4 7
8 6
BAB II
A. Bahan
1. Bahan Baku
a. Daun cincau hitam diperoleh dari pasar Beringharjo, Yogyakarta. Dianalisis kadar
airnya menjadi 10%
b. Gliserol
c. Tepung tapioka
d. Aquadest
2. Bahan Pendukung
a. Etanol 95%
b. Silika gel
B. Alat
1. Alat Utama
a. Labu leher tiga
b. Pendingin balik
c. Termometer
d. Kompor listrik
e. Gelas beker
f. Water bath
g. Motor pengaduk
h. Pengaduk
i. Statif
2. Alat Pendukung
a. Oven
b. Timbangans digital
c. Gelas ukur
d. Ayakan
e. Mikrometer
f. Plat kaca
g. Kertas saring
C. Gambar Rangkaian Alat
15
4
Keterangan gambar:
6
1. Motor pengaduk
2. Pengaduk
3. Termometer
4. Labu leher tiga
5. Kompor listrik
6. Pendingin balik
7. Statif
8. Water bath
16
Keterangan gambar:
1. Termometer
2. Gelas beker
3. Motor Pengaduk
4. Pengaduk
5. Waterbath
6. Kompor listrik
7. Statif
D. Variabel Penelitian
1. Variasi waktu pada proses ekstraksi pektin cincau hitam:
t1 = 50 menit
t2 = 60 menit
t3 = 70 menit
t4 = 80 menit
t5 = 90 menit
2. Variasi persentase penambahan gliserol (v/v aquadest) pada pembuatan edible film:
A1 = 1%
A2 = 2%
A3 = 3%
A4 = 4%
A5 = 5%
17
Mencuci daun cincau hitam segar dengan air pada suhu kamar, kemudian
dikeringkan dengan oven 60C sampai kadar airnya dibawah 10%. Kemudian daun
yang sudah kering tersebut digiling dan diayak dengan ayakan berdiameter 60 mesh.
Selanjutnya mengeringkan gel yang diperoleh dengan oven pada suhu 50C
selama 5 jam. Diperoleh bentuk lembaran-lembaran kering ekstrak daun cincau
hitam (pektin). Kemudian menghaluskannya dan melakukan pengayakan hingga
berukuran 100 mesh. Kemudian hasil ekstraksi dengan berat yang paling besar
dianalisis kadar airnya.
Pada pembuatan edible film ini akan melaksanakan variabel yang telah
ditentukan yaitu variasi gliserol 1%, 2%, 3%, 4%, 5% (v/v aquadest). Melarutkan
pektin cincau hitam sebanyak 3% (b/v aquadest) pada 100 ml aquadest dengan suhu
50-55C, selama 10 menit pada kecepatan pengadukan 400 rpm (pemanasan I).
Selanjutnya pada pemanasan II menambahkan tepung tapioka sebanyak 2% (b/v
aquadest) dan gliserol (1%, 2%, 3%, 4%, 5% v/v aquadest) pada larutan yang telah
mengandung larutan pektin cincau hitam dan tapioka, kemudian mengaduk dan
memanaskannya hingga suhu 80C selama 5 menit. Mencetak dan mengeringkan
larutan pada suhu 100C selama 4 jam.
18
F. Diagram Alir Proses
1. Pembuatan bubuk cincau hitam
Penghalusan
Bubuk kasar
Pengayakan (60 mesh)
Analisis I:
Pengadukan dan pemanasan (95-100C, selama 50, 60, 70, 80, 90 menit)
Aquadest 500 ml
Penghalusan
19
Bubuk pektin daun cincau hitam
Analisis II:
- Kadar air
- Kadar abu
Pengadukan
Pektin cincau hitam 3% (b/v dan pemanasan I (10 menit, 50-55C)
aquadest)
Aquadest 100 ml
- Kuat tarik
- Elongasi
- Laju transmisi uap air
- Ketebalan film
- Kelarutan film
G. Analisis Hasil
1. Kadar air (AOAC, 1995)
Cawan porselen dibersihkan dan dipanaskan dalam oven bersuhu 110C selama
30 menit kemudian didinginkan dalam desikator lalu ditimbang sebagai berat kering
cawan. Sampel sebanyak 5 gr dimasukkan ke dalam cawan dan ditimbang sebagai
berat awal. Cawan beserta sampel tersebut kemudian di masukkan ke dalam oven
dengan suhu 110C selama waktu tertentu sampai diperoleh berat konstan. Cawan di
keluarkan dan didinginkan dalam desikator. Setelah itu, cawan ditimbang sebagai
berat akhir. Kadar air dapat dihitung dengan rumus berikut:
Kehilanganberat ( gr )
Kadar air ( bb )= 100
Berat sampel awal(gr )
2. Kadar abu
21
Analisis kadar abu pektin cincau hitam dilakukan di Laboratorium Penelitian
dan Pengujian Terpadu (LPPT) Universitas Gadjah Mada Yogyakarta.
Laju transmisi uap air (water vapour transmission rate) ditentukan dengan cara
film yang akan diuji dilapisi pada cawan yang berisi 10 gram gel silika kering dan
ditempatkan pada stoples plastik, uap yang terdifusi melalui film akan diserap oleh
gel silika sehingga akan menambah berat gel silika tersebut. Penimbangan dilakukan
setiap 1 jam. Laju transmisi uap air (water vapour transmission rate) dihitung
dengan membagi kenaikan berat cawan terhadap luas permukaan film.
Mv
WTVR(water vapour tr ansmission rate)=
tA
22
Penelitian ini menggunakan prosedur Gontard (1993) untuk menentukan
kelarutan sampel film dalam air. Persentase kelarutan film adalah persentase bagian
film yang terlarut dalam air setelah perendaman selama 24 jam (Gontard, 1993).
Sampel diletakkan dalam cawan alumunium yang terlebih dahulu sudah dikeringkan
dan ditimbang beratnya. Sampel film dimasukkan ke dalam oven dengan suhu 100oC,
selama 30 menit. Timbang berat sampel kering sebagai berat kering awal (w o),
kemudian sampel direndam selama 24 jam dalam 50 ml larutan natrium azida 0,02%
untuk mencegah pertumbuhan mikroba. Setelah 24 jam, sampel yang tidak terlarut
diangkat dan dikeringkan dalam oven selama 2 jam dengan suhu 100 oC, disimpan di
dalam eksikator selama 10 menit, kemudian ditimbang lagi berat sampel kering
sebagai berat sampel setelah perendaman (w1). Persentase kelarutan sampel dalam air
(S) dihitung dengan persamaan
wow1
S ()= 100
wo
DAFTAR PUSTAKA
Alvest, V.D.,S. Mali, A. Beleiadan M.V.E. Grossmann.2007. Effect of Glycerol and Amylase
Enrichment on Cassava Starch Film Properties. J.Food Engineering. 78: 941-945. Doi:
10.1016/J.J. Foodeng.2005.12.007.
23
Anugrahati, N.A. 2001. Karakterisasi Edible Film Komposit Pektin Albedo Semangka
(Citrullus vulgaris Schard) dan Tapioka. Tesis Program Pascasarjana. Universitas
Gadjah Mada. Jogyakarta.
Budianto, A.,Yulianingsih. 2008. Pengaruh Suhu dan Waktu Ekstraksi terhadap Karakter
Pektin dari Ampas Jeruk Siam (Citrus nobilis L).J.Pascapanen 5(2) 2008: 37-44
C.Schemin M.H, et al, Extraction of pectin from apple pomace. Brazillian archives of biology
and technology, International Journal,Brazil.2005,48(2),259-266
Gennadios A, Weller CL. 1990. Edible films and coatings from wheat and corn proteins.
Food Tech (10):63-69.
Groggins, P.H. 1958. Unit Process In Organic Synthesis, Mc Graw Hill Book Company,
New York.
Krochta and De Mulder Johnston. 1997. Edible and Biodegradable Polymers Film: Changes
& Opportunities. Food Technology 51
Krochta, J.M., Baldwin, E.A and Nisperos-Carriedo M.O. 1994. Edible Coatings and Films to
Improve Food Quality. Technomis Publishing.Co.Inc. Lancester. Bosel.
Layuk, P. 2001. Karakterisasi Edible Fihn Komposit Pektin Daging Buah Pala dan Tapioka.
Tesis Program pasca Saljana UGM, Yogyakarta.
Liu. Z. dan J. H Han. 2005. Film Forming Characteristics of Starches. J. Food Science.
70(1):E31-E36.
Loisa Lorensia S., Melisa Seri RS., Mersi Suriani S. 2013. Karakteristik Edible Film
dariEkstrakKacangKedelaidenganPenambahanTepungTapiokadanGliserolsebagaiBahan
PengemasMakanan. Departemen Teknik Kimia, Fakultas Teknik Universitas Sumatera
Utara.
Maya Utari S., Yuli Darmi, dan Herti Utami, 2008. Pemanfaatan Agar-agar Gracilarna
Coronapifolia dan Kitosan untuk Pembuatan Plastik Biodegradable dengan Gliserol
sebagai Plasticizer, jurnal jurusan Teknik Kimia FT Universitas Lampung, 1-4.
24
McHugh TH, Aujard IF, Krochta IM. 1994. Plasticized whey protein edible films:water vapor
permeability properties. J Food Sci 59(2):416-419, 423.
McHugh, T.H. 1993. Hydrophilic Edible films : Modified Procedure for Water Vapor
Permeability and Eksplanation of Thickness Effects. Journal of Food Science Vol. 58,
No.4.
Murdianto, Wiwit. et.al. 2005. Sifat Fisik dan Mekanik Edible film Eksrak Daun Janggelan.
Jurnal. Agrosains, 18 (3), Juli 2005.
Nurdin, Samsu Udayana dan Suharyono A.S. 2007. Karakteristik Fungsional Polisakarida
Pembentuk Gel Daun Cincau Hijau (Premna oblongifolia
Merr.).http://uppmpolinela.files.wordpress.com/2008/07/karakteristikfungsional-
polisakarida-pembentuk-gel-daun-cincau-hijau.doc.Diakses pada 25 Februari 2016
Syarief, Rizal; Sasya Sentausa; St Isyana. 1989. Teknologi Pengemasan Pangan. Pusat Antar
Universitas Pangan dan Gizi. Bogor.
Widyaningsih, T.D. 2009. Potential Black Cincau (Mesona palustris Bl) as a Functional Food
which are Immunomodulators. Proceedings of the seminar Development of
Technology-Based Local Raw Materials. LIPI.
Widyaningsih, Tri D. 2012. Cytotoxic Effect of Water, Ethanol and Ethyl Acetate Extract of
Black Cincau (Mesona Palustris BL) against HeLa Cell Culture. Department of Food
Science and Technology, Faculty of Agricultural Technology, Brawijaya University,
Malang Indonesia.
Zhang, V., and J.H. Han. 2006. Plastikization of Pes Starch Film With Monosaccharide and
Polyols. Jurnal Food ist. 71(6):E 253-E 26.
25