Anda di halaman 1dari 7

KERANGKA ACUAN KEGIATAN

PELACAKAN KASUS POTENSIAL KLB


UPT PUSKESMAS JAKENAN

PEMERINTAH KABUPATEN PATI


DINAS KESEHATAN
UPT PUSKESMAS JAKENAN
Jl. Jakenan – Jaken Km. 1 Kode Pos 59182
No.Telp. (0295) 4749004 email : pkmjakenan@gmail.com
LEMBAR PENGESAHAN

PELACAKAN KASUS
POTENSIAL KLB
No.Dokumen :

No. Revisi :0
KAK
Tanggal Terbit :

Halaman : 1-

UPT
Dr. Ali Muslihin, MM
Puskesmas
NIP.19670804 200212 1 005
Jakenan
KERANGKA ACUAN KEGIATAN
PELACAKAN KASUS POTENSIAL KLB

A. Pendahuluan
Kejadian Luar Biasa (KLB) adalah salah satu status yang diterapkan di Indonesia
untuk mengklasifikasikan peristiwa merebaknya suatu wabah penyakit.
Status Kejadian Luar Biasa diatur oleh Peraturan Menteri Kesehatan RI No.
949/MENKES/SK/VII/2004. Kejadian Luar Biasa dijelaskan sebagai timbulnya atau
meningkatnya kejadian kesakitan atau kematian yang bermakna secara epidemiologis
pada suatu daerah dalam kurun waktu tertentu.
Berdasarkan Undang-undang No. 4 tahun 1984 tentang wabah penyakit menular
serta Peraturan Menteri Kesehatan No. 560 tahun 1989, maka penyakit DBD harus
dilaporkan segera dalam waktu kurang dari 24 jam. Undang-undang No. 4 tahun 1984
juga menyebutkan bahwa wabah adalah kejadian berjangkitnya suatu penyakit menular
dalam masyarakat, yang jumlah penderita nyameningkat secara nyata melebihi dari
keadaan yang lazim pada waktu dan daerah tertentu serta dapat menimbulkan
malapetaka. Dalam rangka mengantisipasi wabah secarad ini, dikembangkan istilah
kejadian luar biasa (KLB) sebagai pemantauan lebih dini terhadap kejadian wabah.
Tetapi kelemahan dari system ini adalah penentuan penyakit didasarkan atas hasil
pemeriksaan klinik laboratorium sehingga seringkali KLB terlambat diantisipasi
(Sidemen A., 2003).
Badan Litbangkes berkerjasama dengan Namru telah mengembangkan suatu
system surveilans dengan menggunakan teknologi informasi (computerize) yang disebut
dengan Early Warning Outbreak Recognition System (EWORS). EWORS adalah suatu
system jaringan informasi yang menggunakan internet yang bertujuan untuk
menyampaikan berita adanya kejadian luar biasa pada suatu daerah di seluruh Indonesia
kepusat EWORS secara cepat (BadanLitbangkes, Depkes RI). Melalui system ini
peningkatan dan penyebaran kasus dapat diketahui dengan cepat, sehingga tindakan
penanggulangan penyakit dapat dilakukan sedini mungkin. Dalam masalah DBD kali ini
EWORS telah berperan dalam hal menginformasikan data kasus DBD dari segi jumlah,
gejala/karakteristik penyakit, tempat/lokasi, dan waktu kejadian dari seluruh rumah sakit
DATI II di Indonesia (Sidemen A., 2003).
Kejadian Luar Biasa (KLB) yaitu munculnya penyakit di luar kebiasaan (base line
condition) yang terjadi dalam waktu relatif singkat serta memerlukan upaya
penanggulangan secepat mungkin, karena dikhawatirkan akan meluas, baik dari segi
jumlah kasus maupun wilayah yang terkena persebaran penyakit tersebut. Kejadian luar
biasa juga disebut sebagai peningkatan kejadian kasus penyakit yang lebih banyak
daripada eksternal normal di suatu area atau kelompok tertentu, selama suatu periode
tertentu. Informasi tentang potensi KLB biasanya datang dari sumber-sumber
masyarakat, yaitu laporan pasien (kasus indeks), keluarga pasien, kader kesehatan, atau
warga masyarakat. Tetapi informasi tentang potensi KLB bisa juga berasal dari petugas
kesehatan, hasil analisis atau surveilans, laporan kematian, laporan hasil pemeriksaan
laboratorium, atau media lokal (Tamher. 2004).

B. Latar Belakang
Indonesia merupakan Negara yang masih memiliki angka kejadian luar biasa
(KLB) penyakit menular dan keracunan yang cukup tinggi. Kondisi ini menyebabkan
perlunya peningkatan sistem kewaspadaan dini dan respon terhadap KLB tersebut
dengan langkah-langkah yang terprogram dan akurat, sehingga proses
penanggulangannya menjadi lebih cepat dan akurat pula. Untuk dapat mewujudkan
respon KLB yang cepat, diperlukan bekal pengetahuan dan keterampilan yang cukup
dari para petugas yang diterjunkan ke lapangan. Kenyataan tersebut mendorong
kebutuhan para petugas di lapangan untuk memiliki pedoman penyelidikan dan
penanggulangan KLB yang terstruktur, sehingga memudahkan kinerja para petugas
mengambil langkah-langkah dalam rangka melakukan respon KLB.
Dewasa ini kejadian wabah penyakit sudah merupakan masalah global, sehingga
mendapat perhatian utama dalam penetapan kebijakan kesehatan masyarakat. Letusan
penyakit akibat pangan (foodborne disease) dan kejadian wabah penyakit lainnya terjadi
tidak hanya di berbagai negara berkembang dimana kondisi sanitasi dan higiene
umumnya buruk, tetapi juga di negara-negara maju. Oleh karena itu disiplin ilmu
epidemiologi berupaya menganalisis sifat dan penyebaran berbagai masalah kesehatan
dalam suatu penduduk tertentu serta mempelajari sebab timbulnya masalah dan
gangguan kesehatan tersebut untuk tujuan pencegahan maupun penanggulangannya.
Peristiwa bertambahnya penderita atau kematian yang disebabkan oleh suatu
penyakit di wilayah tertentu, kadang-kadang dapat merupakan kejadian yang
mengejutkan dan membuat panik masyarakat di wilayah itu. Secara umum kejadian ini
kita sebut sebagai Kejadian Luar Biasa (KLB), sedangkan yang dimaksud dengan
penyakit adalah semua penyakit menular yang dapat menimbulkan KLB, penyakit yang
disebabkan oleh keracunan makanan dan keracunan lainnya. Penderita atau yang
beresiko penyakit dapat menimbulkan KLB dapat diketahui jika dilakukan pengamatan
yang merupakan semua kegiatan yang dilakukan secara teratur, teliti dan terus-menerus,
meliputi pengumpulan, pengolahan, analisa/interpretasi, penyajian data dan pelaporan.
Apabila hasil pengamatan menunjukkan adanya tersangka KLB, maka perlu dilakukan
penyelidikan epidemiologis yaitu semua kegiatan yang dilakukan untuk mengenal sifat-
sifat penyebab dan faktor-faktor yang dapat mempengaruhi terjadinya dan
penyebarluasan KLB tersebut di samping tindakan penanggulangan seperlunya. Hasil
penyelidikan epidemiologis mengarahkan langkah-langkah yang harus dilakukan dalam
upaya penanggulangan KLB. Upaya penanggulangan ini meliputi pencegahan
penyebaran KLB, termasuk pengawasan usaha pencegahan tersebut dan pemberantasan
penyakitnya. Upaya penanggulangan KLB yang direncanakan dengan cermat dan
dilaksanakan oleh semua pihak yang terkait secara terkoordinasi dapat menghentikan
atau membatasi penyebarluasan KLB sehingga tidak berkembang menjadi suatu wabah
(Efendy Ferry, 2009).
Pelaksanaan pelacakan kasus KLB di puskesmas Jakenan menggunakan tata
nilai PESAT (Profesional, Edukatif, Sensitif, Aplikatif, Transparansi).

C. Tujuan Umum dan Tujuan Khusus


1. Tujuan Umum
Memantau dan mendata kejadian potensial KLB
2. Tujuan Khusus
a. Mendapatkan data jumlah KLB yang terjadi di suatu wilayah
b. Menurunkan angka KLB
c. Mengantisipasi atau melakukan pencegahan untuk meminimalisir KLB

D. Kegiatan Pokok dan Rincian Kegiatan


1. Mengadakan koordinasi dengan pihak sekolah.
2. Memberikan imunisasi campak dan DT pada anak SD kelas 1.
3. Memberikan imunisasi Td pada anak SD kelas 2 dan 3.

E. Cara Melaksanakan Kegiatan


Proses pelacakan kasus potensial KLB meliputi:
Persiapan:
1. Pendataan jumlah kasus
2. mempersiapkan alat
Pelaksanaan:
1. Kunjungan
2. Pelayanan kesehatan
3. Laporan

F. Sasaran
22 kasus di desa potensial KLB

G. Jadwal Pelaksanaan Kegiatan


N 2017
Kegiatan Biaya
o 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
1 pelacakan V V V V V V V V V o Transport Petugas
kasus 22 kss x 2 or x 1 kl
potensial x Rp 90,000 = Rp
KLB 3,960,000

H. Peran Lintas Sektoral dan Lintas Program


1. Lintas Sektoral
a. ....
b. ....
2. Lintas Program
a. ....
b. ....

I. Evaluasi Pelaksanaan Kegiatan dan Pelaporan


Pelaksanaan kegiatan dilakukan pada bulan ke 2-10, dengan penanggungjawab
petugas pengendalian penyakit. Kegiatan dilakukan di desa Potensial KLB.

J. Pencatatan, Pelaporan, dan Evaluasi Kegiatan


Evaluasi Pelaksanaan Kegiatan dan Laporan dilakukan melalui pencatatan dan
laporan yang sesuai dengan format/ juknis yang sudah ditentukan. Pencatatan juga
dilaksanakan untuk melihat keberhasilan kegiatan, dengan menggunakan format
pencatatan kegiatan kesehatan lingkungan untuk memantau kemajuan kegiatan.
Hasil pelaksanaaan konsultasi ahli di catat dalam beberapa instrumen :
1. Dilaporkan dalam bentuk soft file
2. hardcopy
3. foto bukti hasil kegiatan

MENGETAHUI
KEPALA PUSKESMAS JAKENAN KETUA UKM
Dr. Ali Muslihin, MM Setiyo Rini Wahyuningtias,S.Gz
NIP.19670804 200212 1 005 NIP. 19770623 200012 2 002

Anda mungkin juga menyukai