Anda di halaman 1dari 17

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Alat transportasi saat ini sudah menjadi kebutuhan yang sangat penting bagi kehidupan
manusia. Jarak yang memisahkan antar wilayah mengharuskan manusia untuk menggunakan
alat transportasi dalam menempuhnya. Kebutuhan akan alat transportasi yang semakin tinggi
menimbulkan perkembangan yang cukup signifikan terhadap alat transportasi. Perkembangan
alat transportasi ini dapat dilihat dengan mulai bermunculannya jenis alat transportasi yang
beragam sebagai contoh yaitu pada alat transportasi sepeda motor terdapat berbagai jenis seperti
sepeda motor jenis skuter matic, sepeda motor jenis bebek dan lain sebagainya.
Perkembangan alat transportasi khususnya pada alat transportasi sepeda motor ini di ikuti
dengan perkembangan perusahaan-perusahaan penyedia alat transportasi sepeda motor.
Perusahaan-perusahaan tersebut diantaranya adalah PT. Yamaha Indonesia Motor Manufacturing,
PT. Astra Honda Motor, PT. Anugerah Bimetalindo, PT. Bajaj Auto Indonesia dan lain
sebagainya.
Perkembangan alat transportasi khususnya pada alat transportasi sepeda motor yang selain
memicu perkembangan perusahaan-perusahaan penyedia alat transportasi sepeda motor juga
memicu persaingan usaha antar pelaku usaha di bidang alat transportasi sepeda motor.
Persaingan usaha yang dilakukan oleh pelaku usaha alat transportasi sepeda motor tersebut Ada
kalanya merupakan persaingan usaha yang sehat (fair competition), namun dapat juga terjadi
persaingan usaha tidak sehat (unfair competition). Persaingan usaha tidak sehat biasanya terjadi
dikarenakan pelaku usaha ingin mendapatkan keuntungan yang sebesar-besarnya dengan
menekan kerugian yang sekecil-kecilnya.
Persaingan usaha tidak sehat diatur dalam Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999 tentang
larangan Praktek Monopoli Dan Persaingan Usaha Tidak Sehat. Salah satu substansi yang
dilarang oleh Undang-Undang ini yaitu terkait perjanjian kartel yang nantinya akan
mengakibatkan terjadinya persaingan usaha tidak sehat. Perjanjian kartel ini di atur dalam Pasal
11 Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999 yang mana menyatakan bahwa setiap pelaku usaha
dilarang untuk membuat perjanjian dengan pelaku usaha pesaingnya yang bermaksud untuk
menciptakan harga pasar yang akan mengakibatkan terjadinya persaingan tidak sehat.

1
Pada kenyataannya KPPU menemukan adanya praktek kartel yang dilakukan oleh PT.
Yamaha Indonesia Motor Manufacturing (YIMM) dengan PT. Astra Honda Motor (AHM). PT.
YIMM dan PT. AHM telah melakukan kerjasama kartel dalam pengaturan harga jual sepeda
motor matic 110cc 125cc.1
1.2 Identifikasi Masalah
1. Apakah topik paper yang di ambil termasuk kedalam kajian hukum ekonomi?
2. Bagaimanakah peraturan perundang-undangan dalam topik yang di ambil apabila
dihubungkan dengan kajian luas lingkup hukum ekonomi?
3. Bagaimanakah peran pemerintah sebagai regulator dalam kegiatan ekonomi terhadap
Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999?
4. Bagaimanakah apabila peraturan perundang-undangan dalam topik yang diambil
dihubungkan dengan asas-asas hukum ekonomi?
5. Bagaimanakah apabila peraturan perundang-undangan dalam topik yang diambil
dihubungkan dengan kaidah-kaidah hukum ekonomi?
6. Bagaimanakah apabila peraturan perundang-undangan dalam topik yang diambil
dihubungkan dengan metode-metode penelitian hukum ekonomi?
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui bahwa topik paper yang diambil termasuk kedalam kajian hukum
ekonomi
2. Untuk mengetahui peraturan perundang-undangan dalam topik yang di ambil apabila
dihubungkan dengan kajian luas lingkup hukum ekonomi sosial.
3. Untuk mengetahui peran pemerintah sebagai regulator dalam kegiatan ekonomi terhadap
Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999
4. Untuk mengetahui asas-asas hukum ekonomi yang berhubungan dengan peraturan
perundang-undangan yang diambil dalam topik.
5. Untuk mengetahui kaidah-kaidah hukum ekonomi yang berhubungan dengan peraturan
perundang-undangan yang diambil dalam topik.
6. Untuk mengetahui metode-metode penelitian hukum ekonomi yang berhubungan dengan
peraturan perundang-undangan yang diambil dalam topik.

1 http://otomotif.liputan6.com/read/2556796/yamaha-dan-honda-bersekongkol-mainkan-harga-skutik-di-
indonesia, diakses pada 6 Mei 2017 pukul 19.00

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Relevansi Topik Yang Di Ambil Dengan Dihubungkan Kajian Hukum Ekonomi

Hukum ekonomi menurut pendapat Sunaryati Hartono adalah keseluruhan kaidah-kaidah


dan putusan-putusan hukum yang secara khusus mengatur kegiatan dan kehidupan ekonomi di
Indonesia.2

Topik kelompok kami yaitu Perjanjian Kartel Sepeda Motor Oleh PT YIMM dan PT AHM
yang Melanggar Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999 Tentang Larangan Praktek Monopoli dan
Persaingan Usaha Tidak Sehat, dimana sudah termasuk dalam kajian Hukum Ekonomi hal ini
karena apabila dilihat dari aspek kelangkaan, permintaan akan sepeda motor yang tinggi
khususnya dalam hal ini sepeda motor matic 110cc-125cc mengakibatkan penawaran sepeda
motor tersebut rendah yang pada akhirnya pelaku usaha yaitu PT. YIMM dan PT. AHM
memanfaatkan kondisi tersebut dengan mengadakan perjanjian penetapan harga atau perjanjian
kartel. Perjanjian penetapan harga atau perjanjian kartel akan menimbulkan kerugian pada
masyarakat, setiap hal yang menimbulkan kerugian bagi masyarakat sehingga tidak dapat
tercapainya kesejahteraan masyrakat dan pembangunan nasional merupakan kajian hukum
ekonomi khususnya hukum ekonomi pembangunan.

Selain itu juga alasan topik yang kami ambil termasuk kedalam kajian hukum ekonomi
khususnya hukum ekonomi sosial yaitu karena melihat dari konsideran menimbang dalam
Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999 tentang Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan
Usaha Tidak Sehat yang menyatakan bahwa pembangunan bidang ekonomi harus di arahkan
kepada terwujudnya kesejahteraan rakyat berdasarkan pancasila dan UUD 1945, hal ini sesuai
dengan Pasal 33 UUD 1945 yang mana dalam pasal tersebut dinyatakan bahwa pembangunan
perekonomian Indonesia berasaskan demokrasi ekonomi hal ini juga sesuai dengan kajian hukum
ekonomi khusus nya kajian hukum ekonomi pembangunan.

2 http://frischalamria22.blogspot.co.id/2015/03/pengertian-ekonomi-ekonomi-adalah-ilmu.html diakses
pada 2 Mei 2017 pukul 19.00

3
2.2 Peraturan Perundang-Undangan Dalam Topik Yang Diambil Dihubungkan Dengan
Kajian Luas Lingkup Hukum Ekonomi

Luas lingkup hukum ekonomi sangat luas dan beragam hal ini dikarenakan aktivitas
ekonomi mencakup jenis yang sangat luas dan beraneka ragam sedangkan aktivitas itulah yang
dalam luas lingkup hukum ekonomi nantinya akan di atur.3

Dikarenakan luas lingkup hukum ekonomi sangat luas dan beragam, untuk menghubungkan
peraturan perundang-undangan yang di ambil dalam topik dengan luas lingkup hukum ekonomi,
kami mengambil luas lingkup hukum ekonomi berdasarkan sektor yang tergolong sebagai
sumber daya ekonomi yang dianut oleh Garis - Garis Besar Haluan Negara (GBHN) yang terdiri
dari 18 sektor. Berdasarkan hal tersebut maka peraturan perundang-undangan dalam topik yang
kami ambil termasuk kedalam luas lingkup hukum ekonomi sektor perdagangan. Alasan
Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999 termasuk kedalam sektor perdagangan karena dalam
sektor perdagangan terdapat unsur persaingan usaha yang dalam undang-undang nomor 5 tahun
1999 di atur mengenai persaingan usaha yang dilarang demi menciptakan perdagangan yang
sehat.

Disamping itu untuk menentukan luas lingkup hukum ekonomi kami juga mengambil luas
lingkup hukum ekonomi berdasarkan pendapat Elly Erawaty yang menyatakan bahwa pola
penentuan luas lingkup dengan menggunakan acuan berupa faktor-faktor ekonomi, faktor-
faktor ekonomi yang dimaksudkan itu meliputi faktor sumber daya alam, faktor pelaku ekonomi
termasuk manajemen, faktor pembiayaan, faktor teknologi dan produksi, dan yang terakhir faktor
distribusi atau pemasaran.4 Berdasarkan luas lingkup hukum ekonomi menurut Elly Erawati
diatasperaturan perundang-undangan dalam topik yang kami ambil termasuk kedalam luas
lingkup dengan menggunakan acuan faktor pelaku ekonomi termasuk manajemen hal ini
dikarenakan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999 mengatur mengenai hal-hal yang dilarang

3 Elly Erawaty, Hukum Ekonomi, Disertasi Fakultas Hukum Universitas Katolik Parahyangan,
Bandung, 2009, hlm 4

4 Ibid, hlm 8

4
untuk dilakukan oleh pelaku usaha dalam menciptakan persaingan usaha yang sehat, dalam hal
ini pelaku usaha adalah pelaku ekonomi.

5
2.3 Relevansi Peran Pemerintah Sebagai Regulator Dalam Kegiatan Ekonomi Terhadap
Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999

Peran pemerintah dalam perekonomian sebagai regulator adalah bahwa negara berperan untuk
mengatur, mengendalikan, dan mengarahkan seluruh aktifitas ekonomi nasional melalui suatu
rencana ekonomi yang terpusat. Berkaitan dengan topik yang kami ambil, pemerintah
mengeluarkan aturan melalui Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999 Tentang Larangan Praktek
Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat.

Menurut pendapat Elly Erawati, terdapat 2 kelompok dasar teori regulasi. Pertama,
Regulasi ekonomi yang bertujuan untuk mengatur struktur pasar. Dan yang kedua, Regulasi
ekonomi yang bertujuan untuk mengatur secara langsung perilaku pelaku ekonomi. Berdasarkan
pendapat Elly Erawati tersebut, Peraturan Perundang-Undangan dalam topik yang kami ambil
termasuk kedalam Regulasi ekonomi yang bertujuan untuk mengatur secara langsung perilaku
pelaku ekonomi. Karena Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999 mengatur mengenai larangan
bagi pelaku usaha untuk melakukan praktek monopoli dan persaingan usaha tidak sehat.

Dalam peraturan perundang undangan yang diambil dalam topik yaitu Undang
Undang No.5 Tahun 1999 Tentang Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat peran
pemerintah sebagai regulator apabila dihubungkan dengan fungsi hukum dalam pembangunan
ekonomi yang terdiri dari pemeliharaan ketertiban dan keamanan, sarana pembangunan, sarana
penegakan keadilan, dan sarana pendidikan masyarakat. Maka Undang Undang No.5 Tahun
1999 Tentang Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat termasuk ke dalam fungsi hukum
dalam pembangunan ekonomi yaitu :

Sebagai Sarana pembangunan

Fungsi ini terdapat dalam pasal 3 huruf a yang menyatakan tujuan dari dibentuknya
Undang-Undang No.5 Tahun 1999 Tentang Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat
adalah untuk menjaga kepentingan umum dan meningkatkan efisiensi ekonomi nasional
sebagai salah satu upaya untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat. Kemudian juga
dalam pasal 2 dinyatakan bahwa pelaku usaha di Indonesia dalam menjalankan kegiatan
usahanya berasaskan demokrasi ekonomi dengan memperhatikan keseimbangan antara

6
kepentingan pelaku usaha dan kepentingan umum. Dengan melihat kedua pasal tersebut
maka Undang-Undang No.5 Tahun 1999 Tentang Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak
Sehat sudah sesuai dengan fungsi hukum dalam pembangunan ekonomi sebagai sarana
pembangunan .

Sebagai sarana penegak keadilan

Fungsi ini terdapat dalam pasal 3 huruf b yang menyatakan tujuan dari dibentukya
Undang Undang No.5 Tahun 1999 Tentang Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak
Sehat adalah untuk mewujudkan iklim usaha yang kondusif melalui pengaturan
persaingan usaha yang sehat sehingga menjamin adanya kepastian kesempatan berusaha
yang sama bagi pelaku usaha besar, pelaku usaha menengah, dan pelaku usaha kecil.
Kemudian juga fungsi ini terdapat dalam konsiderans bagian Menimbang huruf b yang
menyatakan bahwa demokrasi dalam bidang ekonomi menghendaki adanya kesempatan
yang sama bagi setiap warga negara untuk berpartisipasi didalam proses produksi dan
pemasaran barang dan atau jasa, dalam iklim usaha yang sehat, efektif, dan efisien
sehingga dapat mendorong pertumbungan ekonomi dan bekerjanya ekonomi pasar yang
wajar. Dengan melihat pasal dan konsiderans bagian Menimbang tersebut maka Undang-
Undang No.5 Tahun 1999 Tentang Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat sudah
sesuai dengan fungsi hukum dalam pembangunan ekonomi sebagai sarana penegak
keadialan yang mana dalam Undang-Undang No.5 Tahun 1999 Tentang Monopoli dan
Persaingan Usaha Tidak Sehat tersebut memberikan keadilan bagi pelaku usaha baik
pelaku usaha besar, pelaku usaha menengah, dan pelaku usaha kecil.

7
2.4 Peraturan Perundang-Undangan Dalam Topik Yang Diambil Dihubungkan Dengan
Asas-Asas Hukum Ekonomi

Hukum ekonomi Indonesia sebagai suatu sistem memiliki seperangkat asas dan akidah
hukum. Asas atau prinsip hukum dapat diartikan sebagai landasan filosofis yang menjiwai,
memayungi, mengilhami atau menghidupi substansi dari suatu peraturan hukum. Dengan
demikian suatu asas hukum memang bersifat abstrak yang penjabarannya secara konkrit
diwujudkan melalui perumusan kaidah-kaidah hukum.

Beberapa konsep abstrak asas hukum dari Hukum Ekonomi Indonesia terdiri dari:5

a. Asas manfaat
b. Asas usaha bersama atau kekeluargaan
c. Asas persamaan perlakuan atau non-diskriminasi
d. Asas perbedaan perlakuan atau diskriminasi
e. Asas kemitraan
f. Asas transparansi atau keterbukaan
g. Asas kerakyatan atau demokrasi ekonomi
h. Asas kewajaran atau kelayakan atau fairness
i. Asas pertanggung-jawaban atau akuntabilitas
j. Asas kemandirian yang berwawasan kebangsaan
k. Asas keseimbangan, keselarasan atau keserasian
l. Asas pemerataan
m. Asas efisiensi
n. Asas membangun tanpa merusak lingkungan
o. Asas pembangunan berkelanjutan
p. Asas kepastian hukum
q. Asas kepentingan umum
r. Asas fungsi sosial
s. Asas keadilan atau justice
t. Asas kebebasan berkontrak yang terbatas
u. Asas pasar bebas yabg terkendali

Dari berbagai asas hukum diatas tersebar dalam berbagai peraturan perundang-undangan.
Peraturan perundang-undangan dalam topik yang kami ambil juga memuat asas-asas hukum
ekonomi. Berikut ini adalah asas-asas hukum ekonomi yang terdapat dalam Undang-Undang
Nomor 5 Tahun 1999 tentang Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat:

Asas keseimbangan

5 Ibid, hlm 8

8
Asas ini tercermin dalam UU No. 5 Tahun 1999, melalui Pasal 2 yang berbunyi
Pelaku usaha di Indonesia dalam menjalankan kegiatan usahanya berasaskan
demokrasi ekonomi dengan memperhatikan keseimbangan antara kepentingan pelaku
usaha dan kepentingan umum.

Asas kepentingan umum


Asas ini tercermin dalam UU No. 5 Tahun 1999, melalui beberapa rumusan, yaitu:
- Dalam rumusan konsideran huruf (a) berbunyi
a. bahwa pembangunan bidang ekonomi harus diarahkan kepada terwujudnya
kesejahteraan rakyat berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945;
- Dalam pasal 2 berbunyi
Pelaku usaha di Indonesia dalam menjalankan kegiatan usahanya berasaskan
demokrasi ekonomi dengan memperhatikan keseimbangan antara kepentingan pelaku
usaha dan kepentingan umum.
- Dalam Pasal 3 huruf (a) berbunyi
Tujuan pembentukan undang-undang ini adalah untuk:
a. menjaga kepentingan umum dan meningkatkan efisiensi ekonomi nasional sebagai
salah satu upaya untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat;...

Asas persamaan perlakuan atau non-diskriminasi


Asas ini tercermin dalam UU No. 5 Tahun 1999, melalui beberapa rumusan, yaitu:
- Dalam konsideran huruf (b) berbunyi
bahwa demokrasi dalam bidang ekonomi menghendaki adanya kesempatan yang
sama bagi setiap warga negara untuk berpartisipasi di dalam proses produksi dan
pemasaran barang dan atau jasa, dalam iklim usaha yang sehat, efektif, dan efisien
sehingga dapat mendorong pertumbuhan ekonomi dan bekerjanya ekonomi pasar
yang wajar;
- Dalam konsideran huruf (c) berbunyi
bahwa setiap orang yang berusaha di Indonesia harus berada dalam situasi
persaingan yang sehat dan wajar, sehingga tidak menimbulkan adanya pemusatan
kekuatan ekonomi pada pelaku usaha tertentu, dengan tidak terlepas dari kesepakatan
yang telah dilaksanakan oleh negara Republik Indonesia terhadap perjanjian-
perjanjian internasional;

Asas kerakyatan atau demokrasi ekonomi


UU No. 5 tahun 1999 sebagaimana diatur pada Pasal 2 menyebutkan dengan tegas
bahwa: Pelaku usaha di Indonesia dalam menjalankan kegiatan usahanya berasaskan

9
demokrasi ekonomi dengan memperhatikan keseimbangan antar kepentingan pelaku
usaha dan kepentingan umum.

Asas efisiensi
Asas ini tercermin dalam UU No. 5 Tahun 1999, melalui Pasal 3 huruf (a) dan (d) ysng
berbunyi
a. Menjaga kepentingan umum dan meningkatkan efisiensi ekonomi nasional sebagai
salah satu upaya untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat;
d. Terciptanya efektivitas dan efisiensi dalam kegiatan usaha.

Asas kemandirian yang berwawasan kebangsaan


Asas ini tercermin dalam UU No. 5 Tahun 1999, melalui Pasal 32 yang berbunyi
Persyaratan keanggotaan Komisi adalah:
1. warga negara Republik Indonesia, berusia sekurang-kurangnya 30 (tiga puluh) tahun
dan setinggi-tingginya 60 (enam puluh) tahun pada saat pengangkatan;
2. setia kepada Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945;
3. beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa;
4. jujur, adil, dan berkelakuan baik;
5. bertempat tinggal di wilayah negara Republik Indonesia;

2.5 Peraturan Perundang-Undangan Dalam Topik Yang Diambil Dihubungkan Dengan


Kaidah-Kaidah Hukum Ekonomi

Dalam Kaidah-kaidah Hukum Ekonomi Indonesia terdapat 2 kaidah yang berupa kaidah
hukum publik dan kaidah hukum perdata. Meskipun kaidah hukum publik dan/atau hukum
perdata dalam ekonomi ini bila dilihat dari tujuannya sama-sama bersifat mengatur, menata dan
mengarahkan seluruh aktivitas ekonomi namun sebenarnya dapat dibedakan antara kaidah yang
sifatnya lebih menekankan pada aspek-aspek administrative atau prosedural, dan kaidah yang
lebih mengarah pada hal-hal yang bersifat substansial.

Dilihat dari aspek tersebut yang termasuk kedalam topik yang kami ambil adalah aspek
substansial. Karena aspek substansial ditemukan pada kaidah-kaidah yang mengatur atau
menetapkan hak, kewenangan, kewajiban dan tanggungjawab seseorang atau para pelaku
ekonomi.

Dengan menggunakan pendekatan dari sudut struktur kaidah hukum maka kaidah-kaidah
Hukum Ekonomi Indonesia tersebut dapat dikelompokkan kedalam penggolongan sebagai
berikut:
10
A. Kaidah Mandiri, yang terbagi menjadi:
1. Kaidah Perilaku, dengan jenis:
1.1 Kaidah yang bersifat melarang
1.2 Kaidah yang bersifat perintah
1.3 Kaidah yang bersifat menghukum / sanksi
2. Kaidah Kewenangan, dengan jenis:
2.1 Kaidah yang bersifat penunjukan
2.2 Kaidah yang bersifat menata/mengatur/mengarahkan
B. Kaidah Tidak Mandiri, yang terbagi menjadi:
1. Kaidah yang bersifat deklaratif / penegasan / pernyataan
2. Kaidah yang bersifat mengkualifikasi / persyaratan

Berdasarkan kaidah-kaidah hukum yang telah disebutkan diatas. Dilihat dari topik yang
kami ambil juga memuat kaidah-kaidah hukum ekonomi. Berikut ini adalah kaidah-kaidah
yang terdapat dalam Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999 tentang Larangan Praktek
Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat:

Kaidah Perilaku yang besifat melarang


Rumusan kaidah jenis ini jelas-jelas berisi larangan terhadap pelaku ekonomi untuk
melakukan suatu perbuatan hukum tertentu, melalui Undang-Undang Nomor 5 Tahun
1999 Pasal 11 yang berbunyi:
Pelaku usaha dilarang membuat perjanjian, dengan pelaku usaha pesaingnya, yang
bermaksud untuk memengaruhi harga dengan mengatur produksi dan atau pemasaran
suatu barang dan atau jasa, yang dapat mengakibatkan terjadinya praktek monopoli dan
atau persaingan usaha tidak sehat.

Kaidah Perilaku yang bersifat perintah

Kaidah yang bersifat perintah ini justru berisi instruksi atau perintah kepada pelaku
ekonomi bahwa dalam melakukan suatu perbuatan hukum tentu wajib memenuhi
persyaratan atau kondisi-kondisi tertentu, melalui Undang-Undang Nomor 5 Tahun
1999 Pasal 41 ayat (1) yang berbunyi:
Pelaku usaha dan atau pihak lain yang diperiksa wajib menyerahkan alat bukti yang
diperlukan dalam penyelidikan dan atau pemeriksaan.
Kaidah Perilaku yang bersifat menguhukum / sanksi
Materi muatannya memang berunsur penjatuhan sanksi atau hukuman bagi pihak yang
terbukti melakukan pelanggaran dan/atau kejahatan ekonomi yang diancam oleh

11
peraturan hukum, melalui Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999 Pasal 48 yang
berbunyi:
(1) Pelanggaran terhadap ketentuan Pasal 4, Pasal 9 sampai dengan pasal 14, Pasal 16
sampai dengan Pasal 19, Pasal 25, Pasal 27, dan Pasal 28 diancam pidana denda
serendah- rendahnya Rp 25.000.000.000,00 (dua puluh lima miliar rupiah) dan
setinggi-tingginya Rp 100.000.000.000,00 (seratus miliar rupiah), atau pidana
kurungan pengganti denda selama- lamanya 6 (enam) bulan.
(2) Pelanggaran terhadap ketentuan Pasal 5 sampai dengan Pasal 8, Pasal 15, Pasal 20
sampai dengan Pasal 24, dan Pasal 26 Undang-undang ini diancam pidana denda
serendah- rendahnya Rp 5.000.000.000,00 (lima miliah rupiah) dan setinggi-
tingginya Rp 25.000.000.000,00 (dua puluh lima miliar rupiah), atau pidana
kurungan pengganti denda selama-lamanya 5 (lima) bulan.
(3) Pelanggaran terhadap Pasal 41 Undang-undang ini diancam pidana denda
serendah- rendahnya Rp 1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah) dan setinggi-
tingginya Rp 5.000.000.000,00 (lima miliar rupiah), atau pidana kurungan
pengganti denda selama- lamanya 3 (tiga) bulan.

2.6 Peraturan Perundang-Undangan Dalam Topik Yang Diambil Dihubungkan Dengan


Metode-Metode Penelitian Hukum Ekonomi
Setiap bidang ilmu seperti bidang ilmu hukum dagang, hukum bisnis, hukum ekonomi,
hukum perdata dan lain sebagainya dapat dikaji ataupun diteliti berdasarkan metode-metode
keilmuan yang bersangkutan.Menurut Elly Erawati dalam disertasinya menyebutkan mengenai
metode metode pendekatan yaitu metode pendekatan yang bersifat multidisipliner atau
interdisipliner dan metode pendekatan yang bersifat transnasional.Selain kedua metode
pendekatan tersebut, terdapat juga metode pendekatan yang bersifat futuristik.

Pendekatan multidispliner atau interdisipliner ialah pendekatan dalam pemecahan suatu


masalah dengan menggunakan tinjauan berbagai sudut pandang ilmu serumpun yang
relevan secara terpadu.6metode pendekatan tersebut dapat digunakan apabila terhadap

6 Setya Yuwana Sudikan, Pendekatan Interdisipliner, Multidisipliner, Dan Transdisipliner Dalam Studi
Sastra Jurnal Ilmiah, Universitas Negeri Surabaya,2013, hlm 4.

12
suatu bidang ilmu dapat dikaji oleh lebih dari satu keilmuan diluar metode ilmu yang
bersangkutan. misalnya hukum ekonomi dalam merumuskan kaidah kaidah hukum
dalam undang undang memerlukan landasan pemikiran di bidang non hukum seperti
bidang sosiologi, filsafat, dan lingkungan.
Metode pendekatan yang bersifat transnasional yaitu metode tersebut harus
memperhatikan juga unsur-unsur asing atau unsur ekonomi dan hukum internasional, hal
ini dikarenakan perkembangan hukum ekonomi nasional dipengaruhi oleh hukum
ekonomi internasional baik yang bersumber dari perjanjian internasional maupun
perjanjian internasional. Dengan kata lain hukum ekonomi tidak lagi dapat ditinjau dan
dibentuk secara intern nasional saja tetapi juga pendekatan internasional, dengan cara
memandang kejadian kejadian perekonomian dalam negeri dalam kaitannya dengan
perkembangan di dunia internasional.
Metode pendekatan yang bersifat futuristik yaitu metode yang mengkaji bahwa hukum
harus bisa mengikuti perkembangan jaman, harus dapat mencakup bentuk bentuk
kegiatan hukum, maupun tindakan melawan hukum yang baru akan ada di masa depan.
Misalnya dalam hukum ekonomi, hukum ekonomi dapat menjangkau perkembangan
perekonomian dimasa yang akan datang dan tidak mudah ketinggalan zaman.

Peraturan perundang undangan dalam topik yaitu Undang Undang No 5 Tahun 1999 Tentang
Larangan Praktek Monopoli Dan Persaingan Usaha Tidak Sehat menggunakan ketiga metode
tersebut, yaitu Pendekatan multidisplineratau atau interdisipliner, Metode pendekatan yang
bersifat transnasional, dan Metode pendekatan yang bersifat futuristik .

Undang Undang No 5 Tahun 1999 Tentang Larangan Praktek Monopoli Dan Persaingan
Usaha Tidak Sehat tersebut menggunakan metode pendekatan yang bersifat
multidisipliner atau interdisipliner dikarena dalam merumuskan kaidah kaidah hukum
dalam undang undang tidak hanya menggunakan metode pendekatan ilmu hukum saja
tetapi juga membutuhkan pemahaman dan juga menguasai pengetahuan di bidang ilmu
ekonomi. Dalam Undang Undang No 5 Tahun 1999 Tentang Larangan Praktek Monopoli
Dan Persaingan Usaha Tidak Sehat terdapat istilah istilah seperti monopoli, posisi
dominan, pemusatan kekuatan ekonomi, struktur pasar dan lain sebagainya, yang mana
istilah istilah tersebut hanya terdapat dalam ilmu ekonomi.

13
Undang Undang No 5 Tahun 1999 Tentang Larangan Praktek Monopoli Dan Persaingan
Usaha Tidak Sehat tersebut menggunakan metode pendekatan yang bersifat transnasional
dikarenakan dalam undang-undang ini memperhatikan unsur-unsur internasional seperti
perjanjian-perjanjian internasional yang di buat Indonesia dalam bidang perdagangan hal
ini juga di tegaskan dalam konsiderans menimbang huruf c undang-undang tersebut.
Undang Undang No 5 Tahun 1999 Tentang Larangan Praktek Monopoli Dan Persaingan
Usaha Tidak Sehat tersebut menggunakan metode pendekatan yang bersifat futuristik
dikarena dalam Undang Undang No 5 Tahun 1999 Tentang Larangan Praktek Monopoli
Dan Persaingan Usaha Tidak Sehat dapat menjangkau perkembangan perekonomian
khususnya terkait dengan tindakan para pelaku usaha.

14
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Topik kelompok kami yaitu Perjanjian Kartel Sepeda Motor Oleh PT YIMM dan PT AHM
yang Melanggar Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999 Tentang Larangan Praktek Monopoli
dan Persaingan Usaha Tidak Sehat termasuk kedalam kajian hukum ekonomi khususnya
kajian hukum ekonomi pembangunan
Luas lingkup hukum ekonomi yang berhubungan dengan peraturan perundang-undangan
yang diambil dalam topik apabila mengacu kepada luas lingkup berdasarkan sektor yang
dianut dalam GBHN masuk kedalam luas lingkup sektor perdagangan, sedangkan apabila
mengacu pada pendapat Elly Erawaty mengenai luas lingkup hukum ekonomi maka
peraturan perundang-undangan yang diambil dalam topik termasuk kedalam luas lingkup
yang mengacu kepada faktor pelaku ekonomi dan manajemen
Peran pemerintah sebagai regulator apabila di kaitkan dengan peraturan perundang-
undangan yang diambil dalam topik maka termasuk kedalam Regulasi ekonomi yang
bertujuan untuk mengatur secara langsung perilaku pelaku ekonomi, dan apabila peran
pemerintah tersebut di hubungkan dengan fungsi hukum dalam pembangunan maka
termasuk sebagai fungsi hukum sebagai sarana pembangunan dan sebagai sarana penegak
keadilan.
Peraturan perundang-undangan yang diambil dalam topik yaitu Undang-Undang Nomor 5
Tahun 1999 tentang Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat apabila
dihubungkan dengan asas-asas hukum ekonomi menganut asas-asas sebagai berikut yaitu:
asas keseimbangan, asas kepentingan umum, asas perlakuan atau non-diskriminasi, asas
kerakyatan atau demokrasi ekonomi, asas efisiensi, dan asas kemandirian yang berwawasan
kebangsaan.
Peraturan perundang-undangan yang diambil dalam topik yaitu Undang-Undang Nomor 5
Tahun 1999 tentang Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat apabila
dihubungkan dengan kaidah-kaidah hukum ekonomi maka dalam Undang-Undang Nomor 5
Tahun 1999 terdapat kaidah-kaidah hukum ekonomi yaitu kaidah yang bersifat melarang,
kaidah yang bersifat perintah dan kaidah yang bersifat menghukum/sanksi
Peraturan perundang-undangan yang diambil dalam topik yaitu Undang-Undang Nomor 5
Tahun 1999 tentang Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat apabila
dihubungkan dengan metode-metode penelitian hukum ekonomi maka Undang-Undang

15
Nomor 5 Tahun 1999 menggunakan ketiga metode penelitian hukum ekonomi yakni metode
pendekatan multidispliner atau interdisipliner, metode pendekatan yang bersifat
transnasional,dan metode pendekatan yang bersifat futuristik.

16
DAFTAR PUSTAKA

Erawaty, Elly. 2009. Hukum Ekonomi, Disertasi Fakultas Hukum Universitas Katolik
Parahyangan, Bandung,
http://otomotif.liputan6.com/read/2556796/yamaha-dan-honda-bersekongkol-mainkan-harga-
skutik-di-indonesia, diakses pada 6 Mei 2017 pukul 19.00

http://frischalamria22.blogspot.co.id/2015/03/pengertian-ekonomi-ekonomi-adalah-ilmu.html
diakses pada 2 Mei 2017 pukul 19.00
Sudikan,Setya Yuwana. 2013. Pendekatan Interdisipliner, Multidisipliner, Dan Transdisipliner
Dalam Studi Sastra Jurnal Ilmiah, Universitas Negeri Surabaya, Surabaya.

17

Anda mungkin juga menyukai