Anda di halaman 1dari 11

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Demam berdarah adalah penyakit akut yang disebabkan oleh virus dengue, yang
ditularkan oleh nyamuk.Penyakit ini ditemukan di daerah tropis dan sub tropis,dan menjangkit
luas di banyak negara di Asia Tenggara.Terdapat empat jenis virus dengue masing-masing dapat
menyebabkan demam berdarah baik ringan maupun berat.Demam berdarah yang lebih fatal
ditandai dengan demam tinggi yang bisa mencapai suhu 40-410C selama dua sampai tujuh hari
,wajah kemerahan dan gejala lainnya yang menyertai demam berdarah ringan.Berikutnya dapat
muncul kecenderungan pendarahan,seperti memar,hidung dan gusi berdarah,dan juga
pendarahan dalam tubuh.Pada kasus yang sangat parah,mungkin berlanjut pada kegagalan
saluran pernapasan,shock dan kematian.

Demam berdarah dengue merupakan salah satu faktor utama yang mempengaruhi derajat
kesehatan masyarakat.Dengan demikian upaya promosi kesehatan pada prinsipnya terarah pada
proses perubahan perilaku individu,keluarga,kelompok serta masyarakat umum,agar mau dan
mampu berperilaku hidup bersih dan sehat. Oleh sebab itu dalam rangka menigkatkan mutu
pelayanan upaya pemberantasan penyakit demam berdarah di Pusksemas melakukan pencegahan
penyebaran penyakit demam berdarah hal ini dimaksudkan sebagai strategi acuan bagi pengelola
program DBD dalam melakukan peningkatan kualitas dan pengembangan pelayanan Puskesmas.

B. TUJUAN PEDOMAN :

1. TUJUAN UMUM

a.Sebagai pedoman petugas dalam merencanakan dan melaksanakan upaya


pemberantasan penyakit DBD di Puskesmas.b.Sebagai pedoman petugas dalam membangun tim
dan menetapkan strategi upaya pemberantasan penyakit DBD.

2. TUJUAN KHUSUS

a.Meningkatkan persentase kabupaten/kota yang mencapai angka kesakitan DBD kurang


dari atau sama dengan 49 per 100.000 penduduk.b.Menurunkan angka kematian DBD menjadi
kurang dari 1%..c.Membatasi penulran DBD dengan mengendalikan populasi vektor sehingga
Angka Bebas Jentik diatas atau sama dengan 95%.

C. SASARAN PEDOMAN

1.Seluruh masyarakat yang menderita DBD.2.Penanggungjawab program dan pelaksana


program.3.Lintas program dan lintas sektor.

D. RUANG LINGKUP PEDOMAN

Penyakit Demam Berdarah Dengue meliputi :

1. Kegiatan Pemberantasan penyakit DBD di dalam gedung Puskesmas adalah:

1
-Melakukan pemeriksaan fisik pasien dan pemeriksaan laboratorium.

-Membuat surat rujukan

-Pencatatan dan pelaporan Kegiatan pemberantasan penyakit DBD di luar gedung


Puskesmas adalah: 1.Penyelidikan Epidemiologi 2.Penyuluhan kepada masyarakat dan anak
sekolah.3.Foging fokus

E. BATASAN OPERASIONAL

Batasan Operasional Upaya pemberantasan penyakit DBD di Puskesmas adalah

1.Penemuan kasus secara dini atau pelacakan kasus di masyarakat adalah:pemeriksaan


epidemiologi (PE) untuk memeriksa jentik nyamuk di rumah penderita DBD dan di 20 rumah
sekitar penderita.

2.Penyuluhan kesehatan DBD

Dikenal dengan istilah lain pendidikan kesehatan atau sekarang sering disebut KIE
(Komunikasi,Informasi dan Edukasi).

3.Pemeriksaan Jentik Berkala adalah jumlah rumah yang dilakukan pemeriksaan secara
acak dan berkala dalam kurun waktu tertentu( 3 bulan) di wilayah kerjanya

4.Angka Bebas Jentik adalah jumlah yang bebas jentik dibandingkan dengan jumlah
rumah yang diperiksa dalam periode yang sama di wilayah kerja Puskesmas

5.Penderita DBD ditangani adalah jumlah kasus DBD yang ditemukan berdasarkan kriteria
WHO dan ditangani sesuai standart tatalaksana

6.Cakupan PE kasus DBD adalah kegiatan penyelidikan epidemiologi yang dilakukan


terhadap setiap kasus DBD di wilayah kerja puskesmas meliputi kegiatan pemeriksaan
jentik,pencarian kasus DBD yang lain serta menentukan tindakan penanggulangan fokus
selanjutnya.

7.Pelaksanaan penaggulangan fokus adalah pelaksanaan kegiatan penanggulangan fokus di


lokasi penerita DBD untuk mencegah penularan lebih lanjut.Meliputi kegiatan penyuluhan PSN
dan bila perlu foging fokus

BAB II

STANDAR KETENAGAAN

A. KUALIFIKASI SUMBER DAYA MANUSIA

Pemantauan dan penilaian upaya pemberantasan penyakit DBD Penanggungjawab upaya dan
pelaksanaan upaya pemberantasan penyakit DBD merupakan tenaga kesehatan yang memiliki
persyaratan kompetensi sebagai berikut :

SDM Kompetensi Ijazah Kompetensi Tambahan


Penanggung Jawab Upaya D3 Kebidanan
Pemberantasan penyakit DBD

B. DISTRIBUSI KETENAGAAN

2
Semua karyawan Puskesmas wajib berpartisipasi dalam kegiatan pemberantasan penyakit
DBD mulai Kepala Puskesmas ,penanggung jawab UKP, penanggung jawab UKM dan
seluruh karyawan.Sebagai koordinator dalam penyelenggaraan kegiatan promosi kesehatan di
puskesmas adalah petugas DBD.

1. Uraian Tugas
- Tenaga penyelenggara / koordinator P2 DBD bertugas:
a. Menyusun rencana kerja dan kebijakan pelayanan kesehatan P2 DBD
b. Menentukan pola dan tata cara kerja
c. Memimpin pelaksanaan kegiatan pelayanan kesehatan P2 DBD
d. Merencanakan, melaksanakan, mengevaluasi, kegiatan untuk mencapai pelayanan
kesehatan P2 DBD yang bermutu
e. Melaksanakan dan memberikan upaya pelayanan dengan penuh tanggung jawab
sesuai keahlian dan kewenangan serta sesuai dengan standar profesi dan peraturan
perundangan yang berlaku
f. Melakukan penyuluhan kesehatan dengan pendekatan promotif dan preventif
g. Melaksanakan tugas dinas lainnya yang diberikan oleh atasan

- Pendidikan dan Pelatihan


Untuk meningkatkan kualitas SDM maka pimpinan Puskesmas perlu memberikan
kesempatan untuk dapat mengikuti pendidikan dan pelatihan

C. JADWAL KEGIATAN

Pengaturan kegiatan upaya kesehatan dilakukan bersama oleh para pemegang program
dalam kegiatan lokakarya mini bulanan maupun tri bulanan/ lintas sektor dengan
persetujuan kepala Puskesmas Plandaan.

3
BAB III

STANDAR FASILITAS

A. DENAH RUANG

B. STANDAR FASILITAS

1.Set alat kesehatan :

-Tensimeter dan stetoskop

-Termometer

-Timbangan

4
-Tinggi badan

-Senter

2.Set peralatan PE

-Termometer

-Tensimeter

-Senter

-Larvasida

-Form PE

3.Set alat perlengkapan foging

-Alat foging

-Abate

4.Perlengkapan kantor

-Computer

-Leaflet,Poster

-Lemari arsip,meja kursi

5.Pencatatan dan pelaporan

-Buku Register DBD

-Formulir dan surat keterangan lain

BAB IV

TATALAKSANA PELAYANAN

A. LINGKUP KEGIATAN

1. Pemeriksaan kesehatan: Anamnese keluhan pasien


Pemeriksaan fisik/tanda dan gejala
Pemeriksaan Laboratorium

Tatalaksana (pengobatan dan perawatan)

2.Melakukan rujukan kasus DBD yang tidak bisa ditangani di puskesamas


3.Pelayanan konseling.4.Melakukan pencatatan dan pelaporan kegiatan.5.Melakukan pelacakan
kasus.6.Penyuluhan pada masyarakat dan sekolah.7.Foging fokus B.METODE Srategi upaya
pemberantasan upaya penyakit DBD merupakan cara bagaimana dalam melaksanakan upaya
kesehatan DBD secara utuh yang meliputi: 1.Profesional 2.Transparasi 3.Disiplin dan
Tanggung Jawab 4.Kerjasama

C. LANGKAH KEGIATAN

1. Perencanaan ( P1 ) Secara rinci uraian ruang lingkup kegiatan perencanaan


penyakit DBD yaitu: a..Kajian perilaku tentang masalah kesehatan yang

5
dilakukan oleh lintas program di puskesmas.b..Lokakaryamini di puskesmas yang
membahas DBD yang terintregsi dengan lintas program dan lintas
sektor.cKomunikasi,informasi dan edukasi tentang kesehatan di
masyarakat,melalui kegiatan di dalam gedung dan di luar gedung.d.Advokasi
kesehatan pada pengambil keputusan di tingkat desa dan kecamatan untuk
mendapatkan dukungan kebijakan .e.Pengembangan dan pembinaan berbagai
jenis upaya kesehatan bersumberdaya masyarakat(UKBM) di tingkat desa.
2. Penyusunan Rencana Usulan Kegiatan (RUK)
3. Penyusunan Rencana Pelaksanan Kegiatan (RPK)
4. Penilaian dan Pengembangan Penilaian kegiatan dilakukan dengan : a.
Memanfaatkan data hasil pencatatan dan pelaporan rutin atau berkala, yang
meliputi aspek masukan, proses, dan luaran. b. Pengamatan langsung terhadap
pelaksanaan kegiatan pelayanan untuk mengetahui kemajuan dan hambatan yang
ada. c. Study atau penelitian kusus untuk mengetahui kegiatan yang sudah
dilakukan. Pengembangan kegiatan yang dilakukan : a. Peningkatan mutu
pelayanan meliputi fasilitas, teknologi, tenaga, peningkatan suvervisi, pelatihan
dan penggalangan peran serta masyarakat serta pemanfaatan sumberdaya. b.
Memperluas jangkauan pelayanan, menambah jenis pelayanan ,dan jumlah tenaga
pelaksana.

BAB V

LOGISTIK

A.Managemen Logistik

6
Penanggung jawab upaya merencanakan logistik kebutuhan kegiatan meliputi
jenis dan jumlah yang diperlukan.Di dalam merencanakan logistik penanggung jawab bisa
merencanakan bersama-sama dengan pelaksana upaya dan diusulkan pada tim perencana
Puskesmas.

B.Jenis-jenis Logistik

1.Alat tulis 3.Bahan habis pakai

2.Alat kesehatan 4.Materi kegiatan: brosur,leaflet.lembar balik,

Prosedur pengadaan barang dilakukan oleh koordinator berkoordinasi dengan petugas


pengelola barang dan dibahas dalam pertemuan mini lokakarya Puskesmas untuk mendapatkan
persetujuan Kepala Puskesmas. Sedangkan dana yang dibutuhkan untuk pelaksanaan kegiatan
direncanakan oleh koordinator berkoordinasi dengan bendahara puskesmas dan dibahas dalam
kegiatan mini lokakarya puskesmas untuk selanjutnya dibuat perencanaan kegiatan ( POA – Plan
Of Action).

BAB VI

KESELAMATAN SASARAN PROGRAM

Setiap kegiatan yang dilakukan pasti akan menimbulkan resiko atau dampak, baik resiko
yang terjadi pada masyarakat sebagai sasaran kegiatan maupun resiko yang terjadi padapetugas
sebagai pelaksana kegiatan. Keselamatan pada sasaran harus diperhatikan karena masyarakat

7
tidak hanya menjadi sasaran satu kegiatan saja melainkan menjadi sasaran banyak program
kesehatan lainnya. Tahapan – tahapan dalam mengelola keselamatan sasaran antara lain :

1. Identifikasi Resiko. Penanggungjawab program sebelum melaksanakan kegiatan


harus mengidentifikasi resiko terhadap segala kemungkinan yang dapat terjadi
pada saat pelaksanaan kegiatan. Identifikasi resiko atau dampak dari pelaksanaan
kegiatan dimulai sejak membuat perencanaan. Hal ini dilakukan untuk
meminimalisasi dampak yang ditimbulkan dari pelaksanaan kegiatan. Upaya
pencegahan risiko terhadap sasaran harus dilakukan untuk tiap-tiap kegiatan yang
akan dilaksanakan.
2. Analisis Resiko. Tahap selanjutnya adalah petugas melakukan analisis terhadap
resiko atau dampak dari pelaksanaan kegiatan yang sudah diidentifikasi. Hal ini
perlu dilakukan untuk menentukan langkah-langkah yang akan diambil dalam
menangani resiko yang terjadi.
3. Rencana Pencegahan Resiko dan Meminimalisasi Resiko. Setelah dilakukan
identifikasi dan analisis resiko, tahap selanjutnya adalah menentukan rencana
yang akan dilakukan untuk mencegah terjadinya resiko atau dampak yang
mungkin terjadi. Hal ini perlu dilakukan untuk mencegah atau meminimalkan
resiko yang mungkin terjadi.
4. Tahap selanjutnya adalah membuat rencana tindakan yang akan dilakukan untuk
mengatasi resiko atau dampak yang ditimbulkan oleh kegiatan yang dilakukan.
Hal ini perlu dilakukan untuk menentukan langkah yang tepat dalam mengatasi
resiko atau dampak yang terjadi.
5. Monitoring dan Evaluasi. Monitoring adalah penilaian yang dilakukan selama
pelaksanaan kegiatan sedang berjalan

Resiko yang mungkin terjadi pada sarana pelayanan upaya Pemberantasan


penyakit DBD adalah:

1.Resiko yang terkait dengan pelayana sasaran/pasien

2.Resiko yang terkait dengan sarana dan prasarana

3.Resiko financial

4.Resiko lain(misalnya yang terkait dengan penggunaan kendaran/alat


tranportasi,misalnya ambulans,sepeda motor dsb)

BAB VII

KESELAMATAN KERJA

8
Keselamatan kerja atau Occupational Safety, dalam istilah sehari-hari sering disebut
Safety saja, secara filosofi diartikan sebagai suatu pemikiran dan upaya untuk menjamin
keutuhan dan kesempurnaan baik jasmaniah maupun rohaniah petugas dan hasil kegiatannya.
Dari segi keilmuan diartikan sebagai suatu pengetahuan dan penerapannya dalam usaha
mencegah kemungkinan terjadinya kecelakaan dan penyakit akibat pekerjaan atau kegiatan yang
dilakukan. Keselamatan kerja merupakan rangkaian usaha untuk menciptakan suasana kerja yang
aman, kondisi keselamatan yang bebas dari resiko kecelakaan dan kerusakan serta penurunan
kesehatan akibat dampak dari pekerjaan yang dilakukan, bagi petugas pelaksana dan petugas
terkait. Keselamatan kerja disini lebih terkait pada perlindungan fisik petugas terhadap resiko
pekerjaan. Dalam penjelasan undang-undang nomor 23 tahun 1992 tentang kesehatan telah
mengamanatkan antara lain, setiap tempat kerja harus melaksanakan upaya kesehatan kerja, agar
tidak terjadi gangguan kesehatan pada pekerja, keluarga, masyarakat dan lingkungan sekitarnya.
Seiring dengan kemajuan Ilmu dan tekhnologi, khususnya sarana dan prasarana kesehatan, maka
resiko yang dihadapi petugas kesehatan semakin meningkat. Petugas kesehatan merupakan orang
pertama yang terpajan terhadap masalah kesehatan, untuk itu`semua petugas kesehatan harus
mendapat pelatihan tentang kebersihan, epidemiologi dan desinfeksi. Sebelum bekerja dilakukan
pemeriksaan kesehatan untuk memastikan kondisi tubuh yang sehat. Menggunakan desinfektan
yang sesuai dan dengan cara yang benar, mengelola limbah infeksius dengan benar dan harus
menggunakan alat pelindung diri yang benar.

Tujuan Keselamatan Kerja

1.Meningkatnya kemampuan tenaga puskesmas memecahkan masalah kesehatan kerja di


wilayah kerja puskesmas.Teridentifikasinya permasalahan kesehatan kerja di lingkungan
Puskesmas.

2.Teridentifikasi potensi masyarakat di wilayah kerja puskesmas

3.Terlaksananya pelayanan kesehatankerja yang berkualitas

4.Terselenggaranya kemitraan dengan para pengandil dalam pelayanan

5.Terselenggaranya koordinasi dengan lintas program dan lintas sektor

BAB VIII

9
PENGENDALIAN MUTU

Pengendalian mutu adalah kegiatan yang bersifat rutin yang dirancang untuk mengukur
dan menilai mutu pelayanan. Pengendalian mutu sangat berhubungan dengan aktifitas
pengawasan mutu, sedangkan pengawasan mutu merupakan upaya untuk menjaga agar kegiatan
yang dilakukan dapat berjalan sesuai rencana dan menghasilkan keluaran yang sesuai dengan
standar yang telah ditetapkan. Kinerja pelaksanaan dimonitor dan dievaluasi dengan
menggunakan indikator sebagai berikut:

1. Ketepatan pelaksanaan kegiatan sesuai dengan jadual


2. Kesesuaian petugas yang melaksanakan kegiatan
3. Ketepatan metoda yang digunakan
4. Tercapainya indikator Hasil pelaksanaan kegiatan monitoring dan evaluasi serta
permasalahan yang ditemukan dibahas pada tiap pertemuan lokakarya mini tiap
bulan.

A.Pengendalian Mutu Upaya Pemberantasan Penyakit DBD

Pengendalian mutu dilaksanakan dengan cara menentukan indikator mutu yang


ditetapkan berdasarkan standar kinerja/standar pelayanan minimal yang meliputi
indikator penyelenggaraan upaya puskesmas.

Perencanaan disusun dengan memperhatikan kebutuhan dan harapan sasaran,hak


dan kewajiban sasaran,serta upaya untuk mencapai sasaran kinerja yang ditetapkan.

B.Tujuan Pengendalian Mutu Upaya Pemberantasan penyakit DBD

1.Terwujudnya pelayanan berkualitas

2.Untuk meningkatkan kepuasan masyarakat terhadap kualitas pelayanan di


puskesmas

3.Untuk meningkatkan cakupan pelayanan

C.Jenis Kegiatan Pengendalian Mutu Upaya Pemberantasan penyakit DBD

1.Melaksanakan kegiatan sesuai rencana kerja tahunan program upaya


pemberantasan penyakit DBD

2.Pelaksanaan kegiatan berdasarkan SOP

3.Menentukan Indikator Mutu upaya pemberantasan penyakiy DBD

4.Audit Internal

10
BAB IX

PENUTUP

Pedoman ini sebagai acuan bagi karyawan puskesmas dan lintas sektor terkait dalam
pelaksanaan upaya pemberantasan penyakit DBDdengan tetap memperhatikan prinsip proses
pembelajaran dan manfaat. Keberhasilan kegiatan upaya pemberantasan penyakit DBD
tergantung pada komitmen yang kuat dari semua pihak terkait dalam upaya meningkatkan
kemandirian masyarakat dan peran serta aktif masyarakat dalam bidang kesehatan.

11

Anda mungkin juga menyukai