Anda di halaman 1dari 56

Surveilans Penyakit Zoonosis

di Provinsi Banten

Dinas Kesehatan Provinsi Banten


Tantangan Kesehatan
 Masih banyak jenis penyakit potensial wabah/ klb di
Indonesia spt : DBD, keracunan makanan, difteri,
campak, rabies, antraks, diare, kolera, malaria, dll (23
jenis penyakit dalam Permenkes 1501/2010) 
cenderung menyebar antar daerah/ Kabupaten/ Provinsi.
 Ancaman penyakit baru “new emerging diseases”
H1N1 Pandemi 2009, H5N1, H7N9, West Nile Virus,
MersCov, Legionella. Ebola
 Mobilisasi Manusia  meningkatkan risiko penyebaran
suatu penyakit  penguatan SE di Port of Entry
 KLB terlambat diketahui  penguatan EWARS/SKDR
Tantangan Kesehatan

 Penyakit –penyakit Infektius : masih menjadi


penyebab utama kematian di negara –
negara berkembang.
 Intensitas interaksi manusia – hewan
meningkatkan kerentanan terhadap
munculnya penyakit zoonosis

 di Kemudian hari : penyakit – penyakit


infeksius baru akan terus bermunculan
 Setiap tahun muncul EID – Trend meningkat
PRIORITAS PENGENDALIAN ZOONOSIS

a. Kementerian Kesehatan
1. FLU BURUNG
2. RABIES
3. ANTRAKS
4. LEPTOSPIROSIS
5. PES
 Kelima penyakit ini masuk ke dalam dapat menimbulkan
Wabah (Permenkes RI No. 1501 /MENKES/ PER/
X/2010 )

b. Perpres no 30, tahun 2011  ttg pengendalian


zoonosis
1. FLU BURUNG
2. RABIES
3. PES
4. ANTRAKS
5. LEPTOSPIROSIS
6. BRUCELLOSIS 4
KENAPA ZOONOSIS PENTING ?

 70% EID (Emerging Infectious Diseases) adalah


zoonosis
 Mortality EID tinggi (50-90%), menyerang otak dan
organ tubuh lainnya.
 Dampak terhadap Perekonomian
 Ancaman terhadap kehidupan, keselamatan umat dan
kesejahteraan manusia
 Batas/sekat wilayah : tidak ada lagi
 Sudah menjadi kebutuhan/tuntutan internasional/
PHEIC
 Ancaman bioterorisme dan bioweapon dari zoonosis
(contoh Antraks)
KONSEP SURVEILANS

KEGIATAN UTAMA ADALAH


ANALISIS & INTERPRETASI

INFORMASI

SUATU SIKAP WASPADA DAN TANGGAP UNTUK SEGERA


MELAKUKAN ACTION
Koordinasi
dan jejaring
Kemampuan kerja
deteksi dini
dan respon

Kapasitas
surveilans
(pengamatan)
penyakit
Sumber Daya Manusia
• Koordinator Surveilans (di Tingkat Provinsi)
• District Surveilans Officer (di Tingkat
Kabupaten / Kota)
• Komda Zoonosis  Koordinator BPBD
• Tim Gerak Cepat (TGC)  SK Ka. Dinkes Prov.
Banten

Sumber Dana Operasional


• Dana HLN : WHO
• APBD
• APBN
Sumber Daya Pendukung (Sarana)
• Surveilans KIT
• Alat Pelindung Diri (APD)
• Kendaraan Operasional
• Form Pelaporan
• Pedoman Kegiatan
• Obat (oseltamivir) dan Serum (VAR)
• WEB..Sistem Kewaspadaan Dini dan
Respon (SKDR)
Peningkatan Kapasitas SDM
• Pelatihan Penyelidikan Epidemiologi KLB
• Pelatihan Penguatan Jejaring Surveilans
• Review Kegiatan Surveilans
• Review District Surveilans Officer (DSO)
• Rapat Koordinasi
• On the Job Training
• Evaluasi Kegiatan Surveilans Epidemiologi
Pusk Pembantu Polindes Poskesdes Pusling Klinik swasta

Pemantauan Mingguan SKD Ketat


PUSKESMAS Penyakit (Form. W-2)
Pemetaan
Daerah Rawan dan
Kelompok Rentan

Laporan Mingguan W-2


Laporan Bulanan STP
Epidemi
Laporan Bulan C-1
Tidak

Ya
Kurir
SMS
Dikirm melalui :
Konfirmasi Epidemi
Penyusunan
Laporan

Tidak
KLB /
Wabah

Laporan W-1 : Ya
Kurir
Telephon

Klarifikasi
Ivestigasi dan
Dinkes Kab/Kota Penanggulangan

Dikirim melalui :
Kurir Dikirim melalui :
SMS & Telp Kurir
Via E-Mail SMS & Telp
Via E-Mail
Dinkes Prop. Banten PUSAT
Poli Rehab Medik

Medikal Record /
Petugas Surveilans Poli Syaraf

Poli Anak

Ruang Perawatan Anak


Laporan :
KDRS
PUSAT
FPPD / W-2 RS Poli & Ruang Perawatan
STP RS lain
Dikirim :
Via E-mail

RUMAH SAKIT
Dinkes Prov.
Banten Dikirim :
SMS
Kurir
Dikirim :
Kurir
Via E-mail

Laporan :
W-2 RS Dinkes Kab / Surveilan Aktif
STP RS Kota
Implementasi SKDR di Puskesmas

Pengamatan penyakit Potensial Wabah /


KLB dilakukan oleh Tingkat Puskesmas
dari seluruh unit Pelayanan yaitu :
 Puskesmas
 Puskesmas Pembantu
 Polindes
 Poskesdes
 Puskesmas Keliling
 Klinik Swasta
Pelaporan SKDR dilakukan dengan pola W-2 mingguan :
 Setiap Puskesmas melakukan pengamatan penyakit
potensial wabah  mengamati adanya Epidemi
 Setiap Kabupaten / kota melakukan Verifikasi Epidemi
yang terjadi pada Puskesmas
 Provinsi melakukan Verifikasi kepada Kab/Kota jika
adanya informasi Epidemi
 Melakukan Penyelidikan Epidemiologi pada Epidemi
yang menjadi KLB
Implementasi SKDR di Puskesmas

Informasi adanya KLB dapat diperoleh dari :


 Hasil pengolahan dan analisis data penyakit potensial
secara mingguan
 Adanya informasi dari masyarakat atau media baik
cetak maupun elektronik
 Adanya informasi Rumor melalui Kementrian
Kesehatan
Jumlah Alert yang Muncul dalam SKDR berbasis WEB
di Prov Banten s/d minggu 40 Tahun 2015

Pertussis 1

Suspek Flu Burung Pada Manusia 1

Suspek Tetanus 4

Acute Flacid Paralysis (AFP) 5

Suspek Difteri 7

Suspek HFMD 9

Suspek Tetanus Neonatorum 19

Gigitan Hewan Penular Rabies 21

Suspek Campak 221


Jumlah Respon pada Alert dalam SKDR berbasis WEB
Di Prov. Banten s/d minggu 40 tahun 2015
200
180
160
140
120
Jumlah

100
80
60
40
20
0
Suspek
Gigitan Suspek Acute Flu
Suspek Hewan Tetanus Suspek Suspek Flacid Suspek Burung Pertussi
Campak Penular Neonat HFMD Difteri Paralysi Tetanus Pada s
Rabies orum s (AFP) Manusi
a
Belum Verifikasi 178 15 16 7 4 4 3 1
Verifiaksi 43 6 3 2 3 1 1 1
Distribusi Alert yang merupakan KLB di Prov. Banten
Minggu ke 1 - 37 Tahun 2015
600

500

400
Jumlah

300

200

100

0
Susp
ILI Gigit Acut Klust
Susp Susp ek Susp
(Pen Susp Diar an e er
Mala Susp Susp ek ek Sind Flu ek
Susp yakit ek e Hew Flaci Susp Susp Peny
Diar Pne ria ek ek HFM Teta rom Buru Meni
ek Seru Dem Berd an d ek ek Pert akit
e moni Konfi Chik Lept D/ nus Jaun ng ngiti
Cam pa am arah/ Pen Para Teta Difte ussis yang
Akut a rmas ungu ospir Flu Neo dice Pad s/En
pak Influ Tifoi Dise ular lysis nus ri tidak
i nya osis Sing nator Akut a ceph
enza d ntri Rabi (AFP diket
apur um Man alitis
) es ) ahui
usia
Jumlah KLB 15 0 0 0 0 0 15 0 40 0 16 0 0 0 0 5 0 0 2 0
Jumlah Alert 550 285 204 200 167 82 15 12 11 8 5 5 4 3 3 3 3 2 2 1
Algoritma Pengendalian Zoonosis

• Algoritma = Pola Pikir = Standar Operasional Prosedur


• Petugas kesehatan perlu mengetahui cara mendiagnosis penyakit,
prosedur pengambilan spesimen, dan alur pelaporan, serta respon jika
terjadi KLB  dibutuhkan algoritma untuk menyamakan persepsi dan
langkah.
• Algoritma untuk deteksi kasus, dan algoritma untuk respons KLB.
• Respon KLB terdiri dari respons tatalaksana kasus, respons kesehatan
masyarakat dan respons pelaporan hasil investigasi KLB. Respon
kesehatan masyarakat bersifat fleksibel dan adaptif bergantung hasil
PE.
• Dilengkapi Definisi Operasional masing-masing kasus dan
panduan/format umum penyelidikan epidemiologi KLB.
Algoritma sindrom INFEKSI SALURAN PERNAFASAN

TERSANGKA TERSANGKA TERSANGKA FLU


PNEUMONIA
PERTUSIS DIFTERI BURUNG

Catat dan Kirim ke Dinkes Kab/Kota

Lakukan rujukan pemeriksaan


Flu Burung :
Pneumonia : Difteri :
Rontgen dada, usap
Rontgen dada Usap Nasofaring
nasofaring

Lakukan Respon KLB


ALGORITMA RESPON KLB FB PADA
MANUSIA
Respons Respons sistem Respons Kesehatan
tatalaksana pelaporan: Masyarakat:
kasus: Penyelidikan epidemiologi
W1
Melakukan pengamatan
Berikan tamiflu Hasil kontak kasus dan kontak
sesuai dosis pemeriksaan unggas positif AI selama 14
Lakukan Rujukan penunjang/lab hari sejak kontak terakhir
pasien ke RS terhadap adanya gejala ILI
Rujukan Flu Burung Bila ada gejala ILI beri tamiflu,
ambil specimen dan rujuk ke
RS
Melakukan Koordinasi
dengan petugas peternakan.
Melakukan Upaya
penyuluhan kepada
masyarakat tentang cara
pencegahan Flu Burung.
Algoritma sindrom jaundis akut
Catat dan Kirim ke Dinkes Kabupaten/Kota

Lakukan rujukan pemeriksaan  Pengambilan Sampel

Kultur darah, Darah lengkap,


Serum darah Darah, Serum
Serum, Urine, RDT Hapusan darah, RDT

HEPATITIS
LEPTOSPIROSIS DEMAM DENGUE MALARIA
A, B, C, D, E

Ikuti Algoritma Diagnosis dan Respon KLB masing-masing

Lakukan Respon KLB


Algoritma TERSANGKA LEPTOSPIROSIS
YA IKTERUS TIDAK

DD/ - Leptospirosis Berat DD/ - Leptospirosis Ringan


- Hepatitis - Viral hemoraghic fever (dengue,
- Malaria (berat) chikungunya, hantaan)
Faktor Risiko (lingkungan, pekerjaan, Faktor Risiko (lingkungan, pekerjaan,
olahraga/aktivitas lain, riwayat bepergian) olahraga/aktivitas lain, riwayat bepergian)
Daerah endemis leptospirosis Daerah endemis leptospirosis

LAPOR KE DINKES KAB/KOTA dan BERIKAN TATA LAKSANA KASUS DI PUSKESMAS

RUJUK KE RUMAH SAKIT


Ambil Spesimen Darah:
Pemeriksaan Lab Rutin
Pemeriksaan Lab Rutin Pemeriksaan Serologi dengan Leptotek / Dridot
Pemeriksaan Kimia Klinis
Pemeriksaan Serologi dengan Leptotek / Dridot
KASUS PROBABLE LEPTOSPIROSIS
KIRIM SAMPEL KE BALITVET BOGOR

MAT (PAIR SERA) dan ISOLASI (+) LEPTOSPIRA

KASUS KONFIRMASI LEPTOSPIROSIS


ALGORITMA RESPON KLB
leptospirosis

Lakukan Respon KLB :


 Penyelidikan epidemiologi : Pencarian kasus
tersangka leptospirosis lainnya
 Pengobatan selektif
 Pengambilan spesimen serum darah tersangka
 Penyuluhan kepada masyarakat tentang sumber dan
pencegahan, dan lain-lain
 Hindari kontak kulit dengan air banjir, mencuci
semua makanan dengan bersih.
 Pengendalian tikus
 APD bagi pekerja berisiko
Algoritma kasus ghpr
Catat dan Kirim ke Dinkes Kab/Kota

Lakukan Respon KLB


Algoritma RESPON kasus ghpr

Respons tatalaksana kasus: Respons sistem Respons Kes. Masyarakat:


• Lakukan pencucian dgn pelaporan: • Penyelidikan
menggunakan sabun dgn air • W1 Epidemiologi
mengalir selama 10-15 menit • Koordinasi dengan Dinas
• Lakukan vaksinasi anti rabies Peternakan
segera setelah gigitan atau • KIE (Komunikasi, Edukasi
pemberian serum anti rabies dan Informasi)
tergantung lokasi dan tingkat • Penyuluhan pentingnya
resiko tinggi vaksinasi hewan
• Obsevasi hewannya 10-14 hari peliharaan.
untuk memastikan hewan • Memberikan vaksinasi
rabies atau tidak. Jika pada hewan peliharaan.
hewannya mati maka kuat • Mengkandangkan hewan
diduga hewan rabies peliharaan
Trend Kasus GHPR di Provinsi Banten
Tahun 2007 - 2014
140

120

100
Jumlah

80

60

40

20

0
2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014
Total 73 108 108 130 33 26 50 76
Distribusi Kasus GHPR
di Provinsi Banten Tahun 2007 - 2014
450
400
350
300
Jumlah

250
200
150
100
50
0
Kab. Kota
Kab. Kab. Kab_Tang Kota Kota
Pandegla Tangeran
Lebak Serang erang Cilegon Serang
ng g
Total 388 134 14 18 28 19 3
450

400
Distribusi Kasus GHPR di Provinsi Banten
350

300
Tahun 2007 - 2014
250
Jumlah

200

150

100

50

0
Kab. Kab_Tanger Kota
Kab. Lebak Kab. Serang Kota Cilegon Kota Serang
Pandeglang ang Tangerang
2014 22 19 1 18 12 3 1
2013 10 8 13 15 4
2012 12 2 12
2011 24 9
2010 58 69 1 2
2009 81 27
2008 108
2007 73
10
20
30
50
60
70
80
90

40

0
Jan
Mart
Mei
Juli
Sept
Nov
Jan
Mart
Mei
Juli
Sept
Nov
Jan
Mart
Mei
Juli
Sept
Nov
Jan
Mart
Mei
Juli
Sept
Nov
Jan
Mart
Mei
Juli
Sept
Nov
Jan
Mart
Mei
Juli
Sept
Nov
Jan
Mart
Mei
Juli
Sept
Nov
Jan
Mart
Mei
Juli
Sept
Nov
Distribusi Kasus GHPR menurut Kel. Umur
di Provinsi Banten Tahun 2007 - 2014
180
160
140
120
Jumlah

100
80
60
40
20
0
1-4 5-9 10 - 14 15 - 19 20 - 40 41 - 44 45 - 59 >= 60
< 1 Th
Th Th Th Th Th Th Th Th
Total 4 57 152 67 30 162 14 70 48
Lokasi Gigitan HPR di Provinsi Banten
Tahun 2007 - 2014

Tangan; Badan; 27; Kepala; 24;


5% 4%
104; 17%

Kaki; 449;
74%
Jenis Hewan Penular Rabies
di Provinsi Banten Tahun 2007 - 2014
Kucing; 14;
2,3%
Kera; 21; 3,5%

Anjing; 569;
94,2%
Trens Kasus ILI di Provinsi Banten
Tahun 2005 - Maret 2015
90000
80000
70000
60000
50000
Jumlah

40000
30000
20000
10000
0
Maret
2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014
'15
ILI 0 0 0 119 146 2295 204 6575 24662 81116 47
Distribusi Kasus FB di Prov. Banten
Tahun 2005 - Maret 2015
400

350

300

250
Jumlah

200

150

100

50

0
Maret'
2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 Total
15
Konfirm 6 3 11 9 1 1 0 1 0 0 2 34
Negatif 16 18 40 39 109 24 28 23 16 2 1 316
CFR Kasus FB di Provinsi Banten
Tahun 2005 - Maret 2015
40 102,0
35 100,0

30 98,0
96,0
25
Jumlah

94,0
20
92,0
15
90,0
10 88,0
5 86,0
0 84,0
Kab. Kota
Kota Cilegon Kota Tangsel Provinsi
Tangerang Tangerang
P 20 1 11 2 34
M 18 1 10 2 31
CFR (%) 90,0 100,0 90,9 100,0 91,2
CFR Kasus Leptospirosis di Prov Banten
Tahun 2013
12 35,0

10 30,0
25,0
8
Jumlah

20,0
6
15,0
4
10,0
2 5,0
0 0,0
Kab. Tangerang Kota Tangerang Provinsi
P 9 1 10
M 3 0 3
CFR (%) 33,3 0,0 30,0
CFR Kasus Leptospirosis
di Prov. Banten Tahun 2014
12 60,0

10 50,0

8 40,0
Jumlah

6 30,0

4 20,0

2 10,0

0 0,0
Kab. Tangerang Kota Tangerang Provinsi
P 8 2 10
M 2 1 3
CFR (%) 25,0 50,0 30,0
CFR Kasus Leptospirosis di Prov Banten
Tahun 2013
2,5 120

100
2

80
1,5
Jumlah

60

1
40

0,5
20

0 0
Patrasa Sukam Tipar Kanda PakuHa Sukam Jatiwar Larang
Cijeruk
na ulya Raya wati ji urni ingin an.
P 1 1 1 2 1 1 1 1 1
M 0 1 0 0 0 1 0 1 0
CFR (%) 0 100 0 0 0 100 0 100 0
CFR Kasus Leptospirosis di Prov. Banten
Tahun 2014
12 120,0

10 100,0

8 80,0
Jumlah

6 60,0

4 40,0

2 20,0

0 0,0
Tangera Neglasa
Kronjo Kemiri Jayanti Kronjo Jambe Prov
ng. ri
P 3 1 2 1 1 1 1 10
M 1 0 1 0 0 0 1 3
CFR (%) 33,3 0,0 50,0 0,0 0,0 0,0 100,0 30,0
Proporsi Kasus Menurut Kel. Umur
di Prov Banten Tahun 2014
60-69 ; 1; 9%

45 - 54; 4; 36%
20 - 44 ; 6; 55%
Pemakaman Kasus FB Konfirm (an. Mustang)
Di Sindang Resmi – Pandeglang - Banten

PETUGAS MENURUNKAN JENASAH LOKASI PEMAKAMAN DI DESA SINDANG


DG MENGGUNAKAN APD LENGKAP RESMI, KAB.PANDEGLANG,BANTEN
Kendala dan Hambatan
• Pengendalian Zoonosis seperti Rabies Canter
yang ditunjuk belum berjalan maksimal
• Tidak semua Hewan yang menggigit diperiksa
secara Laboratorium  Dinas Peternakan
• Pengetahuan masyarakat masih kurang mengenai
Pengendalian Zoonosis
• Persediaan sarana pendukung pengendalian
seperti VAR dan SAR terbatas
• Komda Zoonosis keberadaanya belum maksimal
Upaya Pengendalian Zoonosis
• Upaya persedian dan Distribusi sarana
penunjang pengendalian seperti Vaksin Anti
Rabies (VAR)
• Pelacakan Kasus Zoonosis
• Review dan evaluasi pengendalian Zoonosis
yang terintegrasi
• Pelaporan Zoonosis
• Koordinasi pengendalian Zoonosis dengan
lintas sektor yang terkait

Anda mungkin juga menyukai