
berada di
dalam vagina dilapisi
oleh mucus. Mucus ini
menyumbat pori kerabang,
dengan demikian
pencemaran bakteri dapat
dihindari.

1. Ovarium
Ovarium merupakan tempat sintesis hormon steroid
seksual, gametogenesis, dan perkembangan serta
pemasakan kuning telur (folikel). Pada
unggas ovarium disebut folikel. Bentuknya seperti buah
anggur dan terletak pada rongga perut berdekatan dengan
ginjal kiri dan bergantung pada ligamentum meso-
ovarium. Menurut Yuwanta (2004), ovarium pada unggas
dinamakan juga folikel. Besar ovarium pada saat ayam
menetas 0,3 gram kemudian mencapai panjang 1,5 cm pada
ayam betina umur 12 minggu dan mempunyai berat 60 gram
pada tiga minggu sebelum dewasa kelamin. Ovarium terbagi
menjadi dua bagian, yaitu cortex pada bagian luar
dan medulla pada bagian dalam. Cortex mengandung folikel
dan pada folikel terdapat sel-sel telur. Jumlah sel telur dapat

62 | DASAR FISIOLOGI TERNAK_FAPERTA_UNTAMA


encapai lebih dari 12000 buah. Namun, sel telur yang mampu
masak hanya beberapa buah saja (pada ayam dara dapat
mencapai jutaan buah). Folikel akan masak pada 9 sampai 10
hari sebelum ovulasi. Karena pengaruh karotenoid pakan
ataupun karotenoid yang tersimoan di tubuh ayam yang tidak
homogen maka penimbunan materi penyusun folikel
menjadikan lapisan konsentris tidak seragam. Proses
pembentukan ovum dinamakan vitelogeni (vitelogenesis),
yang merupakan sintesis asam lemak di hati yang dikontrol
oleh hormon estrogen, kemudian oleh darah diakumulasikan
de ovarium sebagai folikel atau ovum yang
dinamakan yolk (kuning telur). Folikel dikelilingi oleh
pembuluh darah, kecuali pada bagian stigma.
Apabila ovum sudah masak, stigma akan robek sehingga
terjadi ovulasi. Robeknya stigma dikontrol oleh hormon LH.
Menurut Yuwanta (2004), besar ovarium ayam pada saat
ayam menetas 0,39 cm, kemudian mencapai panjang 1,5 cm
pada ayam betina dengan umur 12 minggu dan mempunyai
berat 60 gram pada umur 3 minggu sebelum dewasa
kelamin. Menurut Suprijatna dan Dulatip (2005),
pertumbuhan ovarium terutama terjadi karena adanya
pertumbuhan folikel yang menjadi dewasa (yolk).
Meningkatnya taraf protein ransum mengakibatkan
meningkatnya konsumsi protein sehingga terjadi peningkatan
pertumbuhan ovarium dan folikel. Ayam yang memperoleh
taraf protein tinggi, memiliki ovarium dan oviduk lebih nyata
lebih berat, serta memiliki jumlah folikel dewasa (yellow yolk)
lebih banyak dibandingkan ayam yang memperoleh taraf
protein rendah.

2. Oviduct

63 | DASAR FISIOLOGI TERNAK_FAPERTA_UNTAMA


Oviduct terdiri atas infundibulum, magnum,
isthmus, uterus, vagina, dan kloaka.
a. Infundibulum.
Fungsi infundibulum adalah
menangkap ovum (yolk) dan tempat
terjadinya fertilisasi.
Pada infundibulum terdapat fimbriae yang berfungsi
untuk menangkap ovum yang telah masak dan
kemudian masuk ke lubang ostium abdominale.
Menurut Yuwanta (2004),
panjang infundibulum adalah 9 cm dan fungsi utama
infundibulum adalah menangkap ovum yang masak.
Gabian ini sangat tipis dan mensekresikan sumber
protein yang mengelilingi membrana vitelina. Kuning
telur berada di bagian ini berkisar 15 sampai 30
menit. Perbatasan antara infundibulum dan magnum
dinamakan sarang sorematozoa yang merupakan
terminal akhir dari lalu lintas spermatozoa sebelum
terjadi pembuahan.
Menurut Yuwanta (2004),
panjang infundibulum adalah 9 cm. Menurut
Horhoruw (2012), berat infundibulum adalah 2
sampai 3 gram.
b. Magnum
Magnum merupakan bagian yang terpanjang
dari oviduk (33 cm). Magnum tersusun dari glandula
tubuler yang sangat sensibel. Sintesis dan sekresi
putih telur terjadi di sini. Mukosa
dari magnum tersusun dari el goblet. Sel goblet
mensekresikan putih telur kental dan cair. Kuning
telur berada di magnumuntuk dibungkus dengan
putih telur selama 3,5 jam (Yuwanta, 2004).
Hasil dari praktikum menunjukan data bahwa
panjang magnum pada ayam adalah 24 cm. Menurut

64 | DASAR FISIOLOGI TERNAK_FAPERTA_UNTAMA


Yuwanta (2004), magnum merupakan bagian
terpanjang dari oviduct yaitu 33 cm. Menurut
Horhoruw (2012), berat magnum adalah 22 sampai
27 gram. Terdapat perbedaan antara kisaran normal
dengan data hasil praktikum yaitu
panjang magnum ayam lebih pendek daripada
literatu dari kisaran normal. Hal ini disebabkan oleh
perbedaan umur, faktor genetik, produksi telur yang
telah dihasilkan (Usman, 2010). Faktor genetik sangat
berpengaruh pada panjang magnum (Yuwanta, 2004).
c. Isthmus
Isthmus merupakan tempat pembentukan
kerabang tipis dan tempat terjadi plumping,
kandungan pada masa ini tidak secara lengkap
mengisi membran kerabang dan telur menyerupai
sebuah kantung hanya sebagian terisi air
(Suprijatna et
al., 2005). Isthmus mensekresikan membran
shell atau selaput telur. Panjang
saluran isthmus adalah 10 cm dan telur berada di sini
berkisar 1 jam 15 menit sampai 1,5
jam. Isthmus bagian depan berdekatan
dengan magnum berwarna putih, sedangkan 4 cm
terakhir di isthmus mengandung banyak pembuluh
darah sehingga memberikan warna merah (Yuwanta,
2004).
Berdasarkan hasil praktikum diperoleh
panjang isthmus ayam adalah 7 cm. Menurut Yuwanta
(2004), panjang saluran isthmus adalah 10 cm.
Berdasarkan literatur maka didapatkan bahwa
panjang isthmus ayam berada di bawah kisaran
normal. Perbedaan ini disebabkan karena adanya

65 | DASAR FISIOLOGI TERNAK_FAPERTA_UNTAMA


perbedaan umur, faktor genetik, dan produksi telur
(Rahayu et al., 2011).
d. Uterus
Uterus atau disebut juga glandula kerabang telur,
panjangnya 10 cm. pada bagian ini terjadi dua
fenomena, yaitu hidratasi putih telur atau plumping,
kemudian terbentuk kerabang telur. Warna kerabang
telur yang terdiri atas sel phorphirin akan terbentuk
di bagian ini pada akhir mineralisasi kerabang telur.
Lama mineralisasi antara 20 sampai 21 jam (Yuwanta,
2004). Antara uterus dan vagina terdapat junction
utero vaginal (JUV) atau sperm storage tubule (SST)
sebagai tempat transit dari spermatozoa sebelum
mencapai leher infundibulum (Yuwanta, 2010).
Menurut Yuwanta (2004), kisaran normal
panjang uterus adalah 10 cm. Menurut Horhoruw
(2012), berat uterus ayam adalah 15 sampai 19
gram.
e. Vagina
Di dalam vagina terjadi pembentukan kutikula.
Telur melewati vagina dengan cepat yaitu 3 menit,
kemudian telur dikeluarkan (oviposition) dan 30 menit
setelah peneluran akan terjadi ovulasi (Yuwanta,
2004). Telur yang berada di dalam vagina dilapisi
oleh mucus. Mucus ini menyumbat pori kerabang,
dengan demikian pencemaran bakteri dapat
dihindari.
Menurut Yaman (2010), panjang vagina dapat
mencapai 10 cm. Menurut Horhoruw (2012),
berat vagina ayam adalah 4 sampai 7 gram.

66 | DASAR FISIOLOGI TERNAK_FAPERTA_UNTAMA


F. Kesimpulan
Sistem reproduksi ayam atau unggas yang berkembang baik
adalah sebelah kiri, sedangkan organ sebelah kanan mengalami
rudimenter. Alat reproduksi unggas betina terdiri dari ovarium,
infundibulum, magnum, isthmus, uterus, dan vagina. Perbedaan
ukuran pada saluran reproduksi betina juga disebabakan oleh umur
dan produksi telur. Alat reproduksi ayam jantan terdiri dari
sepasang testis, vas deferens, dan papilla.

67 | DASAR FISIOLOGI TERNAK_FAPERTA_UNTAMA


DAFTAR PUSTAKA

Rahayu, I., Sudaryani T., Santosa H. 2011. Panduan Lengkap Ayam.


Penebar Swadaya. Jakarta.

Suprijatna, E., Atmomarsono, dan R. Kartasudjana. 2005. Ilmu Dasar


Ternak Unggas. Penebar Swadaya. Jakarta.

Yaman, M. Aman. 2010. Ayam Kampung Unggul. Penebar Swadaya.


Jakarta.

Yuwanta, Tri. 2004. Dasar Ternak Unggas. Kanisius. Yogyakarta.

68 | DASAR FISIOLOGI TERNAK_FAPERTA_UNTAMA


LAMPIRAN

69 | DASAR FISIOLOGI TERNAK_FAPERTA_UNTAMA


70 | DASAR FISIOLOGI TERNAK_FAPERTA_UNTAMA

Anda mungkin juga menyukai