Anda di halaman 1dari 18

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Sepasang suami-istri datang memeriksakan putra pertamanya
dengan keluhan terdapat celah pada langit-langit. Saat ini usia bayi
tersebut 20 hari, kondisi bayi saat lahir termasuk dalam BBLR (berat bayi
lahir rendah), saat ini berat bayi mencapai 2400 gr. Orang tua tersebut
menginginkan tindakan operasi penutupan celah langit-langit, namun saran
dokter spesialis bedah mulut dan maksilofasial tindakan operasi
palatoraphy ditunda hingga bayi tersebut memenuhi kaidah persyaratan,
yaitu mencapai role of ten untuk megembalikan fungsi fiologis
kemampuan menghisap dan mencagah tersedak, dokter tersebut
menyarakan penggunaan obturator.

B. TUJUAN
1. Untuk Mengetahui Definisi Labiopalatoschisis.
2. Untuk Mengetahui Etiologi Labiopalatoschisis.
3. Untuk Mengetahui Klasifikasi Labiopalatoschisis.
4. Untuk Mengetahui Epidemiologi Labiopalatoschisis.
5. Untuk Mengetahui Patofisiologi Labiopalatoschisis.
6. Untuk Mengetahui Penatalaksanaan Labiopalatoschisis.
7. Untuk Mengetahui Komplikasi Labiopalatoschisis.
8. Untuk Mengetahui Definisi Dan Fungsi Obturator
9. Untuk Mengetahui Jenis Obturator
10. Untuk Mengetahui Tahapan Pembuatan Obturator
11. Untuk Mengetahui Indikasi Dan Kontraindikasi
Penggunaan Obturator
12. Untuk Mengetahui Tahapan Pelaksanaann Surgery
13. Untuk Mengetahui Efek Samping Penggunaan Obturator

1
BAB II
ISI

1.1 Klarifikasi Istilah Asing


Maksilofacial : jaringan lunak dan jaringan keras yang mencakup maksila
dan facial.
Obturator : alat untuk menutup celah pada palatum
Palatoraphy : suatu operasi penutupan celah pada palatum
Role of ten : standar dalam operasi, misalnya umur, berat badan dan lain-
lain)
1.2 Identifikasi Masalah
Apakah bayi tersebut memiliki penyakit keturunan ?
Apa etiologi dari celah palatum?
Apa syarat-syarat dari operasi?
Bagaimana cara pencegahan penyakit bayinya pada ibu
hamil?
Apakah ada batasan dalam penggunaan obturator pada
pasien?
Apa tindakan operasi pada palatoraphy?
Apa saja jenis-jenis obturator?
Fungsi obturator?
Apa akibat dari terlambatnya operasi?
Adakah usia ideal untuk menggunakan obturator?
Indikasi dan kontraindikasi dari obturator dan efek
sampingnya?
Klasifikasi pembentukan celah palatum?
Pathogenesis dari celah palatum?
Apakah bisa dilakukan operasi tanpa memenuhi syarat?

1.3 Analisis Masalah


Apakah bayi tersebut memiliki penyakit keturunan ?
Ada, bisa dari faktor genetic dan gangguan genetic. Serta
ada 2 faktor yang mempengaruhi yaitu faktor fisik dan
psikis

2
Apa etiologi dari celah palatum?
Kekurangan nutrisi, kelainan genetic, mutasi gen, pengaruh
lingkungan, merokok dan mengkonsumsi alkohol
Apa syarat-syarat dari operasi?
Kesehatan baik, cukup umur, berat badan memadai, Hb
normal
Bagaimana cara pencegahan penyakit bayinya pada ibu
hamil?
Konsumsi makanan yang mengandung gizi terutama
vitamin A dan B tinggi dan menghindari merokok
Apakah ada batasan dalam penggunaan obturator pada
pasien?
Ada, bayi harus mencapai umur tertentu untuk dapat
menggunakan obturator
Apa tindakan operasi pada palatoraphy?
Tindakan yang dilakukan untuk menutup celah palatum
Apa saja jenis-jenis obturator?
Berdasarkan bahannya yaitu, silicon, akrilik, PMMA,
Fungsi obturator?
Mencegah agar bayi tidak tersedak, memperbaiki fungsi
bicara, estetik
Apa akibat dari terlambatnya operasi?
Kematian, gangguan berbicara, malformasi gigi apabila
celah mencapai ke labial
Adakah usia ideal untuk menggunakan obturator?
Tidak ada karena obturator harus dipakai sedini mungkin
untuk mencapai hasil yang maksimal (fungsi bicara)
Indikasi dan kontraindikasi dari obturator dan efek
sampingnya?
Indikasi: Untuk membantu pasien dengan celah palatum
ringan
Kontraindikasi: alergi bahan obturator
Klasifikasi pembentukan celah palatum?
Celah yang meliputi palatum molle, celah yang meliputi
palatum durum saja, celah yang meliputi palatum durum
dan molle tapi hanya pada satu sisi dari maxilla, celah

3
yang meliputi palatum durum dan molle dan meliputi
kedua sisi dari maxilla
Pathogenesis dari celah palatum?
Akibat dari gagalnya penyatuan dua proc. palatina
Apakah bisa dilakukan operasi tanpa memenuhi syarat?
Tidak bisa karena akan berdampak buruk untuk kedepannya

1.4 Problem Tree

1.5 Sasaran Belajar


1. Menjelaskan Definisi Labiopalatoschisis.
2. Menjelaskan Etiologi Labiopalatoschisis.
3. Menjelaskan Klasifikasi Labiopalatoschisis.
4. Menjelaskan Epidemiologi Labiopalatoschisis.
5. Menjelaskan Patofisiologi Labiopalatoschisis.
6. Menjelaskan Penatalaksanaan Labiopalatoschisis.
7. Menjelaskan Komplikasi Labiopalatoschisis.
8. Manjelangkan Definisi Dan Fungsi Obturator
9. Menjelaskan Jenis Obturator
10. Menjelaskan Tahapan Pembuatan Obturator
11. Indikasi Dan Kontraindikasi Penggunaan Obturator
12. Tahapan Pelaksanaann Surgery

4
13. Efek Samping Penggunaan Obturator

1.6 Hasil Belajar Mandiri

A. PENGERTIAN LABIOPALATOSCHISIS
Celah bibir (cleft lip) merupakan kelainan kongenital yang
disebabkan gangguan perkembangan wajah pada masa embrio. Celah
dapat terjadi pada bibir,langit-langit mulut (palatum), ataupun pada
keduanya. Celah pada bibir disebut labiochisis sedangkan celah pada
langit-langit mulut disebut palatoschisis.

B. ETIOLOGI LABIOPALATOSCHISIS
1. Faktor Genetik
- Variasi Gen
- Mutasi Gen
2. Faktor Non-Genetik:
- Defisiensi nutrisi
- Obat-obatan
- Infeksi
- Merokok, Alkohol

C. JENIS-JENIS SEMEN KEDOKTERAN GIGI


Water Based Cement
1. Glass Ionomer Cement (GIC)
Semen ini memiliki kaitan dengan semen silikat dan semen polikarboksilat
(atau polyacrylate), mengambil beberapa sifat dari kedua semen tersebut.
Nama lain untuk semen ini adalah ASPA yang berasal dari Alumino
Silicate Polyacrylic Acid.
Sifat-sifat

5
a. Semen ini mengambil beberapa sifat semen silikat terutama dalma hal
kekuatan, translusensi, dan kandungan fluoride; dari segi ini semen ini
lebih unggul dari semen jenis zinc oksida.
b. Semen glass ionomer juga mempunyai sifat adhesive seperti semen zinc
polikarboksilat.
Kelebihan GIC :
1) Potensi antikariogenik
2) Translusen
3) Biokompatibel
4) Melekat secara kimia dengan struktur gigi
5) Sifat fisik yang stabil
6) Mudah dimanipulasi.
Kekurangan GIC :
1) Water in and water out
2) Compressive strenght kurang baik
3) Resistensi terhadap abrasi menurun
4) Estetik kurang baik
5) Warna tambalan lebih opaque, sehingga dapat dibedakan secara jelas
antara tambalan dengan gigi asli.
Indikasi GIC :
1) Restorasi pada lesi erosi/abrasi tanpa preparasi kavitas
2) Penumpatan pit dan fisura oklusal
3) Restorasi gigi sulung
4) Restorasi lesi karies kl. V
5) Restorasi lesi karies kl. III lebih diutamakan yang pembukaannya
arah lingual
6) Reparasi kerusakan tepi restorasi mahkota
Kontraindikasi GIC :
1) Kavitas-kavitas yang ketebalannya kurang
2) Kavitas-kavitas yang terletak pada daerah yang menerima tekanan
tinggi

6
3) Lesi karies kelas IV atau fraktur insisal
4) Lesi yang melibatkan area luas pada email labial yang
mengutamakan faktor estetitika.
Manipulasi :
1. Ambil serbuk 1 sendok peres,letakkan diatas paper pad. Untuk
memperoleh takaran yang akurat ketuk ringan botol powder pada telapak
tangan,jangan dikocok atau dibalik
2. Ukur cairan 1 tetes penuh,teteskan didekat serbuk diatas paper pad.
Pegang botol cairan secara vertikal dan tekan ringan.segera tutup kembali
botol yang telah digunakan.
3. Satu bagian serbuk semen ditarik kearah cairan, aduk 1 bagian serbuk
dengan cairan selama 10 detik,posisi spatula sejajar dengan permukaan
glass lab. Masukan 1 bagian serbuk sisanya kedalam adukan.
4. Aduk keseluruhan bahan dalam waktu 15-20 detik (total pengadukan 30
detik) hingga adonan menjadi kental,Permukaan halus dan mengkilap.

2. Resin Modified Glass Ionomer Cement


Self cured dan light cured resin modified glass ionomer atau hybrid ionomers
tersedia dalam bentuk serbuk-cairan, serbuk-serbuk, atau unit uncapsulated
unruk semen. Resin modified glass ionomers juga digunakan untuk material
restorasi.
Komposisi :
Serbuk self cured resin modified glass ionomer cement berisi sebuah
radiopaque, fluoroaluminosilicate glass dan sebuah microencapsulated
potassium persulfate dan ascorbic acid catalyst sistem. Cairannya adalah
sebuah larutan aquaeous asam polycarboxylic dimodifikasi dengan golongan
pendant methacrylate. Ini juga mengandung 2-hydroxyethylmethacrylate
(HEMA) dan asam tartar.

3. Zinc Polycarboxylate Cement


Komposisi :

7
Sebagaimana formula aslinya:
Powder terdiri terutama dari zinc oksida, meskipun kemungkinan
magnesium oksida juga terdapat dalam jumlah yang kecil
Cairannya merupakan cairan asam polyacrylic dalam 40% air, dengan
berat molekul rata-rata antara 20.000 dan 50.000.
Kelebihan :
1. Waktu penggunaan lebih cepat dari seng fosfat
2. Perlekatanya baik pada komponen kalsium dari struktur gigi
3. Tidak mengiritasi pulpa
4. Insulator panas yang baik
Kekurangan :
1. Disintegrasi tinggi
2. Waktu kerja pendek
3. Tidak melekat baik pada logam mulia
Manipulasi :
1. Larutan asam poliakrilik lebih kental daripada cairan bahan semen lainnya.
Ini memudahkan pengadonan bahan tsb.
2. Bila semen ini di pergunakan dengan maksud untuk mendapatkan adhesi
yang kuat terhadap enamel dan dentin, maka penting di perhatikan agar
permukaan gigi tersebut bersih dan bebas dari saliva
3. Untuk mencegah hasil adhesi yang kurang baik maka semen hendaknya
dimasukkan ke dalam gigi selekas mungkin setelah pengadonan. Apabila
adonan semen sudah mulai mengeras sewaktu manipulasi, sabaiknya
jangan dipergunakan. Terjadi peningkatan viskositas semen secara kontinu
selama manipulasi bahan.
4. Semen polikarbosilat dapat merekat pada instrument terutama yang terbuat
dari stainless steel.
Indikasi: sementasi, basis, lapik perekat
Kontraindikasi: perawatan pulpa, kasus pulpa gangren/ mati.

4. Zinc Phosphate Cement

8
Komposisi:
Powder :
Konstitusi utama adalah zinc oksida
Dapat dijumpai magnesium oksida sampai sekitar 10%
Kadang-kadang terdapat sejumlah kecil oksid lainnya atau garam logam
(misalnya fluorida)
Cairan :
Berupa larutan asam fosfor dalam air (sekitar 30s/d 40% air). Juga sering
terdapat zinc dan/atau alumunium fosfat yang terbentuk dari larutnya zinc
oksida dan/atau alumunium hidroksida di dalam cairan.
Manipulasi :
1. Ukur serbuk semen 1 sendok takar peres, kemudian letakkan di atas plat
kaca dan dibagi menjadi 3 bagian yang sama. Untuk memperoleh takaran
yang akurat. Ketuk ringan botol powder pada telapak tangan. Jangan
dikocok atau di balik. Teteskan 3 tetes cairan di sebelah serbuk dengan
pipet botol yang telah disediakan. Pegang botol cairan secara vertical dan
tekan ringan. segera tutup kembali botol yang telah di gunakan.
2. Satu bagian sermen di tarik kearah liquid kemudian di aduk menggunakan
spatula semen dengan gerakan melingkar yang luas diatas plat kaca selama
30 detik. Posisi spatula sejajar dengan permukaan glass lab 2 bagian
serbuk berikutnya ditambahkan satu persatu dan diaduk dengan cara yang
sama hingga homogen dan didapatkan konsistensi yang dikehendaki
sebagai luting cement. Proses pencampuran seluruh serbuk dan cairan
hingga keadaan homogen harus sudah diselesaikan dalam waktu maksimal
2 menit.
3. Konsistensi: semakin kuat adonan semakin kuat hasil campuran. Maka
untuk keperluan cavity lining hendaknya digunakan adonan yang kental.
Untuk tujuan penyemenan dibutuhkan adonan yang encer sehingga
memungkinkan semen mengalir sewaktu restorasi di pasangakan.
4. Perbandingan: pada umumnya tidak dilakukan penimbangan puder dan
cairan, meskipun demikian harus diusahakan agar diperoleh perbandingan

9
puder dengan cairan yang konsisten untuk tujuan pemakaian tertentu.
Harus dihindari adonan yang terlalu encer karena selain mempengaruhi
kekuatan semen juga mempunyai pH rendah serta lebih mudah larut.
5. Untuk memperpanjang waktu kerja, pengadonan dilakukan pada glass
dingin puder di tambahkan ke cairan sedikit demi sedikit dan selsai dalam
waktu 1 hingga 1,5 menit.
6. Cairan disimpan dalam botol yang tertutup rapat: hilangnya air dari cairan
akan menurunkan pH dan memperlambat waktu setting.
7. Komposisi puder serupa dengan bahan semen lainnya (misalnya semen zinc
oksid-eugenol), tetapi setiap puder hendaknya dipergunakan hanya dengan
cairan yang disiapkan untuknya agar terjamin waktu setting yang tepat dan
sifat-sifat lainnya.
8. Penyemenan; kenaikan suhu meningkatkan mencepatkan reaksi semen. Jadi
semen mengeras lebeih cepet dari suhu mulut dari pada suhu kamar.olek
karena itu semen hendaklah diberi lebih dahulu pada inlay sebelum
diberikan oleh prapiet preparasi.bila dilakukan sebaliknya, maka semen
yang didalam mulut mungkin sudah mulai mengeras sebelum restorasi di
pasang.
Indikasi: sementasi permanen dari mahkota, jembatan inlay,onlay,
peralatan orthodontik dan bahan orthodontik.
Kontra indikasi : tidak dapat digunakan pada kasus hipersensitifitas,
bersifat asam saat penumpatan dan harus diperhatikan untuk melindungi
pulpa.
Kelebihan :
- Isolator panas yang baik
- Daya larut relatif rendah dalam air
- Comprosive strength yang tinggi
Kekurangan :
- Tidak memilik sifat adesif antar zinc phosphate cement dengan struktur gigi
atau bahan restorasi lain yang memakai semen ini.\

10
- Nilai pH dari zinc phosphate cemen ini rendah yakni di bawah 7 dan baru
mencapai kenormalanya setelah kurang dari 48 jam.
- Tensile strength yang rendah dari zinc phosphate cement ini di bandingkan
dengan strength comprosivenya menyebabkan semen ini menjadi rapuh.
- Bila akan meng gunakan semen ini penggunanya sangat terbatas karena
kemampuanya engiritasi pulpa yang disebabkan karena kandungan asam
dari semen ini.
- Meskipun komposisi dari cairan ini sama biasanya cairan tidak dapat
dipertukarkan untuk digunakan dengan bubuk yang bermacam- macam
komposisi cairan bersifat kritis dan perlu sekali dalam memperhatikan
petunjuk penggunaan dari pabrik dalam pencampuran semen ini.
- Efek anti bakteri dari semen ini sangat kecil
- Keasaman dalam semen ini disamping dapat mengiritasi pulpa juga dapat
bertambahnya daya larut dari enamel.
- Zinc phosphate cement ini membutuhkan undercut sebagai retennsi untuk
menahan pada t empatnya dari pada kavitas yang besar. Karena semen ini
memiliki sifat yang mudah pecah maka semen ini kurang baik digunakan
sebagai bahan tambalan sementara.
- Zinc phosphate semen cepat mengeras hal ini menyebabkan sulitnya
semen ini untuk ditamb ah sewaktu mencampurnya.
- Semen ini mudah larut dalam mulut
- Jenis semen ini dapat larut terutama di daerah plak
- Zinc phosphate cement ini dapat pula menimbulkan dekalsifik

Oil Based Cement


Zinc Oxide Eugenol Cement
Komposisi :
A. Powder
1. Zink oksida
2. Magnesium oksida
3. Zink asetat

11
B. Liquid
1. Eugenol
2. Minyak olive
3. Kadang kadang diberi asam asetat sebagai akselerator
Manipulasi :
Semen di campur dngn cara menambahkan sejumlah powder kedalam
cairan sehingga di peroleh konsistensi yg kental ,perbandingan jumlah
powder dan liquid berkisar 4:1 atau 6:1. Akan menghasilkan semen dan
sifat yang di kehendaki dan agar di dapat adonan berbentuk dempul.
Percampuran dapat di lakukan pada glass lab tipis dan menggunakan
spatula logam yg kuat.
Indikasi :
1) Meredakan sakit
2) Basis insulatif
3) Karies dentin
4) Tambalan sementara, misalnya pada pulp capping tidak langsung
5) Sementasi onlay, crown, dan bridge.
Kontraindikasi :
Kasus pulpa gangren atau mati
Kelebihan :
- Terdapat zinc dan/atau alumunium fosfat yang terbentuk dari larutnya zinc
oksida dan/atau alumunium hidroksida di dalam cairan.
- Meminimalkan kebocoran semen
- Memberikan perlindungan pada pulpa
- Daya anti bakteri
- Memiliki working time yang cukup
Kekurangan
- Mempunyai potensi iritasi terhadap jaringan
- Kekuatan kurang

Resin Based Product

12
1. Compomer cement
merupakan jenis semen yang digunakan untuk penyemenan restorasi
bahan allumunium dan keramik besi.
Komposisi :
Bahan bubuk semen ini merupakan terdiri dari strontium alumunium
fluorosilicate glass, sodium flouride dan merupakan jenis self cured dan
light cured. Bahan cairnya merupakan terdiri dari polymerizable
methacrylate-carboxylic acid monomer, multifunctional acrylate-
phosphate monomer, diacrylate monomer, dan air.

Sifat :

Compomer semen digunakan untuk tingkat retensi yang tinggi. Kekuatan


bonding nya sekitar (5.3 MPa) ke gigi, dan juga memiliki tingkat
compressive strength, flexural strength tinggi dan fracture toughness
Kelebihan :
1) Melepaskan floue
2) Biokompatibilitas baik
3) Bersifat adhesif
4) Estetika baik
5) Kekuatan lentur baik
6) Pengerutan yang rendah
Kekurangan :
1) Sifat fisik yang rendah
2) Memerlukan unit-light curing
3) Memerlukan bonding
Indikasi :
1) Restorasi servikal
2) Restorasi posterior gigi desidui
3) Restorasi kelas III
4) Restorasi kelas I dan II pada gigi
Kontraindikasi :

13
1) Restorasi kelas I pada decidui
2) Restorasi kelas V
Manipulasi
Compomer cement sudah tersedia dalam bentuk pasta pasta yang
dicampur dengan menggunakan automixing device. Gigi dapat disemen
kering tetapi tidak mengeringkan gigi.
Dengan bahan bubuk dan cairan, bahan bubuk diletakkan dulu sebelum
dicampurkan rasio perbandingannya adah 2:2.
Pencampurannya membutuhkan waktu 30 detik. Campurannya kemudian
diletakkan di mahkota gigi.
D.SIFAT SEMEN KEDOKTERAN GIGI
a. Ketebalan dan Konsistensi
Ketebalan sangat menentukan adaptasi restorasi dari gigi,
ketebalan maksimum = 25 m. Semakin tebal konsistensi maka semakin
besar juga ketebalan semen yang mengakibatkan restorasi kurang
sempurna. Ketebalan semen bergantung pada ukuran pastikel dari powder,
konsentrasi powder dalam liquid, kekentalan liquid dan konsistensi dari
semen.
b. Kekentalan
Peningkatan akan suhu dan waktu telah menunjukkan peningkatan
kekentalan/ viskositas dari beberapa jenis semen.
c. Setting time
Merupakan waktu yang dibutuhkan mulai dari pengadukan hingga
semen menjadi keras.
Working time adalah waktu yang dibutuhkan untuk mencapai
konsistensi luting atau perekatan.
Standar setting time menurut ANSI/ADA spesifikasi no.96
konsistensi luting berkisar pada 2,5 menit hingga 8 menit pada suhu
38oC dengan 60-90 detik pertama merupakan lama waktu untuk
pencampuran semen.
d. Kekuatan (Compressive Strength)

14
ANSI/ADA spesifikasi no.96: standar konsistensi luting dari semen
kedokteran gigi harus menunjukkan minimal 24 jam compressive strength
sebesar 70 Mpa.
e. Kelarutan
Pada umumnya water based cement memiliki kelarutan dalam air dan
cairan dalam mulu lebih tinggi dibandingkan resin/ oil based cement.

BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Semen Kedokteran Gigi merupakan suatu bahan non logam yang
digunakan untuk restorative sebagai perekat pada logam dan juga sebagai
luting,basis,liner, dan varnish. Jenis-jenis semen kedokteran gigi
berdasarkan Komponen Utama, terbagi menjadi :
1. Water Based Cement: Glass Ionomer Cement, Hybrid
Ionomer Cement, Zinc Polycarboxylate Cement, Zinc
Phosphate Cement.

15
2. Oil Based Cements: Zinc Oxide Eugenol Cement
3. Resin Based Product: Esthetic Resin Cement, Adhesive
Resin Cement, Self Adhesive Resin Cement, Temporary
Resin Cement,, Compomer Cement.
Memiliki sifat ketebalan, viskositas, strength,
solubilitas, dan setting time yang semua itu akan
mempengaruhi karakteristik dari semen kedokteran gigi
.
B. SARAN

Melalui penyusunan makalah ini diharapkan kita lebih


mengetahui tentang Labiopalatoschisis. Kemudian
setidaknya kita mampu menerapkan semua ilmu ilmu
yang telah kita dapat dalam makalah ini dalam kehidupan
sehari-hari.

16
DAFTAR PUSTAKA

Damayanti L. 2009. Penanganan Bayi Celah Bibir dan Langit-langit


Secara Prostodontik (Penggunaan Prosthetic Feeding AIDS) . Bandung:
UNPAD.
Irawan H., Kartika. Teknik Operasi Labiopalatoskizis 2014: 41(4): 304-
308.
Ismanti R. 2012 Pengalaman Ibu dalam memberi nutrisi pada anak
malformasi fasial, Jakarta: FIK UI.
Pujiastuti, Nurul dan Hayati S, Retno . Indonesian
journal of dentistry. Perawatan celah bibir dan langitan pada anak usia 4
tahun 2008; 15 (3): 232-238.
McCance KL, Huether SE. Pathophysiology : The Biology Basis for
Desease in Adult and Children. Ed 7. Canada. Elsevier : 2014
Hupp JR, Ellis III dan Tucker MR. Contemporary Oral And Maxilofacial
Surgery. Ed 6. Riverport Lane. Elsevier : 2014
Sadler, TW. Langmans Medical Embryology. Ed 13. Newyork. Wolters
Kluwer : 2015
Paul Coulthard et al. Master Dentistry. Ed 3. London. Elsevier : 2013
Sethi, Neha. Review of All Dental Subject ( ROADS ). India. Jaypee :
2015
Nallaswamy D. Types of Maxillofacial Prosthetics. Textbook of
Prosthodontics : Maxillofacial Prosthetics. 1st ed. New Delhi : Jaypee
Brothers 2007
Wray D, Stenhouse D, Lee D, Clark AJE. 2003. Textbook of General and
Oral Surgery. Philadelphia : Elvesier
Kusmiati, Eti. Manfaat Pembuatan Feeding Aids pada Bayi yang
Menderita Celah Bibir dan Langit langit. Politeknik Kesehatan
Tasikmalaya. 2014

17
Martynt, Couborne. The complex genetics of cleft lip and palate. Journal
Euro Ort 26CI. 2007

18

Anda mungkin juga menyukai