Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN PRAKTIKUM BIOKIMIA

“Kandungan Glukosa dan Protein Dalam Urin”

DISUSUN OLEH : Dea Pengasih


KELOMPOK 1

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI


UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
2015
LEMBAR PENGESAHAN

Judul Praktikum : Pengukuran Glukosa dan Protein dalam Urin

Hari/tanggal : Rabu, 21 November 2012

Waktu : 13.00 – 16.00 WITA

Tempat : Laboratorium Biokimia Fakultas Kedokteran Universitas Lambung


Mangkurat Banjarmasin

Mahasiswa, Asisten Dosen

Dea Pengasih Laila Fitri

NIM : I1D115005 NIM : I1D114217


BAB I
PENDAHULUAN

A.LATAR BELAKANG

Pada kehidupan sehari-hari kita pasti melakukan suatu aktivitas. Untuk melakukan suatu
aktivitas maka diperlukan energi. Energi yang diperlukan diperoleh dari bahan yang kita
konsumsi. Pada umumnya bahan makanan itu mengandung tiga kelompok utama senyawa yaitu
karbohidrat, protein, dan lemak.
Karbohidrat merupakan bahan makanan sumber energy kimiawi utama untuk manusia
yang menyediakan 50-70 persen total kalori yang dibutuhan. Senyawa organik yang struktur
kimianya mengandung unsur-unsur karbon, hidrogen, dan oksigen ini terdapat dalam sel hidup
dan penting dalam persediaan energy siap pakai. Polisakarida simpanan, yaitu amilum, berperan
sebagai sumber energi, sedangkan glikogen yang dalam tubuh dibentuk dari molekul-molekul
glukosa melalui proses glikogenesis berfungsi sebagai energi cadangan. Sebagian karbohidrat
disimpan dalam darah sebagai gula darah atau glukosa. Glikogen dan glukosa merupakan
karbohidrat utama yang dibakar atau dioksidasi untuk menghasilkan energi.
Sebagai bahan makanan, protein mempunyai peran yang penting. Selain fungsi utamanya
sebagai penyusun tubuh, ada fungsi lain yang penting, yaitu bertindak sebagai bahan makanan
pemberi kalori. Protein tubuh yang rusak tidak diperlukan dalam pembentukan sel-sel tubuh
yang baru dan juga tidak semuanya dibuang. Perombakan protein tersebut berupa asam-asam
amino, beberapa diantaranya melalui proses biokimiawi yang rumit dan kompleks di dalam
tubuh diubah menjadi karbohidrat atau lemak. Selanjutnya, karbohidrat atau lemak yang
terbentuk ini dapat diubah menjadi tenaga yang sangat diperlukan untuk proses kehidupan kita.[1]
Pada dasarnya protein dan karbohidrat memang sangat dibutuhkan oleh tubuh, namun
jika mengonsumsi terlalu banyak maka akan menimbulkan penyakit. Oleh karena itu, pengujian
untuk pengukuran kadar protein maupun glukosa sangat diperlukan untuk mengetahui apakah
seseorang tersebut kelebihan protein maupun glukosa atau tidak. Pengujian ini menggunakan
urin sebagai bahan pengujiannya.
B. TUJUAN PENULISAN
1. Mengetahui siklus urea
2. Mengetahui penyebab glukosa masih terdapat dalam urin
3. Mengetahui penyebab protein masih terdapat dalam urin
BAB II
TINJAUAN MATERI
A. TINJAUAN PUSTAKA
Glukosa merupakan pusat dari semua metabolisme. Glukosa adalah bahan bakar
universal bagi sel manusia dan merupakan sumber karbon untuk sintetis sebagian besar senyawa
lainnya. Semua jenis sel manusia menggunakan glukosa untuk memperoleh energi. Gula lain
dalam makanan (terutama fruktosa dan galaktosa) diubah menjadi glukosa atau zat antara dalam
metabolisme glukosa.[1]

Glukosa adalah prekusor untuk sintesis bermacam-macam gula lain yang diperlukan
untuk pembentukan senyawa khusus, misalnya laktosa, antigen permukaan sel, nukleutida, atau
glikosaminoglikan. Glukosa juga merupakan prekusor pokok bagi senyawa nonkarbohidrat;
glukosa dapat diubah menjadi lemak (termasuk asam lemak, kolesterol, dan hormone steroid),
asam amino, dan asam nukleat. Dalam tubuh manusia, hanya senyawa-senyawa yang disintesis
dari vitamin, asam amino asensial, dan asam lemak esensial yang tidak dapat disintesis dari
glukosa.[1]

Menurut E. Nelson R (1998), minyak dan lemak yang bisa dilihat secara kasat mata
(minyak goreng, mentega/margarin, mayonies, dan sebagainya) semuanya rendah nilai gizinya
dan tinggi kandungan kalorinya. Ada sembilan kalori dalam lemak, sedangkan dalam satu gram
gula adalah empat kalori. Terlihat pula bahwa konsumsi sayur dan buah sangat rendah yang
berimplikasi dengan rendahnya konsumsi serat. Diperkirakan kelebihan konsumsi lemak dan
kurangnya konsumsi sayur dan buah ini sangat berperan dalam peningkatan kadar glukosa
darah.[2]

Menurut Aleysius Gondosari H (2009), mengkonsumsi terlalu banyak karbohidrat


sederhana dapat menyebabkan gula darah meningkat tajam, yang akan menyebabkan tubuh
memproduksi hormon insulin. Fungsi utama insulin adalah menurunkan gula darah, dan
membawa lemak ke seluruh tubuh.[2]

Glukosuria adalah ekskresi glukosa ke dalam urin. Seharusnya dalam urin tidak
mengandung glukosa, karena ginjal akan menyerap glukosa hasil filtrasi kembali ke dalam
sirkulasi darah. Salah satu penyakit akibat dari glukosuria ini adalah Diabetes Mellitus. Menurut
dr. Prapti Utami dan Tim Lentera (2008:1), Diabetes Mellitus adalah suatu penyakit yang
disebabkan menurunnya hormone yang diproduksi oleh kelenjar pankreas. Penurunan ini
mengakibatkan seluruh Glukosa (Gula) yang dikonsumsi tubuh tidak dapat diproses secara
sempurna, sehingga kadar glukosa yang terbuang dalam urin menyebabkan kencing pendeerita
saling dikerumuni semut karena mengandung glukosa atau gula. Gula merupakan sumber tenaga
yang menunjang keseluruhan aktivitas manusia. Seluruh gula tersebut di proses menjadi tenaga
oleh hormone nsulin. Karenanya, penderita diabetes mellitus biasanya mengalami lesu, kurang
tenaga, selalu merasa haus, sering buang air kecil, dan penglihatan menjadi kabur. Diabetes
mellitus timbul secara perlahan-lahan sehingga penderita tidak menyadari perubahan seperti
minum menjadi lebih banyak, buang air kecil lebih sering, atau berat badan menurun.[3]

DM dapat dibedakan atas DM tipe 1 (DM-1) atau insulin-dependent diabetes mellitus


(IDDM) dan DM tipe 2 (DM-2) atau non insulin-dependent diabetes mellitus (NIDDM). Pada
DM-1 kerusakan pankreas berat, produksi insulin tidak ada atau minimal, sehingga mutlak
memerlukan insulin dari luar tubuh. Maka DM-1 disebut juga DM tergantung insulin, DM-1
dapat timbul pada umur muda (anak-anak, remaja). Pada DM-2 terjadi kekurangan insulin,
tetapi tidak seberat pada DM-1. Pada DM-2 selain kekurangan insulin, juga disertai resistensi
insulin yaitu adanya insulin tidak bisa mengatur kadar gula darah untuk keperluan tubuh secara
optimal, sehingga ikut berperan terhadap meningkatnya kadar gula darah. DM-2 biasanya
muncul setelah umur 30-40 tahun, bahkan timbul pada umur 50 atau 60 tahun. Hasil penelitian
menunjukkan tingkat kekerapan DM-1 sekitar 10–20% dan DM-2 adalah 80-90% 1,2,4 dari
seluruh penderita diabetes.[4]

Glukosa adalah salah satu karbohidrat terpenting yang digunakan sebagai sumber tenaga
utama dalam tubuh. Umumnya tingkat glukosa darah berada pada batas 70-150 mg/dl. Biasanya
glukosa darah meningkat setelah makan dan umumnya pada pagi hari berada pada tingkat
terendah. Glukosa darah sewaktu adalah pemeriksaan kadar glukosa darah yang dilakukan setiap
waktu sepanjang hari tanpa memperhatikan makanan terahir yang dimakan dan kondisi tubuh
orang tersebut. Glukosa darah puasa adalah pemeriksaan kadar glukosa darah yang dilakukan
setelah pasien berpuasa selama 8-10 jam, sedangkanpemeriksaan glukosa 2 jam setelah makan
adalah yang dilakukan 2 jam setelah pasien menyelesaikan makan.[5]
Sebagai bahan makanan, protein mempunyai peran yang penting. Selain fungsi
utamanya sebagai penyusun tubuh, ada fungsi lain yang penting, yaitu bertindak sebagai bahan
makanan pemberi kalori. Protein tubuh yang rusak tidak diperlukan dalam pembentukan sel-sel
tubuh yang baru dan juga tidak semuanya dibuang. Perombakan protein tersebut berupa asam-
asam amino, beberapa diantaranya melalui proses biokimiawi yang rumit dan kompleks di
dalam tubuh diubah menjai karbohidrat atau lemak. Selanjutnya, karbohidrat atau lemak yang
terbentuk ini dapat diubh menjadi tenaga yang sangat diperlukan untuk proses kehidupan kita.[1]

Pencernaan protein dalam saluran cerna menghasilkan asam amino yang tidak terabsorbsi
masuk kedalam usus besar. Dalam usus besar, oleh pengaruh enzim-enzim dekarboksilase yang
dihasilkan oleh bakteri-bakteri, asam amino yang tidak terabsorbsi ini akan melepaskan
karbondioksida dari gugus karboksilnya sehingga terbentuk amin primer. Beberapa enzim asam
amino dekarboksilase mempunyai koenzim piridoksal fosfat. Histidin dekarboksilase, selain
pada bakteri juga terdapatpada jaringan hewan. Dekarboksilasi enzimatik asam amino tidak
berjalan spontan, tetapi melalui beberapa tingkatan.[6]

Deaminasi asam amino dalam tubuh akan menghasilkan amoniak, suatu senyawa
nitrogen toksik yang tidak boleh ditimbun dan harus segera dikeluarkan dari dalam tubuh dalam
bentuk urea atau ureum. Urea dibentuk dalam hati, dan segera dibawa oleh darah ke ginjal untuk
dikeluarkan dari tubuh bersama-sama urine.[6]

Albumin adalah salah satu protein plasma terkecil (69 kDa) dan yang utama
dalam plasma manusia (3,4 –4,7 g/dL) dan membentuk sekitar 60% protein plasma total. Sekitar
40% albumin terdapat dalam plasma, dan sisanya 60% sisanya terdapat di ruang ekstrasel.[7]

Keluarnya albumin melalui urine adalah karena peningkatan permeabilitas di tingkat


glomerulus yang menyebabkan protein lolos ke dalam filtrat glomerulus. Konsentrasi protein ini
melebihi kemampuan sel-sel tubulus ginjal mereabsopsi dan memprosesnya. Pola protein dalam
urine bersifat komplementer dengan pola yang terdapat dalam serum pasien, dengan
albumin merupakan protein terbanyak dalam urine.[7]
BAB III
PRINSIP DAN METODE PRAKTIKUM

Pengukuran Glukosa Dalam Urin


A. PRINSIP
Pengukuran glukosa di dalam urin didasarkan pada reaksi oksidasi reduksi.
Glukosa sebagai aldehida mempunyai sifat sebagai reduktor, maka bila ada senyawa/reagen yang
bersiat mudah menerima electron seperti Cu2+ dari (CuSO4) akan terjadi reaksi oksidasi reduksi.
Cu2+ direduksi menjadi Cu+ (dalam bentuk endapan Cu2O yang berwarna merah bata),
sedangkan glukosanya dioksidasi menjadi asam glukonat. Sebagai indikator dalam reaksi ini bila
reaksinya positif adalah terbentuknya endapan Cu2O yang berwarna merah bata. Warna yang
terjadi tergantung dari banyaknya endapan Cu2O yang berbaur warna dengan CuSO4 yang
warnanya biru. Bila ada endapan Cu2Onya sedikit warna yang timbul merupakan campuran
sedikit warna merah bata dan hijau, dikatakan positif 1 (+). Makin banyak warna merah batanya
warna campuran kuning, dikatakan positif 2(++) dan bila glukosanya banyak, endapan merah
batanaya makin banyak sedangka CuSO4 hampir habis (karena telah berubah menjadi Cu2O)
sehingga yang terlihat adalah endapan merah bata dan dikatakan positif 3 (+++).

Dalam percobaan kali ini yang digunakan adalah metode Benedict.

B. ALAT DAN BAHAN


Alat yang digunakan meliputi tabung reaksi, penjepit tabung, lampu spiritus, dan pipet ukur.
Sementara itu bahan yang digunakan urin dan reagen benedict.

C. CARA KERJA
Ambil tabung reaksi dan isilah 2-3ml reagen Benedict, kemudian tambahkan kurang lebih 1ml
urine (sekitar 20 tetes). Panaskan diatas api sampai mendidih maksimum 1 menit. Amati
Hasilnya!

Sebagai catatan karena reaksi ini hanya berdasarkan reaksi oksidasi reduksi, maka tidak spesifik
untuk glukosa. Reaksi ini akan positif bila ada urin terdapat pereduktor baik glukosa maupun
pereduktor lain.
Pemeriksaan Protein Dalam Urin
A. Prinsip

Suatu larutan yang mengandung protein bila dipanaskan sampai terjadi koagulasi
proteinnya akan mengalami kekeruhan pada larutan. Kepekatan kekeruhan yang terjadi sangat
dipengaruhi/tergantung kandungan proteinnya, semakin banyak kandungan protein makin keruh
sampai terjadi endapan. Karena pH urine normal berkisar 6-7 sedangkan p.i albumin berkisar
antara 5-6 maka penambahan asam asetat ecer perlu untuk mencapai p.i albumin. Tujuannya
adalah agar mudah terjadi koagulasi, sebab semua protein paling mudah terkoagulasi pada p.i
nya.

B. Alat dan Bahan

Alat yang digunkaan meliputi alat-alat gelas dan Bunsen. Sementara bahan yang
digunakam urine dan asetat.

C. Cara Kerja

1. Ambil tabung reaksi, masukan 4 ml urine

2. Kemudian panaskan di atas api sampai mendidih. Perhatikan apa ada kekeruhan atau tidak.
Bila perlu tambah asam asetat encer 1-2 tetes melalui dinding tabung untuk mencapai p.i dari
albumin, sambil dipanaskan lagi. Bila terlihat keruh berarti ada koagulasi albumin dan ini berarti
urine tersebut mengandung protein dan dikatakan protein (+). Tergantung dari banyaknya
albumin yang terdapat didalamnya, dikatakan positif 1 (+), positif 2 (++) dan seterusnya positif 4
(++++).
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. HASIL
Identitas probandus
Nama : Muhammad Yamani
Jenis kelamin : laki-laki
Usia : 18 tahun
Suku : Paser
Hasil pengukuran glukosa dalam urine

Dari percobaan yang dilakukan terhadap dua sample probandus, yaitu urine Yamani
(sample 1) dan urine yang positif mengandung glukosa (sample 2) didapatkan hasil:

 Sample 1 : Setelah urin ditetesi reagen benedict dan dipanaskan hingga


mendidih, urin mengalami perubahan warna menjadi hijau kebiruan dan
terdapat sedikit endapan yang menunjukkan bahwa urin ini mengandung
glukosa positif 1 (+)
 Sample 2 : Setelah urin ditetesi reagen benedict dan dipanaskan hingga
mendidih, urin mengalami perubahan warna menjadi merah bata dan terdapat
endapan yang menunjukkan bahwa urin ini mengandung glukosa positif 3
(+++)

(Urin disebelah kiri positif 3 (+++), dan urin sebelah kanan positif 1 (+) )
Hasil Pemeriksaan protein dalam urin

Dari percobaan yang dilakukan terhadap 2 sample probandus yaitu sample 1 (urine
yamani) dan sample 2 (urin yang mengandung protein) didapatkan hasil:

 Sample 1 : Setelah urine dicampur dengan asam asetat kemudian dipanaskan hingga
mendidih, warna urine tetap sama seperti sebelum dipanaskan dan tidak ada endapan
protein yang artinya menunjukkan positif 1 (+).
 Sample 2 : Setelah urine dicampur dengan asam asetat kemudian dipanaskan hingga
mendidih, warna urin berubah dan terdapat endapan putih yang artinya menunjukkan
positif 4 (++++).
B. PEMBAHASAN

Setelah makan makanan yang mengandung protein, asam amino yang dibebaskan dari
pencernaan menembus usus untuk masuk ke hati melalui vena porta hepatica. Pada makanan
normal yang mengandung 60-100 g protein, sebagian besar asam amino digunakan untuk
membentuk protein dihati dan di jaringan lain. Kelebihan asam amino dapat diubah menjadi
glukosa.[1]
Selama puasa, protein otot diurai menjadi asam amino. Sebagian asam amino tersebut
diubah menjadi alanine dan glutamin, bersama dengan asam amino lain, dibebaskan ke dalam
darah. Glutamin dioksidasi oleh berbagai jaringan, termasuk usus dan ginjal, yang mengubah
sebagian karbon dan nitrogennya menjadi alanine. Alanine dan asam amino lain menuju ke hati,
tempat karbon diubah menjadi glukosa dan badan keton dan nitrogen diubah menjadi urea, yang
kemudia di ekskresikan oleh ginjal. Glukosa, yang dihasilkan melalui proses glukogenesis,
kemudian dioksidasi menjadi CO2 dan H2O oleh banyak jaringan, dan badan keton dioksidasi
oleh berbagai jaringan misalnya otot dan ginjal.[1]
Beberapa enzim yang penting dalam proses interkonvensi asam amino dan dalam
pengeluaran asam amino sehingga rangka karbon dapat dioksidasi. Enzim-enim tersebut adalah
transaminase, glutamate dehydrogenase, dan deaminase.[1]
Perubahan nitrogen asam amino menjadi urea terutama berlangsung di hati. Urea
terbentuk dalam siklus urea dari NH4+, CO2, dan nitrogen pada aspartate. Mula-mula NH4+, CO2,
dan ATP bereaksi menghasilkan karbomoil fosfat, yang akan bereaksi dengan ornitin untuk
membentuk sitrulin. Aspartate kemudian bereaksi dengan sitrulin membentuk argininosuksinat
yang membebaskan fumarat dan membentuk arginine. Akhirnya arginine diuraikan oleh arginase
untuk membebaskan urea dan membentuk kembali ornitin.[1]
Pada dasarnya, diabetes mellitus disebabkan oleh hormone insulin penderita yang tidak
mencukupi atau tidak efektif secara normal. Insulin yang dihasilkan oleh kelenjar pancreas-
kelenjar pancreas terletak di lekukan usus dua belas jari- sangat penting untuk menjaga
keseimbangan kadar glukosa darah, yaitu 60-120 mg/dl, dan dalam dua jam sesudah makan
dibawah 140 mg/dl. Bila terjadi gangguan pada kerja insulin, secara kuantitas maupun kualitas,
maka keseimbangan tersebut akan terganggu, dan kadar glukosa akan naik.[8]
Karena kadar glukosa darah pada waktu puasa meningkat, kelebihan glukosa tersebut
akan dikeluarkan melalui urine, sehingga terjadilah glukosuria-adanya glukosa didalam urine.
Pada orang normal, glukosuria tidak terjadi. Untuk mengetahui adanya glukosuria dapat
dilakukan dengan pemeriksaan urine.[8]
Pemeriksaan urin memiliki syarat – syarat untuk pemeriksaan, urin yang dipakai untuk
pemeriksaan adalah urin baru dan urin yang diambil adalah waktu pagi hari sehabis bangun tidur.
Urin baru disini akan lebih berguna karena belum terjadi perubahan apa – apa, misalnya
keasaman, bakteri, benda keton dan sebagainya. Urin pagi hari lebih baik dipakai karena urin
mempunyai BD yang tertinggi. Warna urin yang normal adalah kekuning – kuningan, warna urin
dapat seperti air biasa misalnya kalau banyak minum atau pada penderita diabetes, warna urin
kuning tua seperti teh menunjukan kemungkinan ia menderita suatu penyakit hepatitis, warna
merah menunjukan adanya perdarahan dalam saluran kemih, warna urin coklat kehitaman,
menunjukan adanya hemoglobin dalam urin, misalnya pada penyakit malari tropika, warna urin
dapat pula bermacam – macam disebabkan oleh obat – obatan, bahan – bahan kimia dan bahan
makanan. Bau urin, bau urin normal sudah dikenal, bau urin yang telah lama adalah berbau
amonia (bau pesing), urin dapat juga berbau obat – obatan, bau busuk dapat disebabkan oleh
bakteri pembusuk, bau petei disebabkan karena memakan petei, demikian pula jengkol.
Kekeruhan, kekeruhan urin yang normal adalah jernih, kekeruhan urin disebabkan oleh darah,
nanah, dan kristal. Keasaman, keasaman urin pagi yang masih baru adalah asam, urin yang telah
lama atau habis memakan obat – obatan reaksinya adalah alkali atau basa. Pemeriksaan protein
dalam urin harus dalam suasana asam jadi di sini baik digunakan urin baru, harus dilihat
keasamannya dengan menggunakan kertas lakmus. Kalau urin dalam keadaan suasana basa atau
alkali maka kita harus membubuhkan beberapa tetes asam asetat untuk mengasamkannya melalui
bermacam macam percobaan yaitu masak (kook proof) dan exton, bang (semi kuantitatif), dan
percobaan esbach (kuantitatif). Kegunaan percobaan – percobaan ini ialah untuk menentukan
adanya protein dalam urin yang dapat menunjukan adanya kelainan atau penyakit pada saluran
kemih terutama ginjal. Pada keadaan normal maka urin ini tidak mengandung protein sama
sekali. Tapi apabila terjadi peradangan pada ginjal maka akan terdapat proteinuria. Penyakit
ginjal yang utama adalah glomerulonefritis, pielonefritis, sindrom nefrotik. Sedangkan
pemeriksaan glukosa (percobaan reduksi) dalam urin disini haruslah urin yang telah disentrifuger
untuk menghindarkan kemungkinan adanya bahan lain yang turut mereduksi. Metode – metode
yang dapat digunakan antara lain, metode fehling (kuantitatif), benedict (semi kuantitatif).
Percobaan reduksi ini amat berguna untuk menentukan adanya glukosa dalam urin. Normal
glukosa tidak ada dalam urin. Glukosa terdapat di dalam urin bila keadaan banyak makan gula
dan diabetus melitus.[9]
Pada Diabetes Mellitus (DM) terjadi peningkatan kadar glukosa dan aseton dalam air liur
penderita DM dibandingkan orang normal. Namun kadar magnesium dan kalium justru
berkurang. Keterkaitan antara penyakit DM, kurangnya respon tubuh terhadap hormon insulin,
pembakaran asam lemak menjadi energi, penumpukan glukosa dalam darah dan kadar
aseton dalam air liur dapat menjadi parameter awal diagnosa DM.[4]
Penyebab hilangnya protein ke dalam urin adalah peningkatan permeabilitas membrane
glomerulus. Karenanya, setiap penyakit yang meningkatkan permeabilitas membrane ini dapat
menyebabkan sindrom nefrotik. Penyakit-penyakit seperti ini meliputi (1) glomerulonephritis
kronis, yang terutama memengaruhi glomeruli dan seringkali menyebabkan permeabilitas
membran glomerulus, (2) amyloidosis, yang disebabkan oleh endapan zat-zat proteinoid
abnormal pada dinding pembuluh darah dan secara serius merusak membran basal goleruli; dan
(3) sindrom nefritik dengan perubahan minimal, dengan tidak adanya kelainan utama pada
membrane glomerulus yang dapat dideteksi dengan mikroskop cahaya. Nefropati dengan
perubahan minimal diketahui berhubungan dengan hilangnya muatan negative yang normalnya
terdapat pada membrane basal kapiler glomerulus. Pada beberapa kasus, pemeriksaan imunologis
juga memperlihatkan reaksi imun yang abnormal, yang menunjukkan bahwa hilangnya muatan
negative mungkin disebabkan oleh serangan antibody pada membrane. Hilangnya muatan
negative normal pada membrane basal kapiler glomerulus memungkinkan protein, khususnya
albumin, dengan mudah melewati membrane glomerulus karena muatan negatif pada membrane
basal normalnya menolak muatan negative protein plasma.[10]

Nefropati dengan perubahan minimal dapat terjadi pada orang dewasa, tetapi lebih sering
pada anak-anak berumur atara 2-6 tahun. Peningkatan peremabilitas membrane kapiler
glomerulus kadang-kadang memungkinkan protein plasma sebanyak 40 gram hilang ke dalam
urin setiap harinya, yang merupakan jumlah ekstrem bagi seorang anak kecil. Karenanya,
konsentrasi protein plasma anak-anak seringkali turun sampai dibawah 2g/dl, dan tekanan
osmotik koloid turun dari normal 28 menjadi kurang dari 10 mm Hg. Akibat tekanan osmotic
koloid yang rendah ini dalam plasma, sejumlah besar cairan bocor dari kapiler diseluruh tubuh
dan masuk ke dalam sebagian jaringan.[10]
BAB V

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Glukosa merupakan pusat dari semua metabolisme. Glukosa adalah bahan bakar universal
bagi sel manusia dan merupakan sumber karbon untuk sintetis sebagian besar senyawa lainnya.
Semua jenis sel manusia menggunakan glukosa untuk memperoleh energi. Perubahan nitrogen
asam amino menjadi urea terutama berlangsung di hati. Urea terbentuk dalam siklus urea dari
NH4+, CO2, dan nitrogen pada aspartate. Mula-mula NH4+, CO2, dan ATP bereaksi menghasilkan
karbomoil fosfat, yang akan bereaksi dengan ornitin untuk membentuk sitrulin. Aspartate
kemudian bereaksi dengan sitrulin membentuk argininosuksinat yang membebaskan fumarat dan
membentuk arginine. Akhirnya arginine diuraikan oleh arginase untuk membebaskan urea dan
membentuk kembali ornitin.

Pada dasarnya, diabetes mellitus disebabkan oleh hormone insulin penderita yang tidak
mencukupi atau tidak efektif secara normal. Insulin yang dihasilkan oleh kelenjar pancreas-
kelenjar pancreas terletak di lekukan usus dua belas jari- sangat penting untuk menjaga
keseimbangan kadar glukosa darah, yaitu 60-120 mg/dl, dan dalam dua jam sesudah makan
dibawah 140 mg/dl. Bila terjadi gangguan pada kerja insulin, secara kuantitas maupun kualitas,
maka keseimbangan tersebut akan terganggu, dan kadar glukosa akan naik.

Penyebab hilangnya protein ke dalam urin adalah peningkatan permeabilitas membrane


glomerulus. Karenanya, setiap penyakit yang meningkatkan permeabilitas membrane ini dapat
menyebabkan sindrom nefrotik

B. SARAN
Untuk menghindari adanya glukosa dan protein dalam urin, maka kita harus
menjaga pola makan dan hidup kita. Selain itu juga tidak ada salahnya untuk
memeriksakan diri ke dokter untuk mengetahui kesehatan kita.
DAFTAR PUSTAKA

1. Marks, Dawn B . Biokimia Kedokteran Dasar: Sebuah Pendekatan Klinis . 555 –


557.
2. Rahmawati. 2011. Pola Makan dan Aktifitas Fisik dengan Kadar Glukosa Penderita
Diabetes Mellitus Tipe 2 Rawat Jalan di RSUP Dr. Wahidin Sudirohusodo Makassar.
Media Gizi Masyarakat Indonesia. Vol: 1(1)
3. Lusiani, Titik. 2014. System Pakar Untuk Menentukan Menu Makanan Sehat Pada
Penderita Diabetes Mellitus. Jurnal s@cies. Vol: 5(1)
4. Muttaqien, Afdhal. 2012. Penentuan Kadar Gula Darah Pada Penderita Diabetes
Mellitus (DM) Melalui Uji Spektroskopi Aseton Dalam Air Liur. Jurnal Ilmu Fisika
(JIF). Vol: 4(1)
5. T, Mufti. 2014. Perbandingan Peningkatan Kadar Glukosa Darah Setelah Pemberian
Madu, Gula Putih, dan Gula Merah Pada Orang Dewasa Muda yang Berpuasa.
6. Sumardjo, Damin. 2009. Pengantar Kimia Buku Panduan Kuliah Mahasiswa
Kedokteran.
7. M. Biseps, Robert. 2013. Hubungan Ekskresi Albuminuria Dengan Penyakit Jantung
Hipertensi di BLU/ RSUP Prof. dr. R.D Kandou Manado. Jurnal e-clinic.
8. Adam, Syamsunir . Dasar – dasar Mikobiologi dan Parasitologi Untuk Perawat . 94
-99
9. Tjokroprawiro, Askandar. 2011. Panduan Lengkap Pola Makan Untuk Diabetes.
10. C Guyton, Arthur. 2007. Buku Ajar Fisiologi.

Anda mungkin juga menyukai