Koping PDF
Koping PDF
PUSTAKA
1. Pengertian Abortus
di bawah 20 minggu, atau berat fetus yang lahir 500 gram atau kurang (Chalik,
1998).
minggu atau lebih dan berat janin 500 gram atau lebih.
desidua basalis kemudian diikuti oleh nekrosis jaringan sekitarnya. Hal tersebut
5
Universitas Sumatera Utara
6
Kejadian abortus meningkat pada wanita hamil yang berumur 30 tahun atau 35
tahun, hal ini disebabkan meningkatnya kelainan genetik seperti mutasi dan
pada kehamilan yang selanjutnya akan meningkat (Henderson dan Jones, 2006).
pembentukan plasenta.
berhasil menembus zona pellusida dari ovum akan menghasilkan zigot yang
jumlah sisanya sebagian diakibatkan oleh sebab- sebab yang tidak diketahui dan
keguguran yaitu keguguran yang dikenali dan keguguran yang tidak dikenali.
Keguguran yang dikenali terjadi pada wanita yang telah mengetahui dan
pada wanita yang belum mengetahui dirinya hamil, hal ini dapat terjadi pada
provokatus terbagi ke dalam dua jenis yaitu abortus provokatus terapeutik dan
hasil konsepsi masih berada di dalam uterus, tanpa adanya dilatasi serviks.
Abortus insipiens terjadi perdarahan dari uterus dengan disertai dilatasi serviks
yang meningkat, rasa mules menjadi lebih sering dan kuat, perdarahan bertambah
Abortus servikalis, keluarnya hasil konsepsi dari uterus dihalangi oleh ostium
uteri eksternum yang tidak membuka, sehingga hasil konsepsi terkumpul di dalam
kanalis servikalis dan serviks uteri menjadi lebih besar dengan dinding yang
menipis.
pemeriksaan vaginal, kanalis servikalis terbuka dan jaringan dapat diraba dalam
kavum uteri atau kadang-kadang sudah menonjol dari ostium uteri eksternum,
Perdarahan tidak akan berhenti sebelum sisa hasil konsepsi dikeluarkan. Abortus
Missed Abortion, keadaan dimana janin sudah meninggal, tetapi tetap berada
Abortus Habitualis, abortus spontan yang terjadi 3 kali atau lebih berturut- turut.
Abortus Septik, abortus infeksiosus berat disertai penyebaran kuman atau toksin
dapat dialami individu ketika berpisah dengan sesuatu yang sebelumnya ada, baik
sebagian atau keseluruhan, atau terjadi perubahan dalam hidup sehingga terjadi
oleh setiap individu selama rentang kehidupannya. Setiap individu akan bereaksi
oleh respon individu terhadap kehilangan sebelumnya (Potter dan Perry, 1997).
tiba-tiba atau bertahap. Pengalaman kehilangan bersifat unik bagi setiap individu.
kehilangan suatu aspek diri, dan kehilangan hidup (Potter & Perry, 2005).
mengalami kehilangan yang aktual atau potensial, kehilangan ini dapat berupa
orang, benda, fungsi, status, dan hubungan (Carpenito, 1984 dalam Rothrock,
2000).
emosional yang normal. Hal ini diwujudkan dalam berbagai cara yang unik pada
mengatasi kehilangan dan sistem pendukung yang ada (Sanders, 1998 dalam
Bobak, 2005).
benar-benar terjadi. Reaksi fisik yang terjadi pada tahap ini adalah letih, lemah,
gelisah, dan seringkali individu tidak tahu harus berbuat apa. Tahap marah, pada
diproyeksikan kepada orang lain atau diri sendiri. Orang yang mengalami
orang lain, menolak pengobatan, bahkan menuduh perawat atau dokter tidak
kompeten. Respon fisik antara lain muka merah, denyut nadi cepat, gelisah, susah
Tahap depresi, pada tahap ini individu menunjukkan sikap menarik diri,
keputusasaan, rasa tidak berharga, bahkan bisa muncul keinginan bunuh diri.
Gejala fisik yang ditunjukkan antara lain menolak makan, susah tidur, letih,
reorganisasi perasaan kehilangan. Pikiran yang selalu berpusat pada objek yang
hilang akan mulai berkurang atau hilang. Individu telah menerima kenyataan
objek atau orang yang hilang akan mulai dilepaskan secara bertahap.
Perhatiannya akan beralih pada objek yang baru. Apabila individu dapat
memulai tahap tersebut dan menerima dengan perasaan yang damai, maka dia
kehilangan selanjutnya.
dalam Bobak (2005), tahap berduka dapat diidentifikasi menjadi empat dimensi
berduka, yaitu:
Syok dan hilang rasa, dialami orang tua ketika mereka mengungkapkan perasaan
diinterupsi oleh letupan emosi. Pengambilan keputusan sulit dilakukan pada fase
ini dan fungsi normal menjadi terganggu. Fase ini mendominasi selama 2 minggu
pertama setelah kehilangan. Para orang tua mengatakan bahwa mereka seperti
berada dalam mimpi buruk dan mereka akan bangun dan segala sesuatunya akan
menjadi baik.
bersalah dan mendua (ambiguitas). Dimensi ini merupakan suatu kerinduan akan
sesuatu yang dapat terjadi dan merupakan proses pencarian jawaban mengapa
kehilangan terjadi. Fase ini terjadi saat kehilangan terjadi dan memuncak 2
minggu sampai 4 bulan setelah kehilangan. Orang tua mengatakan bahwa mereka
begitu ingin memeluk bayinya, mereka bangun karena mendengar suara bayi
diidentifikasi saat individu yang berkabung mulai berbalik, dari menguji apa yang
merasa tidak nyaman dengan kondisi fisik dan emosinya yang muncul. Fase ini
orang tua merasa bahwa mereka tidak akan pernah keluar dari rasa kehilangan,
kehilangan pikiran mereka dan merasa nyeri secara fisik. Reorganisasi, terjadi
bila individu yang berduka dapat berfungsi di rumah dan di tempat kerja dengan
lebih baik disertai peningkatan harga diri dan rasa percaya diri. Individu yang
perasaan, perilaku, dan reaksi yang normal terhadap kehilangan seperti kesedihan,
sementara.
Berduka yang rumit, dialami oleh seseorang yang sulit untuk maju ke tahap
kunjung berakhir dan dapat mengancam hubungan individu tersebut dengan orang
lain.
Berduka tertutup, yaitu kedukaan akibat kehilangan yang tidak dapat diakui
secara terbuka.
yaitu:
tetapi masih dapat melakukan kegiatan sehari-hari yang biasa dilakukan meskipun
tidak dengan antusiasme dan energi sebesar sebelum kehilangan. Seseorang yang
mengalami berduka ringan tidak mengalami depresi dan merasa lebih baik seiring
waktu.
Memiliki pikiran bunuh diri terus-menerus, yang hampir menjadi konstan atau
Berhenti pada fase mencari dan merindukan yang terbukti oleh rasa marah yang
Wanita yang mengalami abortus beresiko mengalami depresi 2,5 kali lebih
et al, 1997 dalam Amir, 2005). Depresi merupakan reaksi yang normal bila
berlangsung dalam waktu yang pendek dengan adanya faktor pencetus yang jelas.
Depresi merupakan gejala psikotik bila keluhan individu tidak sesuai lagi dengan
realitas, tidak dapat menilai realitas, dan tidak dapat dimengerti orang lain.
2005) yaitu:
Efek fisik yaitu letih, selera makan hilang, masalah tidur, kurang tenaga, berat
palpitasi, gelisah.
Efek sosial yaitu menarik diri dari aktivitas normal, isolasi (emosi dan fisik) dari
wanita tersebut tidak mengetahui apa yang terjadi pada janinnya dan prosedur
Pada wanita yang mengalami abortus untuk pertama kalinya akan timbul
kekhawatiran bahwa mereka tidak dapat memiliki anak lagi. Rasa marah juga
dapat timbul setelah kehilangan kehamilan. Perasaan ini dapat ditujukan pada diri
tahap tugas individu yang berduka yaitu menerima realitas kehilangan, menerima
kehidupan (reorganisasi).
3. Koping
3.1 Pengertian
masalah, menyesuaikan diri dengan keinginan yang akan dicapai dan respon
terhadap situasi yang menjadi ancaman bagi diri individu (Mustikasari, 2007).
adalah perubahan kognitif dan perilaku secara konstan dalam upaya untuk
Kesehatan fisik, kesehatan merupakan hal yang penting karena selama dalam
usaha mengatasi stres, individu dituntut untuk mengarahkan tenaga yang cukup
besar.
psikologis yang sangat penting, seperti keyakinan akan nasib (eksternal locus of
pada masalah.
altematif tersebut sehubungan dengan hasil yang ingin dicapai dan akhirnya
bertingkah laku dengan cara yang sesuai dengan nilai-nilai sosial yang berlaku di
masyarakat.
kebutuhan
informasi dan emosional pada diri individu yang diberikan oleh orangtua, anggota
Materi, dukungan ini meliputi sumber daya berupa uang, barang, atau layanan
Menurut Lazarus dan Folkman (1985, dalam Keliat, 1999) koping dapat
dikaji dari berbagai aspek, salah satunya adalah aspek psikososial yaitu: Koping
untuk secara realistik menghadapi tuntutan stresor. Tiga tipe umum perilaku yang
berorientasi pada tugas adalah perilaku menyerang, perilaku menarik diri, dan
perilaku kompromi.
Menurut Stuart (2007); Stuart & Sundeen (1995 dalam Mustikasari 2006)
belajar, dan mencapai tujuan. Kategorinya adalah berbicara dengan orang lain,
aktifitas konstruktif.
menghindar.
Respon maladaptif adalah respon kronis dan berulang atau pola respon sesuai
dapat dikategorikan kedalam tiga area yaitu fisik, psikologis, dan sosial. Respon
jenis kelamin, budaya, agama, status sosial ekonomi, cara individu lain di
Faktor Genetik, individu yang dilahirkan dan dibesarkan dalam keluarga dengan
Kesehatan fisik, individu dengan kesehatan fisik yang baik serta pola hidup yang
fisik.
mempunyai riwayat depresi yang ditandai dengan perasaan tidak berdaya dan
Struktur kepribadian, individu dengan konsep diri yang negatif dan perasaan
rendah diri akan menyebabkan berkurangnya rasa percaya diri dan tidak objektif
Adanya stresor perasaan kehilangan, stresor ini dapat berupa stresor yang nyata