Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN PRAKTIKUM BIOKIMIA

’’Hidrolisis Amilum Oleh Enzim Amilase’’

DISUSUN OLEH : ADYTIA RAMADHANI


KELOMPOK : 4

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI


UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
2015
JUDUL PRAKTIKUM :
“ Hidrolisis Amilum Oleh Enzim Amilase “

TUJUAN PRAKTIKUM
Adapun tujuan praktikum kali ini antara lain adalah sebagai berikut :
A. Tujuan Umum :
1. Memahami tujuan pencernaan makanan.
2. Memahami proses penceraan makanan di mulut.
3. Memahami proses absorpsi bahan makanan.

B. Tujuan Khusus :
1. Menyebutkan kandungan dan fungsi fisiologis saliva.
2. Menjelaskan proses pencernaan dan proses penyerapan/absorpsi bahan-
bahan makanan oleh mulut.

METODE PRAKTIKUM
A. Alat Praktikum
Alat-alat yang digunakan pada praktikum ini adalah :
1. Peralatan gelas
2. Pipet tetes
3. Plat tetes
4. Beaker glass
5. Tabung reaksi

B. Bahan Praktikum
Bahan yang digunakan pada praktikum ini adalah :
1. Saliva 5. CaCl 2 %
2. NaCl 1% 6. HCl 0,4 %
3. NaOH 0,2 n 7. Methilen Blue 0,2 %
4. KH2PO4 8. Asetaldehida 1 %
9. Pepsin 0,5 % 12. Klorofenol Merah
10. Benedict 13. Pati 1 %
11. Larutan Iodine 0,02 N 14. Fehling

C. Cara Praktikum
1. Pengumpulan Saliva
- Cucilah mulut dengan berkumur untuk menghilangkan keasaman,
buanglah air kumuran ini. Ulangi sekali lagi dengan 10-15 ml aquadest
selama 2 menit, kumpulkan dalam gelas piala bersih.
- Ini adalah larutan saliva (air hangat suhu 380-400 C dapat digunakan ). Air
kran pada suhu kamar tidak memberikan hasil yang memuaskan. Adalah
menguntungkan penambahan 2 ml larutan Buffer Phosfat ( pH 6,7 ) dan 1
ml NaCl 1 %.

2. Pencernaan Amilum
Ke dalam tabung reaksi masukkan 5 ml larutan amilum 1 %. Tambahkan 5
ml larutan saliva di atas, campur dengan baik. Teteskan 2 tetes larutan iodine
0,02 N. Kemudian kerjakan sebagai berikut : teteskan 2 tetes larutan campuran
amilum dan saliva pada plat tetes. Amati yang terjadi. Ulangi percobaan tiap
30 detik hingga warna larutan iodine tidak berubah. Titik ini
disebut ”achromic point”. Waktu yang diperlukan untuk mencapai titik ini
disebut ”chromic periode”. Setelah di capai achromic point, lakukan uji
fehling dan barfoed dengan menggunakan sisa larutan. Amati yang terjadi.
achromic point pada umumnya diperoleh dalam waktu 5 menit, waktu ini akan
lebih lama apabila larutan salivanya lemah. Dekstrin dan glikogen mengikuti
cara yang sama selama pencernaan oleh saliva.

3. Uji Benedict
Masukkan 2,5 ml larutan benedict ke dalam tabung reaksi. Tambahkan 4
tetes larutan yang akan diperiksa. Campur dan didihkan selama 2 menit atau
masukkan ke dalam penangas air mendidih selama 5 menit, dinginkan. Amati
yang terjadi.
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Praktikum
Sesuai hasil praktikum yang kami lakukan didapatkan :
Tabel 1. Pencernaan Amilum
Amilum + saliva
Yang telah diinkubasi 10
Perlakuan Hasil
menit
(setiap 2 tetes)
0 Detik Diberikan 2 tetes iodine Biru tua
30 Detik Diberikan 2 tetes iodine Biru tua
1 Menit Diberikan 2 tetes iodine Biru tua
1 Menit 30 Detik Diberikan 2 tetes iodine Biru tua
2 Menit Diberikan 2 tetes iodine Biru tua
2 Menit 30 Detik Diberikan 2 tetes iodine Biru tua
3 Menit Diberikan 2 tetes iodine Biru tua
3 Menit 30 Detik Diberikan 2 tetes iodine Biru tua
4 Menit Diberikan 2 tetes iodine Biru tua
4 Menit 30 Detik Diberikan 2 tetes iodine Biru tua
5 Menit Diberikan 2 tetes iodine Biru tua
5 Menit 30 Detik Diberikan 2 tetes iodine Biru tua
6 Menit Diberikan 2 tetes iodine Biru tua
6 Menit 30 Detik Diberikan 2 tetes iodine Biru tua
7 Menit Diberikan 2 tetes iodine Biru tua
7 Menit 30 Detik Diberikan 2 tetes iodine Biru tua
8 Menit Diberikan 2 tetes iodine Biru tua
8 Menit 30 Detik Diberikan 2 tetes iodine Biru tua
9 Menit Diberikan 2 tetes iodine Biru tua
9 Menit 30 Detik Diberikan 2 tetes iodine Biru tua
10 Menit Diberikan 2 tetes iodine Biru tua
10 Menit 30 Detik Diberikan 2 tetes iodine Biru tua
11 Menit Diberikan 2 tetes iodine Biru tua
11 Menit 30 Detik Diberikan 2 tetes iodine Biru tua
12 Menit Diberikan 2 tetes iodine Biru tua
12 Menit 30 Detik Diberikan 2 tetes iodine Biru tua
13 Menit Diberikan 2 tetes iodine Biru tua
13 Menit 30 Detik Diberikan 2 tetes iodine Biru tua
14 Menit Diberikan 2 tetes iodine Biru tua
14 Menit 30 Detik Diberikan 2 tetes iodine Biru tua
15 Menit Diberikan 2 tetes iodine Biru tua
15 Menit 30 Detik Diberikan 2 tetes iodine Biru tua
16 Menit Diberikan 2 tetes iodine Biru tua
16 Menit 30 Detik Diberikan 2 tetes iodine Biru tua
17 Menit Diberikan 2 tetes iodine Biru tua
17 Menit 30 Detik Diberikan 2 tetes iodine Biru tua
18 Menit Diberikan 2 tetes iodine Biru tua
18 Menit 30 Detik Diberikan 2 tetes iodine Biru tua
19 Menit Diberikan 2 tetes iodine Biru tua
19 Menit 30 Detik Diberikan 2 tetes iodine Biru tua
20 Menit Diberikan 2 tetes iodine Biru tua
20 Menit 30 Detik Diberikan 2 tetes iodine Biru tua
21 Menit Diberikan 2 tetes iodine Biru tua
21 Menit 30 Detik Diberikan 2 tetes iodine Biru tua
22 Menit Diberikan 2 tetes iodine Biru tua
22 Menit 30 Detik Diberikan 2 tetes iodine Biru tua
23 Menit Diberikan 2 tetes iodine Biru tua
23 Menit 30 Detik Diberikan 2 tetes iodine Biru tua
24 Menit Diberikan 2 tetes iodine Biru tua
24 Menit 30 Detik Diberikan 2 tetes iodine Biru tua
25 Menit Diberikan 2 tetes iodine Biru tua
25 Menit 30 Detik Diberikan 2 tetes iodine Biru tua
26 Menit Diberikan 2 tetes iodine Biru tua
26 Menit 30 Detik Diberikan 2 tetes iodine Biru tua
27 Menit Diberikan 2 tetes iodine Biru tua
27 Menit 30 Detik Diberikan 2 tetes iodine Biru tua
28 Menit Diberikan 2 tetes iodine Biru tua
28 Menit 30 Detik Diberikan 2 tetes iodine Biru tua
29 Menit Diberikan 2 tetes iodine Biru tua
29 Menit 30 Detik Diberikan 2 tetes iodine Biru tua
30 Menit Diberikan 2 tetes iodine Biru tua
30 Menit 30 Detik Diberikan 2 tetes iodine Biru tua memudar
31 Menit Diberikan 2 tetes iodine Biru tua memudar
31 Menit 30 Detik Diberikan 2 tetes iodine Biru tua memudar
32 Menit Diberikan 2 tetes iodine Biru tua memudar
32 Menit 30 Detik Diberikan 2 tetes iodine Biru tua memudar
33 Menit Diberikan 2 tetes iodine Biru muda
33 Menit 30 Detik Diberikan 2 tetes iodine Biru muda
34 Menit Diberikan 2 tetes iodine Biru muda
34 Menit 30 Detik Diberikan 2 tetes iodine Biru sangat muda
Tidak berubah
35 Menit Diberikan 2 tetes iodine
(kuning)

Tabel 2. Uji Benedict


Amilum + saliva
(Masing-masing 2,5 Perlakuan Hasil
ml)
Warna larutan pada
tabung setelah
Dalam 1 tabung,
Dididihkan selama 2 menit dipanaskan tidak berubah
warna biru cerah
(tetap biru cerah) dan
terdapat sedikit endapan.
B. Pembahasan
Sebagian besar bahan makanan dikonsumsi dalam bentuk yang tidak
segera dapat digunakan oleh organisme karena bahan makanan tersebut tidak bisa
diserap dari dalam saluran cerna sebelum terlebih dahulu dipecah menjadi
molekul-molekul yang lebih kecil. Proses pengurain bahan makanan yang terjadi
secara alami menjadi bentuk yang bisa diasimilasi merupakan proses pencernaan
(digesti). [1]

Enzim merupakan protein yang berfungsi sebagaibiokatalis dalam sel


hidup. Kelebihan enzim dibandingkan katalis biasa adalah (1) dapat meningkatkan
produk beribu kali lebih tinggi; (2) bekerja pada pH yang relatif netral dan suhu
yang relatif rendah; dan (3) bersifat spesifik dan selektif terhadap subtrat tertentu.
Enzim telah banyak digunakan dalam bidang industri pangan, farmasi dan industri
kimia lainnya. Dalam bidang pangan misalnya amilase, glukosa-isomerase,
papain, dan bromelin, sedangkan dalam bidang kesehatan contohnya amilase,
lipase, dan protease. Enzim dapat diisolasi dari hewan, tumbuhan dan
mikroorganisme.[2]
Saliva berperan penting dalam menjaga kebersihan dan kesehatan jaringan
rongga mulut melelui beberapa cara :

1. Aliran saliva membantu membuang bakteri patogen dan sisa-sisa metabolik


yang memberi dukungan bagi bakteri tersebut.
2. Saliva mengandung beberapa faktor yang menghancurkan bakteri misalnya
ion SCN- dan beberapa enzim proteolitik. Saliva mengandung antibodi (Ig
A).[2]
Proses pencernaan makanan diselenggarakan dengan bantuan enzim
pencernaan dan kelenjar pencernaan yang menghasilkan sekret tertentu untuk
mempermudah pencernaan dan dapat diserap tubuh. Berdasarkan hal diatas maka
praktikum ini dilakukan analisa kualitatif pada saliva dan empedu dimana
keduanya mempunyai peran dalam proses pencernaan.

Kelenjar saliva yang utama adalah kelenjar parotis, submandibularis dan


sublingualis, selain itu juga ada beberapa kelenjar bukalis yang kecil.[3]
Kandungan saliva secara umum adalah air (99,5%), ion-ion organik
(Ca2+, K+, HCO3-. SCN-, I-), amilase salivarius dan enzim lipase lingual, serta
immunoglobulin A. Nilai ph saliva biasanya berkisar 6,8, dan bisa bervariasi
antara kedua sisi netralis tersebut. Sekresi sehari-hari normal saliva berklisar
antara 800 ml dan 1500 ml.[4]

Amilase pada saliva mampu melakukan hidrolisis amilum dan glikogen


menjadi maltosa, walaupun demekian makna enzim ini tidak begitu penting
karena waktu kontaknya dengan makanan begitu singkat. Amilase salivarius dapat
dihilangkan keaktifannya pada ph 4,0 atau kurang, sehingga kerja enzim ini untuk
mencerna makanan dalam mulut segera terhenti di dalam suasana lambung yang
asam. Sedangkan enzim lipase lingual pada manusia tidak mempunyai arti yang
penting.[4]

Taraf amylase adalah 355 u per liter dan lipase meningkat 79.6 u per liter.
Kandung kemih taraf creatinine adalah 3.36 mg per mililiter (297 ìmol per liter)
dan amylase kandung kemih tingkat 4258 u per liter. Pemeriksaan rasio amylase
dihitung kira-kira 3.6, satu nilai meyakini tidak pasti dengan buat-buatan dengan
akut pancreatitis tapi hal itu tidak mengesampingkan kemungkinan dengan
pancreatitis memanas.[5]
Enzim secara umum merupakan protein. Enzim tersebut bekerja untuk
mempercepat metabolisme di dalam organisme. Apabila terjadi kerusakan pada
struktur enzim maka metabolisme dapat terganggu yang selanjutnya dapat
menimbulkan penyakit. Dengan demikian enzim dapat digunakan untuk
memantau penyakit maupun kecenderungan genetik terhadap keadaan
penyakit.[6]

Sebagian besar reaksi-reaksi biologis tergantung pada biokatalisator.


Enzim merupakan biokatalisator yang merupakan suatu persenyawaan protein
yang dihasilkan oleh sel-sel hidup. Kerja enzim sama dengan katalisator tetapi
enzim sangat dipengaruhi oleh keadaan disekitarnya (environment) . Karena
enzim suatu protein , jadi merupakan suatu amfolit sehingga kerjanya tergantung
ph larutan sekitarnya.[7]
Amilase merupakan enzim yang berfungsi memecah pati atau tururnannya.
Senyawa ini terdapat pada hewan dan tumbuhan .amilase dapat dibagi dalam tiga
golongan yaitu: [7]
1. Amilase yang dapat memecah pati secara acak dari tengah atau dari bagian
dalam molekulnya karenanya disebut endoamilase
2. Amilase yang menghidrolisis unit gula dari ujung pati karenanya disebut
eksoamilase
3. Glukoamilase yang dapat memisah glukosa dari terminal gula
nonpereduksi substrat pati.
Di alam terdapat 2 macam amilase yakni -amilase dan -amilase. Untuk
-amilase biasnya terdapat pada tumbuh-tumbuhan tingkat tinggi, sedangkan -
amilase ditemukan pada bakteri dan getah-getah cairan yang dikeluarkan manusia
(saliva, darah, urin).[8]
Ketika makanan dikunyah, makanan bercampur dengan saliva yang terdiri
dari enzim ptialin (suatu amilase) yang disekresikan oleh kelenjar parotis. Enzim
ini menghidrolisis tepung menjadi disakarida maltosa dan polimer glukosa kecil
lainnya yang mengandung 3-9 molekul glukosa seperti maltrotiosa dan limit
dekstrin yang merupakan titik cabang molekul tepung .[9]
Tahapan hidrolisis amilum dapat dilukiskan sebagai berikut: [10]
Amilum

Maltosa  Amilodekstrin (dengan I2 berwarna ungu )

Maltosa  Eritrodekstrin (dengan I2 berwarna merah)

Maltosa  Akrodekstrin (dengan I2 tidak berrwarna)

Dekstrin sederhana

Maltosa

Glukosa

Amilase tinggi tepung maizena diperoleh dari satu keanekaragaman


spesifik dari jagung yang kaya pada kanji resisten yang jenis 2, satu klasifikasi
berlandaskan struktur dan konformasi dari molekul kanji orang pribumi. Ketika
ini dimakan 50 sampai 70 persen dari kanji bukan dicerna pada usus halus. Pada
manusia sehat, tinggi amylose maizena kanji adalah ragi dan dikonversi ke asam
yang mengandung lemak rangkai pendek pada kolon.[11]
Enzim amilase menghidrolisis amilum menghasilkan satuan-satuan
maltosa sampai sebanyak kira-kira 60-70% dari total amilum serta sisanya
sebagai dekstrin.[10]
Amilosa merupakan polimer berantai panjang (tidak bercabang). Tetapi
berbentuk spiral.molekulnya terbentuk dari sejumlah 300-400 satuan glukosa
(monomer) dengan ikatan glikosidik  (1,4) .enzim amilase dapat menghidrolilsis
sampai habis dengan produk akhir berupa maltosa, enzim ini mempunyai
kemampuan khusus dalam memutus rantai polisakarida pada ikatan glikosidik 
(1,4) berselang satu (sehingga menghasilkan maltosa).[12]
Enzim amilase berfungsi memecah amilum menjadi sakarida yang
sederhana,di dalam tubuh dihasilkan oleh saliva dan pancreas. Enzim amilase
yang dihasilkan di pankreas menghidrolisis amilum menjadi glukosa sedangkan
enzim amilase yang ada di saliva hanya menghidrolisis amilum sampai menjadi
maltosa.
Enzim amilase pada saliva memiliki pH daerah optimum yaitu 6,7. Enzim
dapat bekerja dengan pada pH normal yaitu 5-9, dan akan mengalami denaturasi
bila bekerja melewati pH normal sehingga aktivitas katalistik hilang.
Pada praktikum ini digunakan larutan amilum yang dicampur dengan
saliva, dan ditambah dengan 2 tetes iodium untuk mendapat perubahan warna dari
biru menjadi tidak berwarna.
Indikator yang digunakan dalam percobaan ini adalah larutan iodium
karena larutan ini menampakkan perubahan warna (biru) dan bekerja spesifik
pada substrat. Perubahan warna tersebut disebabkan karena adanya proses
adsorbsi molekul iodium yang masuk ke dalam aliran spiral amilosa .
Setelah beberapa lama, warna kembali bening seperti semula. Hal ini
disebabkan karena amilum akan dipecah oleh enzim amilase sehingga kehilangan
daya adsorbsi terhadap iodium.
Mencampurkan amilum dan iodium kedalam saliva harus bersamaan
untuk menghindari amilum terhidrolisis lebih dahulu oleh enzim amilase sehingga
bila terlambat ditetesi iodium akan tidak memberikan perubahan warna biru.
Sesuai hasil praktikum yang kami lakukan didapatkan ada kesalahan teknis
dalam praktikum sehingga campuran saliva dan amilum setelah diberi 2 tetes
iodine mengalami perubahan warna sampai mencapai waktu 34 menit 30 detik.
Dalam percobaan, hasil yang didapatkan setelah 30 detik pertama campuran
amilum dan saliva setelah ditambahkan 2 tetes iodine berwarna biru tua. Setelah
30 menit kemudian warna menjadi pudar dan pada 35 menit terakhir warnanya
tidak mengalami perubahan (terjadi achromic point). Perubahan warna baru
(achromic point) terjadi pada menit ke-35. Padahal achromic point pada umumnya
diperoleh dalam waktu 5 menit. Kesalahan teknisnya antara lain:
 Amilum yang teroksidasi
 Iodine yang teroksidasi (karena iodine terlalu lama diletakkan di plat tetes)
 Kebersihan peralatan yang kurang
 Kurang ketelitian dalam pengukuran
 Larutan saliva milik probandus lemah

PENUTUP
A. Simpulan
Berdasarkan hasil yang diperoleh dari praktikum, maka dapat ditarik
kesimpulan bahwa hasil yang diperoleh dari percobaan mengalami perbedaan
dengan teori. Hal ini terjadi karena adanya pengaruh dari luar atau faktor
kereaktifan dari enzim. Faktor kereaktifan dari enzim bisa berubah atau menurun
akibat kelalaian dari praktikan atau pengaruh yang dilakukan oleh praktikan.
Dalam hal ini faktor saliva juga amat menentukan hasil. Saliva yang baik
digunakan adalah saliva pada orang yang berpuasa
B. Saran
Pada dasarnya praktikum yang telah dilaksanakan berjalan dengan baik
apabila praktikan lebih teliti dalam melakukan percobaan tersebut.
DAFTAR PUSTAKA
1) Anonymous. 2008. Buku Ajar Biokimia Kedokteran. Banjarbaru : Bagian
Biokimia Kedokteran Fk Unlam.
2) Azmi, Johni. Penentuan Kondisi Optimum Aspergillus oryzae untuk Isolasi
enzim Amilase pada Medium Pati Biji Nangka (Arthocarphus heterophilus
Lmk). Jurnal Biogenesis. 2(2):55-58, 2006.
3) Murray, etc All. 1999. Biokimia Harper. Jakarta : Egc.
4) Suhartono, Eko. Buku Ajar Kimia Kedokteran I. Bagian Kimia Kedokteran
Fk-Unlam, Banjarbaru. 2003
5) Fernández-del Castillo, Carlos F. et al. Case 27-2003: A 36-Year-Old Man
with Recurrent Epigastric Pain and Elevated Amylase Levels. N Engl J Med
349;9 893.
6) Sukmariah Dan Kamianti. Kimia Kedokteran I. Binarupa Aksara, Jakarta.
1990
7) Winarno, F.G. Enzim Dan Pangan. Gramedia. Jakarta. 1983.
8) Suhartono, Eko. Modul Praktikum Kimia Kedokteran I. Bagian Kimia
Kedokteran Fk-Unlam, Banjarbaru. 2003
9) Guyton, Arthur C Dan Hall. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran Edisi 9 .
Egc.Jakarta.1997
10) Suwandi, M. Kimia Organik. Fkui, Jakarta. 1989
11) Ramakrishna, B. S. Amylase-Resistant Starch Plus Oral Rehydration Solution
For Cholera. N Engl J Med 2000;342:308-13
12) Staf Pengajar Biokimia Keperawatan. 2009. Modul Praktikum Biokimia
Keperawatan Edisi I. Banjarbaru : Bagian Biokimia Kedokteran Fk Unlam.

Anda mungkin juga menyukai